Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PROSEDUR
REHABILITASI KARDIOVASKULAR
Prosedur Rehabilitasi Kardiovaskular Fase II - Peripheral Arterial Disease

PENGERTIAN (DEFINISI)
Rehabilitasi Kardiovaskular adalah sekumpulan upaya atau program terintegrasi yang
dilakukan untuk mengontrol penyebab dasar penyakit kardiovaskular, memperbaiki
kondisi fisik, mental dan sosial penderita atau individu yang mempunyai risiko penyakit
kardiovaskular sehingga dapat mempertahankan atau mengembalikan kondisi
terbaiknya dan dapat melakukan pencegahan sekunder secara mandiri. Rehabilitasi
kardiovaskular fase II adalah program rehabilitasi kardiovaskular/ prevensi sekunder
yang dilakukan pada saat pasien sudah rawat jalan.

INDIKASI
1. Penyakit arteri perifer belum revaskularisasi
2. Penyakit arteri perifer pasca revaskularisasi (bedah atau non bedah)

KONTRA INDIKASI
Kontraindikasi program rehabilitasi dengan exercise:

1. Angina pektoris tidak stabil


2. Tekanan darah sistolik > 200 mmHg, diastolik > 100 mmHg
3. Stenosis aorta berat
4. Penyakit sistemik akut, atau demam
5. Aritmia yang tidak terkontrol
6. Gagal jantung tak terkompensasi
7. Blok AV derajat tinggi
8. Perikarditis, miokarditis akut
9. Emboli baru, thromboplebitis.
10. Problem orthopedi, kognitif, komunikasi yang tidak memungkinkan.
11. Kelainan neurologi
12. Keterbatasan muskuloskletal

PERSIAPAN
1. Pasien dirujuk oleh DPJPU, permintaan sendiri, atau sesuai dengan PPK / CP
yang memuat program rehabilitasi kardiovaskular sebagai tindakannya.
2. Pasien membawa resume rawat, laporan tindakan, daftar obat yang diminum,
hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lainnya.
3. Pasien harus membawa hasil pemeriksaan ABI atau data objektif evaluasi
laboratorium penunjang vaskular
4. Pasien mendapat penjelasan mengenai program rehabilitasi kardiovaskular fase
II dari petugas penerima pasien, perawat atau dokter SpJP
5. Pasien melakukan pendaftaran, orientasi program, ruangan dan alat.
6. Pakaian kasual/ olah raga yang nyaman.

PROSEDUR TINDAKAN
Program rehabilitasi dilakukan dalam 12 sesi:
1. Sesi 1: Pengkajian awal, edukasi dan konseling
a. Asesmen awal pasien oleh perawat dan dokter spesialis jantung dan
pembuluh darah.
b. Petugas menentukan indikasi, kontraindikasi dan stratifikasi
risiko. Pastikan bahwa klaudikasio merupakan gejala utama
yang menyebabkan keterbatasan latihan
c. Dokter SpJP menentukan faktor risiko yang perlu dikontrol dan target
pengontrolan.
d. Orientasi ruangan, keselamatan, peralatan, staf dan program
e. Dokter SpJP menentukan edukasi, konseling, dan konsultasi lain
sesuai temuan dan kondisi pasien.
f. Dokter SpJP meminta konsultasi kepada dokter spesialis lain atau
ahli lain bila diperlukan untuk penanganan pasien baik pemeriksaan,
pengobatan atau konseling.
g. Dokter SpJP mengorder pemeriksaan lain yang diperlukan termasuk
laboratorium, komposisi tubuh, dan uji kemampuan fisik.
h. Pasien mengikuti program edukasi dan konseling yang dijadwalkan

2. Sesi 2 – 11: Program latihan


a. Pasien mengikuti program edukasi dan konseling lanjutan yang
dijadwalkan
b. Pasien berjalan di treadmill (latihan treadmill dirasakan lebih
efektif dibandingkan dengan strength training ataupun bila
dikombinasikan dengan modalitas latihan lain)
c. Latihan dilakukan 3x/ minggu, dengan dimulai durasi latiha 30
menit dan semakin lama diperpanjang 1 jam/ sesi
d. Selama sesi latihan, exercise treadimill dilakukan pada
kecepatan dan tahap dimana menginduksi klaudikasio dalam 3-
5 menit.
e. Pasien berhenti berjalan ketika nyeri klaudikasio dirasakan
sedang ( bila latihan diberhentikan saat onset pertama kali
klaudikasio muncul, respon latihan akan kurang latihan)
f. Pasien kemudian akan berhenti latihan sampai nyeri klaudikasio
berkurang, dan kemudian mulai kembali latihan dan nyeri
klaudikasio muncul kembali.
g. Durasi total latihan dan istirahat harus sekitar 35 menit pada
saat mulai latihan, dan meningkat sampai 50 menit ketika
pasien sudah merasa nyaman dengan sesi latihan ( tetapi
selalu hindari fatigue saat latihan atau rasa tidak nyaman pada
kaki)
h. Di setiap latihan, kecepatan atau tanjakan akan ditingkatan, tapi
direkomendasikan pada pasien yang sudah bisa berjalan 3.2
km/ jam.
i. Target latihan adalah pasien bisa berjalan dengan kecepatan
normal 4.8 km/ jam ( rata-rata 2.4-3.2 km/ jam)
j. Latihan dilakukan dalam waktu 12 minggu, dalam 3x/minggu
3. Sesi 12: Evaluasi program latihan
a. Dokter SpJP membuat program latihan sesuai hasil tes.
b. Melakukan evaluasi tingkat kebugaran dengan treadmill/ ergocycle
dengan atau tanpa CPX pasca program.
c. Melakukan evaluasi respon iskemik dan hemodinamik dengan
treadmill / ergocycle.
d. Dokter membuat evaluasi hasil program dan membuat program
latihan dan program rehabilitasi selanjutnya.
e. Dokter melaporkan hasil pelaksanaan program dan membuat laporan
kepada dokter yang merujuk.

PASCA PROSEDUR TINDAKAN


1. Dokter SpJP / perawat/ fisioterapis menjelaskan hasil program dan
menjelaskan program lanjutan (Fase III)
2. Dibuat laporan program atau sertifikat.

INDIKATOR PROSEDUR TINDAKAN


1. Drop out peserta program Rehab Fase II < 5 %
2. Kejadian yang menyebabkan penghentian program rehabilitasi

PENELAAH KRITIS
1. Prof. Dr.dr. Budhi Setyanto, SpJP(K)
2. Prof. Dr. dr. Dede Kusmana, SpJP(K)
3. Dr. dr. Basuni Radi, SpJP (K)
4. Dr. dr. Anwar Santoso, SpJP (K)
5. Dr. Ade M. Ambari, SpJP (K)
6. Dr. Bambang Dwi Putra, SpJP

KEPUSTAKAAN

1. Hirsh, et al. ACC/ AHA 2005 Practical Guidelines for the Management of
Patients With Peripheral Arterial Disease ( Lower Extremity, Renal,
Mesenteric and Abdominal Aortic). 2005
2. Hamburg et al, Balady J Gary, et al. 2017. Exercise Rehabilitation in
Peripheral Artery Disease. 2011
3. TASC II.

Anda mungkin juga menyukai