Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU

PADA PENDERITA TUBERCULOSIS (TB) PARU

Yuliana1, Fathra Annis Nauli2, Riri Novayelinda3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
syuliana78@gmail.com

Abstract

Pulmonary tuberculosis patient had a problem of self-esteem and their behavior. This research aims to
examine the relationship between self-esteem and patient’s behavior against pulmonary tuberculosis
problems at Arifin Achmad Hospital Pekanbaru. In this study, researcher uses description correlation
method with cross sectional approach. The total number of respondent was 30 choosen by purposive
sampling technique. The instrument was questionnaire that has been tested for validity and reliability.
The data were analyzed by univariate and bivariate analysis. The results showed a significant
relationship between self-esteem and patient’s behavior with pulmonary tuberculosis problems at Arifin
Achmad Hospital Pekanbaru(p value 0,001). Based on the result, it is recommended to provide
psychosocial nursing care on self-esteem and health education on hygienic behavior to decrease the
incidence infection of pulmonary tuberculosis.

Keywords: behavior, patients with pulmonary tuberculosis, self-esteem.

PENDAHULUAN di Pekanbaru, penderita TB Paru yang terdata


Penyakit Tuberculosis (TB) Paru saat ini mencapai ±900 orang (Nasyuha,
merupakan penyakit infeksi dan menular 2013).Wilayah Pekanbaru terutama Kecamatan
(Raynel, 2010). Penyakit ini dapat diderita oleh Tampan menjadi daerah sorotan yang banyak
setiap orang, tetapi paling sering ditemukan pada penderita TB Paru, hal ini disebabkan masih
usia muda atau usia produktif yaitu 15-50 tahun, kurangnya perhatian masyarakat tentang
terutama mereka yang bertubuh lemah, kurang pentingnya pola hidup sehat dan memelihara dari
gizi, atau yang tinggal satu rumah dan berdesak- lingkungan kotor (Agrina, 2013).
desakkan bersama penderita TB Paru (Naga, Data di RSUD Arifin Achmad sebagai
2012). Lingkungan yang lembab, gelap dan tidak rumah sakit pemerintah dan rumah sakit rujukan
memiliki ventilasi memberikan andil besar bagi utama di Provinsi Riau menunjukkan bahwa
seseorang terjangkitpenyakit TB Paru.
pada tahun 2012 terdapat 301 orang positif TB
Penyakit TB Paru sangat cepat menyebar
dan menginfeksi manusia terutama bagi Paru dengan rata-rata perbulan 25 orang (Rekam
kelompok sosial ekonomi rendah dan kurang Medis, 2012). Penyakit TB Paru merupakan
gizi. Kecepatan penyebaran dan infeksi penyakit penyakit pernapasan paling banyak, kemudian
TB Paru sangat tinggi, maka tidak berlebihan diikuti oleh penyakit asma dan PPOK (Penyakit
jika penyakit TB Paru merupakan penyakit yang Paru Obstruktif Kronik) di ruang Nuri II RSUD
mematikan (Anggraeni, 2012). Arifin Achmad Pekanbaru.
Angka kejadian terjangkit penyakit TB
Penderita TB Paru, biasanya mengalami
Paru tertinngi di dunia dijumpai di India yaitu
perubahan bentuk fisik menjadi lebih kurus dan
sebanyak 2 juta orang. Negara Cina berada pada
tampak pucat, sering batuk-batuk, badan lemah
urutan kedua mencapai 1,5 juta orang, sementara
dan kemampuan fisikpun menurun.Keadaan
Indonesia menduduki urutan ketiga dengan
seperti ini, akan mempengaruhi harga diri
penderita ±583.000 orang (Kusnidar, 2012).
penderitaTB Paru. Aspek psikososial, ekonomi
Menurut data yang diperoleh dari
dan spiritual perlu dikaji pada penderita karena
sejumlah Puskesmas dan Rumah Sakit yang ada
1
aspek ini mempengaruhi harga diri dan perilaku yang negatif dapat dilihat dari hubungan
penderita yang terdiagnosa penyakit TB individu dan sosial yang maladaptif.Konsep diri
Paru.Sulistiyawati dan Kurniawati (2012) terdiri atas komponen-komponen berikut:
mengatakan bahwa TB Paru dapat mengganggu gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri,
keadaan fisik dan psikososial penderita yang dan identitas diri. Harga diri adalah penilaian
mempengaruhi harga diri penderita TB pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
Paru.PenderitaTBParudengan pengobatan lama menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi
akan mengalami tekanan psikologis dan merasa ideal diri (Riyadi & Purwanto, 2009).
tidak berharga bagi keluarga dan masyarakat. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di
Daulay (2009) menemukan bahwa RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dengan
penderita TB Paru mengalami gangguan harga menggunakan metode wawancara kepada lima
diri. Penderita merasa malu karena mengetahui orang penderita TB Paru di ruang Nuri II pada
tanggal 9 September 2013, didapatkan penderita
penyakitnya menularkan kepada orang lain.
TB Paru menyatakan sedih dengan keadaan
Salah satu cara untuk mengatasi hal ini, dirinya, karena sering batuk dan merasa malu
penderita memerlukan dukungan keluarga agar ketika batuk. Penderita juga menyatakan bahwa
harga diri penderita meningkat. ketika ingin batuk, penderita memisahkan diri
Penderita TB Paru dengan perubahan dulu dari anggota kelompoknya karena penderita
penampilan atau fungsi tubuh cenderung sangat takut diketahui orang lain bahwa dirinya
sensitif terhadap respons verbal maupun menderita TB Paru. Penderita juga menyatakan
bahwa jika hendak batuk, penderita menutup
nonverbal dari keluarga dan tenaga
mulut dan menahan batuknya agar tidak
kesehatan.Perilaku penderita yang menunjukkan terdengar oleh orang lain. Penyakit TB Paru
perubahan harga diri menurut Potter dan Perry yang dialami penderita mempengaruhi harga diri
(2010) meliputi: menghindari kontak mata, penderita.Penderita malu untuk melakukan
perawakan yang sangat kurus, penampilan tidak pengobatan rutin sehingga penderita putus
rapi, permintaan maaf yang berlebihan, berbicara minum obat.Berdasarkan kondisi dan
yang ragu-ragu, terlalu kritis atau marah permasalahan yang ditemukan, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang ″Hubungan
berlebihan, sering menangis atau menangis yang antara harga diri dengan perilaku pada penderita
tidak tepat waktu, menilai diri negatif, TB Paru di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru″.
ketergantungan yang berlebihan, ragu-ragu untuk
menunjukkan pandangan atau pendapat, kurang TUJUAN
berrminat pada apa yang terjadi, bersikap pasif Penelitianini bertujuan untuk
dan kesulitan dalam membuat keputusan. mengidentifikasi hubungan antara harga diri
dengan perilaku pada penderita TB Paru.
Penyakit TB Paru dapat mempengaruhi
konsep diri penderitanya.Individu yang
menderita penyakit TBParu sering merasa tidak METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian
berdaya, menolak, merasa bersalah, merasa
rendah diri dan menarik diri dari orang lain ini yaitu deskriptif korelasi denganpendekatan
karena khawatir penyakit yang diderita menular cross sectional. Penelitian dilakukan di RSUD
kepada orang lain.Konsep diri seseorang tidak Arifin Achmad Pekanbaru dari bulan September
terbentuk saat bayi dilahirkan tetapi konsep diri 2013 hingga Januari 2014.Sampel adalah
berkembang dalam diri dan dipelajari melalui penderita TB Paru yang dirawat inap di ruang
interaksi sosial dan pengalaman masa kecil
Nuri II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
(Riyadi & Purwanto, 2009).
Stuart dan Sundeen(1991, dalam Riyadi berjumlah 30 responden.Pengambilan sampel
& Purwanto, 2009) mengatakan bahwa konsep menggunakan teknik purposive
diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan sampling.Instrumen yang digunakan adalah
pendirian yang diketahui individu tentang kuesioner yang telah diuji validitas dan
dirinya dan mempengaruhi individu dalam reliabilitas. Kuesioner terdiri dari 3 bagian yaitu:
berhubungan dengan orang lain. Konsep diri bagian pertama berisi tentang karakterisitik
2
responden (umur, jenis kelamin, pekerjaan, Paru di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dengan
tingat pendidikan, lama rawat dan lama ρ value(0,001) < α (0,05) dengan kata lain Ho
menderita), bagian kedua berisi tentang harga ditolak (tabel 2).
diri penderita TB Paru berjumlah 20 pernyataan
menggunakan skala likert, dan bagian ketiga
berisi tentang perilaku penderita TB Paru Tabel 2
berjumlah 16 pernyataan menggunakan skala Hubungan antara harga diri dengan perilaku
guttman. Data di analisis secara univariat dan pada penderita TB Paru
bivariat menggunakan uji fisher’s exact test. Independent Dependent Total Ρ
(Harga Diri) (Perilaku) value

HASIL Negatif Positif n %


Hasil analisa univariat menunjukkan Rendah 16 3 19 100
bahwa mayoritas TB Paru terjadi pada laki-laki 84,2% 15,8%
pada usia dewasa pertengahan (40-60 tahun), Tinggi 2 9 11 100% 0,001
18,2% 81,8%
pendidikan responden sebagian besar berada
18 12 30
pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar dengan 60% 40% 100%
jenis pekerjaan sebagai buruh. Lama hari rawat
rata-rata 3-5 hari dengan masa menderita TB
Paru sekitar 0-1 tahun (tabel 1). PEMBAHASAN
Usia penderita TB Paru berada pada usia
Tabel 1 dewasa pertengahan (40-60 tahun). Hasil
Distribusi umur, jenis kelamin, tingkat penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
pendidikan, pekerjaan, lama rawat dan lama dilakukan Putra (2011) menyatakan responden
menderita terbanyak berkisar pada umur 40-49 tahun
karena faktor penurunan daya tahan tubuh
Variabel n % sehingga rentan terhadap penularan penyakit TB
Umur responden Paru. Anggraeni (2011) mengatakan penyakit
20-39 tahun 14 46,7 TB Paru dapat menyerang siapa saja, tetapi
40-60 tahun 16 53,3 penyakit TB Paru lebih sering menyerang
seseorang yang memiliki daya tahan tubuh
Jenis kelamin
rendah.
Laki-laki 19 63,3
Dewasa pertengahan merupakan masa
perempuan 11 36,7
menyesuaikan diri dan kesadaran bahwa ia
Tingat pendidikan
bukan lagi muda dan masa depannya tidak lagi
SD 12 40
dipenuhi dengan kemungkinan-kemungkinan
SMP 10 33,3
yang tidak terhadapi, hasilnya membawa satu
SMA 8 26,7
masa kritis (Friedman, Bowden & Jones,
Pekerjaan
2010).Masa usia dewasa pertengahan merupakan
Swasta 8 26,7
upaya untuk melaksanakan gaya hidup sehat
Ibu Rumah Tangga 8 26,7
karena banyak perubahan-perubahan fisiologis
Buruh 14 14
yang terjadi, seperti menurunnya daya tahan
Lama rawat tubuh sehingga rentan terhadap berbagai
3-5 hari 22 73,3 penyakit (Friedman, Bowden & Jones, 2010).
6-14 hari 8 26,7 Menurut Naga (2012) mengatakan pada usia
Lama menderita lebih dari 40 tahun, sistem imunologis seseorang
0-1 tahun 22 73,3 menurun sehingga sangat rentan terhadap
> 1 tahun 8 26,7 berbagai penyakit termasuk penyakit TB Paru.
Mayoritas responden berjenis kelamin
laki-laki, hal ini disebabkan karna faktor gaya
Hasil analisa bivariat dengan uji fisher’s
hidup laki-laki yang merokok dan minum
exact test menunjukkan terdapat hubunganantara alkohol. Penelitian yang dilakukan Ningsih
harga diri dengan perilaku pada penderita TB (2010) menyatakan bahwa laki-laki lebih banyak
3
menderita TB Paru karena faktor gaya hidup Lama menderita responden mayoritas
laki-laki yang dominan merokok.Naga (2012) antara 0-1 tahun. Hasil penelitian ini tidak sesuai
mengatakan laki-laki lebih sering terserang dengan Naga (2012) yang mengatakan penyakit
penyakit TB Paru karena faktor rokok dan TB Paru merupakan penyakit infeksi dan
minuman alkohol dapat menurunkan sistem menular disebabkan oleh mycobacterium
pertahanan tubuh. Wajar jika laki-laki lebih tuberkulosis yang bersifat dormant.Bakteri TB
banyak menderita TB Paru karena gaya hidup Paru akan tetap ada dalam tubuh penderita TB
laki-laki yang merokok dan minum-minuman Paru, bakteri akan bangkit dan berkembang lagi
beralkohol sering disebut sebagai agen dari jika daya tahan tubuh penderita menurun.
penyakit TB Paru. Waktu yang diperlukan penderita TB
Tingkat pendidikan responden mayoritas Paru dalam menjalani pengobatan sampai
berpendidikan Sekolah Dasar berjumlah 12 dinyatakan sembuh selama 6-9 bulan. Jika
responden (40%). Tingkat pendidikan responden penderita TB Paru tidak teratur minum obat,
yang rendah mengakibatkan responden kurang maka kuman TB Paru akan kebal sehingga
peka dan kurang informasi berkaitan dengan cara penyakitnya lebih sulit diobati, penderita akan
penularan dan pengobatan TB Paru. Pendidikan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
dapat mempengaruhi seseorang, makin tinggi sembuh, dan masa pengobatan menjadi semakin
pendidikan seseorang semakin mudah menerima panjang (Anggraeni, 2011).
informasi dan sebaliknya, semakin rendah Pengobatan yang semakin panjang
tingkat pendidikan seseorang semakin sulit untuk mempengaruhi harga diri penderita TB
menerima informasi (Notoadmodjo, 2010).Hasil Paru.Kehilangan fungsi tubuh, penurunan
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang toleransi aktivitas dan kesulitan dalam
dilakukan Putra (2011) mengatakan tingkat menangani penyakit kronis akan mengubah
pendidikan yang rendah mempunyai hubungan harga diri penderita TB Paru (Potter & Perry,
terhadap kejadian TB Paru. 2010).WHO(World Health Organization)
Berdasarkan pekerjaan didapatkan bahwa merekomendasikan strategi penyembuhan TB
14 responden (46,7%) bekerja sebagai buruh. jangka pendek dengan pengawasan langsung
Penularan TB Paru dapat terjadi karena faktor dikenal dengan istilah DOTS(Directly Observed
lingkungan yang kotor ditempat kerja.Hasil treatment Shortcourse Chemotherapy).Strategi
penelitian Putra (2011) mengatakan kondisi ini diartikan sebagai pengawasan langsung
sanitasi lingkungan yang kotor, kepadatan menelan obat jangka pendek oleh pengawas
hunian, dan pencahayaan yang kurang baik pengobatan setiap hari.Program ini di Indonesia
mempermudah terjadinya penularan penyakit TB dinamakan Pengawas Menelan Obat (PMO).
Paru.Naga (2012) mengatakan kondisi rumah, Sebagian besar penderita TB Paru
kepadatan hunian, lingkungan perumahan, serta memiliki harga diri rendah berjumlah 19
lingkungan dan sanitasi tempat bekerja yang responden (63,3%). Pada proses pengumpulan
buruk dapat memudahkan penularan penyakit data peneliti menemukan responden yang
TB Paru. Pendapatan keluarga juga sangat erat mengalami gangguan harga diri. Responden
dengan penularan penyakit TB Paru, karena berpenampilan tidak rapi, pada saat komunikasi
pendapatan yang kecil membuat orang tidak responden menghindari kontak mata, responden
dapat hidup layak untuk memenuhi syarat-syarat tampak marah berlebihan dengan alasan tidak
kesehatan. ada lagi keluarga yang peduli dengannya, dan
Lama hari rawat 3-5 hari berjumlah 22 responden menangis tiba-tiba pada saat
responden (73,3%). Hasil penelitian ini tidak menceritakan bahwa keluarganya tidak
sesuai dengan teori yang mengatakan diagnosis menghargai dan tidak peduli dengan responden
TB Paru memerlukan waktu yang lama dengan lagi.
melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan Seseorang yang menderita penyakit
biakan dahak penderita, test darah, test kronis seperti TB Paru akan mempengaruhi
tuberkulin, dan radiologi.Penderita TB Paru harga diri penderita baik secara langsung
memerlukan perawatan yang lama untuk maupun tidak langsung. Semakin banyak
menentukan diagnosis yang tepat dan perlu penyakit kronis yang mengganggu kemampuan
dirawat dengan baik agar tidak menjadi penyakit beraktivitas yang mempengaruhi keberhasilan
menahun (Anggraeni, 2011). seseorang, maka akan semakin mempengaruhi
4
harga diri (Potter & Perry, 2010). Gangguan berlebihan, sering menangis atau menangis yang
harga diri adalah perasaan tidak berharga, tidak tidak tepat waktu, menilai diri negatif,
berarti dan rendah diri yang berkepanjangan ketergantungan yang berlebihan, ragu-ragu untuk
akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan menunjukkan pandangan atau pendapat, kurang
kemampuan diri (Keliat & Akemat, berrminat pada apa yang terjadi, bersikap pasif
2009).Penelitian ini sesuai dengan teori yang ada dan kesulitan dalam membuat keputusan.
namun bertolak belakang dengan penelitian yang Harga diri rendah menurut Suliswati,
dilakukan Raynel (2010) yang mengatakan Payapo, Maruhawa, Sianturi, dan Sumijatun
sebanyak 37 responden TB Paru didapatkan hasil (2005)dipengaruhi oleh faktor penolakan dari
51,4% penderitaTB Paru memiliki harga diri orang lain, kurang penghargaan dari orang lain,
tinggi. pola asuh yang salah, terlalu dilarang, terlalu
Penderita TB Paru memiliki perilaku dituruti, terlalu dikontrol, terlalu dituntut dan
negatif berjumlah 18 responden (60%).Pada tidak konsisten, persaingan antar saudara,
proses pengumpulan data peneliti menemukan kesalahan dan kegagalan yang berulang, serta
responden membuang dahak sembarangan tidak mampu mencapai standar yang ditentukan.
tempat dan tidak menyediakan tempat untuk Penolakandari orang lain membuat penderita TB
membuang dahak, tidak menutup mulut ketika Paru berperilaku negatif.Perilaku adalah suatu
batuk, kebersihan diri yang kotor, serta penghuni kegiatan atau aktivitas organisme yang
yang padat dalam ruang perawatan. bersangkutan, yang dapat diamati secara
Hasil penelitian ini sejalan dengan langsung maupun tidak langsung (Sunaryo,
penelitian yang dilakukan Putra (2011) yang 2004).
mengatakan perilaku mempunyai hubungan Menurut Fitriani (2011) perilaku
terhadap kejadian TB Paru.Perilaku manusia penderita TB Paru meliputi perilaku
adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia pemeliharaan kesehatan yaitu perilaku penderita
baik yang dapat diamati langsung maupun yang TB Paru untuk menjaga kesehatan agar tidak
tidak dapat diamati langsung oleh pihak luar sakit dan usaha penyembuhan bilamana sakit,
yang mempunyai bentangan sangat luas dari perilaku pencarian pelayanan kesehatan dan
mulai berjalan, bicara, menangis, tertawa, perilaku pencarian pengobatan yaitu perilaku
bekerja dan sebagainya (Fitriani (2011). yang menyangkut pada saat seseorang menderita
Hasil penelitian diperoleh nilai ρ value penyakit dengan cara mengobati diri sendiri
(0,001) <α (0,05), hal ini berarti Ho ditolak, sampai harus mencari pengobatan keluar negeri,
maka dapat disimpulkan bahwa ada serta perilaku kesehatan lingkungan yaitu
perilaku penderita TB Paru merespon
hubunganantara harga diri dengan perilaku pada
lingkungannya baik fisik, sosial dan budaya.
penderita TB Paru di RSUD Arifin Achmad Hasil penelitian sebagian besar
Pekanbaru. responden menderita TB Paru selama 0-1 tahun
Harga diri rendah yaitu perasaan yang dan sebagian besar harga diri rendah dan
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya perilaku negatf.Pengobatan yang semakin
percaya diri dan harga diri, merasa gagal panjang mempengaruhi harga diri penderita TB
mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, Paru.Kehilangan fungsi tubuh, penurunan
penurunan produktivitas, perasaan tidak mampu, toleransi aktivitas dan kesulitan dalam
mudah tersinggung dan menarik diri secara menangani penyakit kronis akan mengubah
sosial (Stuart& Laraia, 2005).Harga diri harga diri penderita TB Paru (Potter & Perry,
diperoleh dari diri sendiri maupun dari orang 2010).
lain. Aspek utama harga diri adalah dicintai, Penelitian yang dilakukan Sulistiyawati
disayangi, dikasihi orang lain dan menerima dan Kurniawati (2012) mengatakan pengobatan
penghargaan dari orang lain (Sunaryo, 2004). yang lama dan penghasilan yang kurang akan
Perilaku penderita yang menunjukkan menambah beban pikiran penderita yang
perubahan harga diri menurut Potter dan Perry menyebabkan meningkatnya stres yang
(2010) meliputi: menghindari kontak mata, dirasakan penderita. Harga diri rendah terjadi
perawakan yang sangat kurus, penampilan tidak awalnya individu berada pada situasi stressor
rapi, permintaan maaf yang berlebihan, berbicara (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis
yang ragu-ragu, terlalu kritis atau marah tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa
5
diri tidak mampu atau merasa gagal (Direja, pihak rumah sakit agar memberikan asuhan
2011). keperawatan psikososial tentang harga diri dan
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori penyuluhan tentang pengertian, tanda dan gejala,
yang mengatakan bahwa perilaku merupakan cara penularan, serta pengobatan TB Paru pada
respon atau reaksi seseorang terhadap stilumus penderita dan keluarga sehingga angka penularan
TB Paru menurun.
atau rangsangan dari luar (Fitriani, 2011).
Bagi keluarga diharapkan keluarga
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa orang penderita TB Paru dan masyarakat yang ada
yang memiliki harga diri rendah akan tampak disekitar penderita TB Paru agar memberikan
dari perilaku yaitu perilaku negatif. motivasi dan dukungan kepada penderita TB
Paru agar harga diri penderita TB Paru dapat
KESIMPULAN meningkat.Motivasi dan dukungan dari luar
Hasil penelitian tentang hubungan antara dapat meningkatkan harga diri penderita TB
paru.
harga diri dengan perilaku pada penderita TB
Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian
Paru di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru ini dapat dijadikan sebagai data dan informasi
menyatakan bahwa sebagian besar responden dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut
berada pada tahap umur dewasa pertengahan yang berhubungan dengan harga diri dan
(40-60 tahun) sebanyak 16 responden (53,3%), perilaku pada penderita TB Paru. Penelitian
dengan mayoritas jumlah kelamin adalah laki- selanjutnya dapat melakukan penelitian yang
laki yaitu berjumlah 19 responden (63,3%). Pada sama dengan jumlah sampel lebih besar lagi.
tingkat pendidikan rata-rata responden berada 1
Yuliana, Mahasiswa Program Studi Ilmu
pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar sebanyak
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia
12 responden (40%), dengan jenis pekerjaan 2
Fathra Annis Nauli, Staf Akademik
responden yaitu sebagai buruh berjumlah 14 Departemen Keperawatan Jiwa Komunitas
responden (46,7%). Berdasarkan lama rawat PSIK Universitas Riau, Indonesia
3
sebagian besar responden dirawat 3-5 hari, yaitu Riri Novayelinda, Staf Akademik
berjumlah 22 responden (73,3%). Lama Keperawatan Anak PSIK Universitas Riau,
menderita responden rata-rata 0-1 tahun, yaitu Indonesia
sebanyak 22 responden (73,3%). Hasil
klasifikasi rata-rata responden memiliki harga DAFTAR FUSTAKA
diri rendah yaitu sebanyak 19 responden Agrina.(Mei, 2013).Ternyata penderita
(63,7%), dan untuk perilaku didapatkan bahwa tuberkolosis di Pekanbaru tinggi.Fokus
responden yang memiliki perilaku negatif Riau.
sebanyak 18 responden (60%). Anggraeni, D. S. (2011). Stop tuberkulosis.
Bogor: Bogor Publishing House.
Berdasarkan uji statistic dengan
Daulay, W. (2009). Hubungan dukungan
menggunakan fisher’s exact test didapatkan ρ
keluarga dengan harga diri pada pasien
value (0,001) < α (0,05), berarti menunjukkan
TB Paru di RSUD Sidikalang. Diperoleh
ada hubungan antara harga diri dengan perilaku
tanggal 30 April 2013 dari
pada penderita TB Paru di RSUD Arifin Achmad
http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234
Pekanbaru.
56789/37338/4/Chapter%20I.pdf.
Direja, S. H. A. (2011). Asuhan keperawatan
SARAN jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Bagi bidang ilmu keperawatan khususnya Fitriani, S. (2011).Promosi kesehatan.
keperawatan jiwa hendaknya hasil penelitian ini Yogyakarta: Graha Ilmu.
diharapkan dapat memberikan informasi dan Friedman, M. M., Bowden, R. V., & Jones, G. E.
mengembangkan keilmuan terkait harga diri dan (2010).Keperawatan keluarga riset, teori,
perilaku pada penderita TB Paru. & praktek. Jakarta: EGC.
Bagi pihak rumah sakit, penelitian ini
diharapkan dapat sebagai bahan masukan bagi
6
Keliat, B. A., & Akemat.(2009). Model praktik TB Paru.Diperoleh tanggal 15 Januari
keperawatan profesional jiwa. Jakarta: 2014 dari
EGC. http://www.repository.unand.ac.id/16894.
Kusnidar.(2012). Masalah penyakit tuberculosis Raynel, F. (2010). Gambaran komponen konsep
dan pemberantasannya di diri pada penderita TB Paru di wilayah
Indonesia.Jogjakarta: Cermin dunia kerja Puskesmas Padang Pasir kota
Kedokteran. Padang. Jurnal Keperawatan Ners, 6, 93-
Naga, S. S. (2012). Ilmu penyakit dalam. 98.
Yogyakarta: Diva Press. Rekam Medis RSUD AA. (2012). Register
Nasyuha. (Mei 2013). Penderita TB di ruang Nuri II. Tidak dipublikasikan.
Pekanbaru tinggi.Tribun Pekanbaru. Stuart, G. W., & Laraia, M. T. (2005).Principles
Ningsih, G. Z. (2011). Faktor-faktor yang and practice of psychiatric nursing. (8th
menyebabkan terjadinya putus obat pada ed). St Louis: Mosby Year Book.
pasien TB Paru. Skripsi PSIK UR. Tidak Sulistiyawati, & Kurniawati. (2012). Hubungan
dipublikasikan. dukungan keluarga dengan tingkat
Notoatmodjo, S. (2010).Konsep perilaku stressor pada pasien tuberculosis usia
kesehatan dalam: promosi kesehatan produktip di RSU Muhammadiyah
teori aplikasi.Edisi revisi 2010. Jakarta: Yogyakarta. Diperoleh tanggal 10 Mei
PT Rineka Cipta. 2013, dari http://jurnal.dikti.go.id/.
Potter, P. A., & Perry, A. G. Suliswati., Payapo, T. A., Maruhawa, J.,
(2010).Fundamentals of nursing.Jakarta: Sianturi, Y., &Sumijatun. (2005). Konsep
Salemba Medika. dasar keperawatan kesehatan
Purwanto, S., dan Riyadi. (2009). Asuhan jiwa.Jakarta : EGC.
keperawatan jiwa. Yogyakarta: Graha Sunaryo.(2004). Psikologi untuk keperawatan.
Ilmu. Jakarta: EGC.
Putra, R. N. (2011). Hubungan perilaku dan
kondisi sanitasi rumah dengan kejadian

Anda mungkin juga menyukai