Tutorial Skenario B Blok 4 2018asli
Tutorial Skenario B Blok 4 2018asli
SKENARIO B BLOK 4
HIPERTENSI DAN CORONARIA ARTERY DISEASE
i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang
telah menyertai kami sehingga tugas penulisan hasil laporan tutorial skenario B pada blok 4
ini dapat diselesaikan. Kami juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan hasil penulisan laporan ini dari berbagai sumber yang
telah kami pakai sebagai data pada laporan ini.
Adapun penulisan hasil laporan tutorial skenario B pada blok 4 ini merupakan bentuk
dari pemenuhan tugas kami sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Pada hasil laporan ini, akan dibahas mengenai skenario B yang memaparkan 6 learning issues
yang didapatkan. Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan
dalam berbagai hal.
Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna.
Begitu pula dengan tugas penulisan hasil laporan tutorial skenario B blok 4 ini yang telah
kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam penulisan
hasil laporan tutorial skenario B blok 4 ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin
dengan kemampuan yang kami miliki.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga hasil laporan tutorial skenario B blok
4 ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap
hasil laporan ini agar kedepannya dapat kami perbaiki.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
Judul…………………………………………………………………………….. i
Kata Pengantar…………………………………………………………………... ii
Daftar Isi………………………………………………………………………… iii
Skenario A Blok 4 2018………………………………………………………… 1
I. Klarifikasi Istilah…………………………………………………….…... 1
II. Identifikasi Masalah……………………………………………….….…. 2
III. Analisis Masalah…………………………………………………….…… 3
IV. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan (Learning Issues)………………...…… 8
V. Identifikasi Topik Pembelajaran………………………….………........... 9
VI. Sintesis…………………………………………………………………… 10
VII. Kerangka Konsep……………………….……………………………….. 51
VIII. Kesimpulan………………………………………….…………………… 52
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….….…………..… 53
iii
SKENARIO A BLOK 4
Tuan A, usia 52 tahun, berobat kerumah sakit dengan keluhan nyeri dada kiri.
Nyeri bertambah terutama saat melakukan aktifitas. Sejak 15 tahun yang lalu Tn.
A didiagnosis hipertensi dan gemar mengkonsumsi makanan berlemak. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 180/100. Pada pemeriksaan palpasi
teraba ictus cordis 1 cm lateral dari linea midclavicularis sinistra setinggi spatium
intercostale V. Pada pemeriksaan radiologis didapatkan hipertrofi ventrikel kiri.
Pada angiografi jantung didapatkan obstruksi pada arteri coronaria circumflexa
posterior sinistra.
I. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Nyeri dada kiri : Rasa tidak nyaman pada dada bagian kiri (Dorland)
2. Hipertensi : Tingginya tekanan darah arteri secara persisten (Dorland)
3. Ictus cordis : Denyut jantung (Dorland)
4. Linea midclavicularis sinistra : Garis khayal ditengah os clavicula bagian
kiri (Doland)
5. Spatium intercostale V : Jarak antara dua iga ke lima (Dorland)
6. Pemeriksaan radiologis : Pemeriksaan dengan substansi radioaktif dan
energi pancarannya dan dengan diagnosis serta pengobatan penyakit baik
dengan radiasi pengion maupun bukan pengion (Dorland)
7. Hipertrofi : Pembesaran atau pertumbuhan berlebih organ atau bagian
tubuh akibat peningkatan ukuran sel sel penyusunnya(Dorland)
8. Ventrikel kiri: Rongga atau ruang kecil, seperti pada otak atau jantung
pada bagian kiri (Dorland)
9. Angiografi : Radiografi pembuluh darah setelah pemberian medium
contras (Doland)
10. Obstruksi : Tindakan menyumbat atau menghambat (Dorland)
11. Arteri coronaria circumflexa posterior sinistra : Arteri koroner yang
mengelilingi jantung belakang bagian kiri (Dorland)
1
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Tuan A, usia 52 tahun, mengeluh nyeri dada kiri yang semakin bertambah
saat melakukan aktifitas.
2. Sejak 15 tahun yang lalu tuan A didagnosis hipertensi dan gemar
mengkonsumsi makanan berlemak.
3. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 180/100, pada palpasi
teraba ictus cordis 1 cm lateral dari line mic clavicularis sinistra setinggi
spatium intercostale V, pada pemeriksaan radiologis didapatkan hipertrofi
ventrikel kiri, pada angio grafi jantung didapatkan obstruksi pada arteri
coronaria circumflexa posterior sinistra.
Keterangan:
TS= Tidak Sesuai; S= Sesuai.
Alasan Prioritas Utama:
Karena obstruksi dan hipertensi dapat menybabkan komplikasi
penyakit jantung dan pembuluh darah yang berbahaya bahkan dapat
menyebabkan kematian.
2
III. ANALISIS MASALAH
1. Tuan A, usia 52 tahun, mengeluh nyeri dada kiri yang semakin bertambah
saat melakukan aktifitas
a. Bagaimana Anatomi toraks?
Thorax terbagi menjadi cavitas thoracis (rongga dada) dan dinding
thorax.
1. Skeleton
Dinding thorax: Vertebra thoracalis, costae, sternum
Cavitas thoracis dibatasi oleh: Apertura thoracis superior dan
apertura thoracis inferior
2. Articulatio
1. Sendi-sendi costovertebralis
2. Sendi-sendi costotransversarium
3. Sendi-sendi sternocostalis
4. Sendi-sendi interchondrale
5. Sendi manubriosternalis dan sendi xiphisternalis
3. Musculi
Pada regiones pectorales: Musculi pectoralis major, pectoralis
minor, dan subclavius
Musculi dinding thorax: musculi intercostales (musculi
intercostales externi, musculi intercostales interni, dan musculi
intercostales intimi), musculi subcostalis, dan musculi transversus
thoracis.
4. Vaskularisasi
a. Arteriae intercostales posteriores
b. Arteriae intercostales anteriores
5. Innervasi
Persarafan dinding thorax yang utama adalah nervi intercostales.
3
Jantung memiliki 3 permukaan:
a.) Fascies Sternocostalis (anterior)
b.) Fascies Diaphragmatica (inferior)
c.) Basis Cordis (posterior)
Terdapat juga Apex yang arahnya kebawah, depan, dan kiri
Batas Jantung
Batas kanan : atrium dextrum
Batas kiri : auricula sinistra
Bawah : ventriculus sinister
Batas bawah : ventriculus dexter dan atrium dextrum
Apex : ventriculus sinister
Struktur Jantung
Jantung dibagi menjadi 4 bagian oleh septum vertikal, yaitu :
a.) Atrium dextrum
b.) Atrium sinistrum
c.) Ventriclus dexter
d.) Ventriculus sinister
4
nyeri dada pada pasien tersebut timbul pada waktu pasien melakukan
aktivitas.
5
aliran darah melalui suatu pembuluh, akibat gesekan antara cairan
yang bergerak dan dinding vaskular yang diam. Seiring dengan
meningkatnya resistensi, darah menjadi semakin sulit melewati
pembuluh sehingga laju aliran berkurang. Jika resistensi meningkat,
gradien tekanan harus meningkat secara proporsional agar laju aliran
tetap. Karena itu, jika pembuluh membentuk resistensi yang lebih
besar, jantung harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan
sirkulasi yang adekuat, dan juga tekanan darah menjadi lebih tinggi.
6
c. Bagaimana histologi jantung?
1. Endokardium (Dibagian dalam)
Permukaan internal terdiri dari endothelium dan jaringan
ikat. Terdiri dari lapisan endotel tipis (bagian dalam), jaringan ikat
(penyokong), lapisan mioelastis di bagian tengah dari serat otot
polos dan jaringan ikat, dan lapisan dalam jaringan ikat yang
disebut lapisan subendokardial. Lapisan subendokardial ini
menyatu dengan miokardium.
7
d. Bagaimana vaskularisasi jantung?
Pada orang normal, darah yang masuk ke jantung melalui vena
cava kemudian akan di pompa ke sistem sirkulasi paru, setelah
mengalami oksigenasi didalam jaringan sel paru – paru kemudian
darah kembali ke jantung melalui pembuluh darah balik (vena
pulmonaris).
e. Bagaimana struktur histologi pembuluh darah saat obstruksi?
Jantung mendapatkan darah dari arteria coronaria dextra dan
sinistra, yang berasal dari aorta ascendens tepat di atas valva aortae.
Arteriae coronariae dan cabang-cabang utamanya terdapat di
permukaan jantung, terletak di dalam jaringan ikat subepicardial.
Saat terjadi obstruksi, aliran darah mengalami penyumbatan, suplai
darah dan oksigen ke jantung menjadi berkurang sehingga jantung
bekerja keras untuk kompensasi. Jantung bekerja atau memompa
darah dengan keras sehingga terjadi hipertensi dan hipertrofi.
8
V. IDENTIFIKASI TOPIK PEMBELAJARAN
9
6. Hipertensi Penyebab Mekanisme Pengaruh a. Sumber
terjadinya terjadinya makanan internet,
hipertensi hipertensi berlemak jurnal, dan
dengan textbook
penyebab b. Belajar
terjadinya mandiri
hipertensi c. Diskusi
kelompok
VI. SINTESIS
1. Anatomi toraks dan cavitas toraks
ANATOMI THORAX
Thorax adalah bagian tubuh yang berada di antara leher dan abdomen
(perut). Thorax terdiri dari rongga dada (cavitas thoracis) beserta isinya
dan dinding thorax yang mengelilingi rongga dada. Pada thorax, terdapat
organ-organ utama sistem respirasi dan sistem kardiovaskular. (Keith L.
Moore, 2010: 74).
1. Cavitas Thoracis
Cavitas thoracis adalah suatu ruangan berbentuk silinder tak beraturan
dengan lubang/bukan superior (apertura thoracica superior) yang sempit
dan lubang/ bukan inferior (apertura thoracica inferior) yang relatif lebih
lebar. (Richard L Drake, 2012: 58)
Cavitas Thoracis terbagi menjadi tiga kompartemen:
Mediastinum yang berada di tengah, berisi jantung dan struktur lain
yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen, darah, dan nutrisi.
Cavitas pleuralis kanan dan kiri, berisi paru-paru.
10
Berperan penting saat bernafas
Sebagai penyangga untuk extremitas superior
Musculi yang melekat pada dinding anterior thorax berperan
menyediakan sebagian penyangga ini, dan bersama-sama dengan
jaringan ikat, nervus, dan pembuluh darah di sekitarnya, serta kulit
penutup, dan fascia superficialisnya, kesemuanya membentuk
regiones pectorales.
Regiones pectorales
Regiones pectoralis terletak pada sisi luar dinding anterior thorax dan
menambatkan extremitas superior ke truncus. Regiones pectorales ini
terdiri dari:
Kompartemen superficialis: Kulit, fascia superficialis, dan payudara
Kompartemen profundus: Musculi (M. Pectoralis major, M.
Subclavius, M. Pectoralis minor) dan struktur-struktur yang terkait
(Richard L Drake, 2012: 58)
11
Cavitas thoracis membentang pada:
1). Apertura thoracica superior
Bidang apertura thoracica superior terletak miring, dengan permukaan
yang menghadap ke arah anterior.
Apertura thoracica superior terdiri dari:
Corpus vertebrae TI di posteriornya
Costa 1 di setiap sisinya pada tepi medial
Manubrium sterni di anterior
12
(Richard L Drake, 2012: 61)
13
2. Dinding Thorax
A. Skeleton
Dinding thorax terdiri dari elemen skeletal dan musculi sebagai berikut.
12 vertebra thoracica beserta discus intervertebralisnya di posterior
Tulang costae (12 buah disetiap sisinya) dan 3 lapis musculus pipih di
lateral
Sternum di anterior
1. Vertebrae thoracicae
Vertebra thoracica memiliki bentuk corpus vertebrae seperti
jantung, dengan diameter transversus dan anterior-posterior yang kira-kira
sama lebar, serta processus spinosus yang panjang. Biasanya Foramen
vertebralenya melingkar dan laminanya lebar dan tumpang tindih dengan
lamina vertebralis di bawahnya. Processus articularis superiornya datar,
dengan facies articularis yang menghadap hampir lurus ke arah posterior,
sedangkan processus articularis inferiornya terbentang dari lamina dan
facies articularisnya menghadap ke anterior. Processus transversusnya
berujung membulat dan menghadap ke posterolateral. (Richard L Drake,
2012: 63)
14
Persendian dengan costae
Vertebrae thoracicae yang khas memiliki 3 tempat sendi dengan costae
pada masing-masing.
Dua demifacies
Facies costalis superior bersendi dengan sebagian dari caput costae
yang bersesuaian dengannya, dan facies costalis inferior bersendi
dengan sebagian dari caput costae yang terletak di bawahnya.
Facies ovalis (facies costalis transversus) bersendi dengan tuberculum
costae yang bersesuaian dengannya.
15
(Richard L Drake, 2012: 63)
2. Costae
Costa tersusun dari lengkungan corpus dengan ujung anterior dan
posterior. Ujung anterior bersinambungan dengan tulang rawannya. Ujung
posterior bersendi dengan columna vertebralis dan dapat dikenali dari
caput, collum, dan tuberculum.
Caput memiliki 2 facies articularis yang dipisahkan oleh suatu crista.
Permukaan superior yang lebih sempit bersendi dengan facies costa
inferior pada corpus vertebrae di atasnya, sedangkan permukaan inferior
yang lebih luas bersendi dengan facies costa superior corpus vertebrae
yang bersesuaian dengannya.
Collum costae berupa daerah tulang yang pendek pipih, yang
memisahkan caput dengan tuberculum costae.
Tuberculum terdiri dari dua daerah, bagian sendi yang terletak di sisi
medial dan memiliki facies ovalis untuk bersendi dengan facies processus
transversus vertebra yang bersesuaian, dan bagian bukan sendi yang
menonjol teraba kasar dengan adanya tempat perlekatan untuk
ligamentum.
16
(Richard L Drake, 2012: 63)
Ciri khusus costae teratas dan terbawah (Richard L Drake, 2012: 65)
a. Costa 1
Caput costae 1 bersendi dengan corpus vertebrae TI dan hanya memiliki
satu facies articularis. Tuberculumnya memiliki facies articularis untuk
bersendi dengan processus transversus. Permukaan superior costa memiliki
tuberculum yang khas, tuberculum scaleni, yang memisahkan dua sulcus
halus yang menyilang costa kira-kira pada pertengahan corpusnya. Sulcus
anterior disebabkan oleh vena subclavia, dan sulcus posterior disebabkan
oleh arteria subclavia.
b. Costa 10
Caput costae 10 memiliki satu facies untuk persendian dengan
vertebranya.
c. Costae 11 dan 12
Costae 11 dan 12 hanya bersendi dengan corpus vertebraenya dan tidak
memiliki tuberculum dan collum. Kedua costae ini pendek, memiliki
sedikit lengkungan, dan mengarah ke anterior.
17
Terdapat 12 pasang costae, masing-masing berakhir dengan cartilago
costalis di sisi anterior. (Richard L Drake, 2012: 63)
Costae 1-7 merupakan costae sejati/costae verae, bersendi langsung
dengan sternum
Costae 8-12 merupakan costae palsu/costae spuriae:
Cartilago costalis 8-10 bersendi dengan cartilago costalis di bagian
atasnya.
Costae 11 dan 12 sering disebut sebagai costae melayang/costae
fluitantes karena tidak memiliki hubungan anterior dengan costae
lainnya ataupun dengan sternum.
Spatium intercostale
Spatium intercostale terletak di antara costae yang satu dengan costae
lain yang berdekatan. Spatium intercostale berisi musculi intercostales
yang berjumlah 3 musculus. Pada bidang di antara dua lapisan musculus
bagian dalam, terdapat venae utama di superior, arteria terletak di bawah
vena, dan nervus intercostalis terletak di inferior arteria. Ketiga struktur ini
terletak di dalam sulcus costae/costal groove di sepanjang tepi inferior
costae superior, namun, nervus intercostalis seringkali tidak terlindungi
oleh sulcus costae. Oleh karena itu, nervus adalah struktur yang paling
beresiko terkena trauma saat terjadi perforasi di aspectus superior spatium
intercostale. (Richard L Drake, 2012: 68)
Di sebelah dalam spatium intercostale dan costae, terdapat jaringan
penyambung longgar yang disebut fascia endothoracica. Jaringan ini
memisahkan struktur-struktur dari pleura yang di bawahnya. (Richard L
Drake, 2012: 68)
18
3. Sternum
Sternum orang dewasa terdiri dari 3 bagian besar sebagai berikut.
a. Manubrium sterni
Manubrium sterni lebar, terletak di superior, dan membentuk sebagian dari
kerangka tulang leher dan cavitas thoracis. Permukaan superior
manubrium memiliki cekungan yang unik dan dapat diraba di bagian
tengahnya, disebut incisura jugularis (suprasternabs) / jugular notch
(sugrasternal notch). Di setiap sisi tonjolan terdapat fossa ovalis yang
lebar untuk persendian dengan clavicula. Tepat inferior terhadap fossa ini,
terdapat tempat untuk perlekatan cartilago costalis pertama. Pada bagian
bawah tepi lateralnya ada demifacies untuk persendian dengan setengah
bagian atas ujung anterior cartilago costalis kedua. (Richard L Drake,
2012: 66)
b. Corpus sterni
Corpus sterni berbentuk pipih dan terletak longitudinal. Permukaan
anterior corpus sterni seringkali ditandai dengan rigirigi transversus yang
bernama sternebrae. Tepi lateral corpus sterni memiliki facies articularis
untuk cartilago costalis. Di superior, setiap tepi lateral memiliki demifacies
untuk persendian dengan aspectus inferior cartilago costahs kedua. Di
inferior demifacies ini terdapat empat facies persendian dengan cartilago
costalis III sampai VI. Pada tepi inferior corpus sterni terdapat demifacies
untuk persendian dengan demifacies superior pada cartilago costalis
ketujuh. Tepi inferior corpus sterni melekat pada processus xiphoideus.
(Richard L Drake, 2012: 66)
c. Processus xiphoideus
19
Processus xiphoideus adalah bagian terkecil dari sternum dan terletak di
inferior. Dimulai sebagai struktur cartilago, yang mengalami proses
ossilikasi/ penulangan saat dewasa. Pada tiap sisi bagian tepi lateral
atasnya terdapat demifacies untuk persendian dengan ujung inferior
cartilago costalis ketujuh. (Richard L Drake, 2012: 66)
B. Articulatio
1. Sendi-sendi costovertebralis
Costa yang khas bersendi dengan:
Corpus vertebrae yang bersesuaian, membentuk sendi dengan caput
costae
Processus transversus vertebra yang bersesuaian, membentuk sendi
costotransversarium
(Richard L Drake, 2012: 67)
2. Sendi-sendi costotransversarium
Sendi costotransversarium adalah sendi synovialis antara tuberculum
costae dan processus transversus vertebra yang bersesuaian. (Richard L
Drake, 2012: 67)
3. Sendi-sendi sternocostalis
Sendi sternocostalis adalah sendi antara cartilago costalis 1-7 dan
sternum. (Richard L Drake, 2012: 67)
4. Sendi-sendi interchondrale
20
Sendi interchondrale terjadi antara cartilago costalis dari costae yang
bersebelahan, terutama antara cartilago costalis 7-10, tapi juga dapat
melibatkan cartilago costalis 5 dan 6. (Richard L Drake, 2012: 68)
5. Sendi manubriosternalis dan sendi xiphisternalis
Sendi-sendi antara manubrium dan corpus sterni serta antara corpus sterni
dan processus xiphoideus biasanya adalah symphysis. Hanya gerakan
angulasi ringan yang terjadi antara manubrium dan corpus sterni selama
respirasi. Sendi antara corpus sterni dan processus xiphoideus seringkali
mengalami osifikasi seiring bertambahnya usia. (Richard L Drake, 2012:
68)
Angulus sternalis terletak di bidang horizontalis yang melewati discus
intervertebralis antara vertebra TIV dan TV. Bidang ini memisahkan
mediastinum superius dari mediastinum inferius dan menandai tepi
superior pericardium. Angulus sternalis juga memisahkan akhiran aorta
ascendens dari permulaan arcus aortae, akhiran arcus aortae dari
permulaan aorta thoracica, dan melewati bifurcatio trachea di superior
truncus pulmonalis. (Richard L Drake, 2012: 68)
21
C. Musculi
D. Vaskularisasi
1. Arteriae intercostales posteriores
Arteriae intercostales posteriores berasal dari pembuluh-pembuluh darah
yang terkait dengan dinding posterior thorax. Dua arteriae intercostales
posteriores teratas di setiap sisi berasal dari arteria intercostalis suprema.
Sedangkan sembilan pasang arteriae intercostales posteriores lainnya
berasal dari permukaan posterior aorta thoracica. (Richard L Drake, 2012:
72)
22
2. Arteriae intercostates anteriores
Arteriae intercostales anteriores berasal dari cabang lateral arteria
thoracica interna secara langsung atau tidak langsung. Arteriae
intercostales anteriores yang menyuplai spatium intercostale 1-6 muncul
sebagai cabang-cabang lateral dari arteria thoracica interna, sedangkan
yang menyuplai spatium intercostale di bawahnya muncul dari arteria
musculophrenica. (Richard L Drake, 2012: 72)
E. Innervasi
Persarafan dinding thorax terutama oleh nervi intercostales, yang
merupakan rami anteriores nervi spinalis Tl-T11 yang terletak pada
spatium intercostale. Nervus intercostalis yang khas melintas ke lateral
mengelilingi dinding thorax didalam spatium intercostale. Cabang-cabang
terbesar adalah ramus cutaneus lateralis, yang menembus dinding lateral
thorax dan terbagi menjadi rami anterior dan posterior yang mempersarafi
kulit di atasnya. Selain cabang-cabang utama ini, rami collateralis kecil
dapat ditemui di spatium intercostale yang berjalan di sepanjang tepi
superior costae bawah. Persarafan sensorius dari kulit di atas dinding
thorax bagian atas disuplai oleh rami cutaneus (nervi supraclaviculares),
yang turun dari plexus cervicalis di leher. (Richard L Drake, 2012: 74)
23
2. Anatomi jatung dan pembuluh darah jantung
a. Permukaan Jantung
Menurut Snell (2011) permukaan jantung terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
1) Facies Sternocostalis
terutama dibentuk oleh atrium dextrum dan ventriculus dexter, yang
dipisahkan satu sama lain oleh sulcus atrioventricularis.
Pinggir kanannya dibentuk oleh atrium dextrum dan pinggir kirinya
oleh ventriculus sinister dan sebagian auricula kiri.
Ventrikulus dexter dan ventrikulus sinister dipisahkan oleh sulcus
interventricularis anterior.
2) Facies Diafragmatica
Terutama dibentuk oleh ventriculus dexter dan sinister yang dipisahkan
oleh sulcus interventricularis posterior.
Dibentuk juga oleh permukaan inferior atrium dextrum, tempat
bermuaranya vena cava inferior
3) Basis Cordis (Facies Posterior)
Terutama dibentuk oleh atrium sinistrum, tempat bermuara empat vena
pulmonalis
Terletak berlawanan dengan apex cordis
24
b. Batas Jantung
Snell (2011) mengatakan bahwa batas kanan jantung dibentuk oleh
atrium dextrum dan vena cava superior. Batas kiri oleh auricula sinistra,
truncus pulmonalis, ventrikel sinistra, dan arcus aorta. dibawah oleh
ventriculus sinister. Batas bawah terutama dibentuk oleh ventriculus
dexter, tetapi juga oleh atrium dextrum; apex oleh ventriculus sinister.
c. Dinding Jantung
Menurut Paulsen dan Waschke (2012), dinding jantung terdiri dari
tiga lapisan, antara lain:
1) Endocardium : Permukaan internal terdiri dari endotelium dan jaringan
ikat.
2) Myocardium : Otot jantung dengan kardomiosit, memiliki susunan
spiral di dalam dinding, dinding kedua atrium dan ventrikel kanan
membentuk dua lapisan serabut otot, dinding ventrikel kiri membentuk
3 lapisan. Susunan tersebut menunjukkan ventrikel kiri membutuhkan
tekanan lebih tnggi untuk memompa darah ke dalam sistem sirkulasi
sistemik.
3) Epicardium : Tunica serosa dan Tela subserosa di permukaan eksternal
jantung, menunjukkan lapisan visceral Pericardium serosum.
Pericardium
Merupakan sebuah kantong fibroserosa yang membungkus jantung dan
pangkal pembuluh-pembuluh besar. Fungsinya adalah membatasi
pergerakan yang berlebihan dari jantung secara utuh dan sebagai
25
kantong pelumas di mana bagianbagian yang berbeda dari jantung dapat
berkontraksi. Pericardium terletak di dalam mediastinum medius,
posterior terhadap corpus sterni dan cartilago cartilago costalis II
sampai VI dan anterior terhadap vertebra thoracica V sampai VIII.
Pericardium ada dua jenis, yaitu:
1) Pericardium Fbrosum
Pericardium fibrosum adalah bagian fibrosa yang kuat dari kantong
pericardium. Di bawah, pericardium terikat kuat pada centrum
tendineum diahpragmatica. Pericardium fibrosa bersatu dengan
selubung luar pembuluh-pembuluh darah besar yang berjalan melalui
pericardium, yaitu aorta, truncus pulmonalis, vena cava superior dan
inferior, dan venae pulmonales. Di depan pericardium fibrosum melekat
pada sternum melalui ligamenta stemopericardiaca.
d. Katup Jantung
Menurut Snell (2011) proyeksi pemukaan katup-katup jantung adalah
sebagai berikut:
1) Valva Trikuspidalis, terletak di belakang setengah bagian kanan
sternum pada spatium intercostale IV. Valva tricuspidalis
melindungiostium atriventriculare .
2) Valva mitralis, terletak di belakang setengah bagian kiri sternum
setinggi cartilago costalis IV. Valva mitralis melindungi ostium
atrioventricularae.
3) Valva trunci pulmonalis, terletak di belakang ujung medial cartilago
costalis III kiri dan bagian yang berhubungan dengan sternum.
4) Valva aortae, terletak di belakang setengah bagian kiri sternum pada
spatium intercostale III.. valva aortae melindungi ostium aortae dan
mempunyai struktur yang sama dengan struktur valva trunci
pulmonalis.
26
27
e. Ruang Jantung
1) Atrium Dextrum
Atrium dextrum terdiri atas rongga utama dan sebuah kantong
kecil, auricula (Snell, 2011). Atrium dextrum terdiri terdiri dari bagian
dengan permukaaninternal yang halus, Sinus venae cavae (Sinus
venarum cavarum), dan bagian muscular pada permukaan internal kasar
yang terdiri dari Mm. pectinati. Kedua bagian dipisahkanoleh Crista
terminalis, yang berperan penting untuk lokalisasi nodus sinu-atrial
pada sistem konduksi jantung (Paulsen dan Waschke, 2012).
2) Atrium Sinistrum
Atrium snistrum terdiri atas rongga utama dan auricula sinistra.
Terletak di belakang atrium dextrum dan membentuk sebagian besar
basis atau facies posterior jantung. Di belakang atrium sisntrum
terdapat oesophagus yang dipisahkan oleh pericardium. Bagian dalam
atrium sinnitrum licin, tetapi auricula sinitstra mempunyai rigi-rigi otot
seperti pada auricula dextra (Snell, 2011). Keempat vena pulmonalis
masuk kedinding atrium kiri yang berdinding halus. Ostium
atrioventriculare sinistrum adlah sambunan ventrikel kiri dan berisi
valva mitralis (Paulsen dan Walschke, 2012 ).
3) Ventrikel Dextrum
Membentuk sebagian besar facies anterior cordis, terletak anterior
terhadap ventriculus sinsiter. Ventrikulus dexter berhubungan dengan
atrium dextrum mele\alui ostium atrioventriculare dan dengan truncus
pulmonalis melalui ostium truncus pulmonalis. Mendekati ostium trunci
pulmonalis bentuknya berubah menjadi seperti corong, disebut
infundibulum. Permukaan dalam menunjukkan rigi-rigi yang menonjol
yangdisebut trabeculae carnae. Ada tiga jenis trabeculae carnae:
28
Jenis pertama terdiri atas Musculi papillares, yang menonjol ke dala,
melekatmelalui basisnyapada dinding ventrikel, puncaknya
dihubungkan tali-tali fibrosa ke cuspis valva trikuspidalis.
Jenis kedua ujungnya dilekatkan pada dinding ventrikel, dan bebas
pada bagian tengahnya.
Jenis ketiga hanya terdiri dari rigi-rigi yang menonjol.
4) Ventrikel Sinistrum
Sebagian besar ventriculus sinister terletak di belakang ventriculus
dexter. Sebagian kecil menonjol ke kiri dan membentuk batas kiri
jantung serta apex cordis. Ventrikulus sinister berhubungsn dengan
atrium sinistrum melalui ostium atrioventriculare sinistrum dan dengan
aorta melalui ostium aortae. Dinding ventrikulus sinister tiga kali lebih
tebal dari dinding ventriculus dexter. Tekanan darah di dalam
ventriculus sinister enam kali lebih tinggi dibandingkan tekanan darah
di dalam ventriculus dexter.
f. Perdarahan Jantung
Menurut Snell (2011), jantung mendapat darah dari arteria
coronaria dextra dan sinistra, yang berasal dari aorta ascendens tepat di
atas valva aorta. Arteri coronaria dan cabang-cabangnya terletak di
dalam jaringan ikat subepicardium.
29
1) Arteri Coronaria Dexter
Mendarahi semua ventrikulus dexter (kecuali bagian kecil di daerah
sebelah kanan sulcus interventrikularis), bagian yang bervariasi dari
facies diafragmathca ventrikulus sinister, sepertiga posteriorinferior
septum ventriculare, atrium dextrum dan sebagian atrium sinistrum,
nodus sinoatrialis, serta nodus dan fasciculus atriorventricularis.
Arteri ini berasal dari sinus anterior aortae dari aorta ascendens.
Arteri ini berjalan ke bawahke dalamsulcus atrioventricularis dextra,
pada pinggir inferior jantung, lalu dilanjutkan ke posterior sepanjang
sulcus atrioventricularis untuk beranastomosis degan arteri
coronaria sinistra di dalam sulcus interventricularis posterior.
Rami atriales
Beberapa cabang mendarahi permukaan aterior dan lateralatrium
dextrum. Satu cabang mendarahi permukaan posterior kedua atrium
dextrum dan sinistrum.arteri nodus sinoatrialis, mendarahi nodus
dan atrium dextrum dan sinistrum.
30
Lalu berjalan di sulcus atrioventricularis dan bercabang dua menjadi
ramus interventricularis anterior dan ramus circumflexa (Snell,
2011).
Mendarahi sebagian besar jantung, sebagian besar atrium
sinistrum,ventriculus sinister dan septum interventriculare (Snell,
2011 ).
31
Pendarahan Sistem Konduksi
Nodus sinoatrialis biasanya didarahi oleh arteria coronaria dextra
tetapi kadang-kadang oleh arteria coronaria sinistra. Nodus dan
fasciculus atrioventricularis didarahi oleh arteria coronaria dextra. Crus
dextrum fasciculus atrioventricularis didarahi oleh arteria coronaria
sinistra; crus sinistrum fasciculus atrioventricularis didarahi oleh arteria
coronaria sinistra dan dextra (Snell, 2011).
Sirkulasi Koroner
Snell (2011) menyatakan bahwa aliran darah koroner pada orang
normal dalam keadaan istirahat sekitar 225 mL/menit dan berlanjut
selama siklus jantung. Namun demikian pada saat diastolik hanya
terjadi sekitar 75% karena kompresi cabang-cabang kecil arteriae
coronariae oleh otot jantung yang terjadi waktu sistolik. Stimulasi
susunan saraf simpatik menyebabkan vasodilatasi ringan arteriae
coronariae, sebaliknya stimulasi parasimpatik menimbulkan
vasokonstriksi ringan. Peningkatan aliran coronaria terutama
disebabkan oleh meningkatnya kinerja otot-otot jantung dan efek
setempat dari hasil metabolisme yang menimbulkan vasodilatasi.
32
ke musculus papillaris melalui fasciculus atrioventricularis dan crus-
crusnya (Snell, 2011).
Kemudian musculi papillares mulai berkontraksi dan
memendekkan chordae tendineae yang kendur. Sementara itu, ventrikel
mulai berkontraksi dan valva atrioventricularis menutup. Penyebaran
impuls jantung sepanjang fasciculus atrioventricualris dan cabang-
cabang terminalnya, termasuk serabut Purkinye, menjamin bahwa
kontraksi miokardium terjadi hampir bersamaan waktunya di seluruh
ventrikel. Bila tekanan intraventrikular melebihi tekanan di dalam
arteri-arteri besar (aorta dan truncus pulmonalis), cuspis valvula
semilunaris terdorong ke samping dan darah dikeluarkan dari jantung.
Pada akhir sistolik ventrikel, darah mulai bergerak kembali ke ventrikel
dan dengan segera mengisi kantong-kantong valvula semilunaris.
Valvulae terletak dalam keadaan aposisi dan menutup ostium aortae dan
pulmonalis dengan sempurna.
g. Persarafan Jantung
Jantung dipersarafi oleh serabut simpatik dan parasimpatik susunan
saraf otonom melalui plexus cardiacus yang terletak di bawah arcus
aorta. Saraf simpatik berasal dari bagian cervicale dan thoracale bagian
atas truncus sympathicus, dan parasimpatik berasal dari nervus vagus.
Serabut-serabut posganglionik simpatik berakhir di nodus sinoatrialis
dan nodus atrioventricularis, serabut-serabut otot iantung, dan arteriae
coronariae (Snell, 2011).
Stimulasi simpatis meningkatkan denyut jantung (efek
krnonotropik positif), kecepatan konduksi (efek dromotropik positif),
dan eksitabilitas (efek batmotropik positif) kardiomiosit (Paulsen dan
Waschke, 2012). Serabut-serabut posganglionik parasimpatik berakhir
pada nodus sinoatrialis, nodus atrioventricularis dan arteriae coronariae.
Perangsangan saraf parasimpatik mengakibatkan berkurangnya denyut
dan daya kontraksi jantung dan konstriksi arteriae coronariae. Serabut-
serabut.aferen yang berjalan bersama saraf simpatik membawa impuls
saraf yang biasanya tidak dapat disadari. Akan tetapi, apabila suplai
darah ke miokardium terganggu, impuls rasa nyeri dirasakan melaiui
lintasan tersebut. Serabut-serabut aferen yang berjalan bersama nervus
vagus mengambil bagian dalam refleks kardiovaskular (Snell, 2011).
33
3. Histologi jantung dan pembuluh darah jantung
34
tebal darpada ventrikel kanan, susunan ini menunjukkan lebih
tingginya tekanan yang dibutuhkan didalam ventrikel kiri untuk
memompa darah kedalam sirkulasi sistemik. Dinding ventrikel
kanan memiliki ketebalan 3 – 5 mm, sedangkan dinding ventrikel
kiri memiliki ketebalan 8 – 12 mm. Serabut otot jantung terdiri dari
kardiomiosit dan memiliki susunan spiral didalam dinding jantung.
Di dinding ventrikel kiri, serabut otot membentuk tiga lapisan,
ventrikel kanan serabut ototnya membentuk dua lapisan. (F.
Paulsen & J. Wachke, 2012)
35
(Mescher, 2017) Didalam pericardium terdapat cairan
pelumas, cairan pelumas tersebut dihasilkan oleh kedua lapis sel
serosa mesotel. Didalam lapisan – lapisan utama ini, jantung
memiliki struktur lain yang berfungsi untuk mendorong darah.
Jaringan ikat fibrosa padat rangka jantung membentuk sebagian
septa interventrikuler dan interatrial, mengelilingi semua katup
jantung, dan meluas ke kuspid katup dan korda tendinea
(tempatnya melekat). Terdapat beberapa fungsi pada daerah
jaringan ikat padat tidak teratur ini, antara lain:
1. Menambat dan menyokong katup jantung
2. Menyediakan titik kuat untuk insersi otot jantung
3. Membantu mengoordinasi denyut jantung dengan berperan
sebagai isolator listrik antara atria dan ventrikel.
36
Di bagian apeks jantung, berkas – berkas ini membelah lagi
menjadi jalinan berkonduksi subendokardial serat otot, disebut
serat purkinje (Mescher, 2017). Serat ini lebih besar dan tebal
daripada serat otot jantung dan mengandung lebih banyak glikogen,
serat ini juga mengandung lebih sedikit filament kontraktil. Serat
purkinje adalah bagian dari sistem konduksi jantung. Serat ini
terletak dibawah endocardium dikedua sisi septum
interventrikularis dan dianggap sebagai dua traktus yang terpisah,
karena bercabang ke seluruh miokardium. Aktivitas pacu jantung
dipengaruhi oleh akson – akson dari susunan saraf autonom dan
hormon tertentu (Eroschenko, 2015)
Histologi Pembuluh darah
(Mescher, 2017) Secara makroskopis, pembuluh darah memiliki
tiga lapisan (tunika) utama:
1. Intima
Mencakup endotel, jaringan ikat, dan lamina elastika interna
pada pembuluh yang lebih besar.
2. Media
Mengandung lapisan otot polos diselingi lamella kolagen atau
elastis.
3. Adventisia
Mengandung jaringan ikat, pembuluh – pembuluh kecil (vasa
vasorum), dan saraf.
Jenis Arteri
(Eroschenko, 2015) Ada tiga jenis arteri di tubuh, arteri
elastic, arteri muscular, dan arteriol. Yang meninggalkan jantung
untuk mendistribusikan darah yang mengandung oksigen menjadi
semakin kecil seiring dengan bertambahnya percabangan. Pada
setiap percabangan,diameter lumen arteri pelan – pelan berkurang
sampai pembuluh darah terkecil (kapiler) terbentuk.
1. Arteri elastic (Arteria elastoilipica)
Pembuluh darah terbesar ditubuh dan mencakup trunkus
pulmonalis dan aorta serta cabang – cabang utamanya, yaitu arteri
brakiosefalika, karotis komunis, subklavia, vertebralis, pulmonaris,
dan iliaka komunis. Dinding pembuluh ini terdiri atas serat jaringan
ikat elastic yang diselingi sel otot polos yang tersusun melingkar.
Serat elastik ini menghasilkan ketahanan dan fleksibilitas tinggi
selama aliran darah.
37
2. Arteri muskularis (Arteria Myotypica)
Arteri – arteri yang elastic besar bercabang, membentuk arteri
muskularis yang berukuran sedang, pembuluh darah terbanyak di
tubuh. Dinding arteri muskularis mengandung banyak serat otot
polos.
3. Arteriol
Merupakan cabang terkecil sistem arteri. Dinding arteri ini terdiri
atas satu sampai lima lapisan serat otot polos. Arteriol menyalurkan
darah ke pembuluh darah terkecil(kapiler). Kapiler juga
menghubungkan arteriol dengan vena terkecil atau venula.
Struktur Arteri
(Eroschenko, 2015) Mengatakan bahwa secara umum dinding arteri
tersusun atas tiga lapisan konsentris atau tunika.
1. Tunika intima (Paling dalam menghadap ke lumen)
Terdiri atas epitel squamosa selapis (endotel di sistem vascular)
dan suatu lapisan tipis dibawahnya( jaringan ikat subendotel).
2. Tunika media (Lapisan tengah)
Terdiri atas serat otot polos, dan di antara sel – sel otot polos
terdapat serat elastic dan reticular dalam jumlah yang bervariasi.
3. Tunika adventisia (lapisan paling luar)
Terdiri atas serat kolagen tipe I dan serat jaringan elastikyang
berorientasi longitudinal (difiore).
Struktur Vena
Vena terbagi dua, vena kecil/sedang dan besar. Vena kecil
atau sedang memiliki diameter 10 mm atau kurang. Vena ini
biasanya terletak dekat dan parallel terhadap arteri muscular.
Tunika intimanya biasanya tipis, medianya memiliki berkas –
berkas kecil otot polos berbaur dengan jalinan serat reticular dan
serat elastin halus, serta lapisan adventisia berkolagen yang tebal
dan berkembang baik. Vena besar memiliki lapis intima yang
38
berkembang baik, tetapi memiliki lapis intima yang berkembang,
tetapi memiliki media yang relatif tipis dengan otot polos diselingi
jaringan ikat. Tunika adventisia lebih tebal daripada media pada
vena besar dan sering mengandung berkas longitudinal otot polos.
Baik media maupun adventisia mengandung serat elastin, dan
sebuah lamina elastika interna seperti pada arteri. Ciri penting vena
besar yaitu adanya katup. Yang terdiri atas lipatan ganda tunika
intima tipis yang terjulur kedalam lumen, kaya serat elastin dan
kedua sisinya ditutupi oleh endotel. Katup, terutama banyak pada
vena tungkai, membantu mempertahankan aliran darah vena ke
arah jantung (Mescher, 2017).
39
Gambar dinding arteri dan vena (Mescher, 2017).
Jenis Kapiler
Kapiler merupakan pembuluh terkecil. Diameter rata –
ratanya adalah sekitar 8 mikrometer, yaitu seukuran sebuah
eritrosit(sel darah merah). Setiap kapiler terdiri atas satu endotel
tipis, lamina basal dibawahnya, dan beberapa perisit yang tersebar
acak. Sel – sel ini mengelilingi kapiler dengan sitoplasma
bercabang dan dibungkus oleh suatu lamina basal yang juga
membungkus endotel kapiler (Eroschenko, 2015).
40
2. Kapiler berfenestra
Strukturnya mirip saringan yang memungkinkan pertukaran
molekuler lebih luas melalui endotel. Sel endotel ditembus oleh
banyak lubang bulat kecil atau fenestra dengan diameter 80 nm.
Beberapa fenestra ditutupi oleh diafragma yang sangat tipis dari
proteoglikan yang lainnya dapat berupa invaginasi membrane
selama transitosis yang secara temporer mencakup kedua sisi sel
yang sangat tipis tersebut. Membrane basal tersebut utuh dan
menutupi fenestra. Kapiler berfenestra ditemukan pada organ
dengan pertukaran cepat substansi antara jaringan dan darah,
seperti ginjal, usus, pleksus koroidalis dan kelenjar endokrin.
3. Kapiler diskontinu(sinusoid)
Memungkinkan pertukaran makromolekul secara maksimal,
juga memungkin perpindahan sel lebih mudah diantara jaringan
dan darah. Endotel disini memiliki perforasi besar tanpa diafragma
dan celah interseluler tidak teratur, membentuk lapisan tidak
utuhdengan celah diantara dan melalui sel – sel. Memiliki
membrane basal yang sanhgat diskontinu dan diameter yang jauh
lebih besar, seringkali 30 – 40 mikrometer yang memperlambat
aliran darah. Kapiler sinusoid ditemukan dalam hati, limpa,
sejumlah kelenjar endokrin dan sumsum tulang. Gambar kapiler
(Mescher, 2017).
Venul
(Mescher, 2017) Venul pascakapiler serupa dengan kapiler
dengan perisit tapi lebih besar, diameternya antara 15 – 20
mikrometer. Venul pascakapiler adalah tempat utama sel darah
putih melekat pada endotel dan meninggalkan sirkulasi pada tempat
dengan infeksi atau cedera jaringan.
41
Tabel (Mescher, 2017).
Vaskularisasi Jantung
(Elkri, 2014) Jantung mendapatkan darah dari arteria coronaria
dextra dan sinistra, yang berasal dari aorta ascendens tepat di atas
valva aortae. Arteriae coronariae dan cabang-cabang utamanya
terdapat di permukaan jantung, terletak di dalam jaringan ikat
subepicardial.
1. Arteria coronaria dextra
42
dan fasciculus atrioventricularis. Cabang – cabang arteria coronaria
dextra adalah arteria marginalis dan arteria ventricularis
posterior (Elkri, 2014).
2. Arteria coronaria sinistra
(Elkri, 2014) Arteria coronaria sinistra yang biasanya lebih
besar dibandingkan dengan arteria coronaria dextra, mendarahi
sebagian besar jantung, termasuk sebagian besar atrium sinistra,
ventricel sinistra, dan septum ventriculare. Arteria ini berasal dari
posterior kiri sinus aortae aorta ascendens dan berjalan ke depan di
antara truncus pulmonalis dan auricula sinistra. Kemudian
pembuluh ini berjalan di sulcus atrioventricularis dan bercabang
dua menjadi :
a. Arteri interventrikularis anterior (rami descendens anterior),
yang mendarahi bagian depan dan samping atas ventricel
sinistra.
b. Arteri circumflexus (ramus circumflexus) yang mendarahi
bagian belakang bawah ventricel sinistra.
3. Venae coronariae
(Elkri, 2014) Sebagian besar darah dari dinding jantung
mengalir ke atrium dextra melalui sinus coronarius, yang terletak
pada bagian posterior sulcus atrioventricularis dan merupakan
lanjutan dari vena cordis magna (bermuara ke atrium dextra
sebelah kiri vena cava inferior). Vena cordis parva dan vena cordis
media merupakan cabang sinus coronarius. Sisanya dialirkan ke
atrium dextra melalui vena ventriculi dextri anterior dan melalui
vena-vena kecil yang bermuara langsung ke ruang-ruang
jantung. Tetapi, ada vena jantung yang langsung bermuara ke
atrium dextra tanpa melewati sinus coronaria, yaitu vena cordis
anterior dan vena cordis minima (Thebesi).
(Elkri, 2014) Pada orang normal, darah yang masuk ke jantung
melalui vena cava kemudian akan di pompa ke sistem sirkulasi
paru, setelah mengalami oksigenasi didalam jaringan sel paru –
paru kemudian darah kembali ke jantung melalui pembuluh darah
balik (vena pulmonaris).
Arteri koroneria
(Elkri, 2014) Arteri coronaria terletak di permukaan jantung,
dan hanya sebagian kecil cabang – cabangnya menembus
myocardium. Arteri coronaria sinistra terutama melayani ventrikel
43
kiri dan memberikan ramus circumflexa sinistra yang berjalan pada
‘atrioventrikular groove’ kearah kiri dan berakhir pada cabang
posterior ‘descending artery’ sedangkan ramus interventrikularis
berjalan menelusuri sulcus interventricularis anterior kedepan
sampai pada apex yang pada awal cabangnya memberikan cabang
kecil yang menuju ke bagian septal. Arteri coronia septa terutama
melayani ventrikel kanan walaupun pada faktanya sebagian besar
ventrikel kanan juga mendapatkan pelayanan dari cabang – cabang
arteri coronaria sinistra.
(Elkri, 2014) Arteri coronaria dextra berjalan pada ‘right
atrioventricular sulcus’ dan berakhir pada bagian posterior jantung,
demikian juga cabang – cabangnya. Kedua cabang arteri coronaria
tersebut membentuk anyaman di permukaan jantung yang
mengarah ke apex cordis, lalu di tempat ini menembus
myokardium dan cabang – cabang kecilnya mengikuti berkas –
berkas serabut otot jantung serta akhirnya melayani otot
subendokardium dan muskulus papilaris.
Kelainan pada jantung
(Elkri, 2014) Aterosklerosis (gagal jantung) adalah suatu
penyakit yang menyerang pembuluh darah besar maupun kecil dan
ditandai oleh kelainan fungsi endotelial, radang vaskuler dan
pembentukan lipid, kolesterol, zat kapur, bekas luka vaskuler di
dalam dinding pembuluh intima. Aterosklerosis berasal dari kata
athero dalam bahasa Yunani (athera) suatu bentuk gabung yang
menunjukan degenerasi lemak atau hubungan dengan atheroma
yang bisa juga berdampak pda fungsi otak untuk mengontrol
aktivitas tubuh. Sedangkan skelosis dalam bahasa Yunani
adalah indurasi dan pengerasan, Seperti pengerasan sebagian
peradangan, pembentukan jaringan ikat atau meningkat atau
penyakit zat inersisial.
44
ateroma yang pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar dan
mempersempit arteri. Ateroma yang pecah juga bisa
menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu terjadinya
pembekuan darah (thrombus). Selanjutnya bekuan ini akan
mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan
terlepas dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan
sumbatan di daerah lain (emboli). Akibat dari penyempitan arteri
jantung kesulitan memompa darah dan timbul rasa nyeri di dada,
suka pusing-pusing dan berlanjut ke gejala serangan jantung
mendadak. Bila penyumbatan terjadi diotak maka yang di derita
stroke dan bisa juga menyebabkan kelumpuhan. Laju peningkatan
ukuran dan jumlah ateroma di pengaruhi berbagai factor.
Faktor genetik penting dan aterosklerosis serta komplikasinya
cenderung terjadi dalam keluaraga. Seseorang penderita
penyakit keturunan homosistimuria memiliki ateroma yang meluas,
terutama pada usia muda. Penyakit ini mengenai banyak arteri
tetapi tidak selalu mengenai arteri koroner (arteri menuju ke
jantung). Sebaliknya, pada penyakit keturunan hiperkolesterolemia
familial, kadar kolestrol yang sangat tinggi menyebabkan
terbentuknya ateroma yang lebih banyak di dalam arteri koroner
dibandingkan arteri lainnya. Pada penderita hipertensi umumnya
akan menderita aterosklerosis lebih awal dan lebih berat dan
beratnya penyakit berhubungan dengan tekanan darah, walaupun
batas normal. Aterosklerosis tidak terlihat pada arteri pulmonalis
(biasanya bertekanan rendah). jika tekanannya meningkat secara
abnormal, keadaan ini disebut hipertensi pulmonal.
Klasifikasi
(Elkri, 2014)Penyakit jantung koroner dapat terdiri dari:
1.) Angina pektoris stabil (APS), Sindroma klinik yang
ditandai dengan rasa tidak enak di dada, rahang,
bahu, punggung ataupun lengan, yang biasanya oleh kerja fisik
45
atau stres emosional dan keluhan ini dapat berkurang bila
istirahat atau dengan obat nitrogliserin.
2.) Sindroma Koroner Akut (SKA), Sindroma klinik yang
mempunyai dasar patofisiologi, yaitu berupa adanya erosi,
fisur atau robeknya plak arterosklerosis sehingga menyebabkan
trombosis intravascular yang menimbulkan ketidakseimbangan
pasokan dan kebutuhan oksigen miokard.
46
Faktor-faktor resiko terjadinya penyakit ini adalah
a. merokok,
b. tekanan darah tinggi,
c. peninggian nilai kolesterol di darah,
d. kegemukan,
e. stress,
f. diabetes mellitus dan
g. riwayat penyakit keluarga yang kuat untuk Penyakit Jantung
Koroner.
Dengan bertambahnya usia resiko terkena penyakit ini
bertambah. Pria lebih beresiko terkena penyakit ini
dibandingkan dengan wanita.
5. Hipertropi
47
diikuti dengan peningkatan aliran darah balik vena karena
vasokontriksi dipembuluh darah perifer dan retensi cairan oleh
ginjal.
Bertambahnya volume darah dalam vaskuler akan
meningkatkan beban kerja jantung, kontraksi otot jantung akan
menurun karena suplai aliran darah yang menurun dari aliran
koroner akibat arteriosclerosis dan berkurangnya cadangan aliran
pembuluh darah koroner. Dengan peningkatan tahanan perifer dan
beban sistolik ventrikel kiri, jantung mengalami hipertrofi karena
aktifasi simpatis untuk meningkatkan kontraksi miokardium
(Wowor, et al., 2015)
6. Hipertensi
Mekanisme kontrol tekanan darah tidak berfungsi dengan
benar atau tidak mampu secara sempurna mengompensasi
perubahan yang berIangsung, sehingga meyebabkan tekanan darah
dapat terlalu tinggi (hipertensi jika di atas 140/90 mm Hg) atau
terlalu rendah (hipotensi jika di bawah 90/60 mm Hg).
1. Hipertensi Primer
48
Garam secara osmotik menahan air, meningkatkan volume darah
dan berperan dalam kontrol jangka-panjang tekanan darah. Asupan
berlebihan garam dapat menyebabkan hipertensi, khususnya pada
individu yang sensitif terhadap garam. Bukti-bukti mengatakan
bahwa mengurangi asupan garam dapat menyelamatkan nyawa
dengan mengurangi komplikasi yang dipicu oleh hipertensi seperti
serangan jantung dan menghemat jutaan biaya pemeliharaan
kesehatan.
2. Hipertensi Sekunder
Komplikasi Hipertensi
49
memompa melawan resistensi perifer total yang lebih tinggi,
sementara pembuluh darah mungkin rusak akibat tekanan internal
yang tinggi, terutama ketika dinding pembuluh melemah akibat
proses degeneratif aterosklerosis.(Lauralee Sherwood, 2013)
Terapi Hipertensi
50
olahraga aerobik teratur dapat dilakukan untuk membantu
mengurangi tekanan darah tinggi.(Lauralee Sherwood, 2013)
51
VIII. KESIMPULAN
Tuan A,usia 52 tahun, mengalami obstruksi di bagian tunica intima yang di
sebabkan oleh makan makanan yang berlemak dengan berlebihan, dan
menderita hipertensi dengan waktu yang lama. Sehingga, mengakibatkan
adanya pembengkakan arteri coroneria circumflexa sinistra(hipertrofi).
52
Daftar Pustaka
Djohan, T. B. A., 2014. Patofisiologi dan Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner. pp.
1-8.
Eroschenko, V. P., 2015. Atlas Histologi diFiore Edisi 12. Jakarta: EGC.
F. Paulsen & J. Wachke, 2012. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Jilid 2. Jakarta: EGC.
Khoirul Latifin & Satria Yudha Kusuma, 2014. Panduan Dasar Klinik Keperawatan.
Malang: Gunung Samudera.
Mescher, A. L., 2017. Histologi Dasar JUNQUEIRA Edisi 14. Jakarta: EGC.
Wowor, R. L., Kandou, G. D. & L Umboh, J. M., 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pembesaran Jantung Kiri (LVH) pada Mahasiswa Pria Peserta Kepanitiaan Klinik Madya
Fakultas Kedokteran Universtas Sam Ratulangi. JIKMU, 5(1), pp. 54-62.
53