PENDAHULUAN
1. A. Latar belakang
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit tampak
meradang dan iritasi. Peradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering
terkena adalah tangan dan kaki.
Dermatitis kontak ( dermatitis venenata ) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsure –
unsur fisik, kimia atau biologi. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang sering bersifat
ekzematosoa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang iritatif atau
alergenik. Dermatitis kontak adalah peradangan oleh kontak dengan suatu zat tertentu,
ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas.
Lansia adalah Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke
atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8).
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan
fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu.
Perubahan pada lanjut usia dapat dilihat dari segi fisik, psikis, sosial dan lain-lain. Menua
adalah proses alami yang terjadi dalam kehidupan manusia. Penuaan akan terjadi hampir
pada semua sistem tubuh, namun tidak semua sistem tubuh mengalami kemunduran fungsi
pada waktu yang sama (Nugroho, 2008).
1. B. MASALAH
1. Apa itu lansia ?
2. Bagaimana perubahan yang terjadi pada lansia?
3. bagaimana Lansia dengan dermatitis ?
1. C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Apa itu lansia ?
2. Untuk mengetahui Bagaimana perubahan yang terjadi pada lansia?
3. Untuk mengetahui bagaimana Lansia dengan dermatitis ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. 1. PENGERTIAN
i. LANSIA
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8).
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Constantinides, 1994).
Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural
disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan
episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes
dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni : Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun),
merupakan kelompok yang baru memasuki lansia, kelompok lansia (65 tahun ke atas),
Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan
fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu.
Perubahan pada lanjut usia dapat dilihat dari segi fisik, psikis, sosial dan lain-lain. Menua
adalah proses alami yang terjadi dalam kehidupan manusia. Penuaan akan terjadi hampir
pada semua sistem tubuh, namun tidak semua sistem tubuh mengalami kemunduran fungsi
pada waktu yang sama (Nugroho, 2008).
Perubahan-perubahan yang terjadi akibat proses penuaan adalah sebagai berikut: perubahan
fisik antara lain ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-
tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan dada bagian atas. Kadang-kadang rasa
kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan dan berdebar-debar.
Selain itu terdapat perubahan yang umum dialami lansia, misalnya perubahan sistem imun
yang cenderung menurun, perubahan sistem integumen yang menyebabkan kulit mudah
rusak, perubahan elastisitas arteri pada sistem kardiovaskular yang dapat memperberat kerja
jantung, penurunan kemampuan metabolisme oleh hati dan ginjal serta penurunan
kemampuan penglihatan dan pendengaran.
Penurunan fungsi fisik tersebut yang ditandai dengan ketidakmampuan lansia untuk
beraktivitas atau melakukan kegiatan yang tergolong berat. Perubahan fisik yang cenderung
mengalami penurunan tersebut akan menyebabkan berbagai gangguan secara fisik sehingga
mempengaruhi kesehatan serta akan berdampak pada kualitas hidup lansia (Setyoadi,
Noerhamdani dan Ermawati, 2011)
Perubahan mental, dalam bidang mental atau psikis pada lanjut usia, dapat berupa sikap yang
semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak jika memiliki sesuatu. Yang
perlu dimengerti adalah sikap umum yang ditemukan pada hampir setiap lanjut usia, yaitu
keinginan berumur panjang dengan sedapat mungkin tenaganya dihemat, mengharapkan tetap
diberikan peranan dalam masyarakat, ingin tetap berwibawa dengan mempertahankan hak
dan hartanya, ingin meninggal secara terhormat (Nugroho, 2008).
Perubahan psikososial yaitu nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan
identitasnya dengan peranan dalam pekerjaan. Ketika seseorang mengalami pensiun
(purnatugas), maka yang dirasakan adalah pendapatan berkurang (kehilangan finansial);
kehilangan status (dulu mempuyai jabatan/ posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan semua
fasilitas); kehilangan relasi; kehilangan kegiatan, akibatya timbul kesepian akibat
pengasingan dari lingkungan sosial serta perubahan cara hidup (Nugroho, 2008). Hal tersebut
sejalan dengan yang di ungkapkan oleh Netuveli, et al (2006), yaitu penghasilan berbanding
lurus dengan status kesehatan seseorang, artinya orang dengan kesejahteraan baik
mempunyai status kesehatan yang baik juga. Kesimpulannya adalah strata sosial merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia.
Perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya lansia dalam kehidupan
keagamaan. Agama dan kepercayaan terintegrasi dalam kehidupan dan terlihat dalam pola
berfikir dan bertindak sehari-hari. Perkembangan spiritual yang matang akan membantu
lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan, maupun merumuskan
arti dan tujuan keberadaannya dalam kehidupan (Setyoadi, Noerhamdani dan Ermawati,
2011).
1. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem
pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,
muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi
berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi
penumpukan sekret.
5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari
hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang
lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
7) kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran
nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
1) Penglihatan
d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat,
susah melihat dalam cahaya gelap.
g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.
2) Pendengaran.
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi
suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 %
terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
4) Peraba.
a) Kemunduran dalam merasakan sakit.
Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari
tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65
mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ).
4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal
± 170/95 mmHg ).
1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %,
penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya
kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya
+ 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai
200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan
pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.
4) Atropi vulva.
5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi
halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.
6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmati berjalan terus.
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah
dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta
kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).
1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah
umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera
pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis,
asin, asam & pahit.
3) Esofagus melebar.
4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun,
waktu mengosongkan menurun.
7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran
darah.
f. Sistem muskuloskeletal.
3) kyphosis.
2). Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa
3). Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan
terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
4). Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan
menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
5). Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang
baik.
6). Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
7). Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu.
8). Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
10). Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
rendahnya akitfitas otot.
c) atropi payudara.
d) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur.
e) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
2) Kegiatan sexual.
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan
dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual,
1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin
yang berhubungan dengan proses reproduksi,
2) rohani, Secara rohani Ù tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama
bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku seperti binatang dan
3) sosial, Secara sosial Ù kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang
merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani sexualitas.
Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari
sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga
sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk
dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa
tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman
sex.
b. kesehatan umum
c. Ttingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter)
e. Lingkungan
h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan perubahan
konsep diri
Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan
yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti
penyakit-penyakit.
1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa
perubahan,
Intelegentia Quation;
3. Gangguan halusinasi.
4. Perubahan Spiritual
DERMATITIS
A. Struktur kulit
Struktur kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis. Epidermis merupakan
lapisan terluar, dan aksesori-aksesorinya(rambut, kuku, kelenjar sebasea, dan kelenjar
keringat) berasal dari lapisan ektoderm embrio. Dermis berasal dari mesoderm. Kulit
merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung, sekresi, ekskresi, pengatur temperatur, dan
sensasi. Kulit memiliki tiga lapisan utama: epidermis, dermis, dan subkutan ( Perry & Potter,
2005)
1. Epidermis
Epidermis merupakan epitel gepeng (skuamosa) berlapis, dengan beberapa lapisan yang
terlihat jelas. Jenis sel yang utama disebut ‘keratinosit’.
a. Kelenjar keringat ekrin, Kelenjar keringat ekrin penting dalam pengaturan suhu tubuh.
c. Rambut, Rambut tumbuh dari invaginasi tubular pada epidermis yang disebut folikel, dan
folikel rambut beserta kelenjarsebasea disebut sebagai ‘unit pilosebasea’.
d. Kelenjar sebasea, Kelenjar sebasea terdapat di setiap tempat pada kulit mulai dari tangan
sampai kaki.
e. Kuku, Kuku merupakan lempengan keratin transparan yang berasal dari invaginasi
epidermis pada dorsum falang terakhir dari jari.
2. Dermis
Dermis adalah lapisan jaringan ikat yang terletak dibawah epidermis, dan merupakan bagian
terbesar dari kulit. Dermis dan epidermis saling mengikat melalui penonjolan-penonjolan
epidermis kebawah (rete ridge) dan penonjolan-penonjolan ke atas (dermal papillae).
3. Dermatoglifik
Sidik jari, yaitu pola guratan-guratan menonjol yang khas pada ujung jari manusia, bersifat
unik bagi setiap individu. Jari tangan dan kaki, serta telapak tangan dan kaki,dipenuhi oleh
guratan-guratan tersebut.
B. Fungsi Kulit
Dari struktur kulit yang sedemikian rumit, jelas bahwa mempertahankan seluruh bagian tubuh
bukanlah satu-satunya fungsi kulit. Beberapa fungsi kulit adalah sebagai berikut:
2. Melindungi dari masuknya zat-zat kimia beracun dari lingkungan dan mikroorganisme.
Perubahan pada kulit lansia, bisa bersifat histologik, fisiologik maupun klinik dan terjadi
karena proses penuaan, baik bersifat instriksik, maupun ekstrinsik. Perubahan tersebut antara
lain bentuk dan ukuran sel, menurunya melanosit, penurunan jumlah sel langerhans. Dermis
mengalami penurunan jumlah sel, vaskularisasi berkurang, hilangnya fungsi elastisitas, yang
berakibat banyak terjadi kerutan.
Demikian juga saraf, mikrosirkulasi serta kelenjar keringat mengalami penurunan secara
gradular, yang merupakan predisposisi untuk terjadinya penurunan termolegurasi, sensitivitas
terhadap panas. Kuku mengalami penurunan kecepatan pertumbuhan, dengan terjadinya
penipisan pada lempengan kuku, serta terjadinya kerapuhan dan keretakan kelenjar lemak
subkutan mengalami atrofi, misalnya pada pipi, ekstremitas bagian distal, tetapi terjadi
hipertrofi pada paha wanita dan perut pada pria.
Kulit kering, merupakan kelainan kulit yang terjadi hampir 75% lansia diatas 64 tahun. Kulit
tampak kering, bersisik, warna lebih gelap, keabu-abuan dan nampak suram. Kekeringan ini
terjadi akibat menurunya hormon, menurunya fungsi kelemjar sebasea, berkurangnya jumlah
dan fungsi kelenjar keringat, berkurangnya kadar air dalam epidermis serta paparan sinar
matahari yang terlalu lama.
Kulit kasar dan bersisik timbul akibat proses keratinisasi serta perubahan ukuran sel –sel
epidermis dimana stratum mudah lepas dan cenderung untuk mati dan melekat satu sama lain
pada permukaan kulit.
Kulit kendor / menggelantung dengan kerutan – kerutan dan garis kulit lebih jelas . Hal ini
disebabkan karena :
1. Penurunan jumlah fibroblast yang menyebabkan penurunan jumlah serat elastin lebih
sklerotik dan menebal sehingga jaringan kolagen menjadi kendor dan serabut elastin
kehilangan daya lenturnya, kulit menjadi kendor dan kurang lentur,
2. Tulang dan otot menjadi atrofi, jaringan lemak subkutan berkurang, lapisan, kulit tipis
serta kehilangan daya kenyalnya sehingga terbentuk kerutan – kerutan dan garis –
garis kulit.
3. Kontraksi otot – otot mimik yang tidak diikuti oleh kontraksi kulit yang sesuai sehingga
mengakibatkan alur – alur keriput di daerah wajah.
c. Gangguan Pigmentasi Pada Kulit
Hal ini disebabkan perubahan – perubahan pada distribusi pigmen melanin dan proliferasi
melanosit, serta fungsi melanosit menurun sehingga penumpukan melanin tidak teratur dalam
sel – sel basal epidermis.
Disamping itu epidermimal turn over menurun sehingga lapisan sel sel kulit mempunyai
banyak waktu untuk menyerap melanin yang mengakibatkan terjadinya bercak – bercak
pigmentasi pada kulit.
Rambut :
Kuku :
Ulkus dekubitus sering di dapatkan pada lansia, khususnya penderita dengan resiko tinggi,
misalnya kelumpuhan total ( tetraplegi ), penderita kanker stadium akhir, diabetes, penderita
ginjal tahap akhir, penderita penyakit hati dan jantung, fraktur femor, imunosupresi,
inkontinensia, status mental menurun, malnutrisi, mobilitas yang kurang. Ulkus ini umumnya
terjadi di atas tulang yang menonjol. Adanya tekanan kronis menyebabkan iskemia dan
berakibat kerusakan jaringan.
1. Eksema nummuler, yang ditandai dengan lesi berbentuk uang logam, disertai rasa
gatal, biasanya terlihat pada tungkai bawah, ekstremitas atas, punggung tangan dan
badan. Pengobatan dengan pemberian kortikosteroid topikal, dengan kekuatan sedang
sampai kuat serta emolien. Untuk infeksi sekunder diberikan antibiotika sistemik,
misalnya sefaleksin, dikloksasilin.
2. Dermatitis statis. Terjadinya akibat insufisiensi vena, odem pada pedis, serta varises.
Pada kulit terlihat kecoklatan akibat disposisi hemosiderin. Kulit mudah terjadi
ulserasi maupun selulitis. Eksaserbasi akut terhadap kelainan ini bisa menimbulkan
autosensitisasi yang berakibat munculnya lesi papulovesikuler akut yang menyebar ke
seluruh tubuh, sering bersifat simetris.
3. Dermatitis seboroik, dalam bentuk kulit yang kering, kemerahan, bersisik pada kulit
kepala, muka badan, atau regio anogenital. Sistim syaraf pusat mempunyai peran
penting terhadap keparahan penyakit ini. Penyakit parkinson, kuadriplegia, stres
emosional. Pityrosporum ovale juga berperan pada kelainan ini.
4. Dermatitis kontak. Dermatitis kontak bisa bersifat iritan maupun alergika. Pada
dermatitis kontak iritan ( DKI ), semua bagian tubuh yang terbuka bisa terkena ( hand
eczema ) sabun dan detergen merupakan iritan terbanyak, disamping bahan – bahan
lain, misalnya pemberesih
( lisol ), pelarut, pemutih. DKI bisa terjadi pada semua orang, sedangkan dermatitis kontak
alergika ( DKA ) hanya terjadi pada orang – orang tertentu. Pada DKA biasanya lesi
kemerahan, disertai papul atau vesikel, dan biasanya ada riwayat kontak dengan bahan –
bahan tertentu. DKA pada lansia sedikit berbeda dengan penderita yang muda. Erupsi
biasanya kurang meradang, rasa gatal lebih kurang tetapi berlangsung lama. Hal ini
disebabkan karena respon imun seluler yang menurun. Keadaan ini akan menyebabkan
kesulitan dalam membedakan DKA dan DKI pada lansia.
1. Liken simpleks kronikus ( neurodermatitis ) Kelainan ini ditandai oleh plaket yang
menebal, karena terjadinya likenifikasi, gatal, lokasi terbatas dan perjalanan penyakit
kronis.Paling sering ditemukan pada daerah pergelangan kaki, tetapi dapat juga timbul
dibagian lain. Kelainan ini disebabkan kebiasaan menggosok kulit. Paling sering
ditemukan pada usia diatas 60 tahun. Biasanya lesi hanya satu dan daerah
predileksinya pada wanita, labia mayora dan tengkuk sedangkan pria daerah perineum
dan skrotum. Daerah lain sering terkena adalah pergelangan tangan dan tungkai
bawah. Faktor perdisposisinya adalah atopi dan kulit xerotik dimana kelainan ini
berhubungan dengan gatal yang kemudian berlanjut dengan siklus gatal – garuk.
2. Eksema asteatotik ( eczema craquele ) Merupakan jenis eksema yang banyak
dijumpai pada usia lanjut, akibat kulit yang kering dan umunya dijumpai pada
ekstremitas bawah. Pada penampakan terlihat kulit yang kering dengan skuama yang
lebar, agak kemerahan, dengan suatu gambaran yang di sebut “ crazy paving “. Hal
ini disebabkan hilangnya lubrikasi epidermis. Untuk keadaan ini di perlukan emolien
atau pelembab, yang digunakan secara teratur. Pemberian kortikosteroid sebisa
mungkin dihindari, mengingat latar belakang kulit yang sudah menipis dan mudah “
Retak”.
1. 2. Etiologi
Faktor Genetik, terdapat riwayat stigmata atopi berupa asma bronchial, rinitis alergik,
konjungtivitis alergik, dan dermatitis atopic dalam keluarganya.
Faktor Imunologik, pada penderita ditemukan peningkatan jumlah IgE dalam serum.
Faktor pencetus yang dapat memperburuk dermatitis (makanan, inhalan, dan alergen lain,
kelembaban rendah, keringat berlebih, penggunaan bahan iritasi).
1. 3. Patofisiologi
Penyebabnya belum diketahui pasti. Gambaran klinis yang muncul diakibatkan oleh kerja
sama berbagai faktor konstitusional dan faktor pencetus.
Pada penderita dermatitis, ditemukan peningkatan jumlah IgE di dalam serum. Antigen akan
ditangkap oleh fagosit kemudian akan dipresentasikan ke sel T2 Helper (Sel Th2) . Sel Th2
akan memproduksi Sitokin kemudian mengaktifkan seL-sel B untuk tumbuh dan
berdiferensiasi sehingga menghasilkan Antibodi IgE. IgE menempel di sel mast, lalu
melepaskan mediator kimia berupa Histamin. Histamin dianggap sebagai zat penting yang
memberi reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaksis dan menekan
produksi sel T sehingga terjadi peningkatan IgE yang akan menyebabkan pruritus (rasa gatal)
pada penderita. Sel akan meningkat pada lesi dermatitis atopik kronis. Sel ini mempunyai
kemampuan melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak dapat menyebabkan lesi
ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut menyebabkan pruritus dan eritema, mungkin karena
garukan akibat gatal menimbulkan lesi ekzematosa. Pada pasien dermatitis atopik kapasitas
untuk menghasilkan IgE secara berlebihan diturunkan secara genetik.
Imunitas seluler dan respons terhadap reaksi hipersensitivitas tipe lambat juga akan menurun
pada 80% penderita dermatitis atopik, akibat menurunnya jumlah limfosit T sitolitik (CD8+),
sehingga rasio limfosit T sitolitik (CD8+) terhadap limfosit T helper (CD4+) meningkat
sehingga berakibat meningkatnya kerawanan (suseptibilitas) terhadap infeksi virus, bakteri
dan jamur, lalu menimbulkan sensitisasi terhadap reaksi hipersensitivitas tipe cepat (tipe 1)
Rasa gatal (pruritus) dan reaktivitas kulit yang kuat merupakan tanda penting pada dermatitis
atopik. Pruritus dapat timbul karena faktor intrinsik kulit, yaitu ambang gatal yang rendah.
1. 4. Manifestasi Klinis
Gejala utama dermatitis Akibat garukan akan terjadi kelainan kulit yang bermacam-macam,
misalnya papul, likenifikasi dan lesi ekzematosa berupa eritema, papulo-vesikel, erosi,
ekskoriasi, dan krusta. Dermatitis atopik dapat terjadi pada masa bayi (infantil), anak,
maupun remaja dan dewasa.
Selain itu manifestasi lain berupa kulit penderita tampak kering dan sukar berkeringat.
Ambang rangsang gatal rendah, sehingga penderita mudah gatal, apalagi bila berkeringat.
Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh dan merupakan protektor terhadap stimuli dari luar
yang berbahaya dan invasi kuman. Oleh karena perawatan kulit sangat penting sekali, apalagi
pada lansia, fungsi – fungsi kulit maupun struktur kulit mengalami perubahan. Hal terpenting
dalam perawatan kulit pada lansia.
1. 1. Kebersihan
Kulit diseluruh bagian tubuh harus terjaga keberesihannya, termasuk bebas dari basah karena
keringetan, karena akan mengundang infeksi jamur.
Dengan adanya penuaan, maka sekresi minyak dari kulit berkurang, dan akan menyebabkan
kulit kering dan gatal. Garukan ataupun menggunakan air panas, akan memperberatkan
keadaan. Apabila kering kulit mudah pecah pecah dan akan menimbulkan infeksi. Untuk
mengelola kulit adalah memberikan pelembab berkali – kali. Gatal juga akan terpicu dengan
penggunaan pakaian dari wool, oleh karenannya perlu memilih pakaian yang sesuai. Gunakan
pakaian katun yang lembut. Penderita lebih merasa enak dengan piyama tipis.
1. 3. Mandi
Air panas akan menghilangkan minyak pada kulit yang masih ada oleh karenanya pada lansia
hanya boleh menggunakan air hangat, dan menghindari pembersihan yang berlebihan, oleh
karena justru akan menimbulkan rasa gatal, dan berubah menjadi bath itch, dimana pada kulit
di dapatkan bintik – bintik merah. Banyak yang menganjurkan mandi cukup 3 kali seminggu
( mungkin untuk orang barat ). Penggunaan sabun di anjurkan hanya pada tempat – tempat
tertentu saja, bagian tubuh lainnya hanya di bersihkan dengan air hangat saja.
1. 4. Menjaga lingkungan
Suasana lingkungan harus di sesuaikan. Bila memungkinkan jagalah kelembaban ruang tidur
atau ruangan lain di rumah dengan memasang humidifier. Perubahan temperatur secara tiba –
tiba harus dihindarkan.
Untuk menjaga kulit tetap lembab setelah mandi gunakan pelembab. Dalam memilih
kosmetika pada umumnya sama seperti penggunaan kosmetik untuk kulit kering,
yaitu:
1. Pembersih dengan bahan dasar minyak ( cleansing cream, cold cream ), sabun lunak
misalnya Oilatum dua kali seminggu.
1. Pelembab, Pelembab yang membuat lapisan lemak tipis pada permukaan kulit untuk
mencegah penguapan air dari kulit sehingga dapat mempertahankan kelembaban yang
masih ada misalnya krim pelembab yang mengandung minyak nabati, seperti minyak
wijen, minyak zaitun atau krim emolien yang mengandung polyyunsanturated fatty
acid dan unsur lemak lainnya ( nourishing cream, night cream, day cream, emolient
cream, dll ). Pelembab yang mengandung bahan – bahan hidrofilik, merupakan bahan
topikal yang mempunyai efekifitas melembabkan yang tinggi karena dapat
meningkatkan penyerapan air ke dalam kulit seperti krim yang mengandung asam
laktat 2 – 5 % urea 2 – 10 %, alantoin. Preparat topikal yang mengandung vitamin E
bermanfaat karena vitamin E yang larut dalam lemak dapat penetrasi ke dalam kulit .
1. 6. Penatalaksanaan
Kulit penderita dermatitis umumnya kering dan sangat peka terhadap berbagai rangsangan.
Penderita merasa sangat gatal, sehingga terpaksa menggaruk. Perjalanan dermatitis
berlangsung kronis dan cenderung berulang (kambuh). Banyak faktor yang menyebabkan
kambuhnya penyakit ini, misalnya infeksi kulit, iritasi, berkeringat atau kedinginan, stress,
endokrin (contoh: kehamilan, penyakit tiroid, haid).
Kuku dipotong pendek agar bila menggaruk tidak sampai timbul luka, sehingga tidak mudah
terjadi infeksi sekunder.
1. 7. Komplikasi
Pada lansia penderita Dermatitis atopik, 75% akan disertai penyakit alergi lain di
kemudian hari. Penderita Dermatitis atopik mempunyai kecenderungan untuk mudah
mendapat infeksi virus maupun bakteri (impetigo, folikulitis, abses, vaksinia. Molluscum
contagiosum dan herpes).
Infeksi virus umumnya disebabkan oleh Herpes simplex atau vaksinia dan disebut eksema
herpetikum atau eksema vaksinatum. Eksema vaksinatum ini sudah jarang dijumpai, biasanya
terjadi pada pemberian vaksin varisela, baik pada keluarga maupun penderita. lnfeksi Herpes
simplex terjadi akibat tertular oleh salah seorang anggota keluarga. Terjadi vesikel pada
daerah dermatitis, mudah pecah dan membentuk krusta, kemudian terjadi penyebaran ke
daerah kulit normal.
1. 8. Pemeriksaan Diagnostik
Dermatografisme putih. Penggoresan pada kulit normal akan menimbulkan tiga respons ,
yakni berturut-turut akan terlihat garis merah ditempat penggoresan selama 15 detik, warna
merah disekitarnya selama beberapa detik, dan edema timbul sesuah beberapa menit.
Penggoresan pada pasien atopik akan bereaksi berlainan. Garis merah tidak disusul warna
kemerahan, tetapi kepucatan selama 2-5 menit, edema tidak timbul. Keadaan ini disebut
dermatografisme putih.
Percobaan histamin. Jika histamin fosfat disuntikkan pada lesi, eritema akan berkurang
dibandingkan dengan orang lain sebagai kontrol. Kalau obat tersebut disuntikkan parenteral,
tampak eritema bertambah pada kulit yang normal.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. Biodata pasien:
Nama : Tn. “Y”
Umur : 22 Th
Suku/bangsa : Bengkulu/ Indonesia
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Nikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku bangsa : Bengkulu / Indonesia
Alamat : Jl. Hibrida Raya No. 1
Tanggal masuk RS : 30 Oktober 2012
Tanggal pengkajian : 1 Nopember 2012
Dx Medis : Dermatitis atopik
Diagnosa medik :
Suspect Dermatitis : 30 Oktober 2012
Dermatitis : 2 Nopember 2012
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit yang pernah dialami
Klien pernah dirawat dirumah sakit Arga Makmur dengan keluhan sesak napas, batuk berdahak
selama 1 minggu,
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan kalau bapaknya pernah menderita penyakit yang sama, dan bapaknya juga
pernah menderita sesak napas.
C) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum :
Penampilan umum : Keadaan umum lemah.
Kesadaran : Composmentis
Klien tampak : lemah
BB : 60 kg
TB : 153 Cm
2. Tanda-tanda vital
TD : 90/60 mmHg
ND : 90 i/menit
RR : 27 i/menit
S : 36,3 c
3. Kulit
Inspeksi : warna kulit gelap, lesi kulit ada, pruritus ada, terdapat papul, Ekskoriasi, krusta dan likeforasi.
Palpasi : suhu panas,
4. Kepala/Rambut
Inspeksi : Bersih, tidak ada ketombe, rambut lurus, distribusi rambut merata, bentuk kepala
simetris.
Palpasi : Tidak ada massa di kepala, rambut halus, tidak berminyak, tidak ada nyeri tekan.
5. Mata
Fungsi penglihatan : Baik
Pupil dan reflek cahaya : Normal
Konjungtiva : Anemis
Lensa/iris : Tidak ada kekeruhan lensa
Odema palpebra : Tidak ada
6. Telinga
Fungsi pendengaran : Baik
Kebersihan : Bersih
Daun telinga : Simetris Kiri dan kanan
Sekret : Tidak ada
: Tidak ada pembengkakan dan Nyeri tekan mastoid
7. Hidung dan Sinus
Inspeksi : Bentuk simetris
Fungsi pennciuman : Baik
Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan
Kebersihan : Bersih
Pendarahan : Tidak ada pendarahan
Sekret : tidak ada
8. Mulut dan Tenggorokan
Membran mukosa : kering
Kebersihan mulut : lidah bersih, bentuk lidah simetris
Keadaaan gigi : lengkap, caries dentis ada, gigi palsu tidak ada.
Tanda radang : Tidak ada
Trismus : Tidak ada trismus
Kesulitan menelan : Tidak ada
9. Leher
Trakea : Simetris
Kelenjar limfe : Ada pembesaran limfe
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid
Gerakan leher : Normal
Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk
10. Thorak dan paru
Inspeksi : Dada simetris, RR : 27 X/ menit, menggunakan otot bantu pernapasan
Perkusi : Resonan pada kedua paru
Palpasi : Fremitus kiri=kanan, Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Vesikuler
11. Abdomen
Inspeksi : tdak terdapat kelainan
Perkusi : normal
Palpasi : tidak terdapat massa
Auskultasi : bising usus 10 X / menit
12. Genetalia : normal
13. Neurologis
Status mental : Compos mentis
Motorik : Gerak terkoodinasi, fungsi kooordinasi baik, kejang dan tremor tidak
ada.
2.Analisa data
MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DO: Kekeringan pada kulit Gangguan integritas kulit
Kulit klien kemerahan,
terkelupas, dan lecet
DO: paparan allergen Resiko kerusakan kulit
Kulit klien tampak kering,
berwarna kemerahan,
terkelupas dan lecet.
DO: Pruritus (rasa gatal) Perubahan rasa nyaman
Klien tampak gatal, dan
sering menggaruk.
2. NCP
Diagnosa
Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan
Gangguan Klien akan Mengungkap-kan Mandi paling Dengan mandi
integritas kulit mempertahankan peningkatan tidak sekali air akan
berhubungan kulit agar kenyamanan kulit sehari selama meresap dalam
dengan mempunyai Berkurangnya 15–20 menit. saturasi kulit.
kekeringan hidrasi yang baik derajat Segera oleskan Pengolesan
pada kulit dan turunnya pengelupasan salep atau krim krim pelembab
peradangan. kulit. yang telah selama 2 – 4
Berkurangnnya diresepkan menit setelah
kemerahan. setelah mandi. mandi untuk
Penyembuhan gejala
BAB III
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit tampak
meradang dan iritasi. Peradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering
terkena adalah tangan dan kaki.
Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang sering bersifat ekzematosoa dan disebabkan oleh
reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang iritatif atau alergenik. Dermatitis kontak adalah
peradangan oleh kontak dengan suatu zat tertentu, ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan
seringkali memiliki batas yang tegas terutama pada lansia.
Lansia adalah Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke
atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8).
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan
fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu.
1. B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA: