Anda di halaman 1dari 6

Pendahuluan

Dewasa ini, kemajuan teknologi dan sifat masyarakat Indonesia yang kian
konsumtif mengakibatkan gaya hidup masyarakat yang tidak sehat yang
mengakibatkan banyaknya penyakit. Menurut P2PL diabetes melitus menduduki
peringkat nomor 3. Diabetes militus. Menurut Internasional of Diabetic
Ferderation (IDF, 2012) tingkat prevalensi global penderita DM(diabetes militus)
pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari keseluruhan penduduk di dunia Angka
kejadian DM(diabetes militus) menurut data Riskesdas (2013) terjadi peningkatan
dari 1,1 % di tahun 2007 meningkat menjadi 2,1 % di tahun 2013 dari keseluruhan
penduduk Indonesia sebanyak 250 juta jiwa.
DM(diabetes militus) Tipe 2 adalah gangguan metabolisme dari sistem
endokrin, terutama ditandai dengan ketidakseimbangan glikemik (American
Diabetes Association, 2004). DM(diabetes militus) Tipe 2 terjadi ketika pankreas
tidak memproduksi insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar glukosa
darah normal atau ketika tubuh tidak mampu menggunakan insulin yang
dihasilkan (resistensi insulin). DM(diabetes militus) tipe 2 disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya genetik, obesitas, aktifitas fisik, umur, gaya hidup
yang salah, dan kebiasaan makan yang tidak sehat.
Indonesia kaya akan sumber daya seperti, tanaman brotowali (Tinospora
crispa(L.) sering dijumpai pada pekarangan rumah tumbuhan, Tanaman ini
mengandung berapa jenis senyawa antara lain terpenoid dan terpenoid glikosida,
alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin dimana senyawa terpenoid glikosida yang
berperan dalam menurunkan serum gula darah pada diabetes adalah beropetoside
C dan boraenol B. Penurunan kadar gula darah disebabkan pengaruh senyawa
terpenoid yang menstimulasi sel-sel ß pankreas untuk mengeluarkan insulin
sedangkan pada senyawa saponin inilah yang berkhasiat sebagai antidiabetes
karena bersifat sebagai inhibitor (penghambat) enzim α-glucosidase, enzim α-
glucosidase merupakan enzim yang berperan dalam mengubah karbohidrat
menjadi glukosa. Dengan demikian, apabila enzim tersebut kita hambat kerjanya,
maka kadar glukosa (gula) dalam darah akan menurun,
Untuk membantu dalam pencegahan DM tipe 2 diperlukan penambahan
serat dari Alga Merah (K. alvarezii) yang memiliki kandungan saponin memiliki

1
efek dalam bidang kesehatan berupa antihipertensi dan antidiabetes melitus,
senyawa flavonoid terutama quercetin dalam menghambat GLUT 2 mukosa usus
sehingga dapat menurunkan absorbsi glukosa. Hal ini menyebabkan pengurangan
penyerapan glukosa dan fruktosa dari usus sehingga kadar glukosa darah turun.
Flavonoid juga dapat menghambat fosfodiesterase sehingga meningkatkan cAMP
pada sel beta pankreas. Peningkatan cAMP akan menstimulasi pengeluaran
protein kinase A (PKA) yang merangsang sekresi insulin semakin meningkat
(Harapan, 2010). Pengubahan ukuran partikel menjadi lebih kecil dan tersalut
pada suatu ekstrak dapat meningkatkan efesiensi penyerapan dalam tubuh.
Senyawa bahan aktif ekstrak dengan ukuran nano (50-500), dengan mudah
terserap vili usus sehingga meningkatkan bioavabilitasnya (Kammona, 2012).
Menurut Rosiyana(2012), partikel dengana ukuran kecil yang dilakukan
enkapsulasi menyebabkan ekstrak lebih akurat dalam mencapai target. Maka dari
itu, pengubahan hasil terapi atau obat menjadi ukuran yang lebih kecil akan lebih
efesien dari sisi bioavabilitas dan sisi dosis terapi.
Rumusan masalah :Bagaimana potensi ekstrak daun Brotowali (Tinospora crispa
(L.) dan Alga Merah (K. alvarezii) sebagai alternatif penurunan glukosa dan
penurunan kadar insulin pada penderita diabetes militus tipe 2?
Tujuan :Untuk mengetahui potensi ekstrak ekstrak daun Brotowali (Tinospora
crispa (L.) dan Alga Merah (K. alvarezii) dalam menurunkan glukosad dan
insulin pada penderita diabetes militus tipe 2.
Manfaat :Manfaat yang dapat diambil dari penulisan karya tulis ini adalah
sebagai bentuk kontribusi mahasiswa dalam upaya pengobatan penyakit diabetes
militus tipe 2 yang seringkali terjadi di masyarakat menggunakan bahan bahan
alami yang sering tumbuh di Indonesia dan mengembangkan kreativitas
mahasiswa dalam menciptakan suatu inovasi yang berguna bagi masyarakat.
Diabetes Militus tipe 2
Diabetes melitus atau yang lebih dikenal dengan penyakit gula atau kencing
manis diakibatkan oleh kekurangan hormon insulin, hal ini disebabkan oleh
pankreas sebagai produsen insulin tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang
cukup besar daripada yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga pembakaran dan
penggunaan karbohidrat tidak sempurna. Patofisiologi diabetes mellitus tipe 2

2
terjadi sebagai akibat kombinasi beberapa aspek yang berlangsung lama, dapat
bertahun-tahun secara subklinis. Aspek-aspek tersebut adalah penurunan sekresi
insulin, resistensi insulin, dan ominous octet (Studiawan,2005)
Patofisiologi dari penyebab Diabetes Militus Tipe 2 yakni karena pola makan
dan Gaya hidup yang tidak sehat serta jarang melakukan olahraga sehingga timbul
obesitas, dimana terjadi penumpukan dari massa jaringan lemak sehingga
berkurangnya tempat reseptor insulin di membran sel lalu menurunkan jumlah
reseptor insulin di sel yang akhirnya insulin yang di sekresi oleh sel bet tidak
mampu untuk bekerja dan terjadi penurunan sensitivitas efek insulin pada sel
target dan akhirnya sebabkan resisten insulin yang merupakan faktor utama
diabetes militus tipe 2 (Bacha,2010)
Ekstraksi Daun Brotowali
Sekitar 1000 g daun brotowali yang telah dibersihkan dan dikeringkan
dimaserasi dengan ethanol 70% teknis sebanyak 10L. Ekstrak yang diperoleh
kemudian disaring dan diuapkan dengan menggunakan penguap putar vakum
(rotary vacuum evaporator) sampai diperoleh ekstrak kental ethanol. Ekstrak ini
kemudian dihidrolisis dengan HCl 2N selama 2-3 jam. Hasil hidrolisis n-heksana
yang diperoleh diuapkan dengan penguap putar vakum sehingga diperoleh ekstrak
kental n-heksana.
Ekstraksi Alga Merah
Sekitar 1000 g alga merah yang telah dibersihkan dan dikeringkan
dimaserasi dengan ethanol 70% teknis sebanyak 10L. Ekstrak yang diperoleh
kemudian disaring dan diuapkan dengan menggunakan penguap putar vakum
(rotary vacuum evaporator) sampai diperoleh ekstrak kental ethanol. Ekstrak ini
kemudian dihidrolisis dengan HCl 2N selama 2-3 jam. Hasil hidrolisis n-heksana
yang diperoleh diuapkan dengan penguap putar vakum sehingga diperoleh ekstrak
kental n-heksana.
Penelitian terdahulu dan fungsinya
Penelitian terdahulu mengenai pemanfaatan brotowali telah banyak
dibahas, salah satu bagian brotowali yaitu batang telah teruji memiliki senyawa
aktif antioksidan dengan pelarut etanol (Irianti dkk., 2011). Kemudian Nuryanti
dkk. (2015) meneliti bahwa batang brotowali dapat menjadi antifungal terhadap

3
fungi P. ovale dengan zona hambat antifungi hingga 13,43 mm yang masuk dalam
kategori kuat. Sedangkan manfaat batang brotowali sebagai antidiabetes telah
banyak diteliti dengan 80% penelitian mengatakan bahwa batang brotowali dapat
meningkatkan regenerasi sel-sel, memberikan rangsangan untuk sekresi insulin,
merangsang liver menyimpan glikogen secara keseluruhan, meningkatkan
fosforilasi IR dan protein kinase B (Akt) serta ekspresi GLUT 2 (Jaya, 2015).
Disamping itu brotowali juga dipercaya sebagai antibakteri (Susanti, 2010),
antihama (Kurniawati, 2015), meningkatkan motilitas sperma (Ramdani, 2017),
antiinflamasi (Kasmita, 2008), dan dapat meningkatkan nafsu makan pada dosis
5,12 g/kgBB dan kenaikan berat badan hingga 1.28 g/kgBB dengan menggunakan
batang brotoeali (Wahyuningsih, 2007). Namun, pemanfaatan dari daun brotowali
masih belum banyak diteliti dibandingkan dengan batang brotowali, sehingga
dirasa perlu untuk mengetahui potensi dari daun brotowali terhadap Diabetes
Melitus tipe 2.
Pada alga merah aktivitas antidiabetes telah diuji oleh Amalia (2012)
bahwa dengan menggunakan metode toleransi glukosa oral dapat menurunkan
kadar glukosa darah dengan dosis terapi 300 dan 600 mg/kgBB. Penelitian lain
juga mengatakan bahwa alga merah memiliki quercetin yang ditemukan pada
serbuk simplisia yang bermanfaat dalam menurunkan kadar glukosa darah mencit
dan terdapat perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol positif yaitu CMC-Na
0,5%. Kemudian Hanapi, dkk (2013) mengatakan bahwa alga merah memiliki
aktivitas antioksidan karena adanya senyawa flavonoid, dan aktivitas antioksidan
penting untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dari sel β-pankreas yang berfungsi
dalam produksi insulin. Selain antidiiabetes dan antioksidan alga merah juga
mampu menurunkan dan menormalkan kadar kolesterol darah hewan model
hiperkolesterolemia dengan dilakukan pemeriksaan kolesterol darah hewan model
(Hardoko, 2008).
Hasil
Untuk mengetahui adanya pengaruh dari pemberian ekstrak daun
brotowali dan alga merah dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa
hewan model menggunakan alat glucometer. Darah didapat dengan needle dari
vena ekor hewan model, yang kemudian di tampung pada glucostick. Pengukuran

4
dilakukan sebelum induksi STZ, setelah induksi STZ, dan setelah perlakuan
selesai. Pemeriksaan dilakukan yaitu pada kelompok kontrol negatif, kelompok
kontrol positif, kelompok dosis terapi 1,2 g/kgBB, kelompok dosis terapi 1,8
g/kgBB, dan kelompok dosis terapi 2,7 g/kgBB. Sehingga di dapat seperti pada
Tabel 1.
Tabel 1. Rata - rata ekspresi kadar glukosa darah pada setiap kelompok
Rata-rata Kadar Kadar Glukosa Darah (%)
Kelompok Perlakuan Glukosa Darah
Peningkatan Penurunan
(mg/dl)
Kontrol negatif 121±6,4 - -
Kontrol posistif 594,7±4,7 391,5 -
Dosis 1,2 g/kgBB 570±4,6 - 4,16
Dosis 1,8 g/kgBB 547±3,6 - 7,94
Dosis 2,7 g/kgBB 514,5±10,8 - 13,49
Kemudian hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA yang kemudian didapatkan
bahwa pemberian ekstrak daun brotowali dan alga merah berpengaruh signifikan
terhadap kadar glukosa darah hewan model yang diinduksi STZ. Perbandingan
rata-rata kadar glukosa darah pada kelompok disajikan dalam Gambar 1.
700
594.7 570
600 547 514.5
500
400
300
200 121
100
0
P1 P2 P3 P4 P5
Kel ompok Perl akua n

Gambar 1. Diagram perbandingan rata-rata kadar glukosa darah pada


masing-masing kelompok perlakuan.

Efek ekstrak daun brotowli dan alga merah terhadap glukosa hewan model
diabetes melitus tipe 2 menunjukkan rata-rata kadar glukosa darah kelompok
negatif (P1) paling rendah dibandingkan dengan kelompok lain. Pada kelompok
positif kadar glukosa darah masih lebih tinggi dibandingkan kelompok perlakuaan
3 (P3), kelompok perlakuaan 4 (P4), dan kelompok perlakuaan 5 (P5). Sedangkan
rata-rata kadar glukosa darah menunjukkan penurunan dari kelompok perlakuaan

5
3 (P3), kelompok perlakuaan 4 (P4), dan kelompok perlakuaan 5 (P5). Dan di
dapat bahwa perlakuan dosis terapi optimal ialah pada dosis 2,7 g/kgBB (P5).

Anda mungkin juga menyukai