Anda di halaman 1dari 37

I.

Judul Percobaan : Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap


II. Hari/Tanggal Percobaan : Selasa, 23 Maret pukul 13.00 WIB
III. Selesai Percobaan : Selasa, 30 Maret pukul 15.30 WIB
IV. Tujuan Percobaan :
Membuat dan mempelajari sifat-sifat garam rangkap kupri amonium sulfat dan
garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat
V. Dasar Toeri
A. Senyawa Kompleks
Senyawa koordinasi selalu memiliki ion atau molekul kompleks,
sehingga senyawa koordinasi sering juga disebut senyawa kompleks. Kata
senyawa yang dimaksudkan dalam senyawa koordinasi atau senyawa
kompleks tidak lain adalah berupa garam. Sehubungan dengan pengertian ini,
maka senyawa koordinasi atau senyawa kompleks sering juga dinamakan
garam kompleks. Dua kemungkinan garam yang akan terbentuk ketika dua
garam sederhana atau lebih dicampurkan secara stoikiometri, yaitu a). garam
yang identitasnya hilang ketika berada dalam larutan (pelarut air). Garam
semacam ini dinamakan garam rangkap (double salt), dan b). garam yang
identitasnya tetap ketika berada dalam larutan (pelarut air). Garam semacam
ini dinamakan garam kompleks (complex salt) (Rosbiono, 2012).
Garam kompleks yang dibuat didinginkan setelah itu dikeringkan.
Produk yang dihasilkan biasanya berupa bubuk higroskopis putih, kemudian
disimpan kedalam desikator melalui gel silika. Analisis kandungan garam
bromida supernatan, di uji dengan aliquot larutan perak nitrat, menegaskan
bahwa pertukaran ion yang terjadi telah selesai, tanpa adanya bromida yang
terdeteksi dalam pencucian (Fernanda & Watson, 2011).
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logam
yang berikatan dengan ligan secara kovalen koordinasi. Ikatan koordinasi
merupakan ikatan kovalen dimana ligan memberikan sepasang elektronnya
pada ion logam untuk berikatan. Ikatan tersebut terjadi ketika ion logam yang
menjadi atom pusat, menyediakan orbital kosong bagi pasangan elektron ligan
untuk berkoordinasi (Elmila & Martak, 2011).

1|P age
B. Ligan
Ligan adalah spesies yang memiliki atom (atau atom-atom) yang dapat
menyumbangkan sepasang elektron pada ion pusat pada tempat tertentu dalam
lengkung koordinasi, sehingga ligan merupakan basa lewis dan ion logam
adalah asam lewis. Jika ligan hanya dapat menyumbangkan sepasang elektron
(misalnya NH3 molekul atom N) disebut ligan unidentat.Ligan ini mungkin
merupakan anion monoatomik (tetapi bukan atom netral) seperti ion halida,
anion poliatomik seperti NO2-, molekul sederhana seperti NH3, atau molekul
kompleks seperti piridin, C5H5N (Petrucci, 1987).
C. Garam Kompleks
Garam kompleks merupakan senyawa yang terbentuk karena
penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang masing-masingnya
dapat berdiri sendiri, sedangkan garam rangkap dalam larutan akan terionisasi
menjadi ion-ion komponennya. Dalam pelaksanaan analisis anorganik
kualitatif banyak digunakan reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukan
kompleks. Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion pusat)
dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan kompleks yang stabil nampak
mengikuti stokiometri yang sangat tertentu, meskipun ini tak dapat ditafsirkan
di dalam lingkup konsep valensi yang klasik. Atom pusat ini ditandai oleh
bilangan koordinasi, suatu angka bulat yang menunjukkan jumlah ligan
(monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom
pusat. Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia sekitar
atom atau ion pusat dalam apa yang disebut bulatan koordinasi, yang masing-
masingnya dapat dihuni satu ligan (Tim Dosen Kimia, 2019).
Reaksi yang membentuk kompleks dapat dianggap sebagai reaksi asam-
basa Lewis dengan ligan bekerja sebagai basa dengan memberikan sepasang
elektron kepada kation yang merupakan suatu asam. Ikatan yang terbentuk
antara atom logam pusat dan ligan sering kovalen, tetapi dalam beberapa
keadaan interaksi dapat merupakan gaya penarik Coulomb. Beberapa
kompleks mengadakan reaksi subtitusi dengan sangat cepat, dan kompleks
demikian dikatakan labil (Day dan Underwood, 2002).

2|P age
Pembentukan senyawa kompleks koordinasi ialah perpindahan satu atau
lebih pasangan elektron dari ligan ke ion logam, maka ligan bertindak sebagai
pemberi elektron dan ion logam sebagai penerima elektron. Akibat dari
perpindahan kerapatan elektron ini, pasangan elektron jadi milik bersama
antara ion logam dan ligan, sehingga terbentuk ikatan pemberi-penerima
elektron. Keadaan-keadaan antara mungkin saja terjadi. Namun, jika pasangan
elektron itu terikat kuat, maka ikatan kovalen sejati dapat terbentuk. Proses
pembentukan ikatan antara pemberi-penerima elektron tersebut dapat
dituliskan dengan persamaan :
M + :L ↔ M:L
Dimana M = ion logam, dan L = ligan yang memiliki pasangan elektron (Day
& Underwood, 1999).
D. Garam Rangkap
Garam rangkap adalah garam yang dalam kisi kristalnya mengandung
dua kation yang berbeda dengan proporsi tertentu. Garam rangkap biasanya
lebih mudah membentuk kristal besar dibandingkan dengan garam-garam
tunggal penyusunnya. Contoh kristal garam rangkap adalah garam Mohr.
Kombinasi antara ammonium besi (II) sulfat, ammonium cobalt (II) sulfat dan
ammonium nikel sulfat. Ketiga garam diatas memiliki ion ammonium dan
sulfat, tapi dengan atom pusat yang berbeda. Secara umum garam mohr
berbentuk kristal berwarna hijau muda, gram mohr mempunyai rumus
(NH4)2SO4.[Fe(H2O)6]SO4. Apabila dibandingkan dengan garam besi (II)
sulfida atau besi (II) klorida, kristal garam mohr ini lebih stabildi udara. Selain
itu besi (II) sulfat dengan garam sulfat dari alkali dapat membentuk garam
rangkap dengan rumus MgFe(SO4).6H2O ataupun dengan logam alkali lain
seperti K, Rb, Cs atau NH4 (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Garam rangkap berbeda dengan garam kompleks yang menghasilkan
ion-ion kompleks dalam larutan. Semua garam-garam tersebut terbentuk
melalui pencampuran (larutan pekat panas dari komponen sulfat), lalu
didinginkan. Kristal-kristal alumi, yang mengendap akibat kelarutannya
rendah dalam air dingin, dapat dimurnikan lewat kristalisasi karena
kelarutannya meningkat secara mencolok dengan meningkatnya suhu. Kristal-

3|P age
kristalnya biasanya berbentuk oktahedral. Proses pembentukan dari garam
rangkap terjadi apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan
perbandingan molekul tertentu. Garam-garam itu memiliki struktur tersendiri
dan tidak harus sama dengan struktur garam komponennya. Contoh dari garam
rangkap adalah garam alumia, KAI(SO4)2.12H2O dan feroammonium sulfat,
Fe(NH3)2(SO4).6H2O (Svehla, 1979).
Garam kompleks dan garam rangkap memiliki sifat yang berbeda. Garam
kompleks jika dilarutkan dalam air, akan membentuk ion kompleksnya, contoh
garam kompleks Cu(NH3)4SO4. 5H2O akan membentuk ion kompleks
[Cu(NH3)4]2+ sedangkan garam rangkap jika dilarutkan dalam air, akan
membentuk ion-ion penyusunnya, contoh garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.
6H2O akan membentuk Cu2+, SO42-, NH4+. Titik leleh dari garam kompleks
lebih tinggi dibandingkan titik leleh dari garam rangkap, seperti titik leleh dari
garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O adalah 259oC sedangkan titik leleh
dari garam kompleks Cu(NH3)4SO4. 5H2O adalah 269oC (Mulyono, 2005)
E. Tembaga
Logam tembaga merupakan logam merah muda yang lunak, dapat
ditempa dan liat. Tembaga dapat melebur pada suhu 1038oC. Karena potensial
elektrodanya positif (+ 0,34 V) untuk pasangan Cu / Cu2+ tembaga tidak larut
dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen
tembaga bisa larut. Kebanyakan senyawa Cu(I) sangat mudah teroksidasi
menjadi Cu (II). Namun osidasi selanjutnya menjadi Cu (II) adalah sulit.
Terdapat kimiawi larutan Cu2+ yang dikenal baik dan sejumlah besar garam
berbagai anion didapatkan banyak diantaranya larut dalam air, menambah
perbendaharaan kompleks sulfat biru, CuSO4.5H2O yang paling dikenal.
Senyawa ini dapat terhidrasi membentuk anhidrat yang benar–benar putih.
Penambahan ligan terhadap larutan akan menyebabkan pembentukan ion
kompleks dengan pertukaran molekul air secara berurutan (Cotton dan
Wilkinson, 1989).
Keistimewaan yang khas dari atom-atom logam transisi grup d adalah
kemampuannnya untuk membentuk kompleks dengan berbagai molekul netral,
seperti karbon monoksida, isosianida, fosfin tersubtitusi, arsin dan stibin, nitrat

4|P age
oksida, dan berbagai molekul dengan orbital π yang terdelokalisasi, seperti
piridin; 2,2-bipiridin; dan 1,10-fenontrolin. Terdapat jenis-jenis kompleks yang
beragam, beranah dari molekul senyawaan biner seperti Cr(CO) 6 atau Ni(PF3)4
sampai ion kompleks seperti [Fe(CN)5CO]3-, [Mo(CO)5I]-, [Mn(CNR)6]+, dan
[Vfen]+ (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2 namun
hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutan air. Dalam
larutan air hampir semua garam tembaga (II) berwarna biru yang karakteristik
dari warna ion kompleks koordinasi 6, [Cu(H2O)6]2-. Pengecualian yang
terkenal yaitu tembaga II klorida yang berwarna kehijauan oleh karena ion
kompleks [CuCl4]2- yang mempunyai bangun geometri dasar tetrahedral atau
bujur sangkar bergantung pada kation pasangannya. Dalam larutan encer ia
menjadi berwarna biru oleh karena pendesakan ligan Cl - dan ligan H2O. Oleh
karena itu, jika warna hijau ingin dipertahankan, ke dalam larutan pekat CuCl 2
dalam air ditambahkan ion senama Cl- dengan penambahan padatan NaCl atau
HCl pekat atau gas.
[CuCl4]2- (aq) + 6H2O (l)  [Cu(H2O)6]2- (aq) + 4Cl- (aq)
Jika larutan amonia ditambahkan ke dalam larutan ion Cu 2+, larutan biru
berubah menjadi biru tua karena terjadinya pendesakan ligan air oleh ligan
amonia menurut reaksi:
[Cu(H2O)6]2+ (aq) + 5 NH2 (aq)  [Cu(NH3)4]2+ + 5H2O
biru tua
Reaksi antara ion Cu2+ dengan OH- pada berbagai konsentrasi
bergantung pada metodenya. Penambahan ion hidroksida kke dalam larutan
tembaga (II) sulfat (0,1 – 0,5), secara bertetes dengan kecepatan 1 ml/menit
mengakibatkan terjadinya endapan gelatin biru muda tembaga (II) hidroksi
sulfat, [CuSO4nCu(OH)]2 bukan Cu(OH)2 (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Reaksi pengendapan terjadi sempurna pada pH = 8 dan nilai n berpariasi
bergantung pada temperatur reaksi dan laju penambahan reaktan, sebagai
contoh denngab laju penambahan reaksi -1 ml/menit, reaksi tersebut
menghasilkan CuSO4 3Cu(OH)2 jika reaksi berlangsung pada 20 oC dan CuSO4
4Cu(OH)2 pada 24oC. Berikut adalah struktur dari garam rangkap kupri

5|P age
ammonium sulfat (a) dan garam kompleks tetraammin tembaga (II) sulfat
monohidrat (b) (Cotton dan Wilkinson, 1989).

Gambar 1. Garam rangkap kupri Gambar 2. Garam kompleks


ammonium sulfat tetraammin tembaga
(II) sulfat monohidrat
Dalam percobaan ini akan dipelajari pembuatan garam kompleks
tetrammin tembaga (II) sulfat monohidrat dan garam rangkap kupri
ammonium sulfat dari garam kupri sulfat dan ammonium sulfat dan
mempelajari sifat-sifatnya.
VI. Alat dan Bahan
A. Alat

No. Nama Alat Spesifikasi Jumlah


1. Botol vial - 4 buah
2. Gelas kimia 100 mL 3 buah
3. Tabung reaksi - 4 buah
4. Kaca arloji - 2 buah
5. Pembakar spiritus - 1 set
6. Kaki tiga dan kasa - 1 set
7. Spatula - 1 buah
8. Pipet tetes - 3 buah
9. Gelas ukur 10 mL 1 buah
10. Baskom - 1 buah
11. Corong kaca - 1 buah
12. Oven - 1 set
13. Melting point - 1 buah
14. Kompor listrik - 1 set

6|P age
B. Bahan
No. Nama Bahan Jumlah
1. Kristal kupri sulfat pentahidrat Secukupnya
2. Kristal ammonium sulfat Secukupnya
3. Larutan etanol Secukupnya
4. Aquades Secukupnya
5. Larutan ammonia pekat Secukupnya
6. Larutan HCl pekat; 0,01 M Secukupnya
7. Larutan NaOH 0,01 M Secukupnya
8. Kertas saring 2 buah
9. Kertas lakmus merah 2 buah

VII. Alur Percobaan


1. Pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat CuSO4.(NH4)2SO4.6H2O

1,2475 gram CuSO4.5H2O + 0,66 gram (NH4)2SO4

- Larutkan dengan 5 mL aquades dalam gelas kimia 100 mL


- Dipanaskan perlahan hingga larut seluruhnya
- Didinginkan pada suhu kamar
- Didinginkan pada air es

kristal

- Didekantasi
- Disaring
- Dikeringkan pada suhu 40oC sampai berat konstan
- Dihitung persen hasil

% hasil

Reaksi: CuSO4.5H2O (s) + (NH4)2SO4 (s) + H2O (l) 


CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)

7|P age
2. Pembuatan Garam Kompleks Cu(NH3)4SO4∙5H2O

2 mL ammonia pekat
- Dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL
- Diencerkan dengan 2 mL aquades
- +1,2475 gram Kristal CuSO4.5H2O
- Diaduk sampai larut
- +4 mL etanol secara perlahan melalui dinding gelas kimia dan
jangan diaduk
- Ditutup dengan kaca arloji selama 30 menit
- Diaduk perlahan untuk mengendapkan secara sempurna

kristal

- Didekantasi dan disaring


- Dicuci dengan 2 mL larutan ammonia pekat dan 2 mL larutan etanol
- Disaring
- Dicuci dengan 5 mL etanol
- Kristal dikeringkan dalam oven pada suhu 40-50oC
- Ditimbang sampai berat konstan

Berat kristal

Reaksi: 4NH4OH + CuSO4.5H2O  Cu(NH3)4SO4.5H2O


3. Perbandingan beberapa sifat garam rangkap dan garam kompleks

Sedikit kristal Sedikit kristal


garam rangkap garam kompleks
dalam tabung 1 dalam tabung 2

- Ditambahkan 4 mL aquades
- Dikocok
- Diambil 1 mL
- Diencerkan dengan ditambah 2
mL aquades
- Dicatat perubahan warnanya

Perubahan warna Perubahan warna


pada tabung 1 pada tabung 2

8|P age
Garam rangkap
 CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (s) + H2O (l)  Cu2+ (aq) + 2SO42- + 2NH4+(aq) +
7H2O (l)
Garam kompleks
 Cu(NH3)4SO4.3H2O (s) + H2O (l)  [Cu(NH3)4]2+(aq) + SO42-(aq) + 62H2O
(l)

Sedikit kristal Sedikit kristal


garam rangkap garam kompleks
dalam tabung 1 dalam tabung 2

- Ditambahkan 4 mL aquades
- Dikocok
- Diambil 1 mL
- Diencerkan dengan ditambah
2 mL HCl encer
- Dicatat perubahan warnanya

Perubahan warna Perubahan warna


pada tabung 1 pada tabung 2

Garam rangkap
 CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (s) + HCl (aq)  H2SO4 (aq) + NH4Cl (aq)
Garam kompleks
 Cu(NH3)4SO4.3H2O (s) + HCl (aq)  [Cu(NH3)4][Cl]2 (aq)

9|P age
Sedikit kristal Sedikit kristal
garam rangkap garam kompleks
dalam tabung 1 dalam tabung 2

- Ditambahkan 4 mL aquades
- Dikocok
- Diambil 1 mL
- Diencerkan dengan ditambah 2
mL NaOH encer
- Dicatat perubahan warnanya

Perubahan warna Perubahan warna


pada tabung 1 pada tabung 2

Garam rangkap
 CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (s) + NaOH (aq)  NH4OH (aq) +
Na2SO4 (aq)
Garam kompleks
 Cu(NH3)4SO4.3H2O (s) + NaOH (aq)  [Cu(NH3)4][OH]2 (aq)

Sedikit kristal Sedikit kristal


garam rangkap garam kompleks
dalam tabung 1 dalam tabung 2

- Dipanaskan
- Dicatat perubahan warnanya
- Gas yang keluar diuji dengan
kertas lakmus dan spatula yang
telah dicelupkan dalam HCl
pekat
- Diamati perubahan terjadi dan
tuliskan reaksinya

Hasil

10 | P a g e
Garam rangkap
 CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (s) dipanaskan CuSO4- (aq) + [NH4]2SO4 (aq) +
6H2O (g)
 6H2O (g) + HCl (aq) → HCl (g)
Garam kompleks
 Cu(NH3)4SO4.3H2O (s) dipanaskan CuSO4 (aq) + H2O (l) + 4NH32+ (g)
 NH3 (g) + HCl (aq)  NH4Cl (g)

Garam kering

- Diuji titik lelehnya


- Dibandingkan hasil dengan teori
Hasil

11 | P a g e
VIII. Hasil Pengamatan
1. Pembuatan garam rangkap
Warna padatan CuSO4.5H2O = Biru (Kristal)
Warna padatan (NH4)2SO4 = Putih (kristal)
Perlakuan Pengataman Reaksi yang terjadi
Padatan CuSO4.5H2O + Larutan berwarna biru, CuSO4.5 H2O(s) +(NH4)2SO4(s)
(NH4)2SO4 + air ada endapan biru (++) + H2O(l) 
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
Setelah dipanaskan Larutan berwarna biru CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
(++), endapan larut CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
Setelah didinginkan Terbentuk Kristal CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(aq)
dalam waterbath es berwarna biru CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
selama 10,18 menit
Setelah dikeringkan Kristal biru muda kering CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
dalam oven suhu 50oC Dengan massa konstan CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
selama satu minggu 1.1467 gram
Persen hasil = 57,407 %

2. Pembuatan Garam Kompleks


Warna padatan CuSO4.5H2O = Biru (kristal)
Warna padatan NH3 pekat = Larutan tidak berwarna
Perlakuan Pengamatan Reaksi yang terjadi
NH3 + air Larutan tidak berwarna 2NH3(aq) + H2O(l) NH4OH
(aq)
NH3 + air + CuSO4.5H2O larutan berwarna biru (++) CuSO4.5H2O(s) + 4 NH3(aq)
(s)  Cu(NH3)4.SO4.5H2O(s)
Setelah penambahan Pasta berwarna biru (++), CuSO4.5H2O(s) +
etanol ada gelembung gas 4NH4OH(aq) + H2O(l) 
Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) +
H2O(l)

12 | P a g e
Setelah dibiarkan 30 Larutan berwarna biru, CuSO4.5H2O(s) +
menit dan endapan 4NH4OH(aq) + H2O(l) 
Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) +
H2O(l)
Setelah pencucian amonia Residu : berwarna biru CuSO4.5H2O(s) + 4
pekat + etnaol (1:1) pasta NH4OH(aq) + H2O(l) 
Filtrate : berwarna biru Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) +
pasta H2O(l)
Setelah dikeringkan Serbuk berwarna biru tua
dalam oven 40oC selama dengan massa konstan
1 minggu 0.857 gram
Persen hasil = 50,7851 %

3. Pengujian Garam Rangkap dan Garam Kompleks


No. Perlakuan Pengamatan Reaksi yang terjadi
1 Garam rangkap + air Larutan berwarna CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
biru (+) keruh + H2O(l) Cu2+ + 2SO42-
(aq) + 2NH4+(aq) +
7H2O(l)
Garam kompleks + air Larutan berwarna Cu(NH3)4SO4.5H2O (s) +
biru (++) H2O(l) Cu(NH3)42-+
SO42- + 6 H2O(l)
2 Garam rangkap + air + air Larutan berwarna CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
biru sedikit + H2O(l) Cu2+ + 2SO42-
endapan + 2NH4+ + 7H2O(l)
Garam rangkap + air +HCl Larutan berwarna CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
biru bening, + HCl(aq)  CuCl2(aq) +
garam larut 2SO42- + 2H+ + 2NH4+ +
6H2O(l)
Garam rangkap + air + NaOH Larutan berwarna CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
biru (++), ada + 2NaOH(aq) 
endapan

13 | P a g e
Cu(OH)2(aq) + 2SO42+
2Na+ +2NH4++ 6H2O(l)
Garam kompleks + air + air Larutan biru, Cu(NH3)4SO4.5H2O (s) +
masih ada H2O(l)  [Cu(NH3)4]2++
endapan biru SO42- + 6 H2O(l)
(+++)
Garam kompleks + air + HCl Larutan berwarna Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) +
biru bening, HCl(aq)  Cu(NH3)42+ +
endapan (+) SO42- + 5 H2O(l)
Garam kompleks + air + NaOH Larutan biru, ada Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) +
endapan (++) 2NaOH(aq) 
Cu(OH)2(aq) + SO42-
+Na++4NH4++ 5H2O(l)
3 Garam rangkap dipanaskan Larutan berwarna CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
biru, terdapat (aq)  CuSO4(s) +
endapan (NH4)2SO4.5H2O(aq) +
H2O (g)
Pengujian 1 Gas + lakmus Merah  merah Garam bersifat netral
Biru  biru
Pengujian 2 Gas + HCl Tidak terbentuk Cu(NH3)4SO4.5H2O(aq)
pekat gas  CuSO4(s) + 5 H2O(l)
+ NH3(g)
Larutan tidak Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) 

berwarna CuSO4(aq) + 5H2O(l) +


Garam kompleks dipanaskan
4NH3(g)

Pengujian 1 Gas + lakmus Kertas lakmus Menandakan larutan


biru biru menjadi bersifat basa
merah
Pengujian 2 Gas + HCl Terbentuk gas NH3(g) + HCl (aq) 
pekat NH4Cl (g)

14 | P a g e
4 Uji titik leleh garam rangkap 260oC Secara teori : 259oC
(Mulyono, 2005)
Uji titik leleh garam kompleks 258oC Secara teori : 269oC
(Mulyono, 2005)

IX. Analisi dan Pembahasan


Percobaan Pembuatan Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap
bertujuan membuat dan mempelajari sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium
sulfat dan garam kompleks tetraammin tembaga(II) sulfat monohidrat. Garam
rangkap merupakan garam yang dalam kisi kristalnya mengandung dua kation yang
berbeda dengan proporsi tertentu (Sugiyarto, 2004). Sedangkan senyawa kompleks
adalah senyawa yang terbentuk karena penggabungan dua atau lebih senyawa
sederhana, yang masing-masingnya dapat berdiri sendiri (Sugiyarto, 2004). Pada
percobaan ini garam rangkap dan garam kompleks yang dihasilkan akan diuji sifat
kimia dan sifat fisiknya.
1. Pembuatan garam rangkap Kupri Ammonium Sulfat CuSO4(NH4)2.6H2O
Percobaan pertama bertujuan untuk mempelajari proses pembuatan dan
sifat-sifat garam rangkap kupri amonium sulfat. Pada pembuatan garam rangkap
kupri amonium sulfat disiapkang kristal biru CuSO4.5H2O sebanyak 1,247 gram
dan kristal putih (NH4)2SO4 sebanyak 0,66 gram. Kedua kristal tersebut
dicampurkan dan dilarutkan dengan 5 mL aquades dalam gelas kimia 100 mL.
Dihasilkan larutan berwarna biru dan kristal sedikit larut, kemudian campuran
tersebut dipanasakan sampai semua krital larut, dan dihasilkan kristal yang larut
sempuran dan larutan berwarna biru. Kristal dilarutkan dengan sempurna
diharapkan terjadi reaksi yang sempurna antara CuSO4.5H2O dengan (NH4)2SO4
sehingga nantinya dihasilkan endapan garam dengan rendemen yang tinggi.
Setelah dipansakan dan dihssilkan kristal yang larut sempurna kemudian larutan
di dinginkan samapi suhu kamar, setelah suhu larutan sampai suhu kamar,
larutan didinginkan dalam air es hingga di hasilkan kristal garam rangkap kupri
ammonium sulfat. Setelah 10,18 menit dihasilkan kristal berwaran biru muda,
Setelah larutan di rendam selama 10,18 menit dan dihasilkan endapan kristal
biru, perendaman larutan dalam air es dilanjutkan sampai dihsilkan kristal biru

15 | P a g e
yang banyak. Kristal biru yang dihsilkan yaitu kristal garam rangkap kupri
ammonium sulfat sesuai persamaan reaksi berikut.
CuSO4.5H2O (s) + (NH4)2SO4 (s) + H2O (l) → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
Kristal berwarna biru muda
Struktur kimia dari CuSO4(NH4)2SO4.6H2O adalah sebagi berikut.

Terbentuknya endapan CuSO4(NH4)2SO4.6H2O dari reaksi diatas yang


merupakan garam rangkap dikarekana garam rangkap dibentuk apabila dua
garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu.
Garam-garam itu memiliki struktur sendiri dan tidak harus sama dengan struktur
garam komponennya. Garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yang menjadi ion
pusat adalah Cu2+, sedangkan yang menjadi ligannya adalah SO42- dan NH4+. Ion
Cu2+ ini memiliki bilangan koordinasi 4 yang berarti terdapat empat buah
ruangan yang tersedia disekitar atom Cu2+ yang dapat diisi oleh sebuah ligan
pada masing-masing ruangan (Svehla, 1990).
Jadi pada garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O, dua buah ruangan diisi
oleh SO42- sedangkan 2 sisanya diisi oleh NH4+. Ion yang memiliki bilangan
koordinasi 4 seperti Cu2+ ini umumnya molekulnya berbentuk tetrahedron, tapi
kadang-kadang ditemukan juga molekul yang memiliki susunan datar (atau
hampir datar), dimana ion puat berada dipusat suatu bujur sangkar dan keempat
ion menempati keempat sudut bujur sangkar (Svehla, 1990).
Setelah kristal biru dihasilkan dirasa sudah banyak yatitu selama kira-kira
15 menit perendaman, maka larutan di dekantasi dan disring dihasilkan filtral
berwana biru dan residu krital biru yang merupakan garam rangkap kupri
ammonium sulfat. kristal biru tersebut kemudian di oven pada sushu 40 oC
sampai diperoleh berat konstan. Dikeringkan pada oven, untuk megurangi
molekul air yang terdapat pada kristal sehingga dihasilkan kristal garam rangkap
yang murni. Massa garam yang dihasilkan sebagai berikut.

16 | P a g e
Tabel 1. massa kristal garam rangkap setelah dioven
Hari ke- Massa (gram)
1 1,3727
2 1,1576
3 1,1527
4 1,1467

Secara teori diketahui bahwa massa garam CuSO4(NH4)2SO4.6H2O yang


dihasilkan adalah 1,9975 gram. Dari data di atas dapat digunakan untuk
menghitung rendemen kristal garam yang dihasilkan. Persen rendemen dapat
diketahui dengan menggunakan persamaan sebagai berikut ini.
berat hasil praktikum
% Rendemen = x 100%
berat teori
Dari perhitungan didapatkan persen rendemen kristal adalah sebesar
57,407 %. Persen rendemen yang dihasilkan ini menunjukkan bahwa kristal
belum sepenuhnya terbentuk (100%). Hal ini pengaruhi beberapa faktor antara
lain 1) Proses pelarutan kurang sempurna; 2) Proses pengkristalan kurang
sempurna; 3) Kurang benarnya dalam proses dekantasi.
2. Pembuatan garam kompleks Cu(NH3)4SO4.5H2O
Pada percobaan yang kedua, untuk mempelajari proses pembuatan dan
sifat-sifat garam kompleks Cu(NH3)4SO4.5H2O. Pada pembuatan garam
kompleks disiapkan garam CuSO4.5H2O kristal berwarna biru sebanyak 1,2475
gram. Langkap pertama dalam pembuatan garam kompleks Cu(NH3)4SO4.5H2O,
larutan tidak berwarna amonium pekat sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam
gelas kimia 100 mL lalu di encerkan dengan 2 mL aquades, terjadi rekasi anatar
ammonia dengan aquades sebagai berikut.
NH3 + H2O  NH4OH
Setelah encerkan kemudian ke dalam larutan ditambahkan garam garam
CuSO4.5H2O kristal berwarna biru yang telah ditimbang tadi, dihasilkan larutan
berwarna biru dan masih terdapat kristal yang belum terlarut, kemudian diaduk
sampai semua kristal terlarut sempurna. Setelah krisatal terlarut sempuran,
kemudian ditambahakan etanol sebanyak 4 mL untuk mencegah terjadinya

17 | P a g e
penguapan pada ammonia dengan cara penambahannya melalui dinding gelas
kimia agar alkohol tidak bercampur dengan larutan atau dapat menutupi larutan.
Apabila bercampur, etanol dapat bereaksi dengan Cu 2+ dan dapat membentuk
Cu(OH)2 dengan reaksi berikut.
Cu2+ + 2OH- → Cu(OH)2
Seetelah ditambahkan etanol akan menghasilkan larutan berwarna biru
(++) dan terdapat endapan biru, kemudian campuran tersebut ditutup dengan
kaca arloji untuk mengurangi penguapan amonia selama pembentukan kristal,
dan diamkan selama 30 menit. Setelah 30 menit, larutan tersebut berubah warna
menjadi biru dan terdapat endapan biru. Endapan biru yang dihasikan sesuai
persamaan rekasi merupakan garam kompleks Cu(NH3)4SO4.5H2O. Persamaan
reaksi sebagai berikut.
CuSO4.5H2O(s) + 4NH4OH(aq)  Cu(NH3)4SO4.5H2O(s)
Struktur kimia dari Cu(NH3)4SO4.5H2O adalah sebagi berikut.

Setelah 30 menit dan dihilkan endapan biru kemudian larutan di aduk


secara perlahan setelah itu di dekantasi dan di saring menggunakan kertas saring
dihasilkan filtrat berwarna biru dan endapan kristal berwarna biru yang
merupakan garam kompleks Cu(NH3)4SO4.5H2O. Kristal biru tersebut
kemudian dicucui menggunakan campuran etanol dan NH3 pekat dengan
perbandingan volume yang sama dan menghasilkan filtarat berwarna biru dan
krsital biru tidak ikut terlarut. Digunakan NH3 pekat dan etanol untuk mencuci
kristal agar mempermantap ligan dan mengikat air yang masih terkandung dalam
kristal. Setelah itu kristal di cuci lagi dengan etanol sebanya 5 mL agar mencegah
terjadinya ionisasi dihasilkan larutan berwarna biru dan kristal biru tidak ikut
terlarut. Proses pencucian dihasilkan wara krital biru menjadi lebih tua.
Perubahan warna menjadi biru tua diakibtkan oleh reaksi
pengkompleksan. Dimana NH3 tersebut berfungsi sebagai penyedia ligan dan
CuSO4.5H2O berfungsi sebagai atom pusat. Sedangkan H2O (aquades) ini

18 | P a g e
berfungsi sebagai pengkompleks Cu2+ yang kemudian ligan H2O ini diganti oleh
NH3 karena NH3 bertindak sebagai ligan kuat yang dapat mendesak ligan netral
H2O sehingga warnanya berubah menjadi larutan biru tua.
Setelah kristal dicuci, kristal tersebut dioven pada suhu 40 0C hingga
diperoleh berat yang konstan. Pengovenan ini bertujuan untuk menguapkan air
atau cairan yang masih terkandung dalam kristal tersebut sehingga didapatkan
berat yang konstan. Massa garam yang dihasilkan adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Massa kristal garam kompleks setelah dioven
Hari ke- Massa (gram)
1 1,0054
2 0,8773
3 0,8712
4 0,857

Secara teori diketahui bahwa massa garam Cu(NH3)4SO4.5H2O yang


dihasilkan adalah 1,6875 gram. Dari data di atas dapat digunakan untuk
menghitung rendemen kristal garam yang dihasilkan. Persen rendemen dapat
diketahui dengan menggunakan persamaan sebagai berikut ini:
berat hasil praktikum
% Rendemen = x 100%
berat teori
Dari perhitungan didapatkan persen rendemen pada masing-masing massa
kristal adalah sebesar 50,7851%. Persen rendemen yang dihasilkan ini
menunjukkan bahwa kristal belum sepenuhnya terbentuk (100%). Hal ini
pengaruhi beberapa faktor antara lain 1) Proses pelarutan kurang sempurna; 2)
Proses pengkristalan kurang sempurna; 3) Kurang benarnya dalam proses
dekantasi.
3. Perbandingan sifat garam rangkap dan garam kompleks
Pada percobaan ini dilakukan uji perbandingan beberapa sifat garam
rangkap dan garam kompleks. Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari sifat-
sifat garam rangkap kupri amonium sulfat dan garam kompleks tetraamin
tembaga (II) sulfat monohidrat. Sifat-sifat yang di uji pada percobaan ini
meliputi membandingkan kelarutan garam rangkap dan garam kompleks dalam

19 | P a g e
aquades, larutan HCl, dan larutan NaOH, uji gas yang dihasilkan, dan uji titik
leleh.

Kristal garam rangkap Kristal garam kompleks


1. Uji Kelarutan
Pada uji pertama yaitu uji kelarutan dengan membandingkan kelarutan
garam rangkap dan garam kompleks dalam aquades, larutan HCl, dan larutan
NaOH. pada pelarutan air pertama, dihasilkan garam rangkap larut dan
membentuk larutan berwarna biru, sedangkan pada garam kompleks, garam
tidak larut membentuk larutan yang tidak berwarna dan terbentuk endapan
yang berwarna biru muda. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah
sebagai berikut:
Garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (aq) + H2O (l) → Cu2+ + 2SO42- + 2NH4+ + 7H2O (l)
Garam kompleks
Cu(NH3)4SO4.5H2O + H2O → [Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2H2O
Kelarutan dalam air
Selanjutnya pada kedua garam yang telah dilarutkan dalam aquades,
ditambahkan dengan 2 mL aquades. Didapatkan hasil pada garam rangkap
terbentuk larutan yang berwarna biru, karena ion-ion penyusun garam
rangkap terurai dengan penambahan aquades dan masih terdaat sisa kristal
yang tidak terlarut. Sedangkan pada garam kompleks, garam tersebut sedikit
larut dan terbentuk larutan berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa garam
rangkap memiliki kelarutan di dalam air yang lebih tinggi dibandingkan
dengan garam kompleks. Reaksi yang terjadi pada percobaan pertama ini
adalah sebagai berikut.

20 | P a g e
Garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (aq) + H2O (l) → Cu2+ + 2SO42- + 2NH4+ + 7H2O (l)
Garam kompleks
Cu(NH3)4SO4.5H2O + H2O → [Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2H2O
Kelarutan dalam larutan asam (larutan HCl)
Selanjutnya pada kedua garam yang telah dilarutkan dalam aquades,
ditambahkan dengan 2 mL larutan HCl encer. Dihasilkan pada garam
rangkap, garam larut dan terbentuk larutan yang tidak berwarna. Garam
rangkap dapat larut dalam larutan asam karena dalam larutan garam rangkap
terdapat ion-ion yang bersifat basa (NH4+, OH-) sehingga dapat bereaksi
dengan larutan HCl. Sedangkan pada garam kompleks juga didapatkan hasil
garam larut tetapi masih terdapat sisa garam yang tidak terlarut dan terbentuk
larutan yang tidak berwarna. Terjadinya perubahan warna pada larutan terjadi
karena ion-ion dari larutan garam kompleks terurai sempurna menjadi ion-ion
penyusunnya. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
Garam rangkap.
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (aq) + HCl (aq) → H2SO4 (aq) + NH4Cl (g)
Garam kompleks.
Cu(NH3)4SO4.5H2O (aq) + HCl (aq) → [Cu(NH3)4]2+ + Cl-
Dari reaksi di atas dapat diketahui bahwa garam rangkap pada larutan
asam terurai menjadi senyawa-senyawa penyusunnya, sedangkan garam
kompleks terurai menjadi ion-ion penyusunnya. Hal ini menunjukkan bahwa
garam kompleks memiliki kelarutan dalam larutan asam yang lebih tinggi
daripada garam rangkap. Namun pada percobaan ini tidak dapat dibuktikan
pernyataan tersebut karena hasil yang didapatkan antara garam rangkap dan
garam kompleks sama. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu
garam yang didapatkan belum murni atau masih terdapat campuran-
campuran yang melekat pada kristal garam.
Kelarutan dalam larutan basa (larutan NaOH)
Selanjutnya pada kedua garam yang telah dilarutkan dalam aquades,
ditambahkan dengan 2 mL larutan NaOH encer. Pada garam rangkap
endapan berwarna biru tidak teralrut dan larutan dihasilkan larutan berwarna

21 | P a g e
biru. Sama halanya, pada garam kompleks didapatkan hasil garam tidak larut
dan terbentuk larutan yang berwarna biru. Reaksi yang terjadi pada percobaan
ini adalah sebagai berikut.
Garam rangkap.
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (aq) + NaOH (aq) → Na2SO4 (aq) + NH4OH (aq)
Garam kompleks.
Cu(NH3)4SO4.5H2O (aq) + NaOH (aq) → [Cu(NH3)4](OH)2
Dari reaksi di atas dapat diketahui bahwa garam rangkap pada
direaksikan dengan larutan NaOH membentuk kompleksnya. Hal ini
menunjukkan bahwa garam rangkap memiliki kelarutan dalam larutan basa
yang lebih tinggi daripada garam kompleks. Akan tetapi kedua garam tidak
dapat larut dengan sempurna di dalam larutan basa NaOH yang dibuktikan
dengan adanya endapan yang terbentuk.
Dari percobaan ini didapatkan hasil bahwa garam rangkap memiliki
kelarutan yang lebih tinggi daripada garam kompleks dalam aquades dan
dalam larutan basa, sedangkan garam kompleks memiliki kelarutan yang
lebih tinggi daripada garam rangkap dalam larutan asam.
2. Uji gas yang Dihasilkan
Uji selanjutnya adalah uji sifat (asam/basa) gas yang dihasilkan oleh
garam rangkap dan garam kompleks menggunakan kertas lakmus dan uji gas
yang disilkan oleh garam rangkap dan garam kompleks spatula yang
dicelupkan dalam HCl pekat. Garam rangkap dan garam kompleks yang telah
dilarutkan dalam air dipansakan dengan menggunakan pembakar spiritus.
Didapatkan hasil garam yang meleleh. Diuji gas yang keluar dengan
menggunakan kertas lakmus merah dan biru yang ditepatkan pada mulut
tabung reaksi. Didapatkan hasil pada garam rangkap tidak trjadi peruabahan
pada kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru, sedangkan pada garam
kompleks dihasilkan perubahan warna kertas lakmus merah menjadi biru dan
kertas lakmus biru tidak terjadi perubahan. Hal ini menunjukkan bahwa gas
yang dihasilkan oleh garam rangkap bersifat netral dan gas yang dihasilkan
garam kompleks bersifat basa. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah
sebagai berikut.

22 | P a g e
Garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s) dipanaskan CuSO4-(aq) + [NH4]2SO4(aq) + 6H2O(g)
Garam kompleks
Cu(NH3)4SO4.5H2O (s) dipanaskan CuSO4 (aq) + 5H2O (l) + 4NH32+ (g)
Dari reaksi tersebut dapat diketahui bahwa gas yang terbentuk adalah
gas H2O dimana gas tersebut bersifat netral sehingga tidak terjadi perubahan
pada uji kertas lakmus. Berbeda dengan gas yang dihasilkan geram kompleks
yaitu gas NH32+ yang bersifat basa, sehingga dapat merubah kertas lakmus
merah menjadi biru. Selanjutnya gas yang dihasilkan tersebut diuji dengan
menggunakan spatula yang dicelupkan ke dalam larutan HCl pekat.
Didapatkan hasil pada garam rangkap tidak terjadi perubahan apapun
sedangakn pada garam kompleks dihasilkan asap berwarna putih yang
merupakan gas NH4Cl. Persamaan reaksi sebagai berikut.
Garam rangkap
6H2O (g) + HCl (aq) → HCl (g)
Garam kompleks
NH3 (g) + HCl (aq)  NH4Cl (g)
Pada garam rangkap dihasilkan gas H2O yang ketika bereaksi dengan
larutan HCl membentuk gas HCl yang tidak berwarna. Sedangkan pada
garam kompleks dihasilkan gas NH3 yang ketika bereaksi dengan larutan HCl
pekat membentuk gas NH4Cl yang berupa asap berwarna putih. Hasil
percobaan ini sesuai dengan teori yang telah ada.
3. Uji Titik Leleh
Pada Uji terakhir yaitu uji titik leleh pada garam rangkap dan garam
kompleks. kristal garam rangkap dan garam kompleks dimasukkan ke dalam
pipa kapiler dan dimasukkan kedalam melting blok. Setelah proses pengujian,
hasil pengujian titik leleh yang diperoleh pada garam rangkap yaitu 260°C,
sedangkan pada garam kompleks diperoleh titik leleh sebesar 258°C. Hasil
pengujian ini tidak dihasilkan sesai teori yang ada, Mulyono (2005)
menyatakan dari hasil penelitiaanya bahwa titik leleh garam rangkap
CuSO4(NH4)2.6H2O sebesar 259oC, sedangkan titik leleh garam kompleks
Cu(NH3)4SO4.5H2O sebesar 269oC, yang mana titik leleh garam kompleks

23 | P a g e
lebih besar daripada titik leleh garam rangkap. Pada percobaan yang
dihasilkan pada garam rangkap titik leleh yang dihasilkan sebesar 260°C
hampir mendekati titik leleh sesuai teori yang ada yaitu 259 oC (Mulyono,
2005). Sedangkan pada garam kompleks hasil yang di peroleh libeh rendah
yaitu sebesar 258°C dari teori yang sudah ada yaitu sebesar 269 oC (Mulyono,
2005).
Perbedaan hasil titik leleh pada garam kompleks ini dimungkinnka
disebabkan oleh beberapa hal salah satunya 1) Kristal garam komplkes yang
dihasilkan belum murni, sehingga masih terdapat pengotor-pengotor lain
yang menyebabkan nilai titik leleh menjadi lebih rendah dari teoritisnya; 2)
Proses pengamatan pada titik leleh garam kompleks kurang cermat sehingga
diperoleh hasil yang berbeda; 3) berbedanya suhu lingkungan ataupun
tekanan atmosfer sehingga dimungkinkan berpengaruh terhadap proses
pemansan; 4) Selain itu mungkin alat yang digunkan dalam penelitian
keduanya berbeda; 5) Dimungkinkan juga kristal garam kompleks belum
pada berat yang konstan.
X. Simpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan
seperti berikut ini:
1. Garam rangkap kupri amonium sulfat dapat dibuat dengan mengkristalkan
bersama-sama garam CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4, sedangkan garam kompleks
tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat dapat dibuat dengan mereaksikan
larutan ammonia dengan CuSO4.5H2O.
2. Sifat-sifat garam rangkap kupri amonium sulfat dan garam kompleks tetraamin
tembaga (II) sulfat monohidrat yaitu:
 Kelarutan garam rangkap lebih tinggi daripada garam kompleks dalam
aquades dan dalam larutan basa, sedangkan garam kompleks memiliki
kelarutan yang lebih tinggi daripada garam rangkap dalam larutan asam.
 Gas yang dihasilkan pada pemanasan garam rangkap kupri amonium sulfat
bersifat netral, sedangkan gas yang dihasilkan pada pemanasan garam
kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat bersifat basa.

24 | P a g e
 Titik leleh garam rangkap kupri amonium sulfat lebih rendah daripada titik
leleh garam kompleks.

XI. Jawaban Pertanyaan


1. Hitunglah persen hasil dari percobaan 1 dan 2!
Jawab:
a. Pembuatan Garam Rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Diketahui :
- Massa CuSO4 . 5H2 O = mol CuSO4 . 5H2 O x Mr CuSO4 5H2 O
- Mr CuSO4 . 5H2 O = 249,55 g/mol
- Mr CuSO4(NH4)2SO4 = 399,55 g/mol
- Massa I = 1,6541 gram II= 1,6412 gram III = 1,5342 gram
Ditanya : Rendemen ??
Jawab :
CuSO4 5H2 O + (NH4 )2 SO4 + H2 O  CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
m 0,005 mol 0,005 mol -
r 0,005 mol 0,005 mol - 0,005 mol
s - - 0,005mol 0,005 mol

Massa CuSO4(NH4)2SO4 secara teori = mol x Mr


= 0,005 mol x 399,55 g/mol
= 1,9975 gram
massa CuSO4(NH4 )2SO4 .6H2 O hasil percobaan
- %rendemen = massa CuSO4 (NH4 )2 SO4.6H2O secara teori
x100%

1,5335
= 𝑥 100% = 76,77%
1,9975
massa CuSO4(NH4 )2SO4 .6H2 O hasil percobaan
- %rendemen = x100%
massa CuSO4 (NH4 )2 SO4.6H2O secara teori

1,5345
= 𝑥 100% = 76,82%
1,9975
massa CuSO4(NH4 )2SO4 .6H2 O hasil percobaan
- %rendemen = x100%
massa CuSO4 (NH4 )2 SO4.6H2O secara teori

1,5342
= 𝑥 100% = 76,80%
1,9975

25 | P a g e
76,77 % +76,82% +76,80%
- %rendemen rata − rata = = 76,796%
3

b. Pembuatan Garam Rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O


Diketahui :
- massa CuSO4 5H2 O = mol CuSO4 5H2 O x Mr CuSO4 5H2 O
- Mr CuSO4 5H2 O = 249,56 g/mol
- Mr (NH3)4SO4 = 337,59 g/mol
Massa I = 0,8125 gram II= 0,8086 gram III = 0,7938 gram
Ditanya : Rendemen ??
Jawab :
CuSO4 . 5H2 O + 4 NH3 H2 O (l)  Cu(NH3)4SO4.5H2O
m 0,005 mol 0,005 mol -
r 0,005 mol 0,005 mol - 0,005 mol
s - - 0,005 mol 0,005 mol

Massa Cu(NH3)4SO4.5H2O secara teori = mol x Mr


= 0,005 mol x 337,55 g/mol
= 1,6875 gram
massa hasil percobaan
- %rendemen = x100%
massa secara teori

0,4305
= 𝑥 100% = 25,51%
1,6875
massa hasil percobaan
- %rendemen = x100%
massa secara teori

0,4313
= 𝑥 100% = 25,56%
1,6875
massa hasil percobaan
- %rendemen = massa secara teori
x100%
0,4311
= 𝑥 100% = 26,55%
1,6875
2. Tulis persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan 1,2 dan 3!
Jawab:
 Pembuatan Garam Rangkap kupriammonium sulfat,
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Reaksi: CuSO4.5H2O+(NH4)2SO4→CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
 Pembuatan Garam Kompleks Cu(NH3)4SO4.5H2O

26 | P a g e
Reaksi :CuSO4.5H2O+ 4NH3 → Cu(NH3)4SO4.5H2O
 Perbandingan sifat garam rangkap dan garam kompleks
a. Garam Rangkap
CuSO4(NH4)2SO46H2O + H2O → Cu2+ + 2 SO42- + 2NH4+ + 7H2O
CuSO4(NH4)2SO46H2O + HCl → H2SO4 + NH4Cl
CuSO4(NH4)2SO46H2O + NaOH → Na2SO4 + NH4OH
CuSO4(NH4)2SO46H2O → CuSO4 + (NH4)2SO4 + 6H2O(g) (dipanaskan)
b. Garam Kompleks
Cu(NH3)4SO45H2O + H2O → [Cu (NH3)4]2+ + SO42- + 6H2O
Cu(NH3)4SO45H2O + HCl → [Cu (NH3)4]Cl
Cu(NH3)4SO45H2O + NaOH → [Cu (NH3)4](OH)2
Cu(NH3)4SO45H2O → CuSO4 + H2O + NH3(g) (dipanaskan)
3. Jelaskan perbedaan sifat antara garam rangkap dan garam kompleks
berdasarkan percobaan 3!
Jawab:
 Garam rangkap jika dilarutkan dalam air terionisasi menjadi Cu 2+, SO42+,
NH4+, H2O; bersifat asam; dan memiliki titik leleh sebesar 250 ˚C.
 Sedangkan garam kompleks jika dilarutkan dalam air terionisasi menjadi
[Cu(NH3)4]2+ dan SO42+, bersifat basa, dan memiliki titik leleh sebesar 300
˚C.
4. Berapakah titik leleh garam rangkap dan garam kompleks hasil sintesis
anda? Bandingkan dengan titik leleh garam rangkap dan garam kompleks
secara teori! Jika berbeda apakah sebabnya? Jelaskan!
Jawab:
Titik leleh garam rangkap = 250 0C
Titik leleh garam kompleks = 300 0C
Hal ini sesuai dengan teori bahwa titik leleh garam rangkap lebih tinggi
dari pada garam kompleks.

27 | P a g e
XII. Daftar Pustaka
Cotton, F. Albert dan Geofrey Wilkinson. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta:
UI Press.
Day, R. A. dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi keenam.
Jakarta: Erlangga.
Elmila, Izza & Fahimah Martak. 2011. “Peningkatan Sifat Magnetik Kompleks
Polimer Oksalat [N(C4H9)4][MnCr(C2O4)3] dengan Menggunakan
Kation Organik Tetrabutil Amonium”. Jurnal Prosiding Skripsi Kimia
FMIPA. SK-091304.
Fernanda, Rosa Alves and Watson Loh. 2011. “Vesicles prepared with the complex
salts dioctadecyldimethylammonium polyacrylates”. Journal of Colloid
and Interface Science.
Mulyono. 2005. Kamus Kimia. Bandung: Bumi Aksara.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga
Rosbiono, Momo. 2012. “Terminologi – Karakteristik – Metode Pendeteksian –
Aplikasi, Klasifikasi, Tatanama dan Isomerisasi Senyawa Koordinasi”.
Modul Kimia Anorganik.
Svehla, G. (1979). Vogel’s Text Book of Macro and Semimicro Qualitative
Inorganik Analysis (fifth ed). London: Limited Group. Ltd.
(diterjemahkan oleh) Setiono, L dan Hadyana, P.A. 1985. Vogel: Buku
Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.
Kalman Media Pusaka

28 | P a g e
Lampiran Perhitungan
1. Pembuatan Garam Rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Diketahui:
Massa CuSO4.5H2O : 1,2473 gram
Mr CuSO4.5H2O : 249,55 g/mol
Mr CuSO4(NH4)2.6H2O : 399,5 g/mol
Massa garam rangkap : 1,1467 gram
Ditanya: rendemen garam rangkap...?
Jawab:
CuSO4.5H2O (s) + (NH4)2SO4 (s) + H2O (l) → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (s)
M: 0,005 mol 0,005 mol - -
R: 0,005 mol 0,005 mol 0,005 mol 0,005 mol
S: - - 0,005 mol 0,005 mol

Massa CuSO4(NH4)2SO4 = mol x Mr


= 0,005 mol x 399,5 g/mol
= 1,9975 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
% Rendemen = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
1,1467 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 1,9975 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%

= 57,407%

2. Pembuatan Garam Kompleks Cu (NH3)4SO4.5H2O


Diketahui:
Massa CuSO4.5H2O : 1,2475 gram
Mr CuSO4 5H2 O : 249,56 g/mol
Mr (NH3)4SO4 : 337,5 g/mol
Massa garam kompleks : 0,857 gram
Ditanya: rendemen garam kompleks...?

29 | P a g e
Jawab:
CuSO4.5H2O (s) + (NH3)4SO4 (s) + H2O (l) → Cu(NH3)4SO4.5H2O (s)
M: 0,005 mol 0,005 mol - -
R: 0,005 mol 0,005 mol 0,005 mol 0,005 mol
S: - - 0,005 mol 0,005 mol

Massa Cu (NH3)4SO4 = mol x Mr


= 0,005 mol x 337,5 g/mol
= 1,6875 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚
% Rendemen 1 = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
0,857 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 1,6875 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%

= 50,7851%

30 | P a g e
Lampiran Dokumentasi
Pembuatan Garam Rangkap

(1) Berat cawan + kertas saring


(2) Kristal CuSO4.5H2O berwarna biru
kosong

(4) Kristal CuSO4.5H2O + kristal


(3) Kristal CuSO4.5H2O + kristal
(NH4)2SO4 setelah ditambah aquades.
(NH4)2SO4
Kristal sedikit larut.

(6) larutan diletakkan didalam wadh


(5) Setelah dipanaskan kristal larut
berisi es batu hingga terbentuk kristal
sempurna dan menghasilkan larutan
berwarna biru muda.

31 | P a g e
(8) Kristal garam rangkap berwarna
biru muda.

(7) Setelah didekantasi menghasilkan


filtrat berupa larutan berwarna biru
muda dan residu berupa kristal
berwarna biru muda.

(9) Massa kristal garam rangkap hari (10) Massa kristal garam rangkap hari
pertama sebesar 29,4532 gram kedua sebesar 29,2381 gram

(11) Massa kristal garam rangkap hari (12) Massa kristal garam rangkap hari
ketiga sebesar 29,2332 gram keempat sebesar 29,2272 gram

32 | P a g e
Pembuatan Garam Kompleks

(1) Massa cawan dan kerts saring (2) Aquades + ammonia pekat +
kosong sebesar 31,7189 g kristal CuSO4.5H2O larutan
berwarna biru

(3) ditambahkan etanol melalui (4) Disaring menghasilkan residu dan


dinding gelas. Tidak ada perubahan filtrat berwarna biru tua

(5) Dicuci dengan etanol (6) kristal garam kompleks berwarna


biru tua.

33 | P a g e
(7) Massa kristal garam kompleks hari (8) Massa kristal garam kompleks hari
pertama sebesar 32,7243 gram kedua sebesar 32,5962 gram

(9) Massa kristal garam kompleks (10) Massa kristal garam kompleks
hari ketiga sebesar 32,5962 gram hari keempat sebesar 32,5759 gram

Perbandingan sifat garam rangkap dan garam kompleks

(1) Garam rangkap + aquades (2) Garam rangkap + aquades + HCl


menghasilkan larutan berwarna biru menghasilkan larutan biru bening dan
keruh (+) kristal larut.

34 | P a g e
(3) Garam rangkap + aquades + NaOH (4) Perbandingan garam rangkap yang
menghasilkan larutan biru bening dan direaksikan dengan aquades, HCl, dan
kristal larut. NaOH.

(5) Garam kompleks + aquades (6) Garam kompleks + aquades + HCl


menghasilkan larutan berwarna biru menghasilkan larutan berwarna biru
(++) bening dan endapan (+)

(7) Garam kompleks + aquades + (8) Perbandingan garam kompleks


NaOH menghasilkan larutan berwarna yang direaksikan dengan aquades,
biru bening dan endapan (+). HCl, dan NaOH.

35 | P a g e
(9) Garam rangkap diuji dengan kertas (10) Garam kompleks diuji dengan
lakmus menghasilkan kertas lakmus kertas lakmus menghasilkan kertas
merah tetap berwarna merah. lakmus biru berubah menjadi merah.

(11) Garam rangkap diuji dengan (12) Garam kompleks diuji dengan
spatula yang telah dicelupkan HCl spatula yang telah dicelupkan HCl
pekat tidak terbentuk gas. pekat terbentuk gas.

(13) garam kompleks dimasukkan (14) garam rangkap dimasukkan


kedalam pipa kapiler kedalam pipa kapiler

36 | P a g e
(15) uji titik leleh garam rangkap dan garam kompleks menggunakan melting
block dan termometer.

37 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai