46
"Ada kelalaian dari pada rumah sakit walaupun rumah sakit mencari tempat rujukan ke
rumah sakit lain lewat telepon, tapi rumah sakit juga nyuruh keluarga pasien nyari rujukan
yang seharusnya itu dilakukan rumah sakit," ujar Koesmedi di Kantor Dinkes DKI, Jakarta,
Senin (11/9).
Selain soal kelalaian, Dinkes DKI juga menyimpulkan dua hal lain terkait kematian Debora.
Pertama, dari sisi medis, tidak ditemukan ada kesalahan atau penundaan tindakan akibat
biaya yang harus dibayar orang tua Debora.
"Jadi tindakan tetap dijalankan untuk menyelamatkan nyawa Debora walaupun ada perkataan
untuk masuk diperlukan biaya, tapi tindakannya semua tetap dilakukan," ujar Koesmedi.
Kesimpulan kedua, ada miskomunikasi antara pihak manajemen RS Mitra Keluarga kepada
orang tua Debora. Komunikasi yang kurang baik ini menimbulkan salah tafsir dari yang
disampaikan oleh petugas informasi.
"Terhadap masalah komunikasi. Ada terjadi komunikasi yang kurang bagus, baik dari
manajemen kepada keluarga pasien, sehingga menimbulkan salah persepsi di dalam
mengartikan kata-kata yang disampaikan pertugas informasi," ujar Koesmedi.
Kematian Tiara Debora Simanjorang (4 bulan) meninggal dunia diduga karena keterlambatan
penanganan RS Mitra Keluarga, Kalideres. Dalam kondisi kritis, Debora yang dibawa orang
tuanya itu tak mendapat penanganan semestinya hanya karena masalah biaya.
Debora tak bisa dirawat di ICU hanya karena orang tuanya tak mampu membayar uang muka
biaya ICU sebesar Rp19,8 juta. Selain itu pihak RS Mitra Keluarga juga tak bisa melakukan
penanganan di ICU karena bukan rekanan BPJS.
Dalam laman resminya, RS Mitra Keluarga Kalideres memberi klarifikasinya, bahwa orang
tua Debora keberatan dengan biaya uang muka ICU sebesar Rp19,8 juta. Rumah sakit juga
sudah berupaya membantu mencari rumah sakit yang punya fasilitas untuk peserta BPJS.
Di saat dokter RS Mitra Keluarga sedang berkoordinasi dengan dokter di rumah sakit rujukan
yang rekanan BPJS, perawat mengabarkan kalau kondisi Debora tiba-tiba memburuk. Setelah
melakukan resusitasi jantung paru selama 20 menit, nyawa bayi Debora tidak dapat ditolong.
Hubungan antara kasus dengan materi isu etik, agama, social budaya pada pasien yang
dirujuk :
Etik :
- Pihak dokter sudah melaksanakan etika sesuai etika kedokteran : melakukan
prosedur tindakan awal penanganan terhadap pasien sebelum dilakukan
administrasi RS dan tetap melakukan usaha penanganan pasien dengan
berkoordinasi bersama dokter di RS rujukan.
- Managemen RS kurang / tidak beretika sesuai etika RS karena adanya
misskomunikasi sehingga menimbulkan banyak persepsi yang salah.
Agama :
- Pihak dokter : Wajib menolong pasien tanpa melihat keadaan dan kondisi dari
pasien rujukan maupun keluarga pasien (dalam segi apapun)
- Pihak RS : ada uang ada tindakan shg tidak mendukung dari segi agama
Social budaya :
- Pihak dokter : semua kesosialan budaya sudah tercantum pada dokter karena
sudah ingin melakukan penangana awal, meberikan perhatian kepada pasien, rasa
toleransi yang tinggi kepada pasien.
- Pihak RS : kurangnya social budaya kepada pasien dan keluarga Debora karena
kurangnya system manajemen RS sprt komunikasi yg kurang lengkap
Hukum :
- Pihak dokter sudah memberikan sikap sesuai UU RI No. 29 tahun 2004 ttg praktik
kedokteran : merujuk pasien ke dokter lain apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan dan pengobatan
- Pihak RS : UU RI No. 44 tahun 2009 ttg RS yg tercantum pd pasal 24, pasal 29,
dan pasal 42 bahwa fasilitas kesehatan wajib menerima pasien rujukan