Anda di halaman 1dari 3

FYI 5 JULI

Tema :
Urban Heritage

Konsep :
Memberitahu urban heritage yaitu salah satu ikon Indonesia yaitu Jembatan Ampera di Palembang.

Informasi :
Ide pembuatan jembatan untuk menyatukan dua daratan “Sebrang Ulu dan Sebrang Ilir” di Kota
Palembang sebetulnya sudah ada sejak zaman pemerintahan Walikota Palembang saat masih di kuasai
Belanda, Le Cocq de Ville. Tetapi, hingga Belanda pergi dari Indonesia, ide ini belum juga terealisasi. Ide
ini kembali mencuat setelah masa kemerdekaan. Jembatan ini mulai dibangun pada bulan April 1962
setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Soekarno dengan biaya pembangunan yang diambil dari
hasil rampasan perang Jepang. Bukan hanya biaya, untuk membangun jebatan ini pun juga
menggunakan ahli dari negara Jepang.
Awalnya, jembatan ini dinamai Jembatan Bung Karno. Pemberian nama tersebut sebagai bentuk
penghargaan kepada Presiden Soekarno yang memperjuangkan keinginan warga Palembang untuk
memiliki jembatan di atas Sungai Musi. Pada saat itu, Jembatan ini menjadi jembatan terpanjang di Asia
Tenggara. Setelah terjadi pergolakan politik pada tahun 1966, nama jembatan ini diubah menjadi
Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat).
Awalnya, bagian tengah badan jembatan bisa diangkat keatas agar kapal dapat melewati
jembatan tersebut. Bagian jembatan ini dapat terangkat dengan peralatan mekanis yaitu dua pemberat
masing-masing 500 ton di kedua menara. Namun, sejak tahun 1970 Jembatan Ampera sudah tidak lagi
dinaikturunkan. Salah satu penyebabnya adalah Sungai Musi yang terus mengalami pendangkalan.
Pada tahun 1990 kedua pemberat untuk menaikturunkan jembtan diturunkan karena khawatir akan
jatuh sewaktu-waktu. Jembatan Ampera sudah berganti warna 3 kali sejak awal dibangun lho. Awalnya
berwarna abu-abu lalu pada tahun 1992 berganti menjadi warna kuning dan tahun 2002 menjadi warna
merah.

Daftar Pustaka :
Anonymous. (-). Sejarah Jembatan Ampera Palembang. dalam situsbudaya.id. diakses pada 5
Agustus 2018.
Ririen. (2017). Sejarah Jembatan Ampera. dalam sejarahlengkap.com. diakses pada 5 Agustus
2018.
Lasvita, Dian dan Tanjung Sari, Marrysa. (2018) “Destinasi Sejarah Palembang Catatan Ulu ke
Ilir”. linkers, Juli 2018.
FYI ALTERNATIF
Tema :
Tren urban design di Asia

Konsep :
Menjelaskan Tren-tren urban design di asia menurut M. Ridwan Kamil

Informasi :
Ada 3 tren urban design kontemporer di Asia.
1. Mixed-Use Centers
Saat ini berkembang pesat kebutuhan warga kota untuk melakukan aktivitas (bekerja, belanja,
berekreasi) dalam lingkungan yang relative dekat. Tren ini mendorong berkembangnya tipologi fungsi
arsitektur kota yang baru yang bersifat multi fungsi. Seperti Sebuah kawasan mall yang di bagian
belakang atau atasnya merupakan apartement.

2. Transportation-hub Shopping Retail


Di beberapa kota maju Asia, hub transportasi seperti bandara, stasiun atau terminal bis banyak
digabungkan dengan fungsi-fungsi retail skala besar atau pusat perbelanjaan. Aliran pengunjung yang
terus – menerus di hub transportas merupakan pangsa pasar yang luar biasa untuk ditangkap oleh
fungsi retail.

3. Adaptive-reuse in Urban Design


orisnilitas adalah konsep dasar turisme berbasis arsitektur atau kawasan historis. Namun, sudah
menjadi fenomena umum, bahwa kegagalan dalam konservasi arsitektur adalah kurangnya kreativitas
bisnis untuk menghidupkan kawasan historis. Tanpa bisa beradaptasi. Kawasan Boat Quay atay Clarke
Quay di Singapura merupakan contoh keberhasilan perkawinan konservasi kawasan historus dan
kreativitas bisnis modern. Kawasan Kota Lama di Semarang juga berpeluang besar untuk seperti tempat
di atas.

Sumber :
https://ridwankamil.wordpress.com/2008/09/27/7-tren-desain-urban-di-asia/

Anda mungkin juga menyukai