Anda di halaman 1dari 9

HIDROLISIS AMPAS TEBU MENJADI FURFURAL

DENGAN KATALISATOR ASAM SULFAT


Ganjar Andaka
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri,
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Jl. Kalisahak 28 Komplek Balapan Yogyakarta 55222
email: ganjar_andaka@akprind.ac.id

ABSTRACT
Hydrolysis of bagasse in the presence of sulfuric acid catalyst to produce fulfural was
studied. This objective of this work was to study the effects of reaction temperature and reaction
time on yield of furfural.
The experiment were conducted by reacting bagasse with sulfuric acid in a three neck flask
sized 500 mL equipped with stirrer, heater, condenser and thermometer. The reaction condition
studied were reaction temperature ranging from 80ºC to 100ºC and reaction time from 30 minutes
to 150 minutes. The concentration of furfurals were analyzed to calculate the yield of furfurals.
The analysis of bagasse obtained that the water content of 6.76% and pentosan content of
18.86%. The results of this study shows that yield of furfural reached a maximum at the
temperature of 100oC is 5.07% and the yield of furfural reached a optimum at the reaction time for
120 minutes is 5.67%.

Keywords: bagasse, furfural, hydrolysis, sulfuric acid.

INTISARI
Hydrolisis ampas tebu memakai asam sulfat sebagai katalisator untuk membentuk fulfural
dilakukan dengan mempelajari pengaruh suhu dan waktu reaksi terhadap yield furfural.
Penelitian ini dilakukan dengan mereaksikan ampas tebu dengan asam sulfat di dalam labu
leher tiga berukuran 500 mL yang dilengkapi dengan pengaduk, pemanas, pendingin balik dan
termometer. Proses dijalankan pada variasi suhu antara 80ºC sampai dengan 100ºC dan variasi
waktu reaksi antara 30 menit sampai dengan 150 menit. Konsentrasi furfural yang dihasilkan
dianalisis untuk menghitung yield fulfural.
Dari analisis bahan baku didapatkan bahwa kadar air ampas tebu sebesar 6,76% dan kadar
pentosan sebesar 18,86%. Hasil penelitian menunjukkan yield furfural mencapai titik maksimum
pada suhu 100oC sebesar 5,07% dan yield furfural mencapai titik optimum pada waktu reaksi
hidrolisis selama 120 menit sebesar 5,67%.

Kata kunci: ampas tebu, furfural, hidrolisis, asam sulfat.

PENDAHULUAN seluruh perkebunan tebu yang ada di


Indonesia merupakan salah satu negara Indonesia, 50% di antaranya adalah
beriklim tropis, sehingga berbagai jenis perkebunan rakyat, 30% perkebunan swasta,
tanaman dapat tumbuh dengan mudah di dan hanya 20% perkebunan negara. Pada
Indonesia. Banyak manfaat yang dapat kita tahun 2004 produksi gula Indonesia
ambil dari tanaman-tanaman tersebut. Salah mencapai 2.051.000 ton hablur (Badan
satunya adalah tanaman tebu (Saccharum Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
officinarum L.). Tebu merupakan salah satu 2007).
jenis tanaman yang hanya dapat ditanam di Tebu yang diperoleh dari perkebunan
daerah yang memiliki iklim tropis. Luas areal pada umumnya diolah menjadi gula di pabrik-
tanaman tebu di Indonesia mencapai 344 pabrik gula. Ampas tebu atau lazimnya
ribu hektar dengan kontribusi utama adalah disebut bagas, adalah hasil samping dari
di Jawa Timur (43,29%), Jawa Tengah proses ekstraksi (pemerahan) cairan tebu.
(10,07%), Jawa Barat (5,87%), dan Lampung Selama ini pemanfaatan ampas tebu (sugar
(25,71%). Pada lima tahun terakhir, areal cane bagasse) yang dihasilkan masih
tebu Indonesia secara keseluruhan terbatas untuk makanan ternak, bahan baku
mengalami stagnasi pada kisaran sekitar 340 pembuatan pupuk (kompos), pulp, particle
ribu hektar (Badan Penelitian dan board dan untuk bahan bakar boiler di pabrik
Pengembangan Pertanian, 2007). Dari gula. Seperti halnya biomassa pada
180 Andaka , Hidrolisis Ampas Tebu Menjadi Furfural dengan Katalisator Asam Sulfat
umumnya, ampas tebu memiliki kandungan (1996) bagas tebu yang dihasilkan dari
polisakarida yang dapat dikonversi menjadi produksi gula jumlahnya 30% dari tebu yang
suatu produk atau senyawa kimia yang dapat diolah, dan menurut Gandana (1982), bagas
digunakan untuk mendukung proses produksi tebu yang dihasilkan dari produksi gula
sektor industri lainnya. Salah satu jumlahnya 31,34% dari tebu yang digiling.
polisakarida yang terdapat dalam ampas Husin (2007) menambahkan, berdasarkan
tebu adalah pentosan. Kandungan pentosan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula
yang cukup tinggi tersebut memungkinkan Indonesia (P3GI) ampas tebu yang
ampas tebu dapat diolah menjadi furfural. dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu
Selain ampas tebu, bahan baku lain yang giling. Namun, sebanyak 60% dari ampas
dapat digunakan untuk memproduksi furfural tebu tersebut dimanfaatkan oleh pabrik gula
adalah tongkol jagung, sekam padi, kayu, sebagai bahan bakar, bahan baku untuk
rami dan sumber lainnya yang mengandung kertas, bahan baku industri kanvas rem,
pentosan. industri jamur, dan lain-lain. Oleh karena itu
Penelitian ini diharapkan akan menjadi diperkirakan sebanyak 45% dari ampas tebu
salah satu usaha untuk meningkatkan nilai tersebut belum dimanfaatkan (Husin, 2007).
guna ampas tebu dan di masa yang akan Kandungan pentosan dalam beberapa bahan
datang dapat berkembang dengan baik. baku ditunjukkan dalam Tabel 1.
Untuk mendapatkan hasil furfural yang
maksimal perlu diketahui faktor-faktor yang Tabel 1. Kandungan Pentosan dalam
berpengaruh dalam pembuatan furfural dari beberapa bahan baku (Kirk and
ampas tebu. Tujuan dari penelitian ini adalah Othmer, 1955).
untuk mempelajari pengaruh suhu reaksi dan Kandungan
Bahan Baku
waktu reaksi terhadap yield furfural yang Pentosan (%)
dihasilkan dari hidrolisis ampas tebu dengan Sekam pohon Oak 22
katalisator asam sulfat. Tongkol jagung 22
Kulit biji kapuk 16,5
Tebu (Saccharum officinarum L.) Batang pohon jagung 17
Tebu ialah suatu tanaman jenis rumput- Kulit biji gandum 17
rumputan, termasuk kelas Monocotyledonae, Bagas 17
ordo Glumiflorae, keluarga Gramineae Sekam padi 12
dengan nama ilmiah Saccharum officinarum Kulit kacang tanah 12
L. Terdapat lima spesies tebu, yaitu
Saccharum spontaneum (glagah), Ampas tebu sebagian besar mengandung
Saccharum sinensis (tebu Cina), Saccharum ligno-cellulose. Panjang seratnya antara 1,7
barberry (tebu India), Saccharum robustum sampai 2 mm dengan diameter sekitar 20
(tebu Irian) dan Saccharum officinarum (tebu μm, sehingga ampas tebu ini dapat
kunyah) (Sastrowijoyo, 1998). Tebu adalah memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi
bahan baku utama dalam pembuatan gula. papan-papan buatan (Husin, 2007). Husin
Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah (2007) menambahkan bahwa bagas
beriklim tropis. Sejak ditanam sampai bisa mengandung air 48-52%, gula rata-rata 3,3%
dipanen, umur tanaman tebu mencapai dan serat rata-rata 47,7%. Serat bagas tidak
kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tanaman dapat larut dalam air dan sebagian besar
tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa terdiri dari selulosa, pentosan, dan lignin.
dan Sumatera. Pada umumnya, pabrik gula di Indonesia
Sifat morfologi tebu diantaranya bentuk memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan
batang konis, susunan antar ruas berbuku, bakar bagi pabrik yang bersangkutan setelah
dengan penampang melintang agak pipih, ampas tebu tersebut mengalami
warna batang hijau kekuningan, batang pengeringan. Disamping untuk bahan bakar,
memiliki lapisan lilin tipis, bentuk buku ruas ampas tebu juga banyak digunakan sebagai
konis terbalik dengan 3-4 baris mata akar, bahan baku pada industri kertas,
warna daun hijau kekuningan, lebar daun 4-6 particleboard, fibreboard, dan lain-lain
cm, daun melengkung kurang dari ½ panjang (Penebar Swadaya, 1992). Ampas tebu juga
daun. Ampas tebu atau lazimnya disebut mengandung polisakarida yang dapat
bagas, adalah hasil samping dari proses dikonversi menjadi produk atau senyawa
ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Dari satu kimia untuk mendukung proses produksi
pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar 35 – sektor industri lainnya. Salah satu
40% dari berat tebu yang digiling (Penebar polisakarida yang ada dalam ampas tebu
Swadaya, 1992). Sedangkan menurut Mui
Jurnal Teknologi, Volume 4 Nomor 2, Desember 2011, 180-188 181
ialah pentosan dengan persentase sebesar ampas tebu) lewat 2 tahap reaksi, yaitu
20-27%. hidrolisis dan dehidrasi. Untuk itu, biasanya
Kandungan pentosan yang cukup tinggi digunakan bantuan katalis asam, misalnya
tersebut memungkinkan ampas tebu untuk asam sulfat, asam nitrat dan lain-lain. Secara
diolah menjadi furfural. Furfural memiliki komersial, pembuatan furfural dapat
aplikasi cukup luas dalam beberapa industri berlangsung dalam siklus batch maupun
dan dapat disintesis menjadi turunan- kontinyu. Kegunaan furfural dalam industri
turunannya seperti furfuril alkohol, furan, dan antara lain sebagai: Bahan kimia intermediet
lain-lain. Kebutuhan furfural dan turunannya (chemical intermediate), misalnya untuk
dalam negeri terus meningkat. Saat ini bahan baku adiponitril [CN(CN2)4CH], furfuril
seluruh kebutuhan furfural dalam negeri alkohol, metil furan, pirrole, pidin, asam
diperoleh melalui impor. Impor furfural furoat, hidro furamid, dan tetrahidrofurfuril
terbesar diperoleh dari Cina yang saat ini alkohol; selective solvent dalam pemurnian
menguasai 72% pasar furfural dunia. minyak bumi maupun minyak nabati;
Tabel 2. Komposisi penyusun ampas tebu pembuatan resin, misalnya fenol-aldehid
(Kirk and Othmer, 1955). (fenol-furfural); zat penghilang warna untuk
Kandungan wood resin pada industri sabun, vernish, dan
Komponen kertas (Kirk and Othmer, 1955); resin pelarut
(% berat)
dan agensia pembasah dalam industri
Ampas tebu basis basah
pembuatan roda pengasah dan lapisan rem;
Serat Sellulose 25 – 40
dan untuk medium distilasi ekstraksif sebagai
Air 40 – 55
salah satu proses utama dalam pembuatan
Gula 6 – 10
butadiena dari petroleum (Suharto, 2006).
Albuminoid dan Getah 0,1 – 0,15
Beberapa bahan sisa pertanian seperti
Ampas tebu basis kering
tongkol jagung, kulit biji kapas, kulit kacang
Hidrogen (H) 5,5 – 6,6
tanah, ampas tebu, kulit biji gandum, dan
Oksigen (O) 45 – 49
sekam padi mengandung pentosan yang
Karbon (C) 43 – 47
apabila dihidrolisis akan menghasilkan
Abu 1,5 – 3,0
furfural (Kirk and Othmer, 1955). Proses
pembuatan furfural biasanya dilakukan dalam
Furfural dua tahap, yaitu proses perebusan dan
Furfural (C5H4O2) atau sering disebut pengambilan atau pemindahan hasil (Kirk
dengan 2-furankarboksaldehid, furanaldehid, and Othmer, 1955). Pada proses yang
2-furfuraldehid, furaldehid, merupakan dilakukan di Quaker Oats Company, Cedan
senyawa organik turunan dari golongan Rapids, Iowa, USA, bahan baku limbah
furan. Senyawa ini berfase cair berwarna pertanian dan katalisator dimasukkan ke
kuning hingga kecoklatan dengan titik didih dalam suatu alat yang mempunyai kapasitas
161,5oC, berat molekul sebesar 96,086 5000 liter sekali isi. Kemudian dimasukkan
g/gmol, dan densitas pada suhu 20oC adalah uap air ke dalam tangki perebus supaya
1,16 g/cm3. Furfural merupakan senyawa tekanan mencapai 60 psi lalu kran dibuka,
yang kurang larut dalam air, namun larut steam keluar bersama furfural yang terbentuk
dalam alkohol, eter, dan benzena (Kirk and dan disimpan pada kolom pemisah
Othmer, 1955). (Groggins, 1958). Hasil furfural dalam industri
berwarna kuning terang sampai coklat.
HC CH Beberapa faktor penting yang berpengaruh
terhadap pembuatan furfural dari ampas tebu
adalah:
HC C CHO a. Konsentrasi katalisator.
Hasil furfural akan bertambah dengan
O
semakin besarnya konsentrasi katalisator
Gambar 1. Rumus struktur furfural. yang digunakan. Hal ini disebabkan oleh
bertambahnya jumlah pereaksi yang
Furfural memiliki aplikasi yang cukup luas teraktifkan sehingga konstanta kecepatan
terutama untuk mensintesis senyawa- reaksi menjadi besar dan kecepatan reaksi
senyawa turunannya. Di dunia hanya 13% bertambah cepat pula. Tetapi setelah
saja yang langsung menggunakan furfural mencapai kosentrasi asam yang optimum
sebagai aplikasi, selebihnya disintesis maka hasil furfural akan menurun. Hal ini
menjadi produk turunannya (Witono, 2005). disebabkan karena peruraian furfural
Furfural dihasilkan dari biomassa (contohnya menjadi asam furoat sebagai hasil dari
182 Andaka , Hidrolisis Ampas Tebu Menjadi Furfural dengan Katalisator Asam Sulfat
pemecahan gugus aldehid dan terbentuk juga semakin besar. Sehingga, sesuai
sejenis damar yang berwarna hitam dengan persamaan Arhenius yaitu semakin
(Dunlop, 1948). kecil ukuran butir maka nilai A (faktor
b. Suhu reaksi. frekuensi tumbukan) semakin besar
Reaksi akan berjalan cepat apabila suhu sehingga nilai konstanta kecepatan reaksi
dinaikkan. Hal ini karena gerakan-gerakan akan semakin besar pula.
molekul menjadi lebih cepat dengan Reaksi pembentukan furfural merupakan
bertambahnya suhu reaksi. Kecepatan reaksi berurutan (seri) dan dapat dinyatakan
reaksi hidrolisis akan meningkat hampir 2 sebagai berikut:
kali untuk setiap kenaikan suhu 10oC (C5H10O5)n + H2O ⎯⎯→
H +
n HOCH2(CHOH)3CHO
(Groggins, 1958). Dengan menggunakan
suhu tinggi dapat digunakan kosentrasi Pentosan Pentosa
asam yang rendah dan waktu yang
diperlukan menjadi lebih singkat. HOCH2(CHOH)3CHO ⎯⎯→
H +
(CH)3COCHO +3H2O
Sedangkan suhu yang rendah akan H2O
menyebabkan konsentrasi asam yang Pentosa Furfural Air
digunakan lebih tinggi.
c. Waktu reaksi. Perolehan furfural menurut persamaan reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka hasil di atas secara stoikiometri adalah 73 gram
yang diperoleh akan bertambah besar per 100 gram pentosan (Suharto, 2006).
karena pentosan yang berkontak dengan Asam sebagai katalisator yang membantu
asam lebih lama. Tetapi pertambahan hasil kerja air dalam proses hidrolisis mempunyai
furfural tidak berbanding lurus dengan pengaruh yang besar terhadap hasil furfural.
penambahan waktu proses karena terlalu Dengan naiknya konsentrasi asam yang
lama waktu reaksi dapat menimbulkan ditambahkan sampai pada konsentrasi yang
terbentuknya sejenis damar. optimum maka hasil furfural akan bertambah
d. Kecepatan pengadukan. besar. Banyaknya hasil furfural juga
Hasil furfural akan semakin besar dengan dipengaruhi oleh lamanya waktu reaksi. Hasil
semakin besarnya kecepatan pengadukan. furfural akan semakin meningkat dengan
Hal ini karena dengan adanya pengadukan semakin lamanya waktu reaksi sampai pada
akan menambah jumlah tumbukan antara waktu optimum (Groggins, 1958)
molekul-molekul zat pereaksi sehingga nilai Furfural dapat dioksidasi dengan senyawa
frekuensi tumbukan (A) pada persamaan permanganat dan bikromat menghasilkan
Arrhenius bertambah besar. Persamaan asam furoat.
Arrhenius:
k = Ae–E/RT
dengan k adalah konstanta kecepatan
reaksi, A adalah faktor frekuensi tumbukan,
E adalah energi aktivasi, R adalah
konstanta gas umum, dan T adalah suhu Furfural Asam Furoat
absolut. Menurut Arnold and Buzzard (2003),
Dengan naiknya nilai A (faktor frekuensi kinetika reaksi hidrolisis pembentukan
tumbukan) maka bertambah pula nilai k furfural dari pentosan dalam bahan baku
(konstanta kecepatan reaksi) (Groggins, ampas tebu dengan katalisator asam sulfat
1958). dapat dinyatakan sebagai berikut:
e. Pengaruh rasio larutan dengan padatan.
(C5H8O4)n + n H2O ⎯⎯→
k
Pengaruh rasio larutan dengan padatan
0
n C5H10O5
akan berpengaruh terhadap hasil furfural.
C5H10O5 ⎯⎯→ k
Hal ini dikarenakan jika volume larutan 1
C5H4O2 + H2O
semakin besar maka hasil furfural yang
diperoleh semakin besar. Dengan volume Persamaan kinetika reaksi sebagai berikut:
larutan yang semakin besar maka
kemungkinan terjadinya tumbukan antar dC pa
molekul pentosan dengan molekul air = k 0 C pn − k1 C pa
semakin besar.
dt
f. Pengaruh kehalusan bahan. dengan Cpa adalah konsentrasi pentosa, Cpn
Semakin kecil ukuran butir maka semakin adalah konsentrasi pentosan, k0 adalah
luas bidang persentuhan antar zat konstanta kecepatan pembentukan pentosa,
pereaksi, sehingga kontak antar molekul
Jurnal Teknologi, Volume 4 Nomor 2, Desember 2011, 180-188 183
dan k1 adalah konstanta kecepatan Gambar 2. Rangkaian alat penelitian.
pembentukan furfural. Pelaksanaan Penelitian
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik Cara kerja penelitian meliputi 2 tahap
suatu hipotesis bahwa ampas tebu yaitu persiapan bahan baku dan proses
mengandung pentosan sehingga dapat hidrolisis.
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan a. Persiapan bahan baku.
furfural dengan cara hidolisis menggunakan Bahan baku pembuatan furfural yang
larutan yang mengandung asam sulfat digunakan adalah ampas tebu. Ampas tebu
sebagai katalisator. Dengan suhu reaksi dicuci dengan air bersih agar kotoran-
yang relatif tinggi dan waktu reaksi hidrolisis kotoran atau bahan lain yang tidak
yang lama akan meningkatkan perolehan dikehendaki dapat hilang. Setelah bersih,
yield furfural. kemudian dijemur di bawah sinar matahari,
dan setelah kering dihaluskan dan diayak.
METODE PENELITIAN Sebagian bubuk ampas tebu dianalisis
Bahan Baku kadar air dan kadar pentosannya sesuai
a. Ampas tebu, didapatkan dari penjual sari metode yang ditulis oleh Sudarmadji dkk.
tebu di sekitar kota Yogyakarta. (1997).
b. Asam sulfat (H2SO4) dengan konsentrasi b. Proses hidrolisis.
sebesar 98% dibeli di Toko Kimia Chemix Bahan baku ampas tebu yang telah digiling
Yogyakarta. halus ditimbang sebanyak 5 gram, lalu
Bahan Pembantu dimasukkan ke dalam labu leher tiga yang
a. Aquadest diperoleh dari Laboratorium sudah berisi larutan asam sulfat dengan
o
Proses Kimia dengan sifat fisis pada 29 C volume 150 mL dan konsentrasi sebesar
mempunyai densitas (ρ) sebesar 12%. Rangkaian alat disiapkan kemudian
0,9959761 g/cm3 dan viskositas (μ) pemanas listrik dan motor pengaduk
sebesar 0,008180 g/cm.det. dihidupkan, serta pendingin balik
b. Natrium bisulfit, NaHSO3, berwujud dijalankan. Proses dijalankan pada variasi
padatan berwarna putih, dibeli di Toko suhu antara 80oC sampai 100oC (untuk
Kimia Chemix Yogyakarta. variabel suhu reaksi). Waktu reaksi
c. Asam khlorida, HCl, dengan konsentrasi divariasi antara 30 menit sampai 150 menit
37% dibeli di Toko Kimia Chemix (untuk variabel waktu reaksi). Perhitungan
Yogyakarta. waktu reaksi dimulai pada saat suhu reaksi
d. Indikator amylum, diperoleh dari Toko tersebut tercapai. Setelah variasi waktu
Kimia Chemix Yogyakarta. yang dikehendaki tercapai, pemanas listrik
e. Iodium dengan konsentrasi 0,107 N, dibeli dan motor pengaduk dimatikan dan hasil
di Toko Kimia Chemix Yogyakarta. reaksi dibiarkan dingin sampai suhu kamar.
Rangkaian Alat Setelah dingin, cairan dan padatan yang
a. Satu set rangkaian alat hidrolisis (Gambar terdapat di dalam labu leher tiga disaring
2). dengan menggunakan saringan hisap dan
b. Alat pembantu filtrat yang diperoleh dianalisis kadar
- Kertas saring - Timbangan elektrik fulfuralnya.
- Oven - Corong gelas
- Gelas arloji - Buret Prosedur Analisis
- Eksikator - Labu Erlenmeyer Analisis Bahan Baku
- Gelas piala - Piknometer a. Menentukan kadar air.
- Saringan Hisap Gelas arloji dimasukkan ke dalam oven
selama 30 menit pada suhu 110oC.
3 Kemudian dimasukkan ke dalam eksikator
selama 20 menit lalu dilakukan
7 penimbangan. Pekerjaan ini dilakukan
berulang-ulang sampai didapatkan berat
6 gelas arloji yang konstan. Lima gram
4
ampas tebu dimasukkan ke dalam botol
timbang lalu dipanaskan di dalam oven
1
5
pada suhu 105 – 110oC selama 3 – 5 jam.
Kemudian bahan dimasukkan ke dalam
2
eksikator. Setelah itu sampel ditimbang.
Pengeringan dan penimbangan diulangi
sampai didapatkan berat sampel yang
184 Andaka , Hidrolisis Ampas Tebu Menjadi Furfural dengan Katalisator Asam Sulfat
konstan. Perhitungan kadar air mengacu ditetesi dengan larutan anilin dan asam
pada metode Sudarmadji dkk. (1997). asetat. Apabila terjadi warna kemerah-
b. Menentukan kadar pentosan. merahan berarti sampel mengandung
Ampas tebu sebanyak 5 gram dimasukkan furfural. Perubahan warna dari kuning
ke dalam tabung distilasi 500 mL, lalu kecoklatan menjadi merah tua dengan
ditambahkan larutan asam khlorida 12% penambahan pereaksi anilin asetat
sebanyak 100 mL, kemudian dipanaskan. disebabkan terjadi kondensasi antara furfural
Pemanasan mula-mula dijalankan secara dengan anilin membentuk senyawa dianil
perlahan. Setelah itu diambil hasil sulingan hidroksiglukoat dialdehida yang berlangsung
sebanyak 30 mL, lalu ke dalam tabung dua tahap. Tahap pertama adalah
distilasi dimasukkan larutan asam khlorida pembentukan warna kuning selanjutnya
12% sebanyak 30 mL dan proses bereaksi dengan anilin kedua, sehingga
dijalankan kembali. Bila larutan di dalam terjadi pemecahan cincin furfural dan
tabung distilasi sudah banyak teruapkan pembentukan dialdehida (Hidajati, 2006).
maka ditambahkan larutan asam khlorida Untuk analisis kuantitatif, furfural dapat
12% sebanyak 30 mL lagi dan proses ditentukan secara volumetrik dengan
dijalankan hingga didapatkan volume beberapa reagent seperti hydroxylamine,
distilat sebanyak 360 mL. Distilat yang potassium bisulfite, dan phenyl-hydrazine
terkumpul ditambahkan 1 gram serta dapat dilakukan lebih baik dengan
phloroglucinol dan ditambahkan asam beberapa modifikasi metode analisis bromine
khlorida 12% hingga volumenya menjadi secara berlebih (Hughes and Acree, 1937).
400 mL. Larutan tersebut dibiarkan selama Analisis secara kuantitatif dilakukan dengan
1 malam hingga didapatkan endapan cara mengambil filtrat yang terbentuk
berwarna hitam (furfural phloroglucid). sebanyak 15 mL larutan filtrat dan
Kemudian dilakukan penyaringan dengan ditambahkan dengan 20 mL natrium bisulfit
saringan hisap dan dicuci dengan 150 mL 0,1 N. Kemudian larutan dikocok dan
aquadest. Endapan yang terdapat di kertas didiamkan selama 15 – 20 menit agar furfural
saring dikeringkan dalam oven selama 4 bereaksi dengan natrium bisulfit. Setelah itu
jam pada suhu 100oC. Setelah kering, lalu larutan dititrasi dengan iodium yang
bahan didinginkan dan ditimbang. normalitasnya sudah diketahui, misalnya
Pengeringan dan penimbangan dilakukan diperlukan titrasi sebanyak V1 mL iodium
berulang-ulang hingga didapatkan berat (dengan indikator amylum).
konstan (misal w gram). Menurut Griffin Sebagai pembanding, dibuat blangko dari
(1927) perhitungan berat pentosan natrium bisulfit sebanyak 20 mL kemudian
dilakukan dengan menggunakan rumus dititrasi dengan larutan iodium yang kadar
yang diberikan oleh Horber: normalitasnya sama dan ditambahkan
¾ Bila berat phloroglucid, w lebih kecil dari indikator amylum. Misalnya diperlukan
0,030 gram maka berat pentosan = (w + larutan iodium sebanyak V2 mL. Menurut
0,0052) × 0,8949 gram Dunlop (1948) dan Dunlop and Trymble
¾ Bila berat phloroglucid, w lebih besar dari (1939) untuk mengetahui besarnya yield
0,300 gram maka berat pentosan = (w + furfural dapat menggunakan rumus sebagai
0,0052) × 0,8824 gram berikut:
¾ Bila berat phloroglucid, w antara 0,030 – m
0,300 gram maka berat pentosan = (w + × (V2 − V1 ) × N × 48,04
Yield furfural = n × 100%
0,0052) × 0,8866 gram berat ampas tebu (mg)
Persentase berat pentosan dalam bahan
baku (ampas tebu) dapat dihitung dengan dengan:
persamaan sebagai berikut: 48,04 = berat setara furfural (mg/mgrek)
berat pentosan (g) V1 = volume iodium hasil titrasi sampel (mL)
Kadar pentosan = ×100%
berat ampas tebu (g) V2 = volume iodium hasil titrasi blangko (mL)
N = normalitas iodium (mgrek/mL)
Analisis Hasil n = volume sampel (mL)
Analisis hasil secara kualitatif dilakukan m = volume hasil reaksi keseluruhan (mL)
dengan cara membuat larutan anilin dan
asam asetat dengan perbandingan volume HASIL DAN PEMBAHASAN
1:1. Kemudian dipersiapkan sampel yang Dari hasil analisis bahan baku ampas
akan dianalisis dengan meletakkan sampel di tebu diperoleh data kadar air sebesar 6,77%
atas gelas arloji. Kemudian sampel tersebut dan kadar pentosan sebesar 18,86%. Hasil
analisis pentosan bahan baku tersebut masih
Jurnal Teknologi, Volume 4 Nomor 2, Desember 2011, 180-188 185
di atas data pustaka yang disebutkan oleh semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan
Kirk and Othmer (1955), bahwa kadar persamaan Arrhenius yang menunjukkan
pentosan untuk ampas tebu sebesar 17% bahwa semakin tinggi suhu reaksi maka
sehingga hasilnya dapat dikatakan cukup konstanta kecepatan reaksi akan semakin
baik. Sedangkan Husin (2007) kadar besar, dan menyebabkan kecepatan reaksi
pentosan ampas tebu sebesar 27%. Hal ini akan semakin bertambah besar pula. Degan
dikarenakan komposisi nutrisi ampas tebu demikian hasil furfural yang didapatkan akan
bervariasi tergantung pada jenis tebu, umur semakin bertambah besar.
tanaman tebu saat dipanen, metode Pada penelitian ini suhu reaksi dibatasi
pemanenan dan efisiensi mesin pengolah hingga batas maksimum 100ºC. Hal ini
tebu menjadi gula (Miksusanti, 2004). dikarenakan titik didih larutan hanya dapat
mencapai titik maksimum pada suhu 102 –
Pengaruh Suhu Reaksi terhadap Hasil 103ºC pada tekanan atmosferis. Peningkatan
Furfural suhu reaksi dapat dilakukan dengan cara
Percobaan pengaruh suhu reaksi menaikkan tekanan operasi di atas tekanan
terhadap yield fulfural dilakukan dengan cara atmosferis. Namun perlu diperhatikan bahwa
o
memvariasi suhu reaksi antara 80 C sampai tekanan operasi yang dapat dicapai harus
o
dengan 100 C, sedang parameter yang disesuaikan dengan ketahanan alat yang
lainnya dibuat tetap, yaitu berat ampas tebu, digunakan. Untuk tekanan operasi yang
waktu reaksi, volume dan konsentrasi asam tinggi dapat digunakan reaktor yang
sulfat, dan kecepatan pengadukan. Kondisi mempunyai ketahanan yang memadai,
operasi pada variabel suhu reaksi dilakukan misalnya berupa autoclave. Tekanan operasi
dengan membuat tetap parameter berat yang tinggi juga dapat meningkatkan titik
ampas tebu, yaitu 5 gram, waktu reaksi 90 didih larutan sehingga energi yang diperlukan
menit (1,5 jam), konsentrasi asam sulfat 12% untuk mencapainya juga meningkat. Efisiensi
sebanyak 150 mL, dan kecepatan pengaduk energi menjadi pertimbangan penting dalam
sebesar 200 rpm (putaran per menit). penentuan tekanan operasi.
Dari grafik yang ditunjukkan Gambar 4,
Tabel 3. Pengaruh suhu reaksi terhadap yield hubungan antara suhu reaksi (x, dalam oC)
furfural. dengan yield furfural (y, dalam %) dapat
Volume Yield dinyatakan dengan persamaan:
Suhu reaksi
o Hasil Furfural y = 0,0876x - 3,5329
( C)
(mL) (%) dengan ralat rerata dari perhitungan sebesar
80 130 3,36 2,58%.
85 128 4,01
90 132 4,37 Pengaruh Waktu Reaksi terhadap Hasil
95 127 4,96 Furfural
100 129 5,07 Percobaan pengaruh waktu reaksi
terhadap yield fulfural dilakukan dengan cara
6
memvariasi waktu reaksi antara 30 menit
5
sampai dengan 150 menit, sedang parameter
yang lainnya dibuat tetap, yaitu berat ampas
Yield (%)

4 tebu, suhu reaksi, volume dan konsentrasi


y = 0.0876x - 3.5329 asam sulfat, dan kecepatan pengadukan.
3 Kondisi operasi pada variabel waktu reaksi
dilakukan dengan membuat tetap parameter
berat ampas tebu, yaitu 5 gram, suhu reaksi
2
75 80 85 90 95 100 105
Suhu Reaksi (ºC) 100ºC, konsentrasi asam sulfat 12%
Gambar 4. Grafik hubungan antara suhu sebanyak 150 mL, dan kecepatan pengaduk
reaksi dengan yield furfural. sebesar 200 rpm (putaran per menit).

Dari Tabel 3 dan Gambar 4 dapat dilihat Tabel 4. Pengaruh waktu reaksi terhadap
bahwa yield furfural mencapai nilai yield furfural.
maksimum pada suhu reaksi 100ºC yaitu Waktu Reaksi Volume Yield
sebesar 5,07%. Hal ini karena pada suhu (menit) Hasil (mL) Furfural (%)
yang tinggi menyebabkan kecepatan reaksi 30 125 3,06
hidrolisis ampas tebu menjadi semakin 60 136 4,01
besar. Dengan demikian semakin tinggi suhu 90 140 5,53
reaksi maka hasil furfural yang didapatkan 120 135 5,67
186 Andaka , Hidrolisis Ampas Tebu Menjadi Furfural dengan Katalisator Asam Sulfat
150 133 5,47
Dari Tabel 4 dan Gambar 5 dapat dilihat Perbandingan Hasil Penelitian dengan
bahwa yield furfural mencapai optimum yang Hasil Teoritis
pada waktu reaksi selama 120 menit, yaitu Perolehan furfural tertinggi dari penelitian
sebesar 5,67%. Hal ini karena semakin lama ini adalah pada waktu reaksi 120 menit
waktu reaksi maka hasil reaksi akan semakin sebesar 283,5 mg untuk setiap 5 gram
bertambah besar sampai semua reaktan ampas tebu kering (yield sebesar 5,67%).
bereaksi semua. Setelah semua reaktan Jika dianggap bahwa setiap 5 gram ampas
habis bereaksi, maka hasil reaksi akan tebu kering mengandung 17% pentosan
cenderung konstan. Demikian juga pada maka terdapat 850 gram pentosan dalam
reaksi hidrolisis ampas tebu menjadi fulfural bahan baku. Konversi teoritis pentosan
ini, setelah waktu optimum tercapai, maka menjadi furfural secara stoikiometri reaksi
yield furfural yang didapatkan cenderung sebesar 73%, maka furfural yang terbentuk
konstan, bahkan untuk pertambahan waktu secara teoritis sebesar 620 mg. Persentase
reaksi selanjutnya menyebabkan yield furfural yang dihasilkan pada penelitian ini
furfural cenderung menurun. Hal ini sebesar 45,69% dari hasil teoritis, yang
disebabkan semakin lama waktu reaksi maka berarti hampir mendekati harapan secara
furfural yang terbentuk mengalami proses teknis. Dari kajian tersebut, upaya perbaikan
degradasi menjadi asam asetat, methanol proses untuk meningkatkan hasil furfural
dan senyawa-senyawa organik lainnya. perlu dilakukan.
Proses degradasi furfural dapat dilihat dari
larutan hasil yang mengandung endapan KESIMPULAN DAN SARAN
damar berwarna hitam. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan perhitungan yang
6 telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
5 1. Ampas tebu mengadung pentosan yang
2
y = -0.0003x + 0.0745x + 0.9502 dapat dihidrolisis menjadi furfural dengan
Yield (%)

4
katalistor asam sulfat.
2. Semakin tinggi suhu reaksi maka yield
furfural akan semakin besar. Pada
3
penelitian ini, hasil furfural mencapai titik
maksimum pada suhu reaksi 100ºC
2
dengan yield sebesar 5,07%.
0 30 60 90 120 150
Waktu Reaksi (menit)
3. Semakin lama waktu reaksi maka hasil
furfural yang terbentuk akan semakin
Gambar 5. Grafik hubungan antara waktu besar. Namun setelah waktu optimum
reaksi dengan yield furfural. tercapai, yield furfural yang didapatkan
cenderung konstan, dan untuk
Terjadinya proses degradasi furfural ini pertambahan waktu reaksi selanjutnya
disebabkan reaksi pembentukan furfural menyebabkan yield furfural cenderung
merupakan reaksi seri dimana senyawa menurun dengan adanya reaksi lanjut.
furfural sebagai intermediate product. Secara Pada penelitian ini, hasil furfural
ringkas reaksinya dapat dituliskan sebagai mencapai titik optimum pada waktu
berikut (Suharto dan Susanto, 2006): reaksi 120 menit dengan yield sebesar
5,67%.
[C5H8O4] + n H2O Æ n C5H10O5
Saran
C5H10O5 Æ C5H4O2 + H2O Produk yang didapatkan dari penelitian ini
masih berupa crude furfural. Untuk
C5H4O2 Æ CH3COOH + CH3OH + lainnya mendapatkan produk furfural menjadi
commercial grade, maka proses pemurnian
Dari grafik yang ditunjukkan Gambar 5, perlu dilakukan lebih lanjut.
hubungan antara waktu reaksi (x, dalam
menit) dengan yield furfural (y, dalam %) DAFTAR PUSTAKA
dapat dinyatakan dengan persamaan: Arnold, D. R., and Buzzard, J. L., 2003, A
y = -0,0003x² + 0,0745x + 3,5329 Novel and Patented Process for
dengan ralat rerata dari perhitungan sebesar Furfural Production, Proceeding of
4,36%.
Jurnal Teknologi, Volume 4 Nomor 2, Desember 2011, 180-188 187
The South African Chemical Engi- Miksusanti, 2004, Pengaruh Penyimpanan
neering Congress. terhadap Struktur Kimia Karbohidrat
Badan Penelitian dan Pengembangan pada Ampas Tebu, Makalah Falsafah
Pertanian, 2007, Prospek dan Arah Sains, Program Pasca Sarjana - S3,
Pengembangan Agribisnis Tebu, Institut Pertanian Bogor.
Edisi 2, Departemen Pertanian, Mui, N.T., 1996, Effect of Management
Jakarta. Practices on Yield and Quality of
Dunlop, A. P., 1948, Furfural Formation and Sugar Cane and on Soil Fertility,
Behavior, Ind. Eng. Chem. Vol. 40, Goat and Rabbit Research Centre,
pp. 204 – 209, The Quaker Oats Son Tay, Ha Tay, Vietnam.
Company, Chicago. Penebar Swadaya, 1992, Pembudidayaan
Dunlop, A. P., and Trymble, F., 1939, Tebu di Lahan Sawah dan Tegalan,
Industrial Methods of Analysis, 5th Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
ed., p. 602, The Quaker Oats Sastrowijoyo, 1998, Klasifikasi Tebu,
Company, Chicago. (http://arluki.wordpress.com/2008/10/
Gandana, S. G. 1982. Pengawasan Giling 14/ /tebu-sugarcane/, diakses tanggal
Cara Hawaii pada Kondisi di 8 Desember 2009).
Indonesia, Majalah Perusahaan Gula Sudarmadji S., Haryono, B., dan Suhardi,
Th. XIV No. 2 Juni 1982, BP3G 1997, Prosedur Analisis untuk Bahan
Pasuruan. Makanan dan Pertanian, Edisi 4,
Griffin, R. C., 1927, Technical Methods of Fakultas Teknologi Pertanian,
Analysis, 2nd ed., pp. 491 – 494, Universitas Gadjah Mada,
McGraw–Hill Book Company, New Yogyakarta.
York. Suharto, 2006, Pemanfaatan Limbah Tandan
Groggins, P. H., 1958, Unit Processes in Kosong Sawit untuk Produksi
Organic Synthesis, 5th ed., pp. 775 – Commercial Grade Furfural. Laporan
777, McGraw–Hill Book Company, Akhir Kumulatif – Program Penelitian
New York. dan Pengembangan IPTEK, LIPI.
Hidajati, N., 2006, Pengolahan Tongkol Suharto dan Susanto, H., 2006, Pengaruh
Jagung sebagai Bahan Pembuatan Konsentrasi Katalis terhadap
Furfural, Jurnal Ilmu Dasar Vol. 8, p. Perolehan Furfural pada Hidrolisis
48, Jurusan Kimia FMIPA, Tongkol Jagung, Seminar Nasional
Universitas Negeri Surabaya. IPTEK Solusi Kemandirian Bangsa,
Hughes, E. E., and Acree, S. F., 1937, Yogyakarta.
Analysis of Mixtures of Furfural and Susanto, H., Suharto dan Kismurtono, 2004,
Methylfurfural, pp. 318–321, National Rekayasa Digester Pemasakan
Bureau of Standards, Washington. Tandan Kosong Sawit untuk Produksi
Husin, 2007, Analisis Serat Bagas, Furfural dan Pulp, Laporan Akhir RUT
(http://www.free.vlsm.org/, diakses IX.
tanggal 6 Juli 2009). Witono, J. A., 2005, Produksi Furfural dan
Kirk, R. E. and Othmer, D., 1955, Turunannya: Alternatif Peningkatan
Encyclopedia of Chemical Nilai Tambah Ampas Tebu Indonesia,
Technology, Vol. 10, pp. 237 – 250, (http://www.chem-is-try.org/, diakses
The Interscience Encyclopedia Inc., tanggal 21 Desember 2009).
New York.

188 Andaka , Hidrolisis Ampas Tebu Menjadi Furfural dengan Katalisator Asam Sulfat

Anda mungkin juga menyukai