Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Inkontinensia urine merupakan eliminasi urin dari kandung kemih

yang tidak terkendali atau terjadi di luar keinginan. Jika inkontinensia urine

terjadi akibat kelainan inflamasi (sistisis), mungkin sifatnya hanya sementara.

Namun, jika kejadian ini timbul karena kelainan neurologi yang serius

(paraplegia), kemungkinan besar sifatnya akan permanen (Brunner &

Suddarth, 2002).

Inkontinensia urine merupakan salah satu keluhan yang sering dialami

oleh lansia, yang biasanya disebabkan oleh penurunan kapasitas kandung

kemih dan berkurangnya kemampuan tahanan otot lurik pada uretra karena

perubahan fisiologis pada lansia (Darmojo & Soetojo, 2006).

Data di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 10-12 juta orang dewasa

mengalami inkontinensia urine. Penduduk dunia sekitar 200 juta mengalami

inkontinensia urin (Data dari WHO, dalam Collein, 2012). Penderita

inkontinensia mencapai 13 juta dengan 85% diantaranya perempuan di

Amerika Serikat. Sekitar 50% usia lanjut di instalasi perawatan kronis dan

11–30% di masyarakat mengalami inkontinensia urine. Prevalensinya

meningkat seiring dengan peningkatan umur. Perempuan lebih sering

mengalami inkontinensia urine dari pada laki–laki dengan Perbandingan 1,5:1

(Yuliana, 2011).

1
2

Berdasarkan data di Indonesia sendiri, survey Inkontinensia Urine

yang dilakukan oleh Devisi Geriatric Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah

Sakit Umum Dr. Cipto Mangunkusumo pada 208 orang usia lanjut

dilingkungan pusat santunan keluarga di Jakarta (2002), mendapatkan angkan

kejadian Inkontinensia Urine tipe stress sebesar 32.2 %. Sedangkan penelitian

dilakukan di poli Geriatri RS Dr. Sadjito didapatkan angka prevalensi

Inkontinensia Urine sebesar 14.47 % (Setiati dan Pramantara, 2007).

Di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika Mataram. Berdasarkan

hasil pencatatan medical reccorde jumlah penderita inkontinensia urine yang

dirawat tiga tahun terakhir ini, yaitu pada tahun 2016 berjumlah 1 orang

dengan perincian jenis kelamin laki-laki berjumlah 1 orang (0,1%) dan

perempuan berjumlah 0 orang (0%). pada tahun 2017 dengan jumlah

penderita 1 orang dengan perincian jenis kelamin laki-laki berjumlah 0 orang

(0 %) dan perempuan 1 orang (0,1%). Pada tahun 2018 dengan jumlah

penderita 1 orang dengan perincian jenis kelamin laki-laki berjumlah 0 orang

(0%) dan perempuan berjumlah 1 orang (0,1%). (Data Penyakit BSLU

“Mandalika” Mataram, 2018).

Penambahan berat dan tekanan selama kehamilan dapat

menyebabkan melemahnya otot dasar panggul karena di tekan selama

Sembilan bulan. Proses persalina juga dapat membuat otot – otot dasar

panggul rusak akibat regangan otot dan jaringan penunjang serta robekan

jalan lahir, sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya Inkontinensia

Urin. Faktor jenis kelamin berperan terjadinya Inkontinensia Urin khususnya

pada wanita karena menurunnya kadar hormone estrogen pada di usia


3

menopause akan terjadi penurunan tonus otot vagina dan otot pintu saluran

kemih (uretra), sehingga menyebabkan terjadinya Inkontinensia Urine.

Resiko inkontinensia urine meningkat pada wanita dengan nilai indeks massa

tubuh yang lebih besar, riwayat histerektomi, infeksi urin, dan trauma

perineal. Gejala inkontinensia urine yang biasanya terjadi adalah kencing

sewaktu batuk, mengedan, tertawa, bersin, berlari serta perasaan ingin

kencing yang mendadak, kencing berulang kali dan kencing di malam hari

(Brunner & Suddart, 2002).

Berdasarkan uraian diatas adapaun cara untuk mengurangi masalah

Inkontinensia Urine yang dapat dilakukan oleh perawat adalah : pemanfaatan

kartu catatan berkemih dengan tujuan yang dicatat pada waktu berkemih dan

jumlah Urine yang keluar karena tak tertahan, selain itu dicatat pula waktu,

jumlah dan jenis minuman yang diminum. Terapi non farmakalogi adapun

terapi yang dapat dilakukan adalah : melakukan latihan menahan kemih

(memperpanjang interval waktu berkemih) dengan teknik relaksasi dan

distraksi sehingga frekuensi berkemih 6-7x/hari. Lansia diharapkan dapat

menahan keinginan untuk berkemih bila belum waktunya. Terapi farmakologi

seperti obat-obat yang dapat diberikan pada Inkontinensia Urine.

Muller (dikutip dalam Aspiani 2014).


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka permasalahan yang dapat

dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah Penerapan Asuhan

Keperawatan Gerontik Pada Klayan Lansia Dengan Diagnosa Medis

Inkontinensia Urine Di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika Mataram”

C. Tujuan Penulis

Adapun tujuan penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah

sebagai berikut :

1. Tujuan Umum :

Penulis dapat menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klayan Lansia

dengan diagnosa medis Inkontinensia Urine dengan menggunakan proses

keperawatan.

2. Tujuan Khusus :

Penulis mampu :

a. Menjelaskan konsep dasar lanjut usia mulai dari pengertian,

batasan-batasan pada lanjut usia, teori-teori proses penuaan,

perubahan fisiologi pada lanjut usia, dan perubahan psikologis pada

lanjut usia.

b. Menjelaskan konsep dasar Inkontinensia Urine mulai dari

pengertian, anatomi dan fisiologi, klasifikasi, etiologi,

pathofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang,

penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan.

c. Melakukan pengkajian pada Klayan Lansia dengan Diagnosa

Medis Inkontinesia Urine.


5

d. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Klayan Lansia dengan

Diagnosa Medis Inkontinensia Urine.

e. Menyusun rencana keperawatan pada Klayan Lansia dengan

Diagnosa Medis Inkontinensia Urine.

f. Melaksanakan tindakan keperawatan pada Klayan Lansia dengan

Diagnosa Medis Inkontinensia Urine.

g. Melakukan evaluasi keperawatan pada Klayan Lansia dengan

Diagnosa Medis Inkontinensia Urine.

h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Klayan Lansia

dengan Diagnosa Medis Inkontinensia Urine

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

a. Manfaat Bagi Mahasiswa

Meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam penerapan asuhan

keperawatan khususnya Klayan Lansia dengan diagnosa medis

Inkontinensia Urine.

b. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai kajian pustaka dan

pengembangan ilmu keperawatan khususnya bidang keperawatan

gerontik.
6

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Lahan Praktek dan Masyarakat

Khususnya bagi bahan masukan dalam penerapan asuhan

keperawatan khususnya pada Klayan Lansia dengan diagnosa medis

Inkontinensia Urine.

b. Manfaat Bagi Klayan

Meningkatkan pengetahuan klayan lansia dalam asuhan dan

pencegahan khususnya Inkontinensia Urine.

E. Waktu dan Tempat

1. Waktu

Waktu pengambilan kasus asuhan keperawatan gerontik pada

klayan dengan diagnosa medis Inkontinensia Urine akan di

laksanakan pada bulan Desember 2018.

2. Tempat

Tempat pengambilan kasus asuhan keperawatan gerontik pada

klayan dengan diagnosa medis Inkontinensia Urine di Balai sosial

Lanjut usia Mandalika Nusa Tenggara Barat.

Anda mungkin juga menyukai