Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1. A. Latar belakang

Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit tampak
meradang dan iritasi. Peradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering
terkena adalah tangan dan kaki.

Dermatitis kontak ( dermatitis venenata ) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsure –
unsur fisik, kimia atau biologi. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang sering bersifat
ekzematosoa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang iritatif atau
alergenik. Dermatitis kontak adalah peradangan oleh kontak dengan suatu zat tertentu,
ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas.

Lansia adalah Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke
atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8).

Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan
fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu.

Perubahan pada lanjut usia dapat dilihat dari segi fisik, psikis, sosial dan lain-lain. Menua
adalah proses alami yang terjadi dalam kehidupan manusia. Penuaan akan terjadi hampir
pada semua sistem tubuh, namun tidak semua sistem tubuh mengalami kemunduran fungsi
pada waktu yang sama (Nugroho, 2008).

1. B. MASALAH
1. Apa itu lansia ?
2. Bagaimana perubahan yang terjadi pada lansia?
3. bagaimana Lansia dengan dermatitis ?

1. C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Apa itu lansia ?
2. Untuk mengetahui Bagaimana perubahan yang terjadi pada lansia?
3. Untuk mengetahui bagaimana Lansia dengan dermatitis ?
BAB II

PEMBAHASAN

1. 1. PENGERTIAN

i. LANSIA

Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8).
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Constantinides, 1994).

Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural
disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan
episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes
dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni : Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun),
merupakan kelompok yang baru memasuki lansia, kelompok lansia (65 tahun ke atas),
Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 katagori, yaitu :

1. Usia lanjut : 60 – 74 tahun


2. Usia tua : 75 -89 tahun
3. Usia sangat lanjut : lebih dari 90 tahun.

Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan
fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu.

Perubahan pada lanjut usia dapat dilihat dari segi fisik, psikis, sosial dan lain-lain. Menua
adalah proses alami yang terjadi dalam kehidupan manusia. Penuaan akan terjadi hampir
pada semua sistem tubuh, namun tidak semua sistem tubuh mengalami kemunduran fungsi
pada waktu yang sama (Nugroho, 2008).

Perubahan-perubahan yang terjadi akibat proses penuaan adalah sebagai berikut: perubahan
fisik antara lain ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-
tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan dada bagian atas. Kadang-kadang rasa
kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan dan berdebar-debar.
Selain itu terdapat perubahan yang umum dialami lansia, misalnya perubahan sistem imun
yang cenderung menurun, perubahan sistem integumen yang menyebabkan kulit mudah
rusak, perubahan elastisitas arteri pada sistem kardiovaskular yang dapat memperberat kerja
jantung, penurunan kemampuan metabolisme oleh hati dan ginjal serta penurunan
kemampuan penglihatan dan pendengaran.

Penurunan fungsi fisik tersebut yang ditandai dengan ketidakmampuan lansia untuk
beraktivitas atau melakukan kegiatan yang tergolong berat. Perubahan fisik yang cenderung
mengalami penurunan tersebut akan menyebabkan berbagai gangguan secara fisik sehingga
mempengaruhi kesehatan serta akan berdampak pada kualitas hidup lansia (Setyoadi,
Noerhamdani dan Ermawati, 2011)

Perubahan mental, dalam bidang mental atau psikis pada lanjut usia, dapat berupa sikap yang
semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak jika memiliki sesuatu. Yang
perlu dimengerti adalah sikap umum yang ditemukan pada hampir setiap lanjut usia, yaitu
keinginan berumur panjang dengan sedapat mungkin tenaganya dihemat, mengharapkan tetap
diberikan peranan dalam masyarakat, ingin tetap berwibawa dengan mempertahankan hak
dan hartanya, ingin meninggal secara terhormat (Nugroho, 2008).
Perubahan psikososial yaitu nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan
identitasnya dengan peranan dalam pekerjaan. Ketika seseorang mengalami pensiun
(purnatugas), maka yang dirasakan adalah pendapatan berkurang (kehilangan finansial);
kehilangan status (dulu mempuyai jabatan/ posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan semua
fasilitas); kehilangan relasi; kehilangan kegiatan, akibatya timbul kesepian akibat
pengasingan dari lingkungan sosial serta perubahan cara hidup (Nugroho, 2008). Hal tersebut
sejalan dengan yang di ungkapkan oleh Netuveli, et al (2006), yaitu penghasilan berbanding
lurus dengan status kesehatan seseorang, artinya orang dengan kesejahteraan baik
mempunyai status kesehatan yang baik juga. Kesimpulannya adalah strata sosial merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia.

Perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya lansia dalam kehidupan
keagamaan. Agama dan kepercayaan terintegrasi dalam kehidupan dan terlihat dalam pola
berfikir dan bertindak sehari-hari. Perkembangan spiritual yang matang akan membantu
lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan, maupun merumuskan
arti dan tujuan keberadaannya dalam kehidupan (Setyoadi, Noerhamdani dan Ermawati,
2011).

1. Perubahan Fisik

Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem
pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,
muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.

a. Sistem pernafasan pada lansia.

1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi
berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.

2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi
penumpukan sekret.

3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara


pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang
kira kira 500 ml.

4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal


50m²), menyebabkan terganggunya prose difusi.

5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari
hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang
lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.

7) kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran
nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.

1) Penglihatan

a) Kornea lebih berbentuk skeris.

b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).

d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat,
susah melihat dalam cahaya gelap.

e) Hilangnya daya akomodasi.

f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.

g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.

2) Pendengaran.

a) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :

Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi
suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 %
terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.

c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin.

3) Pengecap dan penghidu.

a) Menurunnya kemampuan pengecap

b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang.

4) Peraba.
a) Kemunduran dalam merasakan sakit.

b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.

b. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.

1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun.


Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.

Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari
tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65
mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ).

4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal
± 170/95 mmHg ).

c. Sistem genito urinaria

1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %,
penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya
kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya
+ 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai
200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan
pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.

3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.

4) Atropi vulva.

5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi
halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.

6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmati berjalan terus.

d. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.

1) Produksi hampir semua hormon menurun.


2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah

3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah
dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.

4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat.

5) Menurunnya produksi aldosteron.

6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.

7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta
kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).

e. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.

1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah
umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera
pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis,
asin, asam & pahit.

3) Esofagus melebar.

4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun,
waktu mengosongkan menurun.

5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi

6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).

7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran
darah.

f. Sistem muskuloskeletal.

1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.

2) resiko terjadi fraktur.

3) kyphosis.

4) persendian besar & menjadi kaku.

5) pada wanita lansia > resiko fraktur.


6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.

g. Perubahan sistem kulit & jaringan ikat.

1). Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

2). Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa

3). Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan
terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.

4). Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan
menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.

5). Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang
baik.

6). Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.

7). Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu.

8). Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.

9). Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.

10). Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
rendahnya akitfitas otot.

11). Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.

1) Perubahan sistem reprduksi.

a) selaput lendir vagina menurun/kering.

b) menciutnya ovarium dan uterus.

c) atropi payudara.

d) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur.

e) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.

2) Kegiatan sexual.
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan
dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual,

disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi :

1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin
yang berhubungan dengan proses reproduksi,

2) rohani, Secara rohani Ù tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama
bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku seperti binatang dan

3) sosial, Secara sosial Ù kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang
merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani sexualitas.

Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari
sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga
sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk
dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa
tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman
sex.

2. Perubahan-perubahan mental/ psikologis

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b. kesehatan umum

c. Ttingkat pendidikan

d. Keturunan (herediter)

e. Lingkungan

f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian

g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan

h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili

i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan perubahan
konsep diri
Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan
yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti
penyakit-penyakit.

Kenangan (memory) ada dua;

1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa
perubahan,

2) Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk.

Intelegentia Quation;

1) tidakberubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,

2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan psikomotorterjadi perubahan pada


daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu

3.Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial.

1. perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi, kemunduran orientasi,


penglihatan, pendengaran mengakibatkan kurangnya percaya diri pada fungsi mereka.

2. Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak.

3. Gangguan halusinasi.

4. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.

5. Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.

4. Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya (Maslow,1970). Lansia


makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak
dalam sehari-hari. (Murray dan Zentner,1970).

DERMATITIS

A. Struktur kulit

Struktur kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis. Epidermis merupakan
lapisan terluar, dan aksesori-aksesorinya(rambut, kuku, kelenjar sebasea, dan kelenjar
keringat) berasal dari lapisan ektoderm embrio. Dermis berasal dari mesoderm. Kulit
merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung, sekresi, ekskresi, pengatur temperatur, dan
sensasi. Kulit memiliki tiga lapisan utama: epidermis, dermis, dan subkutan ( Perry & Potter,
2005)

1. Epidermis

Epidermis merupakan epitel gepeng (skuamosa) berlapis, dengan beberapa lapisan yang
terlihat jelas. Jenis sel yang utama disebut ‘keratinosit’.

Kelengkapan (aksesori) epidermis:

a. Kelenjar keringat ekrin, Kelenjar keringat ekrin penting dalam pengaturan suhu tubuh.

b. Kelenjar keringat apokrin, Kelenjar keringat apokrin terutama banyak ditemukan di


daerah aksila dan anogenital.

c. Rambut, Rambut tumbuh dari invaginasi tubular pada epidermis yang disebut folikel, dan
folikel rambut beserta kelenjarsebasea disebut sebagai ‘unit pilosebasea’.

d. Kelenjar sebasea, Kelenjar sebasea terdapat di setiap tempat pada kulit mulai dari tangan
sampai kaki.

e. Kuku, Kuku merupakan lempengan keratin transparan yang berasal dari invaginasi
epidermis pada dorsum falang terakhir dari jari.

2. Dermis

Dermis adalah lapisan jaringan ikat yang terletak dibawah epidermis, dan merupakan bagian
terbesar dari kulit. Dermis dan epidermis saling mengikat melalui penonjolan-penonjolan
epidermis kebawah (rete ridge) dan penonjolan-penonjolan ke atas (dermal papillae).

3. Dermatoglifik

Sidik jari, yaitu pola guratan-guratan menonjol yang khas pada ujung jari manusia, bersifat
unik bagi setiap individu. Jari tangan dan kaki, serta telapak tangan dan kaki,dipenuhi oleh
guratan-guratan tersebut.

B. Fungsi Kulit

Dari struktur kulit yang sedemikian rumit, jelas bahwa mempertahankan seluruh bagian tubuh
bukanlah satu-satunya fungsi kulit. Beberapa fungsi kulit adalah sebagai berikut:

1. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh yang essensial.

2. Melindungi dari masuknya zat-zat kimia beracun dari lingkungan dan mikroorganisme.

3. Fungsi-fungsi imunologis melindungi dari kerusakan akibat radiasi UV.

4. Mengatur suhu tubuh


5. Sintesis vitamin D

6. Berperan penting dalam daya tarik seksual dan interaksi sosial.

C. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Perubahan pada kulit lansia, bisa bersifat histologik, fisiologik maupun klinik dan terjadi
karena proses penuaan, baik bersifat instriksik, maupun ekstrinsik. Perubahan tersebut antara
lain bentuk dan ukuran sel, menurunya melanosit, penurunan jumlah sel langerhans. Dermis
mengalami penurunan jumlah sel, vaskularisasi berkurang, hilangnya fungsi elastisitas, yang
berakibat banyak terjadi kerutan.

Demikian juga saraf, mikrosirkulasi serta kelenjar keringat mengalami penurunan secara
gradular, yang merupakan predisposisi untuk terjadinya penurunan termolegurasi, sensitivitas
terhadap panas. Kuku mengalami penurunan kecepatan pertumbuhan, dengan terjadinya
penipisan pada lempengan kuku, serta terjadinya kerapuhan dan keretakan kelenjar lemak
subkutan mengalami atrofi, misalnya pada pipi, ekstremitas bagian distal, tetapi terjadi
hipertrofi pada paha wanita dan perut pada pria.

1. Karakteristik Kulit Menua

a. Kulit Kering, Kasar dan Bersisik

Kulit kering, merupakan kelainan kulit yang terjadi hampir 75% lansia diatas 64 tahun. Kulit
tampak kering, bersisik, warna lebih gelap, keabu-abuan dan nampak suram. Kekeringan ini
terjadi akibat menurunya hormon, menurunya fungsi kelemjar sebasea, berkurangnya jumlah
dan fungsi kelenjar keringat, berkurangnya kadar air dalam epidermis serta paparan sinar
matahari yang terlalu lama.

Kulit kasar dan bersisik timbul akibat proses keratinisasi serta perubahan ukuran sel –sel
epidermis dimana stratum mudah lepas dan cenderung untuk mati dan melekat satu sama lain
pada permukaan kulit.

b. Kulit Berkerut dan Kendor

Kulit kendor / menggelantung dengan kerutan – kerutan dan garis kulit lebih jelas . Hal ini
disebabkan karena :

1. Penurunan jumlah fibroblast yang menyebabkan penurunan jumlah serat elastin lebih
sklerotik dan menebal sehingga jaringan kolagen menjadi kendor dan serabut elastin
kehilangan daya lenturnya, kulit menjadi kendor dan kurang lentur,
2. Tulang dan otot menjadi atrofi, jaringan lemak subkutan berkurang, lapisan, kulit tipis
serta kehilangan daya kenyalnya sehingga terbentuk kerutan – kerutan dan garis –
garis kulit.

3. Kontraksi otot – otot mimik yang tidak diikuti oleh kontraksi kulit yang sesuai sehingga
mengakibatkan alur – alur keriput di daerah wajah.
c. Gangguan Pigmentasi Pada Kulit

Hal ini disebabkan perubahan – perubahan pada distribusi pigmen melanin dan proliferasi
melanosit, serta fungsi melanosit menurun sehingga penumpukan melanin tidak teratur dalam
sel – sel basal epidermis.

Disamping itu epidermimal turn over menurun sehingga lapisan sel sel kulit mempunyai
banyak waktu untuk menyerap melanin yang mengakibatkan terjadinya bercak – bercak
pigmentasi pada kulit.

d. Perubahan Rambut dan Kuku

Rambut :

1. Pertumbuhan menjadi lambat, lebih halus dan jumlahnya lebih sedikit.


2. Rambut pada alis, lubang hidung dan wajah sering tumbuh lebih panjang.
3. Rambut memutih.
4. Rambut banyak yang rontok.

Kuku :

1. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kecepatan pertumbuhan menurun 30 – 50 % dari


orang dewasa.
2. Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya dan rapuh.
3. Warna kuku agak kekuningan.
4. Kuku menjadi tebal dan keras.
5. Garis – garis kuku longitudinal tampak lebih jelas. Kelainan ini di laporkan terdapat
pada 67 % lansia berusia 70 tahun.

D. Kelainan Kulit Pada Lansia

1. Ulkus dekubitus ( Norman NA, 2003 )

Ulkus dekubitus sering di dapatkan pada lansia, khususnya penderita dengan resiko tinggi,
misalnya kelumpuhan total ( tetraplegi ), penderita kanker stadium akhir, diabetes, penderita
ginjal tahap akhir, penderita penyakit hati dan jantung, fraktur femor, imunosupresi,
inkontinensia, status mental menurun, malnutrisi, mobilitas yang kurang. Ulkus ini umumnya
terjadi di atas tulang yang menonjol. Adanya tekanan kronis menyebabkan iskemia dan
berakibat kerusakan jaringan.

Ulkus dekubitus terjadi melalui beberapa stadium :

1. Stadium 1 : Kemerahan yang menetap pada kulit yang masih utuh.


2. Stadium 2 : Nekrosis superfisialis atau separo ketebalan epidermis –dermis.
3. Stadium 3 : Nekrosis yang lebih dalam, hilangnya seluruh kedalaman kulit dan
meluas sampai dalam, namun belum melalui fasia.
4. Stadium 4 : Nekrosis yang meluas masuk melewati fasia, bisa sampai otot, tulang dan
struktur jaringan penopang lain.
2. Dermatitis eksema

Bentuk – bentuk dermatitis eksema yang sering terjadi pada lansia:

1. Eksema nummuler, yang ditandai dengan lesi berbentuk uang logam, disertai rasa
gatal, biasanya terlihat pada tungkai bawah, ekstremitas atas, punggung tangan dan
badan. Pengobatan dengan pemberian kortikosteroid topikal, dengan kekuatan sedang
sampai kuat serta emolien. Untuk infeksi sekunder diberikan antibiotika sistemik,
misalnya sefaleksin, dikloksasilin.
2. Dermatitis statis. Terjadinya akibat insufisiensi vena, odem pada pedis, serta varises.
Pada kulit terlihat kecoklatan akibat disposisi hemosiderin. Kulit mudah terjadi
ulserasi maupun selulitis. Eksaserbasi akut terhadap kelainan ini bisa menimbulkan
autosensitisasi yang berakibat munculnya lesi papulovesikuler akut yang menyebar ke
seluruh tubuh, sering bersifat simetris.
3. Dermatitis seboroik, dalam bentuk kulit yang kering, kemerahan, bersisik pada kulit
kepala, muka badan, atau regio anogenital. Sistim syaraf pusat mempunyai peran
penting terhadap keparahan penyakit ini. Penyakit parkinson, kuadriplegia, stres
emosional. Pityrosporum ovale juga berperan pada kelainan ini.
4. Dermatitis kontak. Dermatitis kontak bisa bersifat iritan maupun alergika. Pada
dermatitis kontak iritan ( DKI ), semua bagian tubuh yang terbuka bisa terkena ( hand
eczema ) sabun dan detergen merupakan iritan terbanyak, disamping bahan – bahan
lain, misalnya pemberesih

( lisol ), pelarut, pemutih. DKI bisa terjadi pada semua orang, sedangkan dermatitis kontak
alergika ( DKA ) hanya terjadi pada orang – orang tertentu. Pada DKA biasanya lesi
kemerahan, disertai papul atau vesikel, dan biasanya ada riwayat kontak dengan bahan –
bahan tertentu. DKA pada lansia sedikit berbeda dengan penderita yang muda. Erupsi
biasanya kurang meradang, rasa gatal lebih kurang tetapi berlangsung lama. Hal ini
disebabkan karena respon imun seluler yang menurun. Keadaan ini akan menyebabkan
kesulitan dalam membedakan DKA dan DKI pada lansia.

1. Liken simpleks kronikus ( neurodermatitis ) Kelainan ini ditandai oleh plaket yang
menebal, karena terjadinya likenifikasi, gatal, lokasi terbatas dan perjalanan penyakit
kronis.Paling sering ditemukan pada daerah pergelangan kaki, tetapi dapat juga timbul
dibagian lain. Kelainan ini disebabkan kebiasaan menggosok kulit. Paling sering
ditemukan pada usia diatas 60 tahun. Biasanya lesi hanya satu dan daerah
predileksinya pada wanita, labia mayora dan tengkuk sedangkan pria daerah perineum
dan skrotum. Daerah lain sering terkena adalah pergelangan tangan dan tungkai
bawah. Faktor perdisposisinya adalah atopi dan kulit xerotik dimana kelainan ini
berhubungan dengan gatal yang kemudian berlanjut dengan siklus gatal – garuk.
2. Eksema asteatotik ( eczema craquele ) Merupakan jenis eksema yang banyak
dijumpai pada usia lanjut, akibat kulit yang kering dan umunya dijumpai pada
ekstremitas bawah. Pada penampakan terlihat kulit yang kering dengan skuama yang
lebar, agak kemerahan, dengan suatu gambaran yang di sebut “ crazy paving “. Hal
ini disebabkan hilangnya lubrikasi epidermis. Untuk keadaan ini di perlukan emolien
atau pelembab, yang digunakan secara teratur. Pemberian kortikosteroid sebisa
mungkin dihindari, mengingat latar belakang kulit yang sudah menipis dan mudah “
Retak”.

1. 2. Etiologi

Faktor Genetik, terdapat riwayat stigmata atopi berupa asma bronchial, rinitis alergik,
konjungtivitis alergik, dan dermatitis atopic dalam keluarganya.

Faktor Imunologik, pada penderita ditemukan peningkatan jumlah IgE dalam serum.

Faktor Psikologik, seperti stress emosional dapat memperburuk dermatitis atopik.

Faktor pencetus yang dapat memperburuk dermatitis (makanan, inhalan, dan alergen lain,
kelembaban rendah, keringat berlebih, penggunaan bahan iritasi).

1. 3. Patofisiologi

Penyebabnya belum diketahui pasti. Gambaran klinis yang muncul diakibatkan oleh kerja
sama berbagai faktor konstitusional dan faktor pencetus.

Pada penderita dermatitis, ditemukan peningkatan jumlah IgE di dalam serum. Antigen akan
ditangkap oleh fagosit kemudian akan dipresentasikan ke sel T2 Helper (Sel Th2) . Sel Th2
akan memproduksi Sitokin kemudian mengaktifkan seL-sel B untuk tumbuh dan
berdiferensiasi sehingga menghasilkan Antibodi IgE. IgE menempel di sel mast, lalu
melepaskan mediator kimia berupa Histamin. Histamin dianggap sebagai zat penting yang
memberi reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaksis dan menekan
produksi sel T sehingga terjadi peningkatan IgE yang akan menyebabkan pruritus (rasa gatal)
pada penderita. Sel akan meningkat pada lesi dermatitis atopik kronis. Sel ini mempunyai
kemampuan melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak dapat menyebabkan lesi
ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut menyebabkan pruritus dan eritema, mungkin karena
garukan akibat gatal menimbulkan lesi ekzematosa. Pada pasien dermatitis atopik kapasitas
untuk menghasilkan IgE secara berlebihan diturunkan secara genetik.

Imunitas seluler dan respons terhadap reaksi hipersensitivitas tipe lambat juga akan menurun
pada 80% penderita dermatitis atopik, akibat menurunnya jumlah limfosit T sitolitik (CD8+),
sehingga rasio limfosit T sitolitik (CD8+) terhadap limfosit T helper (CD4+) meningkat
sehingga berakibat meningkatnya kerawanan (suseptibilitas) terhadap infeksi virus, bakteri
dan jamur, lalu menimbulkan sensitisasi terhadap reaksi hipersensitivitas tipe cepat (tipe 1)

Rasa gatal (pruritus) dan reaktivitas kulit yang kuat merupakan tanda penting pada dermatitis
atopik. Pruritus dapat timbul karena faktor intrinsik kulit, yaitu ambang gatal yang rendah.

1. 4. Manifestasi Klinis
Gejala utama dermatitis Akibat garukan akan terjadi kelainan kulit yang bermacam-macam,
misalnya papul, likenifikasi dan lesi ekzematosa berupa eritema, papulo-vesikel, erosi,
ekskoriasi, dan krusta. Dermatitis atopik dapat terjadi pada masa bayi (infantil), anak,
maupun remaja dan dewasa.

Selain itu manifestasi lain berupa kulit penderita tampak kering dan sukar berkeringat.
Ambang rangsang gatal rendah, sehingga penderita mudah gatal, apalagi bila berkeringat.

5.perawatan kulit pada lansia dengan dermatitis

Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh dan merupakan protektor terhadap stimuli dari luar
yang berbahaya dan invasi kuman. Oleh karena perawatan kulit sangat penting sekali, apalagi
pada lansia, fungsi – fungsi kulit maupun struktur kulit mengalami perubahan. Hal terpenting
dalam perawatan kulit pada lansia.

1. 1. Kebersihan

Kulit diseluruh bagian tubuh harus terjaga keberesihannya, termasuk bebas dari basah karena
keringetan, karena akan mengundang infeksi jamur.

1. 2. Mengurangi kekeringan dan gatal

Dengan adanya penuaan, maka sekresi minyak dari kulit berkurang, dan akan menyebabkan
kulit kering dan gatal. Garukan ataupun menggunakan air panas, akan memperberatkan
keadaan. Apabila kering kulit mudah pecah pecah dan akan menimbulkan infeksi. Untuk
mengelola kulit adalah memberikan pelembab berkali – kali. Gatal juga akan terpicu dengan
penggunaan pakaian dari wool, oleh karenannya perlu memilih pakaian yang sesuai. Gunakan
pakaian katun yang lembut. Penderita lebih merasa enak dengan piyama tipis.

1. 3. Mandi

Air panas akan menghilangkan minyak pada kulit yang masih ada oleh karenanya pada lansia
hanya boleh menggunakan air hangat, dan menghindari pembersihan yang berlebihan, oleh
karena justru akan menimbulkan rasa gatal, dan berubah menjadi bath itch, dimana pada kulit
di dapatkan bintik – bintik merah. Banyak yang menganjurkan mandi cukup 3 kali seminggu
( mungkin untuk orang barat ). Penggunaan sabun di anjurkan hanya pada tempat – tempat
tertentu saja, bagian tubuh lainnya hanya di bersihkan dengan air hangat saja.

1. 4. Menjaga lingkungan

Suasana lingkungan harus di sesuaikan. Bila memungkinkan jagalah kelembaban ruang tidur
atau ruangan lain di rumah dengan memasang humidifier. Perubahan temperatur secara tiba –
tiba harus dihindarkan.

Untuk menjaga kulit tetap lembab setelah mandi gunakan pelembab. Dalam memilih
kosmetika pada umumnya sama seperti penggunaan kosmetik untuk kulit kering,

yaitu:

1. Pembersih dengan bahan dasar minyak ( cleansing cream, cold cream ), sabun lunak
misalnya Oilatum dua kali seminggu.

1. Pelembab, Pelembab yang membuat lapisan lemak tipis pada permukaan kulit untuk
mencegah penguapan air dari kulit sehingga dapat mempertahankan kelembaban yang
masih ada misalnya krim pelembab yang mengandung minyak nabati, seperti minyak
wijen, minyak zaitun atau krim emolien yang mengandung polyyunsanturated fatty
acid dan unsur lemak lainnya ( nourishing cream, night cream, day cream, emolient
cream, dll ). Pelembab yang mengandung bahan – bahan hidrofilik, merupakan bahan
topikal yang mempunyai efekifitas melembabkan yang tinggi karena dapat
meningkatkan penyerapan air ke dalam kulit seperti krim yang mengandung asam
laktat 2 – 5 % urea 2 – 10 %, alantoin. Preparat topikal yang mengandung vitamin E
bermanfaat karena vitamin E yang larut dalam lemak dapat penetrasi ke dalam kulit .

1. 6. Penatalaksanaan

Kulit penderita dermatitis umumnya kering dan sangat peka terhadap berbagai rangsangan.
Penderita merasa sangat gatal, sehingga terpaksa menggaruk. Perjalanan dermatitis
berlangsung kronis dan cenderung berulang (kambuh). Banyak faktor yang menyebabkan
kambuhnya penyakit ini, misalnya infeksi kulit, iritasi, berkeringat atau kedinginan, stress,
endokrin (contoh: kehamilan, penyakit tiroid, haid).

Kuku dipotong pendek agar bila menggaruk tidak sampai timbul luka, sehingga tidak mudah
terjadi infeksi sekunder.

1. 7. Komplikasi
Pada lansia penderita Dermatitis atopik, 75% akan disertai penyakit alergi lain di
kemudian hari. Penderita Dermatitis atopik mempunyai kecenderungan untuk mudah
mendapat infeksi virus maupun bakteri (impetigo, folikulitis, abses, vaksinia. Molluscum
contagiosum dan herpes).

Infeksi virus umumnya disebabkan oleh Herpes simplex atau vaksinia dan disebut eksema
herpetikum atau eksema vaksinatum. Eksema vaksinatum ini sudah jarang dijumpai, biasanya
terjadi pada pemberian vaksin varisela, baik pada keluarga maupun penderita. lnfeksi Herpes
simplex terjadi akibat tertular oleh salah seorang anggota keluarga. Terjadi vesikel pada
daerah dermatitis, mudah pecah dan membentuk krusta, kemudian terjadi penyebaran ke
daerah kulit normal.

Penderita Dermatitis atopik, mempunyai kecenderungan meningkatnya jumlah koloni


Staphylococcus aureus.

1. 8. Pemeriksaan Diagnostik

Darah perifer ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar IgE

Dermatografisme putih. Penggoresan pada kulit normal akan menimbulkan tiga respons ,
yakni berturut-turut akan terlihat garis merah ditempat penggoresan selama 15 detik, warna
merah disekitarnya selama beberapa detik, dan edema timbul sesuah beberapa menit.
Penggoresan pada pasien atopik akan bereaksi berlainan. Garis merah tidak disusul warna
kemerahan, tetapi kepucatan selama 2-5 menit, edema tidak timbul. Keadaan ini disebut
dermatografisme putih.

Percobaan asetilkolin. Suntikan secara intrakutan 1/5000 akan menyebabkan hiperemia


pada orang normal. Pada orang dengan dermatitis atopik akan timbul vasokonstriksi, terlihat
kepucatan selama 1 jam.

Percobaan histamin. Jika histamin fosfat disuntikkan pada lesi, eritema akan berkurang
dibandingkan dengan orang lain sebagai kontrol. Kalau obat tersebut disuntikkan parenteral,
tampak eritema bertambah pada kulit yang normal.

Kemungkinan diagnosa keperawatan

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit.

Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergenPerubahan rasa nyaman


berhubungan dengan pruritus.

BAB IV
TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN DATA KLIEN

A. Biodata pasien:
Nama : Tn. “Y”
Umur : 22 Th
Suku/bangsa : Bengkulu/ Indonesia
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Nikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku bangsa : Bengkulu / Indonesia
Alamat : Jl. Hibrida Raya No. 1
Tanggal masuk RS : 30 Oktober 2012
Tanggal pengkajian : 1 Nopember 2012
Dx Medis : Dermatitis atopik

Keluarga dekat yang dapat dihubungi:


Nama : Ny “S”
Umur : 49 Tahun
Jenis kelamin : Wanita
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Hibrida Raya No. 1
Hub. Dengan pasien : Ibu Klien
: keluarga pasien, status, klien, perawat dan catatan perawat
B. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama :
Pada saat Pasien datang ke rumah sakit keluhannya adalah adanya gatal-gatal yang hebat pada
bagian kulit..
Alasan masuk rumah sakit
Pasien masuk IGD tanggal 30 Oktober 2012 pukul 10.30 WIB, dengan keluhan adanya gatal –
gatal yang hebat, Lesi pada daerah garutan.

2) Riwayat kesehatan sekarang :


 Faktor pencetus
pasien mengatakan tidak mengetahui apa yang menyebabkan gatal – gatal yang diderita klien.
Sifat keluhan
Pasien mengatakan gatal yang klien derita terjadi terus menerus dan biasanya akan
mengeluarkan akan meninggalkan bekas yang menonjol.
 Lokalisasi dan sifatnya
Pasien mengatakan gatal pada daerah kulitnya dapat menyebar.
 Berat ringannya keluhan
Klien mengatakan gatal –gatal yang di derita pasien adalah gatal hebat yang dapat mengganggu
aktivitas klien.
Lamanya keluhan
Klien mengatakan kalau keluhan yang di derita oleh klien ini diderita sejak 3 minggu terakhir
 Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Klien mengatakan saat Gatal–gatal yang diderita klien,klien hanya mengoleskan minyak kayu
putih dan Balsem, dan meminun obat yang diberikan oleh mantri saat ia berobat. Klien
mengatakan, Saat klien menggaruk kulitnya pada daerah yang gatal, terkadang meninggalkan
bekas dan mengeluarkan cairan, dan klien tidak menghiraukan dengan gatal-gatlnya, karena
Pasien tidak tahu tentang penyaikt yang klien derita.
 Keluhan saat pengkajian
Klien mengatakan gatal-gatal timbul secara tiba-tiba dan menetap dan cenderung
mengeluarkan cairan dan setalah itu akan meninggalkan bekas yang berupa tonjolan kulit ke
luar.

Diagnosa medik :
Suspect Dermatitis : 30 Oktober 2012
Dermatitis : 2 Nopember 2012
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
 Penyakit yang pernah dialami
Klien pernah dirawat dirumah sakit Arga Makmur dengan keluhan sesak napas, batuk berdahak
selama 1 minggu,
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
 Klien mengatakan kalau bapaknya pernah menderita penyakit yang sama, dan bapaknya juga
pernah menderita sesak napas.

C) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum :
 Penampilan umum : Keadaan umum lemah.
 Kesadaran : Composmentis
 Klien tampak : lemah
BB : 60 kg
TB : 153 Cm
2. Tanda-tanda vital
 TD : 90/60 mmHg
 ND : 90 i/menit
 RR : 27 i/menit
 S : 36,3 c
3. Kulit
 Inspeksi : warna kulit gelap, lesi kulit ada, pruritus ada, terdapat papul, Ekskoriasi, krusta dan likeforasi.
 Palpasi : suhu panas,
4. Kepala/Rambut
 Inspeksi : Bersih, tidak ada ketombe, rambut lurus, distribusi rambut merata, bentuk kepala
simetris.
 Palpasi : Tidak ada massa di kepala, rambut halus, tidak berminyak, tidak ada nyeri tekan.
5. Mata
 Fungsi penglihatan : Baik
 Pupil dan reflek cahaya : Normal
 Konjungtiva : Anemis
 Lensa/iris : Tidak ada kekeruhan lensa
 Odema palpebra : Tidak ada
6. Telinga
 Fungsi pendengaran : Baik
 Kebersihan : Bersih
 Daun telinga : Simetris Kiri dan kanan
 Sekret : Tidak ada
: Tidak ada pembengkakan dan Nyeri tekan mastoid
7. Hidung dan Sinus
 Inspeksi : Bentuk simetris
 Fungsi pennciuman : Baik
 Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan
 Kebersihan : Bersih
 Pendarahan : Tidak ada pendarahan
 Sekret : tidak ada
8. Mulut dan Tenggorokan
 Membran mukosa : kering
 Kebersihan mulut : lidah bersih, bentuk lidah simetris
 Keadaaan gigi : lengkap, caries dentis ada, gigi palsu tidak ada.
 Tanda radang : Tidak ada
 Trismus : Tidak ada trismus
 Kesulitan menelan : Tidak ada
9. Leher
 Trakea : Simetris
 Kelenjar limfe : Ada pembesaran limfe
 Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid
 Gerakan leher : Normal
 Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk
10. Thorak dan paru
 Inspeksi : Dada simetris, RR : 27 X/ menit, menggunakan otot bantu pernapasan
 Perkusi : Resonan pada kedua paru
 Palpasi : Fremitus kiri=kanan, Tidak ada nyeri tekan
 Auskultasi : Vesikuler

11. Abdomen
 Inspeksi : tdak terdapat kelainan
 Perkusi : normal
 Palpasi : tidak terdapat massa
 Auskultasi : bising usus 10 X / menit
12. Genetalia : normal
13. Neurologis
 Status mental : Compos mentis
 Motorik : Gerak terkoodinasi, fungsi kooordinasi baik, kejang dan tremor tidak
ada.

2.Analisa data
MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DO: Kekeringan pada kulit  Gangguan integritas kulit
Kulit klien kemerahan,
terkelupas, dan lecet
DO: paparan allergen  Resiko kerusakan kulit
Kulit klien tampak kering,
berwarna kemerahan,
terkelupas dan lecet.
DO: Pruritus (rasa gatal)  Perubahan rasa nyaman
Klien tampak gatal, dan
sering menggaruk.

1. Kemungkinan diagnosa keperawatan


Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit.
Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen
Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus.

2. NCP
Diagnosa
Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan
Gangguan Klien akan  Mengungkap-kan  Mandi paling  Dengan mandi
integritas kulit mempertahankan peningkatan tidak sekali air akan
berhubungan kulit agar kenyamanan kulit sehari selama meresap dalam
dengan mempunyai  Berkurangnya 15–20 menit. saturasi kulit.
kekeringan hidrasi yang baik derajat Segera oleskan Pengolesan
pada kulit dan turunnya pengelupasan salep atau krim krim pelembab
peradangan. kulit. yang telah selama 2 – 4
 Berkurangnnya diresepkan menit setelah
kemerahan. setelah mandi. mandi untuk

 Berkurangnya Mandi lebih mencegah

lecet karena sering jika penguapan air

garukan tanda dan dari kulit.

 Penyembuhan gejala

area kulit yang meningkat.

telah rusak  Gunakan air  air panas


hangat jangan menyebab-kan
panas vasodilatasi
yang akan
meningkat-kan
pruritus.
 sabun yang
 Gunakan mengandung
sabun yang pelembab lebih
mengandung sedikit
pelembab atau kandungan
sabun untuk alkalin dan
kulit sensitif. tidak membuat
Hindari mandi kulit kering,
busa. sabun kering
dapat
meningkat-kan
keluhan.
 salep atau
 Oleskan/berik krim akan
an salep atau melembab-kan
krim yang kulit
telah
diresepkan 2
atau tiga kali
per hari.
Resiko Klien akan Menghindari  Ajari klien  menghindari
kerusakan mempertahankan alergen menghindari alergen akan
kulit integritas kulit. atau menurunkan
berhubungan menurunkan respon alergi.
dengan paparan
terpapar terhadap
alergen alergen yang
telah diketahui.
 Baca label
makanan
kaleng agar
terhindar dari
bahan makan
yang
mengandung
alergen.
 Hindari
binatang  jika alergi
peliharaan terhadap bulu
binatang
sebaiknya
hindari
memelihara
binatang atau
batasi
keberadaan
binatang di
sekitar area
rumah.
 Gunakan  AC membantu
penyejuk menurunkan
ruangan (AC) paparan
di rumah atau terhadap
di tempat beberapa
kerja, bila alergen yang
memungkin- ada di
kan. lingkungan.
Perubahan Klien  Berkurangnya  Jelaskan gejala  Dengan
rasa nyaman menunjukkan lecet akibat gatal mengetahui
berhubungan berkurangnya garukan. berhubungan proses
dengan pruritus.  Klien tidur dengan fisiologis dan
pruritus nyenyak tanpa penyebanya psikologis dan
terganggu rasa (misal: prinsip gatal
gatal. keringnya serta
 Klien kulit) dan penangannya
mengungkapkan prinsip akan
adanya terapinya meningkat-kan
peningkatan rasa (misal: hidrasi) rasa kooperatif.
nyaman dan siklus
gatal-garuk-
gatal-garuk.
 Cuci semua  pruritus sering
pakaian disebabkan
sebelum oleh dampak
digunakan iritan atau
untuk alergen dari
menghilang- bahan kimia
kan atau komponen
formaldehid pelembut
dan bahan pakaian.
kimia lain serta
hindari
mengguna-kan
pelembut
pakaian buatan
pabrik.  bahan yang
 Gunakan tertinggal
deterjen ringan (deterjen) pada
dan bilas pencucian
pakaian untuk pakaian dapat
memastikan menyebab-kan
sudah tidak iritasi.
ada sabun yang
tertinggal.

BAB III

PENUTUP

1. A. Kesimpulan

Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit tampak
meradang dan iritasi. Peradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering
terkena adalah tangan dan kaki.

Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang sering bersifat ekzematosoa dan disebabkan oleh
reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang iritatif atau alergenik. Dermatitis kontak adalah
peradangan oleh kontak dengan suatu zat tertentu, ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan
seringkali memiliki batas yang tegas terutama pada lansia.

Lansia adalah Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke
atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8).

Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan
fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu.

1. B. SARAN

Diharapkan kepada mahasiswa dapat mempelajari dan memahami tentang penyakit


dermatitis dan pencegahannya,Dalam bidang keperawatan mempelajari suatu penyakit itu
penting, dan diharapkan kepada mahasiswa mampu membuat konsep teoritis suatu penyakit
tersebut beserta asuhan keperawatannya.

DAFTAR PUSTAKA:

1. Polaski, Arlene L. Luckmann’s core principles and practice of medical-surgical. Ed.1.


2. Pennsylvania: W.B Saunders Company. 1996
3. Corwin, Elizabeth J. Buku saku patofisiologi/Handbook of Pathophysiology. Alih
4. Bahasa: Brahm U. Pendit. Cetakan 1. Jakarta: EGC. 1997.
5. Nettina, Sandra M. Pedoman praktek keperawatan/Lippincott’s Pocket Manual of
6. Nursing Practice. Alih Bahasa: Setiawan, sari Kurnianingsih, Monica Ester. Cetakan
1.Jakarta: EGC. 200
7. Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar medikal bedah Brunner Suddarth/Brunner Suddarth’s
8. Texbook of Medical-surgical. Alih Bahasa:Agung Waluyo…..(et.al.). ed 8 Vol
3Jakarta: EGC 2002
9. Brunner and Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
10. Harahap, Marwali, dkk. 2000. Pedoman Pengobatan Penyakit Kulit. Bandung:
Alumni 2006. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates
11. Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 2. Jakarta: Media
Aesculapius.
12. NANDA.2006.Pedoman Diagnosa Keperawatan NANDA 2005 – 2006. Primamedika.

Anda mungkin juga menyukai