Anda di halaman 1dari 16

CEDERA KEPALA

DISUSUN

KELOMPOK 2

Nurain Laminullah Siti Sintiya Palowa

Nurliana Mohi Siti Fadila Soleman

Nurul Pratiwi Usman Sitti Nur Ainun Yahya

Raihan Tahir Sridelvi Pahrun

Regita Cahyani Monoarfa Sriyati Napu

Rustiyansy Rauf Annisa Miu

Sachraini Amelia Tahir Zein Susanti Ali

Sagita Akaseh

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

TAHUN AJARAN 2017/2018


KATA PENGATAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata΄ala, karena


berkat rahmat –Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Osteoarthritis. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah KMB.
saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
memberikan informasi bagi seluruh masyarakat khususnya mahasiswa fakultas
ilmu kesehatan universitas muhammdiyah gorontalo dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Gorontalo,13 desember 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………...

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ……………………………………………………...


B. RUMUSAN MASALAH …………………………………………………..
C. TUJUAN PENULISAN ……………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN OSTEOARTHRITIS

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Pengertian Osteoarthritis ……………………………………………….
2. Etiologi …………………………………………………………………
3. Manifestasi klinis ………………………………………………………
4. Klasifikasi ………………………………………………………………
5. Patofisiologi ……………………………………………………………
6. Pemeriksaan diagnostik ………………………………………………...
7. Penatalaksanaan ………………………………………………………..
8. Komplikasi ……………………………………………………………..
B. Pre Operatif,Intra operatif,dan Pasca Operatif
1. Pengertian pre operatif …………………………………………………
2. Pengertian intra operatif ………………………………………………..
3. pengertian pasca operatif ……………………………………………….

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN …………………………………………………………….
B. SARAN …………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak
yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi
otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak.cedera kepala biasanya
diakibatkan salah satunya benturan atau kecelakaan. Sedangkan akibat dari
terjadinya cedera kepala yang paling fatal adalah kematian.
Akibat trauma kepala pasien dan keluarga mengalami perubahan
fisik maupun psikologis, asuhan keperawatan pada penderita cedera kepala
memegang peranan penting terutama dalam pencegahan komplikasi.
Komplikasi dari cedera kepala adalah infeksi, perdarahan. Cedera kepala
berperan pada hampir separuh dari seluruh kematian akibat trauma-trauma.
Cedera kepala merupakan keadaan yang serius. Oleh karena itu,diharapkan
dengan penanganan yang cepat dan akurat dapat menekan morbiditas dan
mortilitas penanganan yang tidak optimal dan terlambatnya rujukan dapat
menyebabkan keadaan penderita semakin memburuk dan berkurangnya
pemilihan fungsi kualifikasi cedera kepala berdasarkan berat ringannya,
dibagi menjadi 3 yakni cedera kepala ringan, cedera kepala sedang dan
cedera kepala berat. Cedera kepala akibat trauma sering kita jumpai
dilapangan. Di dunia kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan
mencapai 500.000 kasus dari jumlah di atas 10% penderita meninggal
sebelum tiba di rumah sakit dan lebih dari 100.000 penderita menderita
berbagai tingkat kecacatan akibat cedera kepala tersebut (Depkes, 2012).
Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat cedera
kepala, dan lebih dari 700.000 mengalami cedera cukup berat yang
memerlukan perawatan di rumah sakit. Dua per tiga dari kasus ini berusia
di bawah 30 tahun dengan jumlah laki-laki lebih banyak dari wanita. Lebih
dari setengah dari semua pasien cedera kepala berat mempunyai signifikasi
terhadap cedera bagian tubuh lainnya. Berdasarkan data yang didapatkan
dari instalasi gawat darurat (IGD) RSUD Kabupaten Sragen pada tanggal
02–28 Juli 2012 adalah data cedera kepala masuk dalam 10 besar kasus
yang terjadi di IGD sebanyak 31 kasus cedera kepala, yang terbagi
kebanyakan adalah cedera kepala sedang dengan 17 kasus.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian dari cedera kepala?
2. Apa penyebab dari cedera kepala?
3. Bagaimana manifestasi klinik cedera kepala?
4. Bagaimana patofisiologi cedera kepala?
5. Apa komplikasi cedera kepala?
6. Bagaimana penatalaksanaan cedera kepala?
7. Bagimana pre operatif,intra operatif dan pasca operatif ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari cedera kepala
2. Untuk mengetahui penyebab dari cedera kepala
3. Untuk mengetahui manifestasi klinik cedera kepala
4. Untuk mengetahui patofisiologi cedera kepala
5. Untuk mengetahui komplikasi cedera kepala
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan cedera kepala
7. Untuk mengetahui pre operatif,intra operatif dan pasca operatif
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala bukan bersifat
congenital ataupun degenerative, tetapi disebabkan serangan/benturan
fisik dari luar yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang
mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi
fisik. Cedera kepala atau trauma kepala adalah gangguan fungsi
normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam.
Defisit neorologis terjadi karena robeknya substansia alba, iskemia dan
pengaruh massa karena hemoragig, serta edema cereblal disekitar
jaringan otak.
Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan
bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan
(accelerasi) dan perlambatan (decelerasi) yang merupakan perubahan
bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan
faktor dan penurunan kecepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada
kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada
tindakan pencegahan (Doenges, 1989). Kasan (2000) mengatakan
cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak
tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak.
2. Etiologi
a. Kecelakaan lalu lintas
b. Jatuh
c. Trauma benda tumpul
d. Kecelakaan kerja
e. Kecelakaan rumah tangga
f. Kecelakaan olahraga
g. Trauma tembak dan pecahan bom
3. Manifestasi klinis
a. Cedera kepala ringan sampai sedang
1) Didorientasi ringan
2) Amnesia post traumatic
3) Hilang memori sesaat
4) Sakit kepala
5) Mual
6) Muntah
7) Vertigo dalam perubahan posisi
8) Gangguan pendengaran
b. Cedera kepala sedang sampai berat
1) Edema pulmonal
2) Kejang
3) Infeksi
4) Tanda herniasi otak
5) Hemiparese
6) Gangguan akibat saraf kranial
4. Klasifikasi
Klasifikasi cedera kepala yang terjadi melalui dua cara yaitu efek
langsung trauma pada fungsi otak (cedera primer) dan efek lanjutan
dari sel-sel otak yang bereaksi terhadap trauma (cedera sekunder).
a. Cedera Primer
Cedera primer terjadi pada waktu benturan, mungkin karena
memar pada permukaan otak,lasetasi substansi alba,cedera robekan
atau hemoragi.
b. Cedera Sekunder
Cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi
serebral dkurangi atau tidak ada pada area cedera. Konsekuensinya
meliputi hyperemia (peningkatan volume darah) pada area
peningkatan permeabilitas kapiler,serta vasodilatasi arterial, semua
menimbulkan peningkatan isi intrakranial dan akhirnya
peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Beberapa kondisi yang
dapat menyebabkan cedera otak sekunder meliputi hipoksia,
hiperkarbia,dan hipotensi.
Cedera kepala diklasifikasikan berdasarkan nilai dari Glasgow
coma Scale (GCS) nya yaitu :
a. Cidera kepala ringan (CKR)
1) GCS 13-15
2) Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia < dari 30
menit
3) Tidak ada fraktur tengkorak
4) Tidak ada contusion serebral
5) Hematoma
b. Cidera kepala sedang (CKS)
1) GCS 9-12
2) Kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi
kurang dari 24 jam.
3) Dapat mengalami fraktur tengkorak
c. Cidera kepala berat (CKB)
1) GCS 3-8
2) Kehilangan kesadaran, terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
3) Contusio cerebral
5. Patofisiologi
Berdasarkan patofisiologinya, kita mengenal dua macam cedera
otak yaitu cedera otak primer dan cedera otak sekunder. Cedera otak
primer adalah cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian
trauma, dan merupakan suatu fenomena mekanik. Umumnya
menimbulkan lesi permanen. Tidak banyak yang bisa kita lakukan
kecuali membuat fungsi stabil,sehingga sel-sel yang sedang sakit bisa
mengalami proses penyembuhan yang optimal.
Cedera primer yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena
memar pada permukaan otak,laserasi substansi alba,cedera robekan
atau hemoragi karena terjatuh,dipukul,kecelakaan dan trauma saat lahir
yang bisa mengakibatkan terjadinya gangguan pada seluruh sistem
pada tubuh. Sedangkan cedera otak sekunder merupakan hasil dari
proses yang berkelanjutan sesudah atau berkaitan dengan cedera
primer dan lebih merupakan fenomena metabolik sebagai akibat,
cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi
serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera. Cedera kepala terjadi
karena beberapa hal diantaranya,bila trauma ekstra kranial akan dapat
menyebabkan adanya leserasi pada kulit kapala selanjutnya bisa
perdarahan karena megenai pembuluh darah. Karena perdarahan yang
terjadi terus menerus dapat menyebabkan hipoksia,hiperemi
peningkatan volume darah pada area peningkatan permeabilitas
kapiler,serta vasodilatasi arterial,semua menimbulkan peningkatan isi
intrakranial,dan akhirnya peningkatan tekanan intrakranial (TIK),
ataupun hipotensi.
Namun bila trauma mengenai tulang kepala akan menyebabkan
robekan dan terjadi perdarahan juga. Cedera kepala intrakranial dapat
mengakibatkan laserasi,perdarahan dan kerusakan jaringan otak
bahkan bisa terjadi kerusakan susunan syaraf kranial terutama motorik
yang mengakibatkan terjadinya gangguan dalam mobilitas.
6. Pemeriksaan diagnostik
a. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras)
Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler,
dan perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk mengetahui adanya
infark/iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam setelah injuri.
b. MRI
Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras
radioaktif.
c. Cerebral Angiography
Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan
jaringan otak sekunder menjadi edema, perdarahan dan trauma.
d. EEG (Elektroencepalograf)
Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
e. X-Ray
Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.
f. BAER
Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil
g. PET
Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
h. CSF, Lumbal Pungsi
Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid dan
untuk mengevaluasi/mencatat peningkatan tekanan cairan
serebrospinal.
i. ABGs
Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan
(oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial
j. Kadar Elektrolit
Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intrkranial
k. Screen Toxicologi
Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan
penurunan kesadaran.
7. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma
kepala adalah sebagai berikut:
a. Observasi 24 jam
b. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih
dahulu.Makanan atau cairan, pada trauma ringan bila muntah-
muntah, hanya cairan i nfus dextrosa 5 %, amnifusin,
aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2 - 3 hari
kemudian diberikan makanan lunak.
c. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
d. Pada anak diistirahatkan atau tirah baring.
e. Terapi obat-obatan.
1) Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema
serebral, dosis sesuai dengan berat ringanya trauma.
2) Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk mengurangi
vasodilatasi.
3) Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol
20 % atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %.
4) Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin)
atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidasol.
5) Pada trauma berat. karena hari-hari pertama didapat penderita
mengalami penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi
natrium dan elektrolit maka hari-hari pertama (2-3 hari) tidak
terlalu banyak cairan. Dextosa 5 % 8 jam pertama, ringer
dextrosa 8 jam kedua dan dextrosa 5 % 8 jam ketiga. Pada hari
selanjutnya bila kesadaran rendah makanan diberikan melalui
nasogastric tube (2500 - 3000 TKTP).
8. Kompilkasi
a. Koma
Penderita tidak sadar dan tidak memberikan respon disebut
koma. Pada situasi ini secara khas berlangsung hanya beberapa hari
atau minggu, setelah 16 masa ini penderita akan terbangun,
sedangkan beberapa kasus lainnya memasuki vegetatife state.
Walaupun demikian penderita masih tidak sadar dan tidak
menyadari lingkungan sekitarnya. Penderita pada vegetatife state
lebih dari satu tahun jarang sembuh.
b. Kejang/Seizure
Penderita yang menglami cedera kepala akan mengalami
sekurang-kurangnya sekali kejang pada masa minggu pertama
setelah cedera. Meskipun demikian, keadaan ini berkembang
menjadi epilepsy.
c. Infeksi
Fraktur tulang tengkorak atau luka terbuka dapat
merobekkan membran (meningen) sehingga kuman dapat masuk
infeksi meningen ini biasanya berbahaya karena keadaan ini
memiliki potensial untuk menyebar ke system saraf yang lain.
d. Hilangnya kemampuan kognitif
Berfikir, akal sehat, penyelesaian masalah, proses informasi
dan memori merupakan kemampuan kognitif. Banyak penderita
dengan cedera kepala mengalami masalah kesadaran.

e. Penyakit Alzheimer dan Parkinson


Pada khasus cedera kepala resiko perkembangan terjadinya
penyakit Alzheimer tinggi dan sedikit terjadi Parkinson. Resiko
akan semakin tinggi tergantung frekuensi dan keparahan cedera.

B. Pre Operatif,Intra Operatif & Pasca Operatif


1. Pengertian pre operasi
Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum dilakukannya
tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan
berakhirnya sampai pasien di meja bedah.
a. Persiapan pre operasi pada pasien cidera kepala
1. Infom concernt
2. Cegah hipotensi, hipoksia
3. Periksa foto turaks dan cervikal
4. Dua infus line
5. Periksa AGD elektrolit dan darah rutin serta cross match
6. Pasang kateter
7. Profilaksis antibiotik sebelum operasi dimulai
8. ETT yang adekuat
9. Lindungi kedua mata dari cairan dan tekanan
2. Pengertian intra operasi
Hal yang perlu dikaji dalam intra bedah adalah pengaturan posisi
pasien. Berbagai masalah yang terjadi selama pembedahan mencakup
aspek pemantauan fisiologis perubahan tanda vital, sistem
kardiovaskuler, keseimbangan cairan, dan pernafasan. Selain itu
lakukan pengkajian terhadap tim, dan instrumen pembedahan, serta
anastesia yang diberikan.
a. Persiapan intra operasi
1. Mencuci tangan sebelum pembedahan
2. Penggunaan baju seragam bedah
3. Menerima pasien didaerah bedah
4. Pengiriman dan pengaturan posisi kekamar bedah
5. Pembersihan dan persiapan kulit
6. Penutup daerah steril
7. Pelaksanaan anastesi
8. Pelaksanaan pembedahan
3. Pengertian pasca operasi
Pasca bedah perupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang
mulai sejak pasien memasuki ruangan pemulihan dan berakhir sampai
evaluasi selanjutnya.
Setelah tindakan pembedahan beberapa hal yng perlu dikaji
diantaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan napas, sirkulasi dan
perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit,
kardiovaskuler, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya serta alat-
alat yang digunakan dalam pembedahan
a. Perawatan post operasi
1. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa
nyeri dapat dilakukan menejemen luka. Amati kondisi luka
operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami
perdarahan abdormal. Observasi discharge untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut.
2. Memertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas,
tarik napas yang dalam dengan mulut terbuka, lalu tahan napas
selama 3 detik dan hembuskan. Atau dapat pula dilakukan
denga menarik napas melalui hidung dan menggunakan
diafragma, kemudian napas dikeluarkan secara perlahan-lahan
melalui mulut yang dikuncupkan
3. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan
memberikan cairan sesuai kebutuhan pasien, serta
mempertahankan nutrisi yang cukup
4. Mempertahankan eliminasi dengan mempertahankan asupan
output, serta mencegah terjadinya retensi urine
5. Discharge planning. Merencanakan kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang
hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan
kondisi /penyakit pos operasi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Cidera kepala adalah trauma yang mengenai otak yang terjadi
secara langsung atau tidak langsung atau efek sekunder yang
menyebabkan atau berpengaruh berubahnya fungsi neurologis, kesadaran,
kognitif, perilaku, dan emosi.
B. SARAN
1. Kepada masyarakat
Cedera kepala dapat terkena pada siapa saja. Banyak yang terkena
pada usia produktif. Sebelum cedera kepala mengenai gunakan alat
pelindung kepala yang sesuai standar. Khususnya bagi pengendara
kendaraan bermotor, pekerja konstruksi hendkanya memakai
pelindung kepala yang standar.
2. Kepada tenaga kesehatan
Pasien-pasien dengan cedra kepala dapat memburuk jika tidak
ditangani secara optimal. Berikanlah perawatan yang optimal, cepat,
tanggap, dan komprehensif dengan hati yang tulus tanpa ada yang
dibedakan.
3. Kepada pemerintah
Diharapkan pemerintah mampu membantu penanganan promotif dan
preventif tentang cedera kepala kepada masyarakat karena kasus ini
dapat mengenai semua usia dan menimbulkan dampak negatif, serta
dukungan dalam sistem pendukung misalnya jalan yang memadahi
demi terciptanya masyarakat yang lebih produktif
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/auliarahmah21/jenis-persiapan-dan-perawatan-pre-
operasi-intra-dan-post-operasi-dan-luka-perinium

http://lhianman.blogspot.com/2015/05/makalah-cedera-kepala.html

http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi61.pdf

Anda mungkin juga menyukai