Disusun Oleh:
ADITYA 211180
DESI RATNA SARI 211180
NURUL SETIYOWATI 21218157
ELISABETH BR.LUBIS 21218144
NAMAN 212181
SAYEKTI 2111
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya penulisan dan penyusunan proposal yang berjudul “MANAJEMEN
NYERI POST OPERASI dilantai 4F Rumah Sakit Pusat Pertamina” dapat
terselesaikan.
Proposal ini merupakan salah satu tugas mata ajar Keperawatan Medikal Bedah
dalam Program Studi Pendidikan Profesi (Ners) di STIKes PERTAMEDIKA. Tak
lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada:
1. Ibu Diana Rhismawati, M.Kep,Sp.KMB selaku pembimbing dalam pembuatan
proposal Pendidikan Kesehatan Keperawatan Medikal Bedah, yang telah
membimbing dan mengarahkan kelompok dalam menyelesaikan proposal ini.
2. Ibu ..........................................selaku kepala ruangan yang telah memberikan
arahan serta mengizinkan kami untuk dapat memberikan pendidikan kesehatan
mengenai managemen nyeri post operasi di lantai 4F RSPP.
3. Keluarga pasien di lantai 4F RSPP yang telah berpartisipasi.
4. Teman-teman yang sudah bersedia membantu.
5. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak
membantu dalam pembuatan proposal ini.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan yang membuat seseorang
merasa nyaman, terlindung dari ancaman psikologis, bebas dari rasa
sakit terutama nyeri (Purwanto dalam Karendehi, 2015). Nyeri adalah
sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual yang
tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi seluruh
pikiran seseorang dan mengubah kehidupan orang tersebut. Nyeri adalah
konsep yang sulit dikomunikasikan oleh klien (Berman, 2009).
Dari segi waktu berjalannya penyakit, nyeri dapat tergolong menjadi dua
yaitu nyeri akut dan nyeri kronik. Keduanya memiliki karakteristik yang
berbeda sehingga membuat terapi untuk kedua jenis nyeri tersebut dapat
dibedakan. Nyeri akut merupakan nyeri yang berlangsung dari beberapa
detik hingga kurang dari enam bulan biasanya dengan awitan tiba-tiba dan
umumnya berkaitan dengan cidera fisik dimana nyeri akut
mengindikasikan adannya kerusakan atau cidera telah terjadi dan tidak
ada penyakit sistemik, biasanya menurun sejalan dengan terjadinya nyeri
sedangkan nyeri kronis dapat berlangsung enam bulan atau lebih lama tanpa
diketahui penyebabnya dan mempengaruhi aktivitas normal pasien sehari-
hari. Nyeri kronis dapat terjadi tanpa trauma yang mendahului, dan
seringkali tidak dapat ditentukan adanya gangguan sistem yang mendasari
bahkan setelah dilakukannya observasi dalam jangka waktu yang lama.
Penilaian nyeri merupakan hal yang penting untuk mengetahui intensitas
dan menentukan terapi yang efektif. Intensitas nyeri sebaiknya harus dinilai
sedini mungkin dan sangat diperlukan komunikasi yang baik dengan pasien.
Rasa nyeri akan disertai respon stres yang antara lain berupa meningkatnya
rasa cemas, denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi napas. Nyeri yang
berlanjut atau tidak ditangani secara adekuat, memicu respon stres yang
1
berkepanjangan, yang akan menurunkan daya tahan tubuh dengan
menurunkan fungsi imun, mempercepat kerusakan jaringan, laju
metabolisme, pembekuan darah dan retensi cairan, sehingga akhirnya akan
memperburuk kualitas kesehatan (Hartwig & Wilson, 2006). Oleh karena
itu, penatalaksaan nyeri yang tepat dibutuhkan untuk menekan rasa nyeri dan
mencegah berbagai dampak negatif yang ditimbulkannya.
B. Tujuan
1. TujuanUmum
Setelah mengikuti proses pendidikan kesehatan tentang manajemen nyeri
selama ±30 menit, diharapkan klien dan keluarga mengerti mengenai
manajemen nyeri untuk mengurangi rasa nyeri.
2. TujuanKhusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, pasien dan keluarga diharapkan
mampu:
2
a. Memiliki pengetahuan mengenai manajemen nyeri pada berbagai
kondisi
b. Mampu menjelaskan pengertian nyeri
c. Menyebutkan tujuan manajemen nyeri non pharmakologis
d. Menyebutkan cara-cara sederhana mengatasi nyeri
e. Mendemostrasikan cara-cara mengatasi nyeri
C. TempatdanWaktuPelaksanaan
Tempat : Lantai 4F Rumah Sakit Pusat Pertamina
Waktu : 4 April 2019 jam 10:00 WIB – 10.30
D. Sasaran
Pasien dan keluarga di ruang rawat lantai 4F.
E. Metode
Ceramah, diskusi, mempraktekan atau mengajarkan ke pasien dan tanya
jawab.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno management, yang
memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Mendefinisikan
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain. Manajemen nyeri suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nayat atau
berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan, pada orang lain ataupun
diri sendiri.
International Society for the Study of Pain mendefinisikan nyeri sebagai
suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait
dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial atau digambarkan
sebagai kerusakan itu sendiri (Gonce P, Fontaine D, Hudak C, Gallo B, 2012).
Nyeri juga merupakan mekanisme protektif bagi tubuh, yang timbul
bila jaringan rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rasa nyeri tersebut. Nyeri merupakan pengalaman
sensoris dan emosional yang tidak menyen agkan yang dihubungkan
dengan kerusakan jaringan yang telah atau akan terjadi yang
digambarkan dengan kata-kata kerusakan jaringan (T o r r a n c e ,
2 0 0 1 ) . Pelaksanaan manajemen nyeri nonfarmakologi dengan bantuan
keluarga cukup efektif dalam meningkatkan intervensi masalah nyeri.
Pelibatan keluarga juga efektif dalam melakukakan intervensi mengatasi
masalah nyeri yang di observasi oleh perawat. Sebagian besar keluarga
melakukan lebih dari 50% ceklist tindakan intervensi manajemen nyeri yang
diberikan perawat (Reni Ilmiasih, 2009).
B. Etiologi atau Faktor Risiko
1. Trauma
a. Mekanik yaitu rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas
mengalami kerusakan misalnya : benturan, gesekan, luka dan lain-
lain
b. Thermis yaitu nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas, dingin misal karena api dan air
c. Khemis
d. Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa
yang kuat
e. Elektik
f. Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor
rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2. Neoplasma
a. Jinak
b. Ganas
3. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung syaraf reseptor akibat adanya
peradangan atau terjepit oleh pembengkakan misalnya abses
4. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
5. Trauma psikologis
D. Sifat-sifat Nyeri
1. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi
2. Nyeri bersifat subjektif dan individual
3. Nyeri tidak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah
4. Perawat hanya dapat mengkaji nyeri paisen dengan melihat perubahan
fisiologis tingkah laku dari pernyataan klien
5. Hanya klien yang tau kapan nyeri timbul dan sperti apa rasanya
6. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis
7. Nyeri merupakan tanda adanaya kerusakan jaringan
8. Nyeri mengawali ketidakmampuan
9. Persepsi yang salah megenai nyeri menyebabkan manajemen nyeri
Teori gate control dari Melzack dan Wall (2009) mengusulkan bahwa impuls
nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang
sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat
sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup.
Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan
nyeri.
Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden
dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan
substansi C melepaskan substansi P untuk mentranmisi impuls melalui
mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron beta-A
yang lebih tebal, yang lebih cepat melepaskan neurotransmiter penghambat.
Apabila masukan masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka
akan menutup mekanisme pertahanan.
b. Distraksi
Merupakan teknik reduksi nyeri dengan mengalihkan perhatian kepada hal
lain sehingga kesadaran terhadap nyerinya berkurang. Sebagai contoh,
pasien yang sudah selesai mengalami operasi mungkin tidak akan nyeri
ketika melihat pertandingan sepakbola di televisi. Cara bagaimana distraksi
dapat mengurangi nyeri dapat dijelaskan melalui teori "Gate Control". Pada
spinacord, sel-sel reseptor yang menerima stimuli nyeri periferal dihambat
oleh stimuli sari serabut syaraf yang lain. Karena pesan-pesan nyeri menjadi
lebih lambat daripada pesan-pesan diversional, maka pintu spinal cord yang
mengontrol jumlah input ke otak menutup dan pasien merasa nyerinya
berkurang. Teknik distraksi dapat dilakukan diantaranya dengan cara :
Nafas dalam lambat dan berirama
Rhythmic singing and tapping
Active listening
Guided imagery (kekuatan imajinasi klien bisa dengan mendengarkan
musik yang lembut)
c. Anticipatory Guidance
Merupakan teknik reduksi yang dilakukan oleh perawat dengan cara
memberikan informasi yang dapat mencegah terjadinya missed interpretasi
dari kejadian yang dapat menimbulkan nyeri dan membantu pemahaman
apa yang diharapkan. Informasi yang diberikan kepada klien diantaranya :
Penyebab nyeri
Proses terjadinya nyeri
Lama dan kualitas nyeri
Berat-ringannya nyeri
Lokasi nyeri
Informasi tentang keamanan yang akan diberikan kepada klien
Metode digunakan perawat pada klien untuk mengurangi nyeri
Hal-hal yang diharapkan klien selama prosedur
d. Relaksasi
Merupakan teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik. Ada 3 hal
yang perlu diperhatikan dalam teknik relaksasi yaitu : posisi yang tepat,
pikiran beristirahat, serta lingkungan yang tenang. Posisi klien diatur
senyaman mungkin dengan semua bagian tubuh disokong ( misalkan bantal
menyokong leher ) persendian diluruskan, serta otot-otot tidak tertarik.
Untuk menenangkan pikiran klien, klien dianjurkan pelan-pelan
memandang sekitarnya misalnya memandang atap turun ke dinding.
Steward ( 1979:959 ) menjelaskan teknik relaksasi sebagai berikut :
Pasien menarik nafs dalam dan mengisi paru-paru dengan udara.
Perlahan-lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh
menjadi kendor dan merasakan betapa nyamannya hal itu.
Pasien bernafas beberapa kali dengan irama normal.
Pasien menarik nafas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan
serta membiarkan hanya kaki dan telapak kaki yang kendor.
Perawat menganjurkan pasien untuk mengkonsentrasikan pikiran
pasien pada kakiya yang terasa ringan dan hangat.
Pasien mengulang langkah 4 dan mengkonsentrasikan pikiran pada
lengan, perut, punggung dan kelompok otot-otot yang lain.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manajemen Nyeri mempunyai fungsi menenangkan pikiran dan katarsis
emosi, serta dapat merilekskan pikiran sehingga menjadi lebih tenang dan
mengurangi rasa nyeri yang ada pada klien. Selain itu pengontrolan nyeri
dapat berfungsi untuk mengatur hormon-hormon yang berhubungan dengan
stres antara lain Adenocorticotropin Hormon (ACTH), prolaktin, dan hormon
pertumbuhan serta dapat meningkatkan kadar endorfin sehingga dapat
mengurangi nyeri.
B. SARAN
Diharpakan managemen nyeri dapat dilakaukan setiap saat atau diterapkan di
rumah sakit agar dapat menguragi rasa nyeri yang hebat dan menimbulkan
rasa kecemasan terhadap klien.
DAFTAR PUSTAKA
Berman A.(2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb.Jakarta:
EGC.
Hartwig, Mary S., Wilson, Lorraine M. (2006). Nyeri. Dalam : Price, Sylvia A.,
Prasetyo, SN. (2010). Konsep dan proses keperawatan nyeri. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
https://www.academia.edu/19388638/Manajemen_Nyeri
LAMPIRAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PERTAMEDIKA
(STIKes PERTAMEDIKA)
Program Profesi SI Keperawatan
2. Kegiatan Inti
a. Menjelaskan pengertian
a. Memperhatikan. 20 menit
manajemen nyeri.
b. Menjelaskan tentang etiologi
b. Memperhatikan.
nyeri.
c. Menjelaskan tentang manfaat
c. Memperhatikan.
manajemen nyeri
d. Menjelaskan tentang
d. Memperhatikan
mekanisme manajemen nyeri.
e. Mendemonstrasikan langkah-
e. Memperhatikan dan
langkah manajemen nyeri.
ikut
mendemonstrasikan.
3. Penutup
a. Memberikan kesempatan klien
a. Mengangkat tangan 5 menit
dan keluarga untuk beranya.
sebelum bertanya lalu
mengungkapkan
pertanyaan.
b. Memberikan pertanyaan lisan b. Menjawab pertanyaan.
mengenai materi yang sudah
diajarkan.
Pertanyaannya sebagai berikut:
1) Apa manajemen nyeri?
2) Apa etiologi nyeri?
3) Apa mamfaat manajemen
nyeri?
4) Bagaimana mekanisme
manajemen nyeri?
5) Bagaimana cara mengontrol
atau memanajemen nyeri?
c. Membuat kesimpulan mengenai c. Memperhatikan.
materi yang sudah diajarkan.
2. Afektif
Klien dan keluarga dapat menunjukan pemahaman mengenai manajemen
nyeri. Seperti klien dan keluarga dapat mengulang kembali pembelajaran
yang telah diajarkan terait manajemen nyeri.
3. Psikomotor
Keluarga dan klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol atau
manajemen nyeri dengan media seperti: leaflet dan metode mempraktikan
C. Materi Pelajaran
1. Mengenal manajemen nyeri dalam menurunkan nyeri (seperi: pengertian
manajemen nyeri, etiologi atau penyebab, manfaat manajemen nyeri, dan
mekanisme manajemen nyeri dalam menurunkan nyeri).
2. Mendemonstrasikan cara mengonrtol atau manajmen nyeri dengan
mengikuti cara-cara melakukan manajemen.
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a. Materi yang akan disampaikan sudah siap satu hari sebelum penyuluhan.
b. Dapat memimpin acara dan menjawab pertanyaan sesuai tugas masing-
masing.
2. Evaluasi Proses
a. Klien dan keluarga memperhatikan saat diberikan pendidikan kesehatan.
b. Klien dan keluarga aktif bertanya.
c. Klien dan keluarga mampu mengulangi materi yang disampaikan penyaji.
d. Klien dan keluarga mengikuti acara pendidikan kesehatan terkait terapi
music untuk menurukan nyeri dari awal sampai akhir.
3. Evaluasi Hasil
Klien dan keluarga mampu menjawab pertanyaan:
a. > 80% : Berhasil.
b. 50-80 % : Cukup.
c. < 50 % : Kurang Berhasil.