A. Pengertian
tunulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal.
Pielonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga
karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.
inflamasi yang berulang kali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan
terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk
B. Etiologi
besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan
penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit. Selain E.coli bakteri lain
naik ke kandung kemih. Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini
biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan
1
Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau
pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam
bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah. Keadaan
a. Kehamilan
b. kencing manis
kemih bagian bawah biasanya sering berkemih dan nyeri ketika berkemih.
Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal. Kadang otot perut
nyeri hebat yang disebabkan oleh kejang ureter. Kejang bisa terjadi karena
Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih
bersifat samar dan demam hilang-timbul atau tidak ditemukan demam sama
sekali.
utama, seperti penyumbatan saluran kemih, batu ginjal yang besar atau arus
balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter (pada anak kecil).
Pielonefritis kronis pada akhirnya bisa merusak ginjal sehingga ginjal tidak
2
dapat berfungsi sebagaimana mestinya (gagal ginjal). Berikut tanda dan
a. Pielonefritis akut
1. Demam
2. Menggigil
3. nyeri panggul
5. lekositosis
7. disuria
inflamasi.
b. Pielonefritis kronis
2. keletihan
3. sakit kepala
5. poliuria
D. Patofisiologi
berasal dari luar tubuh yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah
3
(uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagian
atas yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal,
yang kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu
24-48 jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat
seperti kateter dan bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila
dari banyak faktor seperti faktor pejamu (host) dan faktor organisme
penyebab. Bakteri dalam urin dapat berasal dari ginjal, ureter, vesika urinaria
tersebut.
berfungsi sebagai anti bakteri. Rusaknya lapisan ini akibat dari mekanisme
epitel dan selanjutnya terjadi peradangan. Bakteri dari kandung kemih dapat
naik ke ureter dan sampai ke ginjal melalui lapisan tipis cairan (films of
fluid), apalagi bila ada refluks vesikoureter maupun refluks intrarenal. Bila
hanya vesika urinaria yang terinfeksi, dapat mengakibatkan iritasi dan spasme
otot polos vesika urinaria, akibatnya rasa ingin miksi terus menerus (urgency)
atau miksi berulang kali (frekuensi), dan sakit waktu miksi (disuria). Mukosa
4
vesika urinaria menjadi edema, meradang dan perdarahan (hematuria). Infeksi
Pelvis dan medula ginjal dapat rusak, baik akibat infeksi maupun oleh
tekanan urin akibat refluks berupa atrofi ginjal. Pada pielonefritis akut dapat
Pada pielonefritis kronik akibat infeksi, adanya produk bakteri atau zat
mediator toksik yang dihasilkan oleh sel yang rusak, mengakibatkan parut
jaringan parut), hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik
F. Pengobatan
5
3. Apabila pielonefritis kronisnya di sebabkan oleh obstruksi atau refluks,
masalah tersebut.
Penatalaksanaan medis :
Banthine)
G. Pencegahan
harus dilakukan:
6
d. Terapi antibiotika.
cara membersihkan setelah buang air besar, terutama pada wanita. Senantiasa
tersebut untuk mencegah kontaminasi bakteri dari feses sewaktu buang air
besar agar tidak masuk melalui vagina dan menyerang uretra. Pada waktu
7
PATHWAY
Diabetes
Penurunan Kehamilan
Imunitas
Peradangan Obstruksi kandung
Bakteri : E.coli,
Klebsielle, kemih, VUR
ISK bawah
Streptococus
Pengeluaran hormone
PIELONEFRITIS
Stress tubuh stress “
katekolamin “
Terjadi reaksi inflamasi Adanya lesi di
pelvis ginjal
Antigen
Kerusakan Reaksi antigen-antibodi
mengeluargan Peningkatan asam
parenkim ginjal
endositosik Keluarnya eritrosit lambung
Pelepasan mediator inflamasi
terbawa oleh urin
Ep “Perangsangan pusat
endogen pirogen “ Nyeri akibat
Kalekrein Histamin
Histamin
thermostat di peradangan
hipotalamus parenkim ginjal
Pengaktifan Merangsang pusat
prostaglandin sensori nyeri 8
Peningkatan
Peningkatan tersmostat
suhu tubuh
tubuh
Anemia Mual-muntah
Vasodilatasi
pembuluh darah
Nyeri menyebar ke Oksihemoglobin
pinggang
Peningkatan aliran
darah pembuluh renal Nausea
Otot kekurangan
Nyeri pinggang
Peningkatan vol. darah energi
aa. afferent
Hipertermi Nyeri Akut
Kelemahan
Peningkatan suplai
Gangguan pola tidur darah filtrasi
9
Terbentuknya urin encer Elektrolit dan air Penurunan
Penurunan
hanya sedikit dapat eabsorsi K+ dan
transport cairan ke
diserap ion lainnya
sel
Gangguan
Eliminasi Urin
10
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama
b. Jenis Kelamin
dibandingkan pada pria. Penyakit infeksi ini lebih sering terjadi pada
c. Usia
pada bayi dan anak-anak muda dibandingkan dengan anak yang lebih
d. Alamat
e. Agama
pielonefritis.
11
f. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di tempat dan gaya hidup yang tidak bersih
2. Status Kesehatan
a. Keluhan Utama
punggung bagian bawah, dan juga gejala yang timbul secara tiba-tiba
intravena.
bakteri yang naik dari saluran kemih bawah, dipermudah oleh stasis
12
Kaji riwayat penyakit keluarga apakah ada keluarga yang memiliki
e. Riwayat Imunisasi
usianya maka anak tersebut dapat beresiko terserang oleh bakteri yang
dan vomitus. Sehingga berat badan Klien akan menurun dan terlihat
metabolisme.
c. Pola Eliminasi
dan poliuria pada pielonefritis kronis. Selain itu juga terdapat nyeri
13
saat berkemih, hal ini bisa diakibatkan karena kejang ureter dari hasil
infeksi.
ini dikarenakan nyeri pada punggung bagian belakang. Selain itu klien
pada Klien untuk cepat sembuh, dapat terlihat dengan adanya keluarga
perawatan.
14
pielonefritis bisa saja mengalami gangguan dalam reproduksi, apabila
memperparah infeksi.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Kesadaran
c. Tanda-tanda vital
di atas 24x/menit.
d. Berat badan
15
Berat badan biasanya ditemukan mengalami penurunan karena klien
adekuat.
e. Kepala
Bentuk kepala biasanya simetris, tidak ada nyeri tekan. Tidak ada
f. Wajah
g. Mata
gerakan bola mata normal, refleks pupil terhadap cahaya normal (jika
diberi cahaya pupil akan mengecil), keadaan bulu mata normal, dan
Tidak ada kelainan pada bagian ini. Hidung tampak simetris dan tidak
i. Leher
j. Thorax
16
edema paru dan cedera alveolus yang disebabkan oleh endotoksin.
mekanis.
l. Abdomen
pegal di satu atau kedua daerah pinggang lumbal dan nyeri tekan pada
m. Ekstermitas
5. Pemeriksaan Urologi
a. Pemeriksaan ginjal
b. Pemeriksaan Buli-Buli
c. Pemeriksaan Neurologi
17
lesi motor neuron atau lesi saraf perifer yang merupakan penyebab
1. Inspeksi
a) Dapat dilihat ada atau tidaknya pembesaran pada daerah pinggang atau
2. Palpasi
3. Perkusi
sudut yang dibentuk oleh kosta terakhir dengan tulang vertebra). Pada
4. Auskultasi
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urinalisis
18
Merupakan pemeriksaan yang paling sering dikerjakan pada kasus-
urine).
b. Pemeriksaan Darah
19
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan
kadar kreatinin, kadar ureum, atau BUN (blood urea nitrogen), dan
adanya penurunan faal ginjal bila sudah mengenai kedua sisi ginjal.
d. Kultur Urine
Pada pria, urine yang diambil adalah sample urine porsi tengah
bakteriuria.
20
b. Pielografi Intra Vena (PIV)
c. Sistografi
vesiko-ureter.
d. Uretrografi
striktura urethra, trauma urethra, dan tumor urethra atau batu non-
e. Pielografi Antegrad
21
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi dan infeksi pada sistem
urinaria
energi
22
C. Intervensi
Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan Nyeri akut menurun a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
dengan proses inflamasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
dan infeksi pada sistem b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
urinaria yang ditandai c. Bantu Klien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dengan klien mengeluh tindakang kenyamanan yang efektif yang pernah dilakukan,
nyeri pada bagian seperti distraksi, relaksasi, atau kompres hangat/dingin.
pinggang dan sulit d. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
tidur, suhu tubuh seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
meningkat, dan leokosit e. Kurangi faktor presipitasi nyeri
meningkat. f. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk memberikan intervensi yang
tepat
g. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi,
distraksi, kompres hangat/ dingin
h. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri
i. Tingkatkan istirahat
j. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
k. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali
2 Gangguan eliminasi Gangguan eliminasi urin membaik a. Kaji pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urin
urinarius berhubungan b. Tentukan pola berkemih normal Klien dan perhatikan variasi
dengan infeksi pada c. Dorong peningkatan pemasukan
23
saluran kemih yang di d. Kaji keluhan kandung kemih penuh.
tandai dengan klien e. Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin.
sering berkemih, f. Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin.
jumlah volume urin g. Kolaborasikan dalam pemberian antibiotik
meningkat
3 Hipertermia Hipertermi menurun a. Monitor suhu sesering mungkin
berhubungan dengan b. Monitor warna dan suhu kulit
proses peradangan atau c. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
infeksi yang ditandai d. Monitor penurunan tingkat kesadaran
dengan suhu tubuh e. Monitor intake dan output
meningkat (380 C), kulit f. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian anti piretik dan
hangat dan menggigil. analgesik
g. Selimuti Klien
h. Berikan kompres dingin kepada Klien pada lipat paha dan
aksila
i. Tingkatkan sirkulasi udara
j. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
k. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
l. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
m. Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran
mukosa)
4 Hipovolemia Hipovolemia membaik a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
berhubungan dengan b. Pasang kateter urin jika diperlukan
peningkatan laju c. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN ,
metabolik (demam) dan Hmt , osmolalitas urin)
pengeluaran cairan d. Monitor tanda-tanda vital
yang berlebih (poliuri) e. Monitor masukan makanan / cairan
yang di tandai dengan f. Monitor status nutrisi
24
klien terlihat lemas, g. Berikan diuretik sesuai interuksi
frenkuensi berkemih h. Monitor berat badan
meningkat i. Monitor elektrolit
j. Monitor tanda dan gejala dari odema
k. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP ,
edema, distensi vena leher, asites)
l. Kaji lokasi dan luas edema
5 Defisit nutrisi Deficit nutrisi membaik Manajemen nutrisi
berhubungan dengan 1. Observasi
penurunan nafsu makan a. Identifikasi adanya alergi makanan
akibat dari penurunan b. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
kontraktilitas otot polos c. Monitor turgor kulit
dan penurunan d. Monitor mual dan muntah
peristaltic ditandai 2. Terapeutik
dengan Klien terlihat a. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan.
lemah dan makanan b. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
Klien utuh. 3. Edukasi
a. Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat
nutrisi
b. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
harian.
4. Terapeutik
a. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
b. Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN.
6 Nausea berhubungan Nausea berkurang Manajemen mual
dengan peningkatan 1. Observasi
25
asam lambung ditandai a. Identifikasi pengalaman mual
dengan Klien mengeluh b. Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan
sering mual dan c. Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup
muntah. d. Identifikasi faktor penyebab mual
e. Identifikasi antiemetic untuk mencegah mual
f. Monitor mual
g. Monitor supan nutrisi dan kalori
2. Terapeutik
a. Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual
b. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual
c. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
d. Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan
tidak berwarna, jika perlu
3. Edukasi
a. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
b. Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika
merangsang mual
c. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat rendah lemak
d. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberia antiemetik
7 Intoleransi aktivitas Intoleransi aktivitas membaik Manajemen energy
berhubungan dengan a. Observasi
keluarnya otot Identifikasi status fisiologis pasien yang menyebabkan
kekurangan energi kelelahan
ditandai dengan Klien b. Terapeutik
merasa lemah dan diam Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal
di tempat tidur, klien mengenai keterbatasan yang dialami
26
mudah lelah, terlihat c. Edukasi
pucat dan lemas. Bantu pasien untuk memahami prinsip konservasi energy
(misalnya, kebutuhan untuk membatasi aktivitas dan tirah
baring)
d. Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
8 Gangguan pola tidur Gangguan pola tidur membaik Dukungan tidur
berhubungan dengan 1. Obserbasi
nyeri dan demam yang a. Identifikasi pola dan aktivitas tidur
dirasakan Klien b. Identifikasi faktor pengganggu tidur
ditandai dengan Klien c. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
sering terbangun di d. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
malam hari akibat nyeri 2. Terapeutik
yang dirasakannya a. Modifikasi lingkungan
b. Batasi waktu tidur siang
c. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
d. Tetapkan jadwal tidur rutin
e. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
f. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga
3. Edukasi
a. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
b. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
c. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
d. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
e. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
27
gangguan pola tidur
f. Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologis
lainnya
28
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Brunner & Suddarth
Edisi 8 Bedah Volume 2. Jakarta: EGC.
29
30