Anda di halaman 1dari 20

IMPLEMENTASI RUKUN ISLAM

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam


dan Sebagai Bahan Persentasi
Dosen Pembimbing: Dr. Ali Hasan Siswanto, M.Fil.I

DISUSUN OLEH:
1. Dinda Ismaya Hanggarjita (2016B/165500058)
2. Devindha Permatasari (2016B/165500120)
3. Devi Nadila Hariyanti (2016B/165500126)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
Jl.Ngagel Dadi III-B/37 Surabaya, Jawa Timur 60245, Indonesia
Telp. (031) 5041097 Fax. (031) 5042804
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan
inayah-Nya kami dapat menyelasaikan penyusunan makalah yang berjudul
―Implementasi Rukun Islam‖.

Makalah ini di susun dengan maksud untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam dan sekaligus sebagai bahan persentasi.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik & saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi kita maupun masyarakat.

Surabaya, Oktober 2016

Penyusun

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. II

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................III

BAB I ......................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
1.1. LATAR BELAKANG............................................................................................................................. 1
1.2. RUMUSAN MASALAH........................................................................................................................ 1
1.3. TUJUAN PENULISAN ......................................................................................................................... 1
BAB II ........................................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 2
2.1. RUKUN ISLAM.............................................................................................................................. 2
2.1.1. SYAHADAT.................................................................................................................................. 2
2.1.2. SHALAT...................................................................................................................................... 3
2.1.3. ZAKAT ....................................................................................................................................... 5
2.1.4. PUASA ....................................................................................................................................... 6
2.1.5. HAJI ........................................................................................................................................ 13
2.2. KIAT MENERAPKAN RUKUN ISLAM DALAM KEHIDUPAN ........................................................... 15
BAB III ..................................................................................................................................................... 16
KESIMPULAN .......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Islam dibangun di atas lima dasar, yaitu rukun islam, yang terdiri dari Syahadat
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rosul Allah, Mendirikan Shalat,
Membayar Zakat, Puasa Ramadhan, dan Berhaji ke Baitullah. Ibarat sebuah rumah,
rukun islam merupakan tiang-tiang atau penyangga bangunan keislaman seseorang. Di
dalamnya tercakup hukum-hukum islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia.
Di zaman yang moden ini, budaya barat semakin berkembang di Indonesia. Kita
sebagai seorang muslim seharusnya dapat mengimplementasikan rukun islam dalam
kehidupan sehari-hari agar tidak mudah terpengaruh kedalam pergaulan yang sudah
tidak terkendali baik di daerah perkotaan maupun di daerah desa. Pergaulan itu seperti
mengikis keimanan atau akidah setiap insan sedikit demi sedikit bahkan dapat
menghilangkan keimanan atau akidah dari setiap diri manusia. Maka rukun islam sangat
dibutuhkan karena mempunyai peranan yang baik dan penting dalam pembentukan
keperibadian.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu rukun islam?
2. Bagaimana cara kita mengimplementasikan rukun islam dalam kehidupan
sehari-hari?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui dan memahami apa itu rukun islam.
2. Mengetahui dan memahami cara mengimplementasikan rukun islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. RUKUN ISLAM


Rukun Islam adalah bangunan pokok ajaran Islam dalam bidang amaliyah. Ia
merupakan buah dari keyakinan terhadap rukun iman. Disaat Jibril bertanya tentang
Islam, Rasulullah saw menjawabnya dengan menyebutkan bangunan pokoknya.
Rasulullah saw bersabda :

ٌ‫ أٌ ح شهد أٌ ال إن ه إال هللا و أ‬: ‫ وح ؤح ٍ ان زك اة اإل س الو‬, ‫ وح ق ُى ان ص الة‬, ‫دمحما ر سىل هللا‬
‫وح صىو ري ضاٌ وح حج ان ب ُج يٍ ا س خط عج إن ُه س ب ُ ال‬

―Islam adalah : Engkau mengucapkan dan bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah dan
Muhammad adalah Rasulullah; engkau melaksanakan sholat; engkau menunaikan zakat;
engkau melaksanakan puasa; dan melaksanakan ibadah haji jika engkau memiliki
kesanggupan‖.

Rukun Islam menempati posisi utama dalam bangunan Islam. Tanpanya


identitas Islam akan kabur, sehingga orang akan sulit mengidentifikasi apakah
seseorang itu muslim atau bukan. Tetapi rukun Islam bukan segalanya dalam Islam,
karena masih banyak ajaran Islam yang lain yang juga wajib, sangat dianjurkan, dan
dianjurkan untuk dilaksanakan.

Rukun Islam itu ada 5 perkara :

2.1.1. Syahadat

Syahadat adalah pernyataan kepercayaan dalam keesaan Allah dan Nabi


Muhammad sebagai rosulnya. Syahadat (persaksian) ini memiliki makna mengucapkan
dengan lisan, membenarkan dengan hati lalu mengamalkannya melalui perbuatan.
Adapun orang yang mengucapkannya secara lisan namun tidak mengetahui maknanya
dan tidak mengamalkannya maka tidak ada manfaat sama sekali dengan syahadatnya.

2
Syahadat sering disebut dengan syahadatain karena terdiri dari 2 kalimat, yaitu
Kalimat Pertama
asyhadu an-laa ilaaha illallaah
Artinya : Saya bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah.
Kalimat Pertama menunjukkan pengakuan tauhid. Artinya, seorang muslim hanya
mempercayai Allah sebagai satu-satunya Allah. Allah adalah Tuhan dalam arti sesuatu
yang menjadi motivasi atau menjadi tujuan seseorang. Jadi dengan mengikrarkan
kalimat pertama, seorang muslim memantapkan diri untuk menjadikan hanya Allah
sebagai tujuan, motivasi, dan jalan hidup.
Kalimat kedua :
wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah
Artinya: dan saya bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah Rasul / utusan Allah.
Kalimat Kedua menunjukkan pengakuan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Dengan mengikrarkan kalimat ini seorang muslim memantapkan diri untuk meyakini
ajaran Allah seperti yang disampaikan melalui Muhammad SAW, seperti misalnya
meyakini hadist-hadis Muhammad SAW.

2.1.2. Shalat
Shalat berarti doa. Kata Salat itu sendiri dalam bahasa Arab, berasal dari kata
"tselota" dalam bahasa Aram (Suriah) yaitu induk dari bahasa di Timur Tengah.
Sedangkan, menurut istilah, salat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau
tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.

Shalat merupakan tiang agama dan sebagai rukun terpenting islam setelah dua kalimat
Syahadad. Arti pentingnya shalat dapat dinilai dari kenyataan bahwa merupakan
kewajiban pertama. Dan meskipun shalat dan zakat sering disebut bersama-sama dalam
Al-Qur‘an, Shalat senantiasa disebut lebih dahulu.

Adapun dalil diperitahkannya shalat:


‫ إٌ ان ص الة ح ُهً عٍ ان فح شاء وان ً ُ كر‬, ‫وأق ى ان ص الة‬

3
Artinya: ―Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu dapat mencegah perbuatan keji
dan mungkar.‖ (QS. Al-Ankabut: 45)
Dalam islam tidak ada hari tertentu yang dikhususkan untuk shalat atu berdoa,
sebagaimana dalam agama Yahudi dan Kristen. Shalat atau berdoa merupakan bagian
dari kehidupan manusia sehari-hari. Ada shalat diwaktu shubuh (fajr), shalat ditengah
hari (dzuhur), shalat disore hari (ashar) shalat disaat matahri terbenam (maghrib) dan
shalat sebelum pergi tidur (isya). Dengan demikian islam menuntut agar dalam berbagai
kondisi beragam yang dialami manusia, ruhnya harus selalu berhubungan dengan ruh
Illahi.

Hukum Orang yang Meninggalkan Shalat


Kaum muslimin telah bersepakat bahwa barangsiapa yang tidak menunaikan
shalat lima waktu maka dia telah melakukan suatu perbuatan yang dapat
mengantarkannya kepada kekafiran.

Dalil dari Al-Qur‘an Qs. At-Taubah: 11


―Artinya : Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka
(mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama‖.[At-Taubah : 11]
Artinya, jika mereka tidak melakukan itu, berarti mereka bukanlah saudara-saudara kita.
Memang persaudaraan agama tidak gugur karena perbuatan maksiat walaupun besar,
namun persaudaraan itu akan gugur ketika keluar dari Islam.

Dalil dari As-Sunnah adalah sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.


―Artinya : Sesungguhnya (pembatas) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran
adalah meninggalkan shalat‖. [Dikeluarkan oleh Muslim dalam kitab Shahihnya, kitab
Al-Iman (82)]

Disebutkan pula dalam Shahih Muslim sabda beliau dalam hadits Buraidah
Radhiyallahu ‗anhu dan kitab-kitab sunan.
―Artinya : Perjanjian (pembatas) antara kita dengan mereka adalah shalat, maka
barangsiapa yang meninggalkannya berarti ia telah kafir‖. [Dikeluarkan oleh Imam
Ahmad (5/346) dan para penyusun kitab Sunnan denan isnad shahih, At-Turmudzi,

4
kitab Al-Iman (2621), An-Nasa‘i, kitab Ash-Shalah (1/232), Ibnu Majah, kitab Iqamatus
Shalat (1079)]

Shalat wajib dikerjakan oleh setiap muslim dan muslimat yang telah baligh dan berakal.
Tanda baligh bagi laki-laki dan perempuan adalah:
1. Telah mencapai usia 15 tahun.
2. Telah mengalami ―mimpi basah‖.
3. Tumbuh rambut pada kemaluan.
4. Khusus bagi wanita, yaitu keluarnya darah haid dari farji.
Macam-macam sholat wajib:
1. Sholat Isya' 4. Sholat Ashar
2. Sholat Subuh 5. Sholat Maghrib
3. Sholat Dhuhur
Macam-macam sholat sunah:
1. Shalat Sunah Tahajud. 8. Shalat Sunah Istisqho‘.
2. Shalat Sunah Dhuha. 9. Shalat Sunah Witir.
3. Shalat Sunah Istikharah. 10. Shalat Tahiyatul Masjid.
4. Shalat Sunah Taubat. 11. Shalat Tarawih.
5. Shalat Sunah Hajat. 12. Shalat Hari Raya (Idul Adha dan
6. Shalat Sunah Safar. Idul Fitri).
7. Shalat Sunah Rawatib 13. Shalat Dua Gerhana.

2.1.3. Zakat
Zakat adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang
beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin
dan sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syarak. Zakat menjadi
salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah
wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat
termasuk dalam kategori ibadah seperti salat, haji, dan puasa yang telah diatur secara
rinci berdasarkan Alquran dan Sunah. Zakat juga merupakan amal sosial
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan
umat manusia dimana pun.

5
Adapun dalil diperitahkannya berzakat:
Artinya: ―Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka.‖ (QS. At-Taubah: 103)

Zakat terbagi atas dua jenis yakni:


1. Zakat fitrah
Zakat fitrah menurut bahasa artinya membersihkan diri atau jiwa, sedangkan menurut
istilah adalah mengeluarkan harta yang berupa makanan pokok yang mengenyangkan,
untuk diberikan kepada yang berhak menerima. Zakat fitrah wajib dikeluarkan muslim
menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadan. Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,5
kilogram) makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.
2. Zakat maal (harta)
Zakat maal menurut bahasa bagi membersihkan harta, sedang menurut istilah adalah
mengeluarkan sebagian harta dari simpanan, hasil usaha, pertanian, peternakan, atau
hasil usaha jasa profesi untuk membersihkan kumpulan harta itu dari hak orang lain
terdapat didalamnya dan diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya. Masing-
masing jenis memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.

2.1.4. Puasa
Arti puasa menurut bahasa adalah menahan. Menurut syariat islam puasa adalah
suatu bentuk aktifitas ibadah kepada Allah SWT dengan cara menahan diri dari makan,
minum, hawa nafsu, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa sejak terbit
matahari / fajar / subuh hingga matahari terbenam / maghrib dengan berniat terlebih
dahulu sebelumnya.
Puasa memiliki fungsi dan manfaat untuk membuat kita menjadi tahan terhadap
hawa nafsu, sabar, disiplin, jujur, peduli dengan fakir miskin, selalu bersyukur kepada
Allah SWT dan juga untuk membuat tubuh menjadi lebih sehat.

Adapun dalil diperitahkannya berpuasa:


Artinya: ―Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.‖ (QS. Al-Baqarah:
183

6
Puasa dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Puasa Wajib adalah puasa di bulan Ramadhan yaitu bulan kesembilan dari bulan
hijriyah.
2. Puasa sunnah ialah Puasa Tathawwu. Dan tathawwu' artinya mendekatkan diri
kepada Allah Ta'ala dengan melakukan ibadah-ibadah yang tidak wajib. Tentu
saja, puasa adalah ibadat yang terutama.
Adapun hikmah dari disyari'atkannya puasa sunnah ialah menambah ibadat dan
pendekatan (taqarrub) kepada Allah. Karena ibadat apa pun akan menambah seseorang
semakin dekat kepada Tuhannya 'Azza Wa Jalla.

Macam-macam puasa sunnah:


1. Puasa Hari 'Arafah
Hari 'Arafah ialah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa pada hari itu adalah sunnat bagi
orang yang tidak sedang menunaikan ibadah haji.
Berdasarkan hadits Abu Qatadah radhiallahu‘anhu bahwa Rasulullah shallahu ‗alaihi
wasalam ditanya tentang puasa pada hari arafah,Beliau menjawab:

Artinya : "menghapus dosa-dosa di tahun lalu dan yang akan datang. " (H.R. Muslim:
1162)

Kecuali bagi mereka yang sedang wukuf di Arafah dalam rangka menunaikan ibadah
haji,maka tidak dianjurkan berpuasa pada hari itu. Berdasarkan hadits Ibnu Abbas
radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallahu ‘alaihi wasalam berbuka di
Arafah,Ummul Fadhl mengirimkan segelas susu kepada beliau,lalu beliau
meminumnya.‖ (HR.Tirmidzi: 750,dishahihkan Al-Albani dalam shahih Tirmidzi)

2. Puasa Hari 'Asyura dan Tasu'a


Hari 'Asyura ialah tanggal 10 Muharram, sedang Hari Tasu'a ialah tanggal 9-nya.
Berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiallahu‘anhu bahwa Rasulullah shallahu ‗alaihi
wasalam bersabda:

7
Artinya : ―puasa yang paling afdhal setelah ramadhan adalah bulan Allah:
muharram,dan shalat yang paling afdhal setelah shalat wajib adalah shalat malam.‖
(HR.Muslim:1163)

3. Puasa Senin Kamis


Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah
radhiyallâhu ’anhu bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam ditanya tentang
puasa pada hari senin, maka beliau menjawab:
‫ا َىو وندث ُه وَىو ع ج أو أَزل عهٍ ُه‬

―Itu adalah hari yang aku dilahirkan padanya, dan aku diutus, atau diturunkan kepadaku
(wahyu).‖ (HR Muslim, hadis nomor: 1162)

Juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan yang lainnya dari ‗Aisyah radhiyallâhu ‗anhâ
bahwa beliau ditanya tentang puasa Rasulullah shallallâhu ‗alaihi wasallam, maka
beliau menjawab:
ًُ ‫ُاو اال ٍُُ وان‬ ‫وكاٌ َخحري‬

―Adalah beliau senantiasa menjaga puasa pada hari Senin dan Kamis‖ (HR at-Tirmidzi,
hadis nomor: 745, Ibnu Majah, hadis nomor: 1739, An-Nasâi, hadis nomor: 2187, Ibnu
Hibban, hadis nomor: 3643. Dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahîh Ibni Mâjah)

Juga diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‗anhu bahwa Nabi shallallâhu ‗alaihi
wasallam berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Lalu ada yang bertanya: sesungguhnya
engkau senantiasa berpuasa pada hari senin dan kamis? Beliau menjawab:

‫ُ ا إال انًهخ‬ ‫ا‬ ‫ُ فر ُهًا نًٍ ال َشر‬ ًُ ‫رٍَ َقال ر وا حفخ أ ىا ان ُت َىو اإل ٍُُ وان‬
‫ٍَ خً َصطهحا‬

―Dibuka pintu-pintu surga pada hari Senin dan Kamis, lalu diampuni (dosa) setiap orang
yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali dua orang yang saling
bertikai, dikatakan: biarkan mereka berdua sampai keduanya berbaikan.‖ (HR at-
Tirmidzi, hadis nomor: 2023, Ibnu Majah, hadis nomor: 1740. Dan dishahihkan Al-
Albani dalam Shahîh at-Tirmidziy dan Shahîh Ibni Mâjah)

8
4. Puasa Tiga Hari Setiap Bulan

Dalam hal ini, yang terbaik dilakukan pada hari-hari dari malam putih, yaitu tanggal 13,
14 dan 15 setiap bulan. Disebut malam putih, karena pada tanggal-tanggal tersebut
malam begitu terang dengan adanya bulan purnama. Tetapi, ada yang dikecualikan,
yaitu puasa pada tanggal 13 bulan Dzulhijjah, karena puasa pada hari itu haram
hukumnya.

Berdasarkan hadis ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‗Ash radhiyallâhu ‗anhu, bahwa
Rasulullah shallallâhu ‗alaihi wasallam berkata kepadanya:

‫ُاو ا‬ ‫ُت عشر أي انها ئٌ ن‬ ‫كم‬ ‫ند ر كههوإٌ ح ب أٌ حصىو كم هر ال ت أَاو ئٌ ن‬

―Dan sesungguhnya cukup bagimu berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, karena
sesungguhnya bagimu pada setiap kebaikan mendapat sepuluh kali semisalnya, maka itu
sama dengan berpuasa setahun penuh.‖ (HR al-Bukhari, dari ‗Abdullah bin ‗Amr bin
al-‗Ash r.a., hadis nomor: 1874, HR Muslim dari ‗Abdullah bin ‗Amr bin al-‗Ash r.a.,
hadis nomor: 1159)

Juga diriwayatkan oleh ‗Aisyah radhiyallâhu ‗anhâ bahwa beliau ditanya oleh Mu‘adzah
al-Adawiyyah: ―apakah Rasulullah shallallâhu ‗alaihi wasallam senantiasa berpuasa tiga
hari dalam setiap bulan? Maka beliau menjawab: ―ya‖. Lalu ditanya lagi: ―pada hari
yang mana dari bulan tersebut?‖ Beliau menjawab:

‫نى َكٍ َبانٍ يٍ أٌ أَاو انشهر َصىو‬

―Beliau tidak peduli di hari yang mana dari bulan tersebut ia berpuasa.‖ (HR Muslim,
hadis nomor: 1160)

Juga dari hadis Abu Hurairah radhiyallâhu ‗anhu, bahwa beliau berkata:

ٍ‫—أو اٍَ هُه‬ — ٌ‫ُاو ال ت أَاو يٍ كم هر وركعخٍ انضحً وأٌ أوحر قبم أ‬ ‫الد‬
‫أَاو‬.

9
―Teman setiaku — Rasulullah shallallâhu ‗alaihi wasallam — memberi wasiat kepadaku
untuk berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, mengerjakan shalat dua raka‘at dhuha, dan
agar aku mengerjakan shalat witir sebelum aku tidur.‖ (HR al-Bukhari, hadis nomor:
1180)

Hadis ini menjelaskan bahwa diperbolehkan pada hari yang mana saja dari bulan
tersebut ia berpuasa, maka ia telah mengamalkan sunnah.Namun jika ia ingin
mengamalkan yang lebih utama lagi, maka dianjurkan untuk berpuasa pada pertengahan
bulan hijriyyah, yaitu tanggal 13, 14 dan 15. Hal ini berdasarkan hadis yang datang dari
Abu Dzar radhiyallâhu ‗anhu bahwa Rasulullah shallallâhu ‗alaihi wasallam bersabda:

‫عشرة‬ ً ‫ًج يٍ انشهر ال ت أَاو صى الد عشرة وأر عشرة و‬ ‫َا أ ا ر إ ا‬

―Wahai Abu Dzar, jika engkau hendak berpuasa tiga hari dalam sebulan, maka
berpuasalah pada hari ketiga belas, empat belas dan lima belas.‖ (HR at-Tirmidzi, hadis
nomor: 761, An-Nasâi, hadis nomor: 2424, Ahmad, juz/halaman: 5/162, Ibnu
Khuzaimah, hadis nomor: 2128, Al-Baihaqi, juz/halaman: 4/292. Dihasankan oleh Al-
Albani dalam Al-Irwâ‘, juz/halaman: 4/101-102)

Puasa tiga hari di pertengahan bulan ini disebut dengan ayyâm al-bidh (hari-hari putih).
Dalam riwayat lain dari hadis Abu Dzar radhiyallâhu ‗anhu, beliau berkata:

‫–أيرَا رسىل ا‬ ‫—رسىل هللا‬ ‫الد عشرة وأر‬ ُ‫أٌ َصىو يٍ انشهر ال ت أَاو انب‬
‫عشرة‬ ً ‫عشرة و‬

―Rasulullah shallallâhu ‗alaihi wasallam memerintah kami untuk berpuasa tiga hari-hari
putih dalam setiap bulan:pada tanggal 13, 14 dan 15.‖ (HR Ibnu Hibban, hadis nomor:
3656)

Disebut (tanggal 13, 14 dan 15) sebagai ―hari-hari putih‖ disebabkan karena malam-
malam yang terdapat pada tanggal tersebut bulan bersinar putih dan terang benderang.
(Lihat: Fath al-Bâri, juz/halaman: 4/226)

10
Yang lebih menunjukkan keutamaan yang besar dalam berpuasa pada hari-hari putih
tersebut, dimana Rasulullah shallallâhu ‗alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan
amalan ini. Sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abbas radhiyallâhu ‗anhumâ,
bahwa beliau berkata:

‫ٍ سفر وال ضر‬ ُ‫ىو أَاو انب‬ ‫هً ا عهُه وسهى ال َد‬ ‫كاٌ رسىل ا‬

―Rasulullah shallallâhu ‗alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan puasa pada hari-
hari putih, baik di waktu safar maupun di saat mukim.‖ (HR ath-Thabarani:,
dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahîh al-Jâmi‘, hadis nomor: 4848).

5. Puasa Enam Hari Pada Bulan Syawal

Berdasarkan hadis Abu Ayyub Al-Anshari bahwa Rasulullah shallallâhu ‗alaihi


wasallam bersabda:

‫او ريضاٌ ى أحبعه سخا يٍ ىال كاٌ كصُاو اند ر‬ ٍ‫ي‬

―Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan, lalu menyambungnya dengan enam hari di


bulan syawwal, maka dia seperti berpuasa sepanjang tahun.‖ (HR Muslim, hadis nomor:
1164)

Hadis ini merupakan nash (teks) hadis yang jelas menunjukkan disunnahkannya
berpuasa 6 (enam) hari di bulan Syawwal. Adapun sebab mengapa Rasulullah
shallallâhu ‗alaihi wasallam menyamakannya dengan puasa setahun lamanya, telah
disebutkan oleh Imam an-Nawawi rahimahullâh, bahwa beliau berkata:

―Berkata para ulama: sesungguhnya amalan tersebut sama kedudukannya dengan puasa
sepanjang tahun, sebab satu kebaikannya nilainya sama dengan sepuluh kali lipat, maka
bulan ramadhan sama seperti 10 bulan, dan enam hari sama seperti dua bulan.‖ (Syarh
Muslim, an-Nawawi, juz/halaman: 8/56)

Hal ini dikuatkan dengan hadis Rasulullah shallallâhu ‗alaihi wasallam, bahwa beliau
bersabda:

‫ُاو سُت ُاو هر ريضاٌ عشرة أ هر و ُاو سخت أَاو يٍ ىال شهر‬ ‫ٍَ ن‬.

―Berpuasa Ramadhan seimbang dengan sepuluh bulan, dan berpuasa enam hari
seimbang dengan dua bulan, maka yang demikian itu sama dengan berpuasa setahun.‖
(HR an-Nasâi dalam as-Sunan al-Kubra dari Tsauban, hadis nomor: 2860, Al-Baihaqi
(4/293), dishahihkan Al-Albani dalam Al-Irwâ‘, juz/halaman: 4/107).

11
6. Puasa Dawud

Berdasarkan hadis yang datang dari Abdullah bin Amr bin al-‗Ash radhiyallâhu ‗anhu,
bahwa Rasulullah shallallâhu ‗alaihi wasallam bersabda :

ً‫انصُاو إن‬ ‫الة او كاٌ أ‬ ‫انصالة إنً ا‬ ‫ُاو او كاٌ َصىو َىيا وَفطر َىيا وأ‬ ‫ا‬
‫انهُم وَقىو ه ه وَُاو سدسه‬ ‫َُاو َص‬

―Puasa yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah puasa Dawud, beliau berpuasa sehari
dan berbuka sehari. Dan shalat yang paling dicintai Allah adalah shalat(nya) Dawud,
beliau tidur di pertengahan malam, lalu bangun (shalat) pada sepertiga malam, dan
tidur pada seperenamnya.‖ (HR al-Bukhari, hadis nomor: 3238, dan Muslim, hadis
nomor: 1159)

Dalam riwayat lain beliau (Nabi Muhammad) shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ى َىيا وأ طر َىيا‬ ‫ىو او عهُه ان الو طر اند ر‬ ‫ىو ى‬ ‫ال‬

―Tidak ada puasa (yang lebih utama) di atas puasa Dawud ‘alaihis salâm, setengah
tahun, berpuasalah sehari dan berbukalah sehari.‖ (HR al-Bukhari, hadis
nomor: 1879, Muslim, hadis nomor: 1159, dari ‗Abdullah bin ‗Amr bin al-‗Ash)

7. Puasa di Bulan Sya‘ban

Di antara bulan yang dianjurkan memperbanyak puasa adalah dibulan sya‘ban.


Berdasarkan hadis ‗Aisyah radhiyallâhu ’anhâ bahwa beliau berkata:

‫ُاو هر ق إال ريضاٌ ويا رأَخه ٍ هر ويا رأَج رس‬ ‫هً ا عهُه وسهى اسخكًم‬ ‫ىل ا‬
ٌ‫ُايا ٍ عبا‬ ‫أك ر يُه‬

―Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam menyempurnakan


puasa sebulan penuh kecuali ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa
yang lebih banyak dari bulan sya’ban,‖ (HR al-Bukhari, hadis nomor: 1868; Muslim,
juz/halaman: 6/33; Malik, juz/halaman: 1/309)

12
Kecuali pada hari-hari terakhir, sehari atau dua hari sebelum Ramadhan, tidak
diperbolehkan berpuasa pada hari itu, terkecuali seseorang yang menjadi hari
kebiasaannya berpuasa maka dibolehkan, seperti seseorang yang terbiasa berpuasa senin
kamis,lalu sehari atau dua hari tersebut bertepatan dengan hari Senin atau Kamis. Hal
ini berdasarkan hadis Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda:

‫ىيا هُصًه‬ ‫ال حقديىا ريضاٌ صىو َىو وال َىيٍُ إال ر م كاٌ َصىو‬

―Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari dan dua hari,
kecuali seseorang yang biasa berpuasa pada hari itu maka boleh baginya berpuasa.‖
(HR Muslim, hadis nomor: 1082)

2.1.5. Haji
Haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan
amalan-amalan ibadah tertentu pula. Haji merupakan rukun Islam yang kelima setelah
syahadat, salat, puasa dan zakat. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan
yang dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan)
dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab
Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Zulhijah). Hal ini
berbeda dengan ibadah umrah yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.
Adapun dalil diperintahkannya berhaji:
ً‫سبِيال‬
َ ‫ع إِلَ ْي ِه‬ ِ ‫اس ِح ُّج ْالبَ ْي‬
َ َ ‫ت َه ِي ا ْست‬
َ ‫طا‬ َ ِ‫ِين َو َهي دَ َخلَهُ َكاىَ ِآهنا ً َو ِ ّلِل‬
ِ َّ‫علَى الن‬ َ ‫فِي ِه آيَاتٌ بَ ِيّـنَاتٌ َّهقَا ُم إِب َْراه‬
َ‫ع ِي ْالعَالَ ِويي‬
َ ‫ي‬ٌّ ِ‫غن‬َ ‫َو َهي َكفَ َر فَإ ِ َّى هللا‬
Artinya: ―Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;
barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan
perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya
Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.‖ (QS. Al-Imran: 97)

Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Zulhijah ketika umat Islam bermalam
di Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9 Zulhijah, dan berakhir
setelah melempar jumrah (melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal 10 Zulhijah.
Masyarakat Indonesia lazim juga menyebut hari raya Idul Adha sebagai Hari Raya Haji

13
karena bersamaan dengan perayaan ibadah haji ini. Ibadah haji hanya diwajibkan sekali
seumur hidup. Selebihnya, merupakan sunah.

SYARAT WAJIB HAJI


1. Islam 3. Baligh 5. Mampu
2. Berakal 4. Merdeka
Kelima syarat di atas adalah syarat yang disepakati oleh para ulama. Sampai-sampai
Ibnu Qudamah dalam Al Mughni berkata, ―Saya tidak mengetahui ada khilaf
(perselisihan) dalam penetapan syarat syarat ini.‖ (Al Mughni, 3:164)
Catatan:
1. Seandainya anak kecil berhaji, maka hajinya sah. Namun hajinya tersebut dianggap
haji tathowwu‘ (sunnah). Jika sudah baligh, ia masih tetap terkena kewajiban haji.
Hal ini berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma‘).
2. Syarat mampu bagi laki-laki dan perempuan adalah: (a) mampu dari sisi bekal dan
kendaraan, (b) sehat badan, (c) jalan penuh rasa aman, (d) mampu melakukan
perjalanan.
3. Mampu dari sisi bekal mencakup kelebihan dari tiga kebutuhan: (1) nafkah bagi
keluarga yang ditinggal dan yang diberi nafkah, (2) kebutuhan keluarga berupa
tempat tinggal dan pakaian, (3) penunaian utang. 4. Syarat mampu yang khusus
bagi perempuan adalah: (1) ditemani suami atau mahrom, (2) tidak berada dalam
masa ‗iddah.

SYARAT SAHNYA HAJI


1. Islam
2. Berakal
3. Miqot zamani, artinya haji dilakukan di waktu tertentu (pada bulan-bulan haji),
tidak di waktu lainnya. ‗Abullah bin ‗Umar, mayoritas sahabat dan ulama
sesudahnya berkata bahwa waktu tersebut adalah bulan Syawwal, Dzulqo‘dah, dan
sepuluh hari (pertama) dari bulan Dzulhijjah.
4. Miqot makani, artinya haji (penunaian rukun dan wajib haji) dilakukan di tempat
tertentu yang telah ditetapkan, tidak sah dilakukan tempat lainnya. Wukuf
dilakukan di daerah Arafah. Thowaf dilakukan di sekeliling Ka‘bah. Sa‘i dilakukan
di jalan antara Shofa dan Marwah. Dan seterusnya.

14
2.2. KIAT MENERAPKAN RUKUN ISLAM DALAM KEHIDUPAN

Agar rukun Islam dapat dilaksanakan dalam kehidupan, ada beberapa cara yang
perlu kita terapkan :

1. Mempelajari setiap rukun Islam secara baik.


2. Membuat jadwal aktivitas ibadah dan mengevaluasinya setiap hari. Apakah saya
telah melaksanakan sholat ? Apakah saya sudah mulai melaksanakan sholat di
masjid ? Apakah saya mulai melaksanakan sholat-sholat sebagai tambahan dari
sholat wajib ? Apakah saya sudah menzakatkan harta yang saya miliki ? Dst …Lalu
lakukan evaluasi menjelang subuh setelah anda sholat tahajjud. Sambil
mengucapkan istighfar meenung akan kekurangan dan kesalahan yang dilakukan
sehari, kita bertekad untuk terus meningkatkan kualitas ibadah yang telah kita
lakukan.
3. Mengikuti majlis untuk saling mengingatkan. Diantara ancaman serius yang
menimpa setiap manusia adalah sering dan mudah lupa. Mengetahui bahwa
manusia memiliki sifat ini, maka Allah memerintahkan kita untuk menghidupkan
majlis saling mengingatkan Allah sangat menyenangi orang yang hidup bersama
dan hanya mencinta karena-Nya. Dan sebaliknya serigala-serigala sangat senang
mengintai mangsa yang menjauh dari rombongannya.

15
BAB III
KESIMPULAN

Rukun islam merupakan tiang agama yang menunjukkan identitas diri bahwa
kita adalah muslim. Rukun islam ada 5 yaitu: Mengucapkan 2 kalimat Syahadat,
Menegakkan Shalat, Menunaikan Zakat, Puasa, dan Haji. Rukun Islam juga sebagai
sarana untuk membersihkan hati dan memperoleh derajat taqwa. Di masa sekarang ini
kita sebagai seorang muslim harus dapat mengimplementasikan rukun islam dalam
kehidupan sehari-hari agar tidak mudah terpengaruh kedalam pergaulan bebas sehingga
kita dapat menjadi pribadi yang berakhlak baik dan menjadi seorang muslim yang
seutuhnya. Dengan melaksanakan rukun Islam secara baik, diharapkan benteng Islam
akan menjadi kokoh.

Agama Islam diibaratkan oleh Rasulullah SAW, seperti sebuah kemah yang
disangga oleh lima tiang. Tiang tengahnya adalah kalimat syahadat, dan empat tiang
lainnya adalah tiang-tiang pendukung pada setiap penjuru kemah itu. Tanpa tiang
tengah, kemah itu tidak akan berdiri tegak. Apabila salah satu dari keempat tiang
lainnya tidak ada, kemah tetap berdiri tetapi sudut yang tidak bertiang itu akan menjadi
miring dan mungkin akan rubuh1.

1
Muhammad Maulana, Himpunan Fadhilah Amal, 2006 hal 91.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ikadi Gresik. ―Esensi Rukun Islam dan Penerapannya dalam Kehidupan ―. 16 Januari
2010. http://ikadigresik.blogspot.co.id/2010/01/esensi-rukun-islam-dan-
penerapannya.html [2 Oktober 2016]

harian.xyz . ―Pengertian 5 Rukun Islam dan Penjelasannya Lengkap―. 27 Oktober 2015.


http://harian.xyz/2015/10/pengertian-5-rukun-islam-dan-penjelasannya-lengkap.html [2
Oktober 2016]

Asmaul Husna. ―Rukun Islam dan Penjelasannya‖. Juni 2015. http://www.asmaul-


husna.com/2015/06/rukun-islam-dan-penjelasannya.html [2 Oktober 2016]

Haryanto, Muhsin. ―7 Puasa Sunnah‖. 16 Desember 2010.


http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/7-tujuh-puasa-sunnah/ [2 Oktober 2016]

Yuk Tunaikan Umrah dan Haji. ―Ali-Imran 97‖. 03 April 2011.


http://yuktunaikanumrahdanhaji.blogspot.co.id/2011/04/ali-imran-97.html [2 Oktober
2016]

https://id.wikipedia.org/wiki/Rukun_Islam [2 Oktober 2016]

17

Anda mungkin juga menyukai