Anda di halaman 1dari 30

“ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA LANSIA”

DISUSUN

KELOMPOK 4

RUSTIYANSY RAUF

SACHRAINI AMALIA TAHIR

SAGITA AKASEH

KELAS A KEPERAWATAN 2016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

2019

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
karya tulis ini. Sungguh suatu kesyukuran yang memiliki makna tersendiri, karena
walaupun dalam keadaan terdesak, kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan karya tulis ini, kami mencoba membahas tentang “Asuhan
Keperawatan Komunitas Pada Lansia”.
Apa yang kami lakukan dalam makalah ini, masih jauh yang diharapkan dan
isinya masih terdapat kesalahan – kesalahan baik dalam penulisan kata maupun
dalam menggunakan ejaan yang benar. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang
sifatnya membangun, kami harapkan sehingga makalah ini menjadi sempurna.

Gorontalo, April 2019

Kelompok 4

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………………


B. Rumusan Masalah ………………………………………………………...

BAB II. PEMBAHASAN

A. Konsep Medis Lansia ……………………………………………………


B. Konsep Keperawatan ………………………………………….

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………………….
B. Saran ………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….....

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 3


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka


kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini
berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup bangsa Indonesia dan
meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.

Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat


sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah
lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020,
atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di
Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina, India, dan
Amerika Serikat.

Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census USA


(1993), kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai
414%, tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia harapan
hidup penduduk Indonesia.

Dalam sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup penduduk
Indonesia rata-rata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun. Tetapi
menurut kajian WHO (1999) harapan penduduk Indonesia rata-rata 59,7
tahun, menempati peringkat ke-103 dunia. Nomor satu adalah Jepang (74,5
tahun).

Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lansia sudah meningkat. GBHN


1993 mengamanatkan agar lansia yang masih produktif dan mandiri diberi
kesempatan berperan aktif dalam pembangunan.. Pemerintah juga menetapkan
tanggal 29 mei sebagai Hari Lansia Nasional, sedang DPR menerbitkan UU
no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia.

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 4


Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula
penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda
dengan segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu
menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi
lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen
populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi.

Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi
keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang
spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut
usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai berkembang.

Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas


Gerontologic nursing (gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai
keterlibatannya dalam bidang yang berlainan. Gerontologic nurse atau perawat
gerontologi adalah perawat yang bertugas memberikan asuhan keperawatan
pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan Asia dipakai
batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan dimanapun dia
bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu
mereka yang berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari satu macam
penyakit (multipel patologi), disertai dengan berbagai masalah psikologik
maupun sosial.

2. Tujuan
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II
b. Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat Asuhan Keperawatan
Lansia
c. Mengenal masalah kesehatan lansia.
d. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan
pada lansia.
e. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada lansia

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 5


f. Memelihara/memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, sosial)
sehingga dapat meningkatkan kesehatan lansia.
g. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (fasilitas pelayanan
kesehatan).
3. Manfaat Penulisan
a. Mahasiswa dapat mengenal masalah kesehatan yang muncul pada lansia
b. Mahasiswa dapat memberikan tindakan perawatan yang tepat terhadap
lansia
c. Mahasiswa memiliki gambaran tentang proses perawatan terhadap lansia

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 6


BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk,
2008). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008: 32).
2. Batasan Lanjut Usia
Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia meliputi:
1) Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
2) Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
3) Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
4) Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
b. Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut:
1) Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3) Lansia risiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
4) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
5) Lansia tidak potensial

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 7


Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
3. Tipe Lanjut Usia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000
dalam buku R. Siti Maryam, dkk, 2008). Tipe tersebut dapat dibagi sebagai
berikut:
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
e. Tipe Bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta
tipe putus asa (benci pada diri sendiri). Sedangkan bila dilihat dari tingkat
kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan
menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 8


bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak
langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia dip anti werda, lansia
yang dirawat di rumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental.
4. Proses Penuaan
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya
jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan
mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan
proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides,
1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai
masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.
5. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
a. Perubahan Fisik
Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung
rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin
bertambahnya umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi
pada lansia adalah sebagai berikut:
1) Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya
cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal,
dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan
sel.
2) Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun,
berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga
mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 9


suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitif terhadap
sentuhan.
3) Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya
membedakan warna menurun.
4) Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara
atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi
atrofi menyebabkan otosklerosis.
5) Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan
sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisi dari tidur ke
duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun
menjadi 65 mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg,
diastole normal ± 95 mmHg.
6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
beberapa faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara
lain: temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigil dan
tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi
rendahnya aktifitas otot.
7) Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan
kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 10


aktivitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak
berganti.
8) Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitivitas indra pengecap menurun,
pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun,
waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul
konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
9) Sistem Genitourinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun
sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi
atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan
disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks
sekunder.
10) Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),
penurunan sekresi hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone,
dan testoteron.
11) Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas
akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan
rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan
pada bentuk sel epidermis.
12) Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan
pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon
mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga
gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.
b. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
1) Perubahan fisik.

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 11


2) Kesehatan umum.
3) Tingkat pendidikan.
4) Hereditas
5) Lingkungan.
6) Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya
kekakuan sikap.
7) Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
8) Kenangan lama tidak berubah.
9) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor
terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari faktor
waktu.
c. Perubahan Psikososial
1) Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang
menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu
mengancam sering bingung panik dan depresif.
2) Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan
sosioekonomi.
3) Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan
status, teman atau relasi.
4) Sadar akan datangnya kematian.
5) Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
6) Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
7) Penyakit kronis.
8) Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.
9) Gangguan syaraf panca indra.
10) Gizi
11) Kehilangan teman dan keluarga.
12) Berkurangnya kekuatan fisik.
13) Permasalahan pada Lansia

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 12


6. Permasalahan Yang Berkaitan Dengan Pencapaian Kesejahteraan Lansia
a. Permasalahan Umum
1) Makin besarnya jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai, dan dihormati.
3) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
4) Masih rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional pelayanan
lansia.
5) Belum membudaya dan melembaganya pembinaan kesejahteraan
lansia.
b. Permasalahan Khusus
1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik, mental maupun sosial.
2) Berkurangnya integrasi sosial lansia.
3) Rendahnya produktivitas kerja lansia.
4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, dan cacat.
5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia.
7. Penyakit & Sifat Penyakit Pada Lansia
Penyakit atau gangguan umum pada lansia ada 7 macam, yaitu:
a. Depresi Mental
b. Gangguan Pendengaran
c. Bronkitis Kronis
d. Gangguan pada tungkai atau sikap berjalan
e. Gangguan pada koksa/sendi panggul
f. Anemia
g. Demensia

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 13


8. Beberapa Sifat Penyakit Pada Lansia Yang Membedakannya Dengan
Penyakit Pada Orang Dewasa
a. Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit pada lansia umumnya berasal dari dalam tubuh
(endogen), sedangkan pada orang dewasa berasal dari luar tubuh
(eksogen). Hal ini disebabkan karena pada lansia telah terjadi penurunan
fungsi dari berbagai organ-organ tubuh akibat kerusakan sel-sel karena
proses menua, sehingga produksi hormone, enzim, dan zat-zat yang
diperlukan untuk kekebalan tubuh menjadi berkurang. Dengan demikian,
lansia akan lebih mudah terkena infeksi. Sering pula, penyakit lebih dari
satu jenis (multipatologi), dimana satu sama lain dapat berdiri sendiri
maupun saling berkaitan dan memperberat.
b. Gejala Penyakit Sering tidak khas/tidak jelas
Misalnya, penyakit infeksi paru (pneumonia) sering kali tidak didapati
demam tinggi dan batuk darah, gejala terlihat ringan padahal penyakit
sebenarnya cukup serius, sehingga penderita menganggap penyakitnya
tidak berat dan tidak perlu berobat.
c. Memerlukan lebih banyak obat (polifarmasi)
Akibat banyaknya penyakit pada lansia, maka dalam pengobatannya
memerlukan obat yang beraneka ragam dibandingkan dengan orang
dewasa. Selain itu, perlu diketahui bahwa fungsi organ-organ vital tubuh
seperti hati dan ginjal yang berperan dalam mengolah obat-obat yang
masuk ke dalam tubuh telah berkurang. Hal ini menyebabkan
kemungkinan besar obat tersebut akan menumpuk dalam tubuh dan terjadi
keracunan obat dengan segala komplikasinya bila diberikan dengan dosis
yang sama dengan orang dewasa. Oleh karena itu, dosis obat perlu
dikurangi pada lansia. Efek samping obat sering pula terjadi pada lansia
yang menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit baru akibat pemberian
obat tadi (iatrogenik), misalnya poliuri/sering BAK akibat pemakaian obat
diuretik (obat untuk meningkatkan pengeluaran air seni), dapat terjatuh
akibat penggunaan obat-obat penurun tekanan darah, penenang,

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 14


antidepresi, dan lain-lain. Efek samping obat pada lansia biasanya terjadi
karena diagnosis yang tidak tepat, ketidakpatuhan meminum obat, serta
penggunaan obat yang berlebihan dan berulang-ulang dalam waktu yang
lama.
d. Sering Mengalami Gangguan Jiwa
Pada lansia yang telah lama menderita sakit sering mengalami tekanan
jiwa (depresi). Oleh karena itu, dalam pengobatannya tidak hanya
gangguan fisiknya saja yang diobati, tetapi juga gangguan jiwanya yang
justru seing tersembunyi gejalanya. Jika yang mengobatinya tidak teliti
akan mempersulit penyembuhan penyakitnya.
9. Promosi kesehatan,Program kesehatan yang tepat dan metode yang tepat
untuk lansia
a. Sasaran
1) Sasaran Umum
a) Pengelola dan petugas penghuni panti
b) Keluarga lansia
c) Masyarakat luas
d) Instansi dan organisasi terkait
2) Sasaran Khusus
Lansia penghuni panti
b. Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lansia dilakukan melalui upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
1) Upaya Promotif
Adalah upaya untuk menggairahkan semangat hidup dan
meningkatkan derajat kesehatan lansia agar tetap berguna, baik bagi
dirinya, keluarga, maupun masyarakat. Kegiatan tersebut dapat berupa
penyuluhan/demonstrasi dan/atau pelatihan bagi petugas panti
mengenai hal-hal berikut ini:
a) Masalah gizi & diet
 Cara mengukur keadaan gizi lansia.

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 15


 Cara memilih bahan makanan yang bergizi bagi lansia.
 Cara menyusun menu sehat dan diet khusus.
 Cara menghitung kebutuhan makanan di panti.
 Cara menyelenggarakan penyediaan di panti.
 Cara mengawasi keadaan gizi lansia.
b) Perawatan Dasar Kesehatan
 Melakukan pengkajian komprehensif pada lansia
 Perawatan kesehatan dasar lansia yang masih aktif.
 Perawatan kesehatan dasar bagi lansia yang pasif.
 Perawatan khusus lansia yang mengalami gangguan.
 Perawatan dasar lingkungan panti, baik di dalam maupun di
luar panti.
c) Keperawatan Gawat Darurat
 Mengenal kasus darurat.
 Tindakan pertolongan pertama kasus darurat.
d) Mengenal Kasus Gangguan Jiwa
 Tanda dan gejala gangguan jiwa pada lansia.
 Cara mencegah dan mengatasi gangguan jiwa pada lansia.
e) Olahraga
 Maksud dan tujuan olah raga bagi lansia.
 Macam-macam olah raga yang tepat bagi lansia.
 Cara-cara melakukan olah raga yang benar.
f) Teknik-teknik berkomunikasi
 Bimbingan rohani.
 Sarasehan, pembinaan mental, dan ceramah keagamaan.
 Pembinaan dan pengembangan kegemaran pada lansia di panti.
 Rekreasi.
 Kegiatan lomba antar lansia di dalam panti atau antar panti.
 Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lansia di panti
maupun masyarakat luas melalui berbagai macam media.

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 16


2) Upaya Preventif
Adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadi penyakit-
penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan dan komplikasinya.
Kegiatannya dapat berupa kegiatan berikut ini:
a) Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan di panti oleh petugas
kesehatan yang datang ke panti secara periodic atau di puskesmas
dengan menggunakan KMS lansia.
b) Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di
puskesmas maupun petugas panti yang telah dilatih dalam
pemeliharaan kesehatan lansia.
c) Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas
panti yang menggunakan buku catatan pribadi.
d) Melakukan olah raga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan
kondisi masing-masing.
e) Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan
kondisi kesehatannya masing-masing.
f) Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
g) Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan
tetap produktif.
h) Melakukan orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap
lingkungan sekelilingnya agar lansia dapat lebih mampu
mengadakan hubungan dan pembatasan terhadap waktu, tempat,
dan orang secara optimal.
3) Upaya Kuratif
Upaya kuratif adalah upaya pengobatan bagi lansia oleh petugas
kesehatan atau petugas panti terlatih sesuai kebutuhan. Kegiatan ini
dapat berupa hal-hal berikut ini:
a) Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau
petugas panti yang telah dilatih melalui bimbingan dan
pengawasan petugas kesehatan/puskesmas.
b) Pengobatan jalan di puskesmas.

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 17


c) Perawatan dietetik.
d) Perawatan kesehatan jiwa.
e) Perawatan kesehatan gigi dan mulut.
f) Perawatan kesehatan mata.
g) Perawatan kesehatan melalui kegiatan puskesmas.
h) Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan yang
diperlukan.
4) Upaya Rehabilitatif
Adalah upaya untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal
mungkin. Kegiatan ini dapat berupa rehabilitasi mental, vokasional
(ketrampilan/kejuruan), dan kegiatan fisik. Kegiatan ini dilakukan oleh
petugas kesehatan, petugas panti yang telah dilatih dan berada dalam
pengawasan dokter, atau ahlinya (perawat). Pakar psikologi Dr.
Parwati Soepangat, M.A. menjelaskan bahwa para lansia yang
dititipkan di panti pada dasarnya memiliki sisi negatif dan positif.
Diamati dari sisi positif, lingkungan panti dapat memberikan
kesenangan bagi lansia. Sosialisasi di lingkungan yang memiliki
tingkat usia sebaya akan menjadi hiburan tersendiri, sehingga
kebersamaan ini dapat mengubur kesepian yang biasanya mereka
alami.
Akan tetapi, jauh di lubuk hati mereka merasa jauh lebih nyaman
berada di dekat keluarganya. Negara Indonesia yang masih
menjunjung tinggi kekeluargaan, tinggal di panti merupakan sesuatu
hal yang tidak natural lagi, apa pun alasannya. Tinggal di rumah masih
jauh lebih baik dari pada di panti. Pada saat orang tua terpisah dari
anak serta cucunya, maka muncul perasaan tidak berguna (useless) dan
kesepian. Padahal mereka yang sudah tua masih mampu
mengaktualisasikan potensinya secara optimal. Jika lansia dapat
mempertahankan pola hidup serta cara dia memandang suatu makna
kehidupan, maka sampai ajal menjemput mereka masih dapat berbuat
banyak bagi kepentingan semua orang.

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 18


10. Kebutuhan lansia (10 needs of the erderly)
a. Makanan cukup dan sehat (healthy food).
b. Pakaian dan kelengkapannya (cloth and common accessories).
c. Perumahan/tempat tinggal/tempat berteduh (home, place to stay).
d. Perawatan dan pengawasan kesehatan (health care and facilities).
e. Bantuan teknis praktis sehari-hari/bantuan hokum (technical, judicial
assistance).
f. Transportasi umum (facilities for public transportations).
g. Kunjungan/teman bicara/informasi (visits, companies, informations).
h. Rekreasi dan hiburan sehat lainnya (recreational activities, picnic).
i. Rasa aman dan tentram (safety feeling).
j. Bantuan alat-alat panca indra (other assistance/aids). Kesinambungan
bantuan dana dan fasilitas (continuation of subsidies and facilities).
11. Terapi Modalitas
Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi
waktu luang bagi lansia.
a. Tujuan
1) Mengisi waktu luang bagi lansia.
2) Meningkatkan kesehatan lansia.
3) Meningkatkan produktivitas lansia.
4) Meningkatkan interaksi sosial antar lansia.
b. Jenis Kegiatan
1) Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih
sesuai dengan masalah lansia.
2) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan,
bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk
terlaksananya terapi ini dibutuhkan leader, co-leader, dan fasilitator.
Misalnya cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.
3) Terapi musik

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 19


Bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan gairah
hidup dan dapat mengenang masa lalu.
4) Terapi berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan
waktu luang.
5) Terapi dengan binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih saying dan mengisi hari-hari
sepinya dengan bermain bersama binatang.
6) Terapi okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan
produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan
yang telah disediakan.
7) Terapi kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas
cermat, mengisi TTS, dan lain-lain.
8) Life review terapi
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan
menceritakan pengalaman hidupnya.
9) Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan
rasa bosan, dan melihat pemandangan.
10) Terapi keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan
meningkatkan rasa nyaman. Seperti mengadakan pengajian, kebaktian,
dan lain-lain.

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 20


B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data inti Komunitas
1) Sejarah / Riwayat Daerah Komunitas
Desa Tabongo barat merupakan salah satu desa yang terdapat di
Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo. Desa Tabongo Barat
merupakan wilayah yang terdiri dari pemukiman,persawahan,
perkebunan,perkantoran dan prasarana umum lainnya. Terdapat 56
warga usia lansia yang berusia >60 tahun di Desa Tabongo.
2) Data Demografi
No Jenis Kelamin
Laki- % Perempuan % Total
Laki
1 825 48,62% 872 orang 51,38% 1697
orang
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan,terdapat 504
KK yang dikaji yang terdiri dari 1697 penduduk. Sebagian besar
penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 872 orang
(51,38%) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 825 orang
(48,62%). Hal ini menggambarkan pertumbuhan penduduk
perempuan lebih tinggi. Komposisi jumlah penduduk berdasar
rentang usia dari 1697 penduduk yang dilakukan pengkajian.
Sebagian besar penduduk yang dikaji terdiri dari kelompok usia
dewasa sebanyak 931 penduduk (54.9%) dan sebagian kecil
terdiri dari kelompok bayi,batita,balita sejumlah 164 penduduk
(9,7%). Data tersebut menjelaskan kelompok usia produktif
menempati urutan jumlah tertinggi sehingga angka
ketergantungan semakin kecil.
3) Etnisitas
Suku di Desa Tabongo Barat mayoritas adalah suku Gorontalo.
Beberapa tokoh masyarakat mengatakan bahwa sebagian besar

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 21


masyarakat mengkonsumsi makanan yang asin-asin karena faktor
budaya.
4) Nilai – Nilai, Keyakinan Dan Agama

No Agama Yang Dianut Frekuensi %


1 Islam 1697 100%
2 Kristen - -
3 Hindu - -
4 Budha - -
Total 1697 100%

Penduduk di Desa Tabongo Barat mayoritas beragama islam.


Banyak berdiri masjid dan musholah di sekitar perumahan warga.
Nilai dan norma para masyarakat masih mengenal nilai kesopanan,
gotong royong dan kerukunan antar warganya. Hal ini dapat dilihat
dari adanya kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang masih terus
berjalan. Seperti: kerja bakti, arisan, dan takziyah.

b. Data Subsistem Komunitas


1) Lingkungan Fisik
a) Kualitas Air
No Kondisi Air Frekuensi %
1 Berwarna 5 3%
2 Berbau 6 4%
3 Berasa - -
4 Tidak berasa/Tidak 493 93%
berwarna
Kualiatas air di Desa Tabongo barat kebanyakan berkualitas
baik dan layak digunakan. Tapi masih ada kondisi air yang
berwarna 5 rumah (3%) dan berbau 6 rumah (4%).

b) Kualitas Udara

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 22


No Kualitas Udara Persentase
1. Tercemar 30 %
2. Tidak Tercemar 70 %

Kualitas udara dibeberapa tempat bersih dan ada juga yang


sudah tercemar. Menurut kepala desa dan beberapa masyarakat
banyak sampah yang dikumpulkan dan di bakar disembarang
tempat tanpa ada pentup sampah, akibatnya polusi udara
tersebut dapat mengganggu kesehatan penduduk di desa
tersebut.
2) Perumahan
Tipe Permanen 414 70%
Perumahan
1 Semipermanen 75 25%
2 Tidak permanen 15 5%
Jumlah 504 100%
Tipe perumahan yang ada di Desa Tabongo Barat yang
permanen sebanyak 414 buah (70%),semipermanen sebanyak 75
buah (25%) dan yang tidak permanen sebanyak 15 buah (5%).
3) Pelayanan Kesehatan Dan Sosial

No Pelayanan Kesehatan Dan Frekuensi %


sosial
1. Puskesmas 1
2. Klinik 2
3. Rumah Sakit -
Pusat pelayanan kesehatan yang ada di Desa Isimu terdiri dari 1
Puskesmas dan 2 klinik tetapi jarak desa dari rumah sakit sangat jauh
sehingga membutuhkan waktu untuk pergi ke rumah sakit.

4) Ekonomi

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 23


Sebagian besar mata pencaharian penduduk yaitu buruh tani sebanyak
807 orang dan karyawan sebesar 645 orang. Tingkat ekonomi di
masyarakat kebanyakan masih dibawah UMR, kebanyakan penghasilan
yang didapat perbulan kurang dari 1 juta, sehingga belum mampu
memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan kesehatan seperti kebutuhan
nutrisi dan fasilitas kesehatan.
5) Transportasi Dan Keamanan
Transportasi di desa Tabongo Barat mayoritas menggunakan kenderaan
roda dua. Sebagian penduduk juga ada yang menggunakan kenderaan
roda empat dalam melakukan aktivitas,dan ada juga yang berjalan kaki
dalam mengakses tempat yang diinginkan. Kondisi keamanan dan
keselamatan di desa Tabongo barat masih dalam lingkup aman.
6) Politik Dan Pemerintahan
Pemerintahan di desa Tabongo barat belum mengadakan posyandu
lansia . Sebaiknya desa tersebut terdapat posyandu lansia sehingga
dapat membantu mengendalikan hipertensi pada lansia. Dan juga
sebaiknya banyak dilaksanakan program pendidikan kesehatan
mengenai hipiertensi,dan juga kerja sama dengan dinas pendidikan
sehingga desa Tabongo Barat di jadikan tempat untuk mahasiswa
kesehatan untuk melakukan praktik profesi ners,yang di harapkan
mampu menambah pengetahuan warga tentang kesehatan .sehingga
derajat kesehatan desa Tabongo menjadi lebih baik khususnya pada
masalah hipertensi yang di alami oleh lansia.
7) Komunikasi
Penduduk di desa Tabongo barat tidak memiliki telepon umum,karena
masyarakat sebagian besar menggunakan ponsel untuk saling
berkomunikasi antar masyarakat.
8) Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat desa Tabongo barat sebagian besar
adalah yang sedang sekolah yaitu sejumlah 530 orang

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 24


(76,3%),sedangkan penduduk yang belum TK sebesar 26 orang, dan
penduduk TK 96 orang dan tamat s1 43 orang.
9) Rekreasi
Desa Tabongo barat tidak memiliki tempat rekreasi atau fasilitas
rekreasi. Masyarakat biasnya pergi ke pantai,atau ke taman hiburan lain
yang letaknya berada di Kecamatan lain.
2. Pengkajian Berdasarkan Agregat
a. Keluhan Lansia
No Keluhan penyakit
lansia Frekuensi Persentase
1 Ya mengeluh 47 84 %
2 Tidak Mengeluh 9 16%
Jumlah 56 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 jumlah
lansia terdapat 47 orang lansia yang mempunyai keluhan (84%) dan
sebagian tidak ada keluhan yaitu 9 orang lansia (16%)

b. Jenis penyakit yang di derita lansia

No Jenis Penyakit Frekuensi Persentase


1 Asma 2 4%
2 TBC 1 2%
3 Hipertensi 29 62%
4 DM 13 28%
5 Rematik 1 2%
6 Katarak 1 2%
Jumlah 47 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 47 jumlah


lansia yang mempunyai keluhan terdapat 2 orang lansia (4%)
menderita asma,1 orang (2%) menderita TBC,29 orang (62%)

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 25


menderita hipertensi,13 orang (28%) menderita DM,1 orang (2%)
menderita rematik dan 1 orang (2%) menderita katarak.

c. Penanganan penyakit lansia


No Penanganan Frekuensi Persentase
Penyakit
1 Sarana Kesehatan 15 27 %
2 Non Medis 37 68%
3 Diobati Sendiri 4 5%
Jumlah 56 100%
Berdasarkan tabel di atas,dapat dilihat bahwa dari 56 jumlah
lansia terdapat 15 orang (27%) yang menggunakan sarana kesehatan,
37 orang (68%) menggunakan sarana non medis dan 4 orang (5%)
mengobati sendiri penyakitnya.

3. Analisa Data

No. Data Problem Etiologi


1 Ds : Hipertensi pada Ketidakpatuhan
- Warga mengatakan lansia lansia dalam
bahwa kebanyakan memanfaatkan
lansia mengalami sarana kesehatan.
hipertensi
- Warga mengatakan
bahwa lansia masih ada
yang tidak
memanfaatkan sarana
pelayanan kesehatan
bila sakit.
Do :
- Dari 56 lansia ada 29
orang (62%) yang

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 26


menderita hipertensi.
- Dari 56 lansia ada 37
lansia (68%) yang
menggunakan
penanganan secara non
medis untuk
penanggulangan
masalah penyakitnya.
2 Ds Resiko tinggi Kurangnya
- Warga mengatakan peningkatan pengetahuan
bahwa tidak ada angka kejadian masyarakat tentang
posyandu untuk lansia. hipertensi pada hipertensi.
Do : lansia
- Kebanyakan angka
kejadian hipertensi saat
dilakukan pengkajian
3 Ds : Resiko terjadi lingkungan yang
- warga mengatakan peningkatan kurang sehat
banyak sampah yang kasus penyakit
dikumpulkan dan dibakar pernapasan
di pekarangan rumah.
- Beberapa warga
mengatakan sampah
dibakar dan tidak ada
penutup sampah
Do :

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 27


4. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertensi pada lansia berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia
dalam memanfaatkan sarana kesehatan
b. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian hipertensi pada lansia
berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
hipertensi.
c. Resiko terjadi peningkatan kasus penyakit berhubungan dengan
Lingkungan yang kurang sehat.

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 28


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Diagnosa keperawatan komunitas yang bias ditegakkan pada asuhan
keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi adalah:
a. Hipertensi pada lansia berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia
dalam memanfaatkan sarana kesehatan
b. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian hipertensi pada lansia
berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
hipertensi.
c. Resiko terjadi peningkatan kasus penyakit berhubungan dengan
Lingkungan yang kurang sehat.
2. Salah satu terapi modalitas yang dapat digunakan untuk menurunkan
tekanan darah adalah terapi relaksasai otot progresif.

B. Saran
1. Hendaknya dilakukan pengembangan dalam intervensi keperawatan
komunitas lansia dengan hipertensi terutama untuk terapi modalitas yang
dapat digunakan.
2. Dalam pelaksanaan proses keperawatan komunitas hendaknya klien
menjadi subjek, bukan objek.
3. Hendaknya libatkan keluarga lansia dalam setiap intervensi.
4. Posyandu lansia hendaknya diberdayakan dengan optimal karena sangat
membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas lansia.

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 29


DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2006. Waspada Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Elex Media


Komputerindo

Effendi dan Makhfudi. 2010. Keperawtan Kesehatan Komunitas Teori dan


Praktik dalam Keperawtan. Jakarta: salemba medika

Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 3 (13th ed). Jakarta:
EGC.

Jain, Ritu. 2011. Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama

Kemensos. 2010. Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan Masalah


Kesejahteraannya. Depsos.go.id

Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius

Mubarak, W & dkk. (2006). Ilmu Keperwatan Komunitas. Jakarta: CV. Sagumg
Seto.

Nugroho, Wahjudi.2006. Komunikasi dalam Keperawat n Gerontik. Jakarta:


penerbit Buku Kedokteran EGC

Pakkenberg BD. 2003. Aging and The human neocortex Exp. Gerontology.

Pierce dan Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Jakarta :EGC

Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Lansia Page 30

Anda mungkin juga menyukai