1|P age
B. Ligan
Ligan adalah spesies yang memiliki atom (atau atom-atom) yang dapat
menyumbangkan sepasang elektron pada ion pusat pada tempat tertentu dalam
lengkung koordinasi, sehingga ligan merupakan basa lewis dan ion logam
adalah asam lewis. Jika ligan hanya dapat menyumbangkan sepasang elektron
(misalnya NH3 molekul atom N) disebut ligan unidentat.Ligan ini mungkin
merupakan anion monoatomik (tetapi bukan atom netral) seperti ion halida,
anion poliatomik seperti NO2-, molekul sederhana seperti NH3, atau molekul
kompleks seperti piridin, C5H5N (Petrucci, 1987).
C. Garam Kompleks
Garam kompleks merupakan senyawa yang terbentuk karena
penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang masing-masingnya
dapat berdiri sendiri, sedangkan garam rangkap dalam larutan akan terionisasi
menjadi ion-ion komponennya. Dalam pelaksanaan analisis anorganik
kualitatif banyak digunakan reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukan
kompleks. Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion pusat)
dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan kompleks yang stabil nampak
mengikuti stokiometri yang sangat tertentu, meskipun ini tak dapat ditafsirkan
di dalam lingkup konsep valensi yang klasik. Atom pusat ini ditandai oleh
bilangan koordinasi, suatu angka bulat yang menunjukkan jumlah ligan
(monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom
pusat. Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia sekitar
atom atau ion pusat dalam apa yang disebut bulatan koordinasi, yang masing-
masingnya dapat dihuni satu ligan (Tim Dosen Kimia, 2019).
Reaksi yang membentuk kompleks dapat dianggap sebagai reaksi asam-
basa Lewis dengan ligan bekerja sebagai basa dengan memberikan sepasang
elektron kepada kation yang merupakan suatu asam. Ikatan yang terbentuk
antara atom logam pusat dan ligan sering kovalen, tetapi dalam beberapa
keadaan interaksi dapat merupakan gaya penarik Coulomb. Beberapa
kompleks mengadakan reaksi subtitusi dengan sangat cepat, dan kompleks
demikian dikatakan labil (Day dan Underwood, 2002).
2|P age
Pembentukan senyawa kompleks koordinasi ialah perpindahan satu atau
lebih pasangan elektron dari ligan ke ion logam, maka ligan bertindak sebagai
pemberi elektron dan ion logam sebagai penerima elektron. Akibat dari
perpindahan kerapatan elektron ini, pasangan elektron jadi milik bersama
antara ion logam dan ligan, sehingga terbentuk ikatan pemberi-penerima
elektron. Keadaan-keadaan antara mungkin saja terjadi. Namun, jika pasangan
elektron itu terikat kuat, maka ikatan kovalen sejati dapat terbentuk. Proses
pembentukan ikatan antara pemberi-penerima elektron tersebut dapat
dituliskan dengan persamaan :
M + :L ↔ M:L
Dimana M = ion logam, dan L = ligan yang memiliki pasangan elektron (Day
& Underwood, 1999).
D. Garam Rangkap
Garam rangkap adalah garam yang dalam kisi kristalnya mengandung
dua kation yang berbeda dengan proporsi tertentu. Garam rangkap biasanya
lebih mudah membentuk kristal besar dibandingkan dengan garam-garam
tunggal penyusunnya. Contoh kristal garam rangkap adalah garam Mohr.
Kombinasi antara ammonium besi (II) sulfat, ammonium cobalt (II) sulfat dan
ammonium nikel sulfat. Ketiga garam diatas memiliki ion ammonium dan
sulfat, tapi dengan atom pusat yang berbeda. Secara umum garam mohr
berbentuk kristal berwarna hijau muda, gram mohr mempunyai rumus
(NH4)2SO4.[Fe(H2O)6]SO4. Apabila dibandingkan dengan garam besi (II)
sulfida atau besi (II) klorida, kristal garam mohr ini lebih stabildi udara. Selain
itu besi (II) sulfat dengan garam sulfat dari alkali dapat membentuk garam
rangkap dengan rumus MgFe(SO4).6H2O ataupun dengan logam alkali lain
seperti K, Rb, Cs atau NH4 (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Garam rangkap berbeda dengan garam kompleks yang menghasilkan
ion-ion kompleks dalam larutan. Semua garam-garam tersebut terbentuk
melalui pencampuran (larutan pekat panas dari komponen sulfat), lalu
didinginkan. Kristal-kristal alumi, yang mengendap akibat kelarutannya
rendah dalam air dingin, dapat dimurnikan lewat kristalisasi karena
kelarutannya meningkat secara mencolok dengan meningkatnya suhu. Kristal-
3|P age
kristalnya biasanya berbentuk oktahedral. Proses pembentukan dari garam
rangkap terjadi apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan
perbandingan molekul tertentu. Garam-garam itu memiliki struktur tersendiri
dan tidak harus sama dengan struktur garam komponennya. Contoh dari garam
rangkap adalah garam alumia, KAI(SO4)2.12H2O dan feroammonium sulfat,
Fe(NH3)2(SO4).6H2O (Svehla, 1979).
Garam kompleks dan garam rangkap memiliki sifat yang berbeda. Garam
kompleks jika dilarutkan dalam air, akan membentuk ion kompleksnya, contoh
garam kompleks Cu(NH3)4SO4. 5H2O akan membentuk ion kompleks
[Cu(NH3)4]2+ sedangkan garam rangkap jika dilarutkan dalam air, akan
membentuk ion-ion penyusunnya, contoh garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.
6H2O akan membentuk Cu2+, SO42-, NH4+. Titik leleh dari garam kompleks
lebih tinggi dibandingkan titik leleh dari garam rangkap, seperti titik leleh dari
garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4. 6H2O adalah 259oC sedangkan titik leleh
dari garam kompleks Cu(NH3)4SO4. 5H2O adalah 269oC (Mulyono, 2005)
E. Tembaga
Logam tembaga merupakan logam merah muda yang lunak, dapat
ditempa dan liat. Tembaga dapat melebur pada suhu 1038oC. Karena potensial
elektrodanya positif (+ 0,34 V) untuk pasangan Cu / Cu2+ tembaga tidak larut
dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen
tembaga bisa larut. Kebanyakan senyawa Cu(I) sangat mudah teroksidasi
menjadi Cu (II). Namun osidasi selanjutnya menjadi Cu (II) adalah sulit.
Terdapat kimiawi larutan Cu2+ yang dikenal baik dan sejumlah besar garam
berbagai anion didapatkan banyak diantaranya larut dalam air, menambah
perbendaharaan kompleks sulfat biru, CuSO4.5H2O yang paling dikenal.
Senyawa ini dapat terhidrasi membentuk anhidrat yang benar–benar putih.
Penambahan ligan terhadap larutan akan menyebabkan pembentukan ion
kompleks dengan pertukaran molekul air secara berurutan (Cotton dan
Wilkinson, 1989).
Keistimewaan yang khas dari atom-atom logam transisi grup d adalah
kemampuannnya untuk membentuk kompleks dengan berbagai molekul netral,
seperti karbon monoksida, isosianida, fosfin tersubtitusi, arsin dan stibin, nitrat
4|P age
oksida, dan berbagai molekul dengan orbital π yang terdelokalisasi, seperti
piridin; 2,2-bipiridin; dan 1,10-fenontrolin. Terdapat jenis-jenis kompleks yang
beragam, beranah dari molekul senyawaan biner seperti Cr(CO) 6 atau Ni(PF3)4
sampai ion kompleks seperti [Fe(CN)5CO]3-, [Mo(CO)5I]-, [Mn(CNR)6]+, dan
[Vfen]+ (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2 namun
hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutan air. Dalam
larutan air hampir semua garam tembaga (II) berwarna biru yang karakteristik
dari warna ion kompleks koordinasi 6, [Cu(H2O)6]2-. Pengecualian yang
terkenal yaitu tembaga II klorida yang berwarna kehijauan oleh karena ion
kompleks [CuCl4]2- yang mempunyai bangun geometri dasar tetrahedral atau
bujur sangkar bergantung pada kation pasangannya. Dalam larutan encer ia
menjadi berwarna biru oleh karena pendesakan ligan Cl - dan ligan H2O. Oleh
karena itu, jika warna hijau ingin dipertahankan, ke dalam larutan pekat CuCl 2
dalam air ditambahkan ion senama Cl- dengan penambahan padatan NaCl atau
HCl pekat atau gas.
[CuCl4]2- (aq) + 6H2O (l) [Cu(H2O)6]2- (aq) + 4Cl- (aq)
Jika larutan amonia ditambahkan ke dalam larutan ion Cu 2+, larutan biru
berubah menjadi biru tua karena terjadinya pendesakan ligan air oleh ligan
amonia menurut reaksi:
[Cu(H2O)6]2+ (aq) + 5 NH2 (aq) [Cu(NH3)4]2+ + 5H2O
biru tua
Reaksi antara ion Cu2+ dengan OH- pada berbagai konsentrasi
bergantung pada metodenya. Penambahan ion hidroksida kke dalam larutan
tembaga (II) sulfat (0,1 – 0,5), secara bertetes dengan kecepatan 1 ml/menit
mengakibatkan terjadinya endapan gelatin biru muda tembaga (II) hidroksi
sulfat, [CuSO4nCu(OH)]2 bukan Cu(OH)2 (Cotton dan Wilkinson, 1989).
Reaksi pengendapan terjadi sempurna pada pH = 8 dan nilai n berpariasi
bergantung pada temperatur reaksi dan laju penambahan reaktan, sebagai
contoh denngab laju penambahan reaksi -1 ml/menit, reaksi tersebut
menghasilkan CuSO4 3Cu(OH)2 jika reaksi berlangsung pada 20 oC dan CuSO4
4Cu(OH)2 pada 24oC. Berikut adalah struktur dari garam rangkap kupri
5|P age
ammonium sulfat (a) dan garam kompleks tetraammin tembaga (II) sulfat
monohidrat (b) (Cotton dan Wilkinson, 1989).
6|P age
B. Bahan
No. Nama Bahan Jumlah
1. Kristal kupri sulfat pentahidrat Secukupnya
2. Kristal ammonium sulfat Secukupnya
3. Larutan etanol Secukupnya
4. Aquades Secukupnya
5. Larutan ammonia pekat Secukupnya
6. Larutan HCl pekat; 0,01 M Secukupnya
7. Larutan NaOH 0,01 M Secukupnya
8. Kertas saring 2 buah
9. Kertas lakmus merah 2 buah
kristal
- Didekantasi
- Disaring
- Dikeringkan pada suhu 40oC sampai berat konstan
- Dihitung persen hasil
% hasil
7|P age
2. Pembuatan Garam Kompleks Cu(NH3)4SO4∙5H2O
2 mL ammonia pekat
- Dimasukkan dalam gelas kimia 100 mL
- Diencerkan dengan 2 mL aquades
- +1,2475 gram Kristal CuSO4.5H2O
- Diaduk sampai larut
- +4 mL etanol secara perlahan melalui dinding gelas kimia dan
jangan diaduk
- Ditutup dengan kaca arloji selama 30 menit
- Diaduk perlahan untuk mengendapkan secara sempurna
kristal
Berat kristal
- Ditambahkan 4 mL aquades
- Dikocok
- Diambil 1 mL
- Diencerkan dengan ditambah 2
mL aquades
- Dicatat perubahan warnanya
8|P age
Garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (s) + H2O (l) Cu2+ (aq) + 2SO42- + 2NH4+(aq) +
7H2O (l)
Garam kompleks
Cu(NH3)4SO4.3H2O (s) + H2O (l) [Cu(NH3)4]2+(aq) + SO42-(aq) + 62H2O
(l)
- Ditambahkan 4 mL aquades
- Dikocok
- Diambil 1 mL
- Diencerkan dengan ditambah
2 mL HCl encer
- Dicatat perubahan warnanya
Garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (s) + HCl (aq) H2SO4 (aq) + NH4Cl (aq)
Garam kompleks
Cu(NH3)4SO4.3H2O (s) + HCl (aq) [Cu(NH3)4][Cl]2 (aq)
9|P age
Sedikit kristal Sedikit kristal
garam rangkap garam kompleks
dalam tabung 1 dalam tabung 2
- Ditambahkan 4 mL aquades
- Dikocok
- Diambil 1 mL
- Diencerkan dengan ditambah 2
mL NaOH encer
- Dicatat perubahan warnanya
Garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (s) + NaOH (aq) NH4OH (aq) +
Na2SO4 (aq)
Garam kompleks
Cu(NH3)4SO4.3H2O (s) + NaOH (aq) [Cu(NH3)4][OH]2 (aq)
- Dipanaskan
- Dicatat perubahan warnanya
- Gas yang keluar diuji dengan
kertas lakmus dan spatula yang
telah dicelupkan dalam HCl
pekat
- Diamati perubahan terjadi dan
tuliskan reaksinya
Hasil
10 | P a g e
Garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (s) dipanaskan CuSO4- (aq) + [NH4]2SO4 (aq) +
6H2O (g)
6H2O (g) + HCl (aq) → HCl (g)
Garam kompleks
Cu(NH3)4SO4.3H2O (s) dipanaskan CuSO4 (aq) + H2O (l) + 4NH32+ (g)
NH3 (g) + HCl (aq) NH4Cl (g)
Garam kering
11 | P a g e
VIII. Hasil Pengamatan
1. Pembuatan garam rangkap
Warna padatan CuSO4.5H2O = Biru (Kristal)
Warna padatan (NH4)2SO4 = Putih (kristal)
Perlakuan Pengataman Reaksi yang terjadi
Padatan CuSO4.5H2O + Larutan berwarna biru, CuSO4.5 H2O(s) +(NH4)2SO4(s)
(NH4)2SO4 + air ada endapan biru (++) + H2O(l)
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
Setelah dipanaskan Larutan berwarna biru CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
(++), endapan larut CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
Setelah didinginkan Terbentuk Kristal CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(aq)
dalam waterbath es berwarna biru CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
selama 10,18 menit
Setelah dikeringkan Kristal biru muda kering CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
dalam oven suhu 50oC Dengan massa konstan CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
selama satu minggu 1.1467 gram
Persen hasil = 57,407 %
12 | P a g e
Setelah dibiarkan 30 Larutan berwarna biru, CuSO4.5H2O(s) +
menit dan endapan 4NH4OH(aq) + H2O(l)
Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) +
H2O(l)
Setelah pencucian amonia Residu : berwarna biru CuSO4.5H2O(s) + 4
pekat + etnaol (1:1) pasta NH4OH(aq) + H2O(l)
Filtrate : berwarna biru Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) +
pasta H2O(l)
Setelah dikeringkan Serbuk berwarna biru tua
dalam oven 40oC selama dengan massa konstan
1 minggu 0.857 gram
Persen hasil = 50,7851 %
13 | P a g e
Cu(OH)2(aq) + 2SO42+
2Na+ +2NH4++ 6H2O(l)
Garam kompleks + air + air Larutan biru, Cu(NH3)4SO4.5H2O (s) +
masih ada H2O(l) [Cu(NH3)4]2++
endapan biru SO42- + 6 H2O(l)
(+++)
Garam kompleks + air + HCl Larutan berwarna Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) +
biru bening, HCl(aq) Cu(NH3)42+ +
endapan (+) SO42- + 5 H2O(l)
Garam kompleks + air + NaOH Larutan biru, ada Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) +
endapan (++) 2NaOH(aq)
Cu(OH)2(aq) + SO42-
+Na++4NH4++ 5H2O(l)
3 Garam rangkap dipanaskan Larutan berwarna CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
biru, terdapat (aq) CuSO4(s) +
endapan (NH4)2SO4.5H2O(aq) +
H2O (g)
Pengujian 1 Gas + lakmus Merah merah Garam bersifat netral
Biru biru
Pengujian 2 Gas + HCl Tidak terbentuk Cu(NH3)4SO4.5H2O(aq)
pekat gas CuSO4(s) + 5 H2O(l)
+ NH3(g)
Larutan tidak Cu(NH3)4SO4.5H2O(s)
14 | P a g e
4 Uji titik leleh garam rangkap 260oC Secara teori : 259oC
(Mulyono, 2005)
Uji titik leleh garam kompleks 258oC Secara teori : 269oC
(Mulyono, 2005)
15 | P a g e
yang banyak. Kristal biru yang dihsilkan yaitu kristal garam rangkap kupri
ammonium sulfat sesuai persamaan reaksi berikut.
CuSO4.5H2O (s) + (NH4)2SO4 (s) + H2O (l) → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
Kristal berwarna biru muda
Struktur kimia dari CuSO4(NH4)2SO4.6H2O adalah sebagi berikut.
16 | P a g e
Tabel 1. massa kristal garam rangkap setelah dioven
Hari ke- Massa (gram)
1 1,3727
2 1,1576
3 1,1527
4 1,1467
17 | P a g e
penguapan pada ammonia dengan cara penambahannya melalui dinding gelas
kimia agar alkohol tidak bercampur dengan larutan atau dapat menutupi larutan.
Apabila bercampur, etanol dapat bereaksi dengan Cu 2+ dan dapat membentuk
Cu(OH)2 dengan reaksi berikut.
Cu2+ + 2OH- → Cu(OH)2
Seetelah ditambahkan etanol akan menghasilkan larutan berwarna biru
(++) dan terdapat endapan biru, kemudian campuran tersebut ditutup dengan
kaca arloji untuk mengurangi penguapan amonia selama pembentukan kristal,
dan diamkan selama 30 menit. Setelah 30 menit, larutan tersebut berubah warna
menjadi biru dan terdapat endapan biru. Endapan biru yang dihasikan sesuai
persamaan rekasi merupakan garam kompleks Cu(NH3)4SO4.5H2O. Persamaan
reaksi sebagai berikut.
CuSO4.5H2O(s) + 4NH4OH(aq) Cu(NH3)4SO4.5H2O(s)
Struktur kimia dari Cu(NH3)4SO4.5H2O adalah sebagi berikut.
18 | P a g e
berfungsi sebagai pengkompleks Cu2+ yang kemudian ligan H2O ini diganti oleh
NH3 karena NH3 bertindak sebagai ligan kuat yang dapat mendesak ligan netral
H2O sehingga warnanya berubah menjadi larutan biru tua.
Setelah kristal dicuci, kristal tersebut dioven pada suhu 40 0C hingga
diperoleh berat yang konstan. Pengovenan ini bertujuan untuk menguapkan air
atau cairan yang masih terkandung dalam kristal tersebut sehingga didapatkan
berat yang konstan. Massa garam yang dihasilkan adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Massa kristal garam kompleks setelah dioven
Hari ke- Massa (gram)
1 1,0054
2 0,8773
3 0,8712
4 0,857
19 | P a g e
aquades, larutan HCl, dan larutan NaOH, uji gas yang dihasilkan, dan uji titik
leleh.
20 | P a g e
Garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (aq) + H2O (l) → Cu2+ + 2SO42- + 2NH4+ + 7H2O (l)
Garam kompleks
Cu(NH3)4SO4.5H2O + H2O → [Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2H2O
Kelarutan dalam larutan asam (larutan HCl)
Selanjutnya pada kedua garam yang telah dilarutkan dalam aquades,
ditambahkan dengan 2 mL larutan HCl encer. Dihasilkan pada garam
rangkap, garam larut dan terbentuk larutan yang tidak berwarna. Garam
rangkap dapat larut dalam larutan asam karena dalam larutan garam rangkap
terdapat ion-ion yang bersifat basa (NH4+, OH-) sehingga dapat bereaksi
dengan larutan HCl. Sedangkan pada garam kompleks juga didapatkan hasil
garam larut tetapi masih terdapat sisa garam yang tidak terlarut dan terbentuk
larutan yang tidak berwarna. Terjadinya perubahan warna pada larutan terjadi
karena ion-ion dari larutan garam kompleks terurai sempurna menjadi ion-ion
penyusunnya. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
Garam rangkap.
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (aq) + HCl (aq) → H2SO4 (aq) + NH4Cl (g)
Garam kompleks.
Cu(NH3)4SO4.5H2O (aq) + HCl (aq) → [Cu(NH3)4]2+ + Cl-
Dari reaksi di atas dapat diketahui bahwa garam rangkap pada larutan
asam terurai menjadi senyawa-senyawa penyusunnya, sedangkan garam
kompleks terurai menjadi ion-ion penyusunnya. Hal ini menunjukkan bahwa
garam kompleks memiliki kelarutan dalam larutan asam yang lebih tinggi
daripada garam rangkap. Namun pada percobaan ini tidak dapat dibuktikan
pernyataan tersebut karena hasil yang didapatkan antara garam rangkap dan
garam kompleks sama. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu
garam yang didapatkan belum murni atau masih terdapat campuran-
campuran yang melekat pada kristal garam.
Kelarutan dalam larutan basa (larutan NaOH)
Selanjutnya pada kedua garam yang telah dilarutkan dalam aquades,
ditambahkan dengan 2 mL larutan NaOH encer. Pada garam rangkap
endapan berwarna biru tidak teralrut dan larutan dihasilkan larutan berwarna
21 | P a g e
biru. Sama halanya, pada garam kompleks didapatkan hasil garam tidak larut
dan terbentuk larutan yang berwarna biru. Reaksi yang terjadi pada percobaan
ini adalah sebagai berikut.
Garam rangkap.
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (aq) + NaOH (aq) → Na2SO4 (aq) + NH4OH (aq)
Garam kompleks.
Cu(NH3)4SO4.5H2O (aq) + NaOH (aq) → [Cu(NH3)4](OH)2
Dari reaksi di atas dapat diketahui bahwa garam rangkap pada
direaksikan dengan larutan NaOH membentuk kompleksnya. Hal ini
menunjukkan bahwa garam rangkap memiliki kelarutan dalam larutan basa
yang lebih tinggi daripada garam kompleks. Akan tetapi kedua garam tidak
dapat larut dengan sempurna di dalam larutan basa NaOH yang dibuktikan
dengan adanya endapan yang terbentuk.
Dari percobaan ini didapatkan hasil bahwa garam rangkap memiliki
kelarutan yang lebih tinggi daripada garam kompleks dalam aquades dan
dalam larutan basa, sedangkan garam kompleks memiliki kelarutan yang
lebih tinggi daripada garam rangkap dalam larutan asam.
2. Uji gas yang Dihasilkan
Uji selanjutnya adalah uji sifat (asam/basa) gas yang dihasilkan oleh
garam rangkap dan garam kompleks menggunakan kertas lakmus dan uji gas
yang disilkan oleh garam rangkap dan garam kompleks spatula yang
dicelupkan dalam HCl pekat. Garam rangkap dan garam kompleks yang telah
dilarutkan dalam air dipansakan dengan menggunakan pembakar spiritus.
Didapatkan hasil garam yang meleleh. Diuji gas yang keluar dengan
menggunakan kertas lakmus merah dan biru yang ditepatkan pada mulut
tabung reaksi. Didapatkan hasil pada garam rangkap tidak trjadi peruabahan
pada kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru, sedangkan pada garam
kompleks dihasilkan perubahan warna kertas lakmus merah menjadi biru dan
kertas lakmus biru tidak terjadi perubahan. Hal ini menunjukkan bahwa gas
yang dihasilkan oleh garam rangkap bersifat netral dan gas yang dihasilkan
garam kompleks bersifat basa. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah
sebagai berikut.
22 | P a g e
Garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s) dipanaskan CuSO4-(aq) + [NH4]2SO4(aq) + 6H2O(g)
Garam kompleks
Cu(NH3)4SO4.5H2O (s) dipanaskan CuSO4 (aq) + 5H2O (l) + 4NH32+ (g)
Dari reaksi tersebut dapat diketahui bahwa gas yang terbentuk adalah
gas H2O dimana gas tersebut bersifat netral sehingga tidak terjadi perubahan
pada uji kertas lakmus. Berbeda dengan gas yang dihasilkan geram kompleks
yaitu gas NH32+ yang bersifat basa, sehingga dapat merubah kertas lakmus
merah menjadi biru. Selanjutnya gas yang dihasilkan tersebut diuji dengan
menggunakan spatula yang dicelupkan ke dalam larutan HCl pekat.
Didapatkan hasil pada garam rangkap tidak terjadi perubahan apapun
sedangakn pada garam kompleks dihasilkan asap berwarna putih yang
merupakan gas NH4Cl. Persamaan reaksi sebagai berikut.
Garam rangkap
6H2O (g) + HCl (aq) → HCl (g)
Garam kompleks
NH3 (g) + HCl (aq) NH4Cl (g)
Pada garam rangkap dihasilkan gas H2O yang ketika bereaksi dengan
larutan HCl membentuk gas HCl yang tidak berwarna. Sedangkan pada
garam kompleks dihasilkan gas NH3 yang ketika bereaksi dengan larutan HCl
pekat membentuk gas NH4Cl yang berupa asap berwarna putih. Hasil
percobaan ini sesuai dengan teori yang telah ada.
3. Uji Titik Leleh
Pada Uji terakhir yaitu uji titik leleh pada garam rangkap dan garam
kompleks. kristal garam rangkap dan garam kompleks dimasukkan ke dalam
pipa kapiler dan dimasukkan kedalam melting blok. Setelah proses pengujian,
hasil pengujian titik leleh yang diperoleh pada garam rangkap yaitu 260°C,
sedangkan pada garam kompleks diperoleh titik leleh sebesar 258°C. Hasil
pengujian ini tidak dihasilkan sesai teori yang ada, Mulyono (2005)
menyatakan dari hasil penelitiaanya bahwa titik leleh garam rangkap
CuSO4(NH4)2.6H2O sebesar 259oC, sedangkan titik leleh garam kompleks
Cu(NH3)4SO4.5H2O sebesar 269oC, yang mana titik leleh garam kompleks
23 | P a g e
lebih besar daripada titik leleh garam rangkap. Pada percobaan yang
dihasilkan pada garam rangkap titik leleh yang dihasilkan sebesar 260°C
hampir mendekati titik leleh sesuai teori yang ada yaitu 259 oC (Mulyono,
2005). Sedangkan pada garam kompleks hasil yang di peroleh libeh rendah
yaitu sebesar 258°C dari teori yang sudah ada yaitu sebesar 269 oC (Mulyono,
2005).
Perbedaan hasil titik leleh pada garam kompleks ini dimungkinnka
disebabkan oleh beberapa hal salah satunya 1) Kristal garam komplkes yang
dihasilkan belum murni, sehingga masih terdapat pengotor-pengotor lain
yang menyebabkan nilai titik leleh menjadi lebih rendah dari teoritisnya; 2)
Proses pengamatan pada titik leleh garam kompleks kurang cermat sehingga
diperoleh hasil yang berbeda; 3) berbedanya suhu lingkungan ataupun
tekanan atmosfer sehingga dimungkinkan berpengaruh terhadap proses
pemansan; 4) Selain itu mungkin alat yang digunkan dalam penelitian
keduanya berbeda; 5) Dimungkinkan juga kristal garam kompleks belum
pada berat yang konstan.
X. Simpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan
seperti berikut ini:
1. Garam rangkap kupri amonium sulfat dapat dibuat dengan mengkristalkan
bersama-sama garam CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4, sedangkan garam kompleks
tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat dapat dibuat dengan mereaksikan
larutan ammonia dengan CuSO4.5H2O.
2. Sifat-sifat garam rangkap kupri amonium sulfat dan garam kompleks tetraamin
tembaga (II) sulfat monohidrat yaitu:
Kelarutan garam rangkap lebih tinggi daripada garam kompleks dalam
aquades dan dalam larutan basa, sedangkan garam kompleks memiliki
kelarutan yang lebih tinggi daripada garam rangkap dalam larutan asam.
Gas yang dihasilkan pada pemanasan garam rangkap kupri amonium sulfat
bersifat netral, sedangkan gas yang dihasilkan pada pemanasan garam
kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat bersifat basa.
24 | P a g e
Titik leleh garam rangkap kupri amonium sulfat lebih rendah daripada titik
leleh garam kompleks.
1,5335
= 𝑥 100% = 76,77%
1,9975
massa CuSO4(NH4 )2SO4 .6H2 O hasil percobaan
- %rendemen = x100%
massa CuSO4 (NH4 )2 SO4.6H2O secara teori
1,5345
= 𝑥 100% = 76,82%
1,9975
massa CuSO4(NH4 )2SO4 .6H2 O hasil percobaan
- %rendemen = x100%
massa CuSO4 (NH4 )2 SO4.6H2O secara teori
1,5342
= 𝑥 100% = 76,80%
1,9975
25 | P a g e
76,77 % +76,82% +76,80%
- %rendemen rata − rata = = 76,796%
3
0,4305
= 𝑥 100% = 25,51%
1,6875
massa hasil percobaan
- %rendemen = x100%
massa secara teori
0,4313
= 𝑥 100% = 25,56%
1,6875
massa hasil percobaan
- %rendemen = massa secara teori
x100%
0,4311
= 𝑥 100% = 26,55%
1,6875
2. Tulis persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan 1,2 dan 3!
Jawab:
Pembuatan Garam Rangkap kupriammonium sulfat,
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Reaksi: CuSO4.5H2O+(NH4)2SO4→CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Pembuatan Garam Kompleks Cu(NH3)4SO4.5H2O
26 | P a g e
Reaksi :CuSO4.5H2O+ 4NH3 → Cu(NH3)4SO4.5H2O
Perbandingan sifat garam rangkap dan garam kompleks
a. Garam Rangkap
CuSO4(NH4)2SO46H2O + H2O → Cu2+ + 2 SO42- + 2NH4+ + 7H2O
CuSO4(NH4)2SO46H2O + HCl → H2SO4 + NH4Cl
CuSO4(NH4)2SO46H2O + NaOH → Na2SO4 + NH4OH
CuSO4(NH4)2SO46H2O → CuSO4 + (NH4)2SO4 + 6H2O(g) (dipanaskan)
b. Garam Kompleks
Cu(NH3)4SO45H2O + H2O → [Cu (NH3)4]2+ + SO42- + 6H2O
Cu(NH3)4SO45H2O + HCl → [Cu (NH3)4]Cl
Cu(NH3)4SO45H2O + NaOH → [Cu (NH3)4](OH)2
Cu(NH3)4SO45H2O → CuSO4 + H2O + NH3(g) (dipanaskan)
3. Jelaskan perbedaan sifat antara garam rangkap dan garam kompleks
berdasarkan percobaan 3!
Jawab:
Garam rangkap jika dilarutkan dalam air terionisasi menjadi Cu 2+, SO42+,
NH4+, H2O; bersifat asam; dan memiliki titik leleh sebesar 250 ˚C.
Sedangkan garam kompleks jika dilarutkan dalam air terionisasi menjadi
[Cu(NH3)4]2+ dan SO42+, bersifat basa, dan memiliki titik leleh sebesar 300
˚C.
4. Berapakah titik leleh garam rangkap dan garam kompleks hasil sintesis
anda? Bandingkan dengan titik leleh garam rangkap dan garam kompleks
secara teori! Jika berbeda apakah sebabnya? Jelaskan!
Jawab:
Titik leleh garam rangkap = 250 0C
Titik leleh garam kompleks = 300 0C
Hal ini sesuai dengan teori bahwa titik leleh garam rangkap lebih tinggi
dari pada garam kompleks.
27 | P a g e
XII. Daftar Pustaka
Cotton, F. Albert dan Geofrey Wilkinson. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta:
UI Press.
Day, R. A. dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi keenam.
Jakarta: Erlangga.
Elmila, Izza & Fahimah Martak. 2011. “Peningkatan Sifat Magnetik Kompleks
Polimer Oksalat [N(C4H9)4][MnCr(C2O4)3] dengan Menggunakan
Kation Organik Tetrabutil Amonium”. Jurnal Prosiding Skripsi Kimia
FMIPA. SK-091304.
Fernanda, Rosa Alves and Watson Loh. 2011. “Vesicles prepared with the complex
salts dioctadecyldimethylammonium polyacrylates”. Journal of Colloid
and Interface Science.
Mulyono. 2005. Kamus Kimia. Bandung: Bumi Aksara.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga
Rosbiono, Momo. 2012. “Terminologi – Karakteristik – Metode Pendeteksian –
Aplikasi, Klasifikasi, Tatanama dan Isomerisasi Senyawa Koordinasi”.
Modul Kimia Anorganik.
Svehla, G. (1979). Vogel’s Text Book of Macro and Semimicro Qualitative
Inorganik Analysis (fifth ed). London: Limited Group. Ltd.
(diterjemahkan oleh) Setiono, L dan Hadyana, P.A. 1985. Vogel: Buku
Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.
Kalman Media Pusaka
28 | P a g e
Lampiran Perhitungan
1. Pembuatan Garam Rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Diketahui:
Massa CuSO4.5H2O : 1,2473 gram
Mr CuSO4.5H2O : 249,55 g/mol
Mr CuSO4(NH4)2.6H2O : 399,5 g/mol
Massa garam rangkap : 1,1467 gram
Ditanya: rendemen garam rangkap...?
Jawab:
CuSO4.5H2O (s) + (NH4)2SO4 (s) + H2O (l) → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (s)
M: 0,005 mol 0,005 mol - -
R: 0,005 mol 0,005 mol 0,005 mol 0,005 mol
S: - - 0,005 mol 0,005 mol
= 57,407%
29 | P a g e
Jawab:
CuSO4.5H2O (s) + (NH3)4SO4 (s) + H2O (l) → Cu(NH3)4SO4.5H2O (s)
M: 0,005 mol 0,005 mol - -
R: 0,005 mol 0,005 mol 0,005 mol 0,005 mol
S: - - 0,005 mol 0,005 mol
= 50,7851%
30 | P a g e
Lampiran Dokumentasi
Pembuatan Garam Rangkap
31 | P a g e
(8) Kristal garam rangkap berwarna
biru muda.
(9) Massa kristal garam rangkap hari (10) Massa kristal garam rangkap hari
pertama sebesar 29,4532 gram kedua sebesar 29,2381 gram
(11) Massa kristal garam rangkap hari (12) Massa kristal garam rangkap hari
ketiga sebesar 29,2332 gram keempat sebesar 29,2272 gram
32 | P a g e
Pembuatan Garam Kompleks
(1) Massa cawan dan kerts saring (2) Aquades + ammonia pekat +
kosong sebesar 31,7189 g kristal CuSO4.5H2O larutan
berwarna biru
33 | P a g e
(7) Massa kristal garam kompleks hari (8) Massa kristal garam kompleks hari
pertama sebesar 32,7243 gram kedua sebesar 32,5962 gram
(9) Massa kristal garam kompleks (10) Massa kristal garam kompleks
hari ketiga sebesar 32,5962 gram hari keempat sebesar 32,5759 gram
34 | P a g e
(3) Garam rangkap + aquades + NaOH (4) Perbandingan garam rangkap yang
menghasilkan larutan biru bening dan direaksikan dengan aquades, HCl, dan
kristal larut. NaOH.
35 | P a g e
(9) Garam rangkap diuji dengan kertas (10) Garam kompleks diuji dengan
lakmus menghasilkan kertas lakmus kertas lakmus menghasilkan kertas
merah tetap berwarna merah. lakmus biru berubah menjadi merah.
(11) Garam rangkap diuji dengan (12) Garam kompleks diuji dengan
spatula yang telah dicelupkan HCl spatula yang telah dicelupkan HCl
pekat tidak terbentuk gas. pekat terbentuk gas.
36 | P a g e
(15) uji titik leleh garam rangkap dan garam kompleks menggunakan melting
block dan termometer.
37 | P a g e