Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO B BLOK 4
HIPERTENSI DAN CORONARIA ARTERY DISEASE

Disusun Oleh : Kelompok B2


Tutor : dr. Msy. Rulan Adnindya, M.Biomed
Dhiyan Handi Asyhari L. 04011181823014
Alvina Damayanti 04011181823017
Siti Annisya Balqis 04011181823053
Imelda Veronica 04011181823056
Dewi Ainur Rohmah 04011181823068
Annazmi Chairan Siregar 04011181823071
Abrar Rosyad Pradipta 04011281823074
Nadya Salsabila E. 04011281823077
Risqa Indah Novianty 04011281823134
Evi Dodik Novita N. 04011281823137

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang
telah menyertai kami sehingga tugas penulisan hasil laporan tutorial skenario B pada blok 4
ini dapat diselesaikan. Kami juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan hasil penulisan laporan ini dari berbagai sumber yang
telah kami pakai sebagai data pada laporan ini.
Adapun penulisan hasil laporan tutorial skenario B pada blok 4 ini merupakan bentuk
dari pemenuhan tugas kami sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Pada hasil laporan ini, akan dibahas mengenai skenario B yang memaparkan 6 learning issues
yang didapatkan. Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan
dalam berbagai hal.
Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna.
Begitu pula dengan tugas penulisan hasil laporan tutorial skenario B blok 4 ini yang telah
kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam penulisan
hasil laporan tutorial skenario B blok 4 ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin
dengan kemampuan yang kami miliki.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga hasil laporan tutorial skenario B blok
4 ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap
hasil laporan ini agar kedepannya dapat kami perbaiki.

Palembang, 16 November 2018

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Judul…………………………………………………………………………….. i
Kata Pengantar…………………………………………………………………... ii
Daftar Isi………………………………………………………………………… iii
Skenario A Blok 4 2018………………………………………………………… 1
I. Klarifikasi Istilah…………………………………………………….…... 1
II. Identifikasi Masalah……………………………………………….….…. 2
III. Analisis Masalah…………………………………………………….…… 3
IV. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan (Learning Issues)………………...…… 8
V. Identifikasi Topik Pembelajaran………………………….………........... 9
VI. Sintesis…………………………………………………………………… 10
VII. Kerangka Konsep……………………….……………………………….. 51
VIII. Kesimpulan………………………………………….…………………… 52
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….….…………..… 53

iii
SKENARIO A BLOK 4
Tuan A, usia 52 tahun, berobat kerumah sakit dengan keluhan nyeri dada kiri.
Nyeri bertambah terutama saat melakukan aktifitas. Sejak 15 tahun yang lalu Tn.
A didiagnosis hipertensi dan gemar mengkonsumsi makanan berlemak. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 180/100. Pada pemeriksaan palpasi
teraba ictus cordis 1 cm lateral dari linea midclavicularis sinistra setinggi spatium
intercostale V. Pada pemeriksaan radiologis didapatkan hipertrofi ventrikel kiri.
Pada angiografi jantung didapatkan obstruksi pada arteri coronaria circumflexa
posterior sinistra.

I. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Nyeri dada kiri : Rasa tidak nyaman pada dada bagian kiri (Dorland)
2. Hipertensi : Tingginya tekanan darah arteri secara persisten (Dorland)
3. Ictus cordis : Denyut jantung (Dorland)
4. Linea midclavicularis sinistra : Garis khayal ditengah os clavicula bagian
kiri (Doland)
5. Spatium intercostale V : Jarak antara dua iga ke lima (Dorland)
6. Pemeriksaan radiologis : Pemeriksaan dengan substansi radioaktif dan
energi pancarannya dan dengan diagnosis serta pengobatan penyakit baik
dengan radiasi pengion maupun bukan pengion (Dorland)
7. Hipertrofi : Pembesaran atau pertumbuhan berlebih organ atau bagian
tubuh akibat peningkatan ukuran sel sel penyusunnya(Dorland)
8. Ventrikel kiri: Rongga atau ruang kecil, seperti pada otak atau jantung
pada bagian kiri (Dorland)
9. Angiografi : Radiografi pembuluh darah setelah pemberian medium
contras (Doland)
10. Obstruksi : Tindakan menyumbat atau menghambat (Dorland)
11. Arteri coronaria circumflexa posterior sinistra : Arteri koroner yang
mengelilingi jantung belakang bagian kiri (Dorland)

1
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Tuan A, usia 52 tahun, mengeluh nyeri dada kiri yang semakin bertambah
saat melakukan aktifitas.
2. Sejak 15 tahun yang lalu tuan A didagnosis hipertensi dan gemar
mengkonsumsi makanan berlemak.
3. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 180/100, pada palpasi
teraba ictus cordis 1 cm lateral dari line mic clavicularis sinistra setinggi
spatium intercostale V, pada pemeriksaan radiologis didapatkan hipertrofi
ventrikel kiri, pada angio grafi jantung didapatkan obstruksi pada arteri
coronaria circumflexa posterior sinistra.

No Masalah Kesesuaian Concern

1 Tuan A, usia 52 tahun, mengeluh nyeri dada TS 1


kiri yang semakin bertambah saat melakukan
aktifitas

2 Sejak 15 tahun yang lalu tuan A didiagnosis TS 2


hipertensi dan gemar mengkonsumsi
makanan berlemak
3 Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan TS 3
darah 180/100, pada palpasi teraba ictus
cordis 1 cm lateral dari line mic clavicularis
sinistra setinggi spatium intercostale V,
pada pemeriksaan radiologis didapatkan
hipertrofi ventrikel kiri, pada angio grafi
jantung didapatkan obstruksi pada arteri
coronaria circumflexa posterior sinistra

Keterangan:
TS= Tidak Sesuai; S= Sesuai.
Alasan Prioritas Utama:
Karena obstruksi dan hipertensi dapat menybabkan komplikasi
penyakit jantung dan pembuluh darah yang berbahaya bahkan dapat
menyebabkan kematian.

2
III. ANALISIS MASALAH
1. Tuan A, usia 52 tahun, mengeluh nyeri dada kiri yang semakin bertambah
saat melakukan aktifitas
a. Bagaimana Anatomi toraks?
Thorax terbagi menjadi cavitas thoracis (rongga dada) dan dinding
thorax.

1. Skeleton
Dinding thorax: Vertebra thoracalis, costae, sternum
Cavitas thoracis dibatasi oleh: Apertura thoracis superior dan
apertura thoracis inferior
2. Articulatio
1. Sendi-sendi costovertebralis
2. Sendi-sendi costotransversarium
3. Sendi-sendi sternocostalis
4. Sendi-sendi interchondrale
5. Sendi manubriosternalis dan sendi xiphisternalis
3. Musculi
Pada regiones pectorales: Musculi pectoralis major, pectoralis
minor, dan subclavius
Musculi dinding thorax: musculi intercostales (musculi
intercostales externi, musculi intercostales interni, dan musculi
intercostales intimi), musculi subcostalis, dan musculi transversus
thoracis.
4. Vaskularisasi
a. Arteriae intercostales posteriores
b. Arteriae intercostales anteriores

5. Innervasi
Persarafan dinding thorax yang utama adalah nervi intercostales.

b. Bagaimana Anatomi jantung?


Permukaan Jantung

3
Jantung memiliki 3 permukaan:
a.) Fascies Sternocostalis (anterior)
b.) Fascies Diaphragmatica (inferior)
c.) Basis Cordis (posterior)
Terdapat juga Apex yang arahnya kebawah, depan, dan kiri
Batas Jantung
Batas kanan : atrium dextrum
Batas kiri : auricula sinistra
Bawah : ventriculus sinister
Batas bawah : ventriculus dexter dan atrium dextrum
Apex : ventriculus sinister

Struktur Jantung
Jantung dibagi menjadi 4 bagian oleh septum vertikal, yaitu :
a.) Atrium dextrum
b.) Atrium sinistrum
c.) Ventriclus dexter
d.) Ventriculus sinister

Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, yaitu:


1. Paling luar, lapisan visceralis pericardium serosum (epicardium)
2. Tengah, lapisan tebal otot jantung (miokardium)
3. Paling dalam, lapisan tipis (endokardium)
c. Mengapa keluhan bertambah saat melakukan aktivitas?

Secara umum, nyeri dada disebabkan oleh timbulnya iskemia miokard


karena suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang. Aliran darah
berkurang karena terjadi penyempitan pembuluh darah koroner (arteri
koronaria). Penyempitan terjadi karena proses aterosklerosis atau
spasme pembuluh koroner atau kombinasi dari keduanya. Pada
mulanya suplai darah tersebut walaupuin berkurang masih cukup
untuk memenuhi kebutuhan miokard pada waktu istirahat, tetapi tidak
cukup bila kebutuhhan oksigen miokard meningkatseperti pada waktu
pasien melakuikan aktivitas fisis yang cukup berat. Oleh karena itu,

4
nyeri dada pada pasien tersebut timbul pada waktu pasien melakukan
aktivitas.

d. Bagaimana mekanisme nyeri pada dada kiri?


Proses terjadinya nyeri dada yaitu karena terjadinya iskemia jaringan
pada jantung yang akan mengubah jalur transportasi energi yang
tadinya aerob menjadi anaerob yang akan menghasilkan banyak asam
laktat. Sifat asam laktat ini yang kemudian merangsang nosiseptor-
nosiseptor yang ada pada jantung yang akan menimbulkan sensasi
nyeri.

2. Sejak 15 tahun yang lalu tuan A didagnosis hipertensi dan gemar


mengkonsumsi makanan berlemak
a. Bagaimana hubungan makanan berlemak dengan hipertensi?

Makanan berlemak banyak mengandung kolesterol. Kolesterol


yang tunggi bertalian dengan peningkatan prevalensi penyakit
hipertensi.(Jauhari, 2013).

b. Bagaimana struktur normal pembuluh darah?


Secara makroskopis, pembuluh darah normal memiliki tiga lapisan
(tunika) utama:
a.) Intima
Mencakup endotel, jaringan ikat, dan lamina elastika interna
pada pembuluh yang lebih besar.
b.) Media
Mengandung lapisan otot polos diselingi lamella kolagen atau
elastis.
c.) Adventisia
Mengandung jaringan ikat, pembuluh – pembuluh kecil (vasa
vasorum), dan saraf.
c. Bagaimana hubungan hipertensi dengan obstruksi?

Faktor lain yang memengaruhi laju aliran melalui suatu


pembuluh adalah resistensi, yaitu hambatan atau tahanan terhadap

5
aliran darah melalui suatu pembuluh, akibat gesekan antara cairan
yang bergerak dan dinding vaskular yang diam. Seiring dengan
meningkatnya resistensi, darah menjadi semakin sulit melewati
pembuluh sehingga laju aliran berkurang. Jika resistensi meningkat,
gradien tekanan harus meningkat secara proporsional agar laju aliran
tetap. Karena itu, jika pembuluh membentuk resistensi yang lebih
besar, jantung harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan
sirkulasi yang adekuat, dan juga tekanan darah menjadi lebih tinggi.

d. Bagaimana hubungan hipertensi dengan jantung?

Hipertensi menimbulkan stres pada jantung dan pembuluh darah.


Jantung mendapat beban kerja yang lebih besar karena harus
memompa melawan resistensi perifer total yang lebih tinggi.

3. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 180/100, pada palpasi


teraba ictus cordis 1 cm lateral dari linea midclavicularis sinistra setinggi
spatium intercostale V, pada pemeriksaan radiologis didapatkan hipertrofi
ventrikel kiri, pada angiografi jantung didapatkan obstruksi pada arteri
coronaria circumflexa posterior sinistra
a. Bagaimana ictus cordis yang normal?

Letak ictus cordis normal pada orang dewasa adalah pada


SIC V midclavicula sinistra. (Khoirul Latifin & Satria Yudha Kusuma,
2014)

b. Mengapa terjadi hipertrofi pada ventrikel kiri?

Apabila dikaitkan dengan scenario yang ada maka penyebab


terjadinya hipertrofi pada ventrikel kiri ini adalah hipertensi karena
apabila terjadi hipertensi maka volume darah dalam vaskuler akan
bertambah sehingga membuat jantung harus bekerja lebih ekstra lagi.
Jantung mengalami aktifasi simpatis untuk meningkatkan kontraksi
miokardium dan kemudian kontraksi yang berlebihan dan terpaksa
menyebabkan terjadinya hipertorfi

6
c. Bagaimana histologi jantung?
1. Endokardium (Dibagian dalam)
Permukaan internal terdiri dari endothelium dan jaringan
ikat. Terdiri dari lapisan endotel tipis (bagian dalam), jaringan ikat
(penyokong), lapisan mioelastis di bagian tengah dari serat otot
polos dan jaringan ikat, dan lapisan dalam jaringan ikat yang
disebut lapisan subendokardial. Lapisan subendokardial ini
menyatu dengan miokardium.

2. Miokardium (Dibagian tengah)


Lapisan paling tebal, terdiri dari dari otot jantung, yang otot
jantung itu sendiri memilin di sekitar setiap bilik jantung.
Miokardium merupakan lapisan paling tebal karena dia dibutuhkan
untuk memompa darah melalui sirkulasi sistematik dan sirkulasi
pulmoner. Miokardium di ventrikel kiri lebih tebal darpada
ventrikel kanan, susunan ini menunjukkan lebih tingginya tekanan
yang dibutuhkan didalam ventrikel kiri untuk memompa darah
kedalam sirkulasi sistemik. Dinding ventrikel kanan memiliki
ketebalan 3 – 5 mm, sedangkan dinding ventrikel kiri memiliki
ketebalan 8 – 12 mm. Serabut otot jantung terdiri dari kardiomiosit
dan memiliki susunan spiral didalam dinding jantung. Di dinding
ventrikel kiri, serabut otot membentuk tiga lapisan, ventrikel kanan
serabut ototnya membentuk dua lapisan.

3. Epikardium (Dibagian luar)


Epikardium terdiri dari mesotel selapis gepeng, selapis
jaringan ikat longgar yang mengandung pembuluh darah dan saraf.
Epikardium sama dengan lapisan viseral pericardium (membran
yang mengelilingi jantung). Tunica serosa dan tela subserosa di
permukaan eksternal jantung, menunjukkan lapisan visceral
pericardium serosum, pada manusia, tela subserosa mengandung
banyak jaringan lemak putih dan tempat terdapatnya pembuluh
darah coronaria dan saraf.

7
d. Bagaimana vaskularisasi jantung?
Pada orang normal, darah yang masuk ke jantung melalui vena
cava kemudian akan di pompa ke sistem sirkulasi paru, setelah
mengalami oksigenasi didalam jaringan sel paru – paru kemudian
darah kembali ke jantung melalui pembuluh darah balik (vena
pulmonaris).
e. Bagaimana struktur histologi pembuluh darah saat obstruksi?
Jantung mendapatkan darah dari arteria coronaria dextra dan
sinistra, yang berasal dari aorta ascendens tepat di atas valva aortae.
Arteriae coronariae dan cabang-cabang utamanya terdapat di
permukaan jantung, terletak di dalam jaringan ikat subepicardial.
Saat terjadi obstruksi, aliran darah mengalami penyumbatan, suplai
darah dan oksigen ke jantung menjadi berkurang sehingga jantung
bekerja keras untuk kompensasi. Jantung bekerja atau memompa
darah dengan keras sehingga terjadi hipertensi dan hipertrofi.

IV. KETERBATASAN ILMU PENGETAHUAN (LEARNING


ISSUES)

1. Anatomi toraks dan cavitas toraks


2. Anatomi jantung dan pembuluh darah jantung
3. Histologi jantung dan pembluh darah jantung
4. Obstruksi arteri koronaria
5. Hipertropi
6. Hipertensi

8
V. IDENTIFIKASI TOPIK PEMBELAJARAN

No Topik What I What I Don’t What I Have How I Will


. Pembelajaran Know Know to Prove Learn
1. Anatomi Fungsi Anatomi thorax Anatomi a. Sumber
thorax dan thorax dan cavitas thorax dan internet,
cavitas thorax thorax (tulang, cavitas thorax jurnal, dan
saraf, otot) textbook
b. Belajar
mandiri
c. Diskusi
kelompok
2. Anatomi Fungsi Anatomi jantung Persarafan a. Sumber
jantung dan jantung dan pembuluh yang ada di internet,
pembuluh dan darah jantung jantung jurnal, dan
darah jantung pembuluh textbook
darah b. Belajar
jantung mandiri
c. Diskusi
kelompok
3. Histologi Otot Histologi dan Susunan a. Sumber
jantung dan jantung pembuluh darah lapisan internet,
pembuluh jantung jantung dan jurnal, dan
darah jantung pembuluh textbook
darah jantung b. Belajar
mandiri
c. Diskusi
kelompok
4. Obstruksi Fungsi Mekanisme Penyebab dan a. Sumber
arteri arteri terjadinya mekanisme internet,
coronaria coronaria obstruksi arteri terjadinya jurnal, dan
dan coronaria obstruksi textbook
penyebab arteri b. Belajar
arteri coronaria mandiri
coronaria c. Diskusi
kelompok
5. Hipertropi Letak Penyebab Hubungan a. Sumber
ventrikel kiri ventrikel terjadinya hipertropi internet,
kiri hipertropi dengan jurnal, dan
ventrikel kiri hipertensi textbook
b. Belajar
mandiri
c. Diskusi
kelompok

9
6. Hipertensi Penyebab Mekanisme Pengaruh a. Sumber
terjadinya terjadinya makanan internet,
hipertensi hipertensi berlemak jurnal, dan
dengan textbook
penyebab b. Belajar
terjadinya mandiri
hipertensi c. Diskusi
kelompok

VI. SINTESIS
1. Anatomi toraks dan cavitas toraks

ANATOMI THORAX
Thorax adalah bagian tubuh yang berada di antara leher dan abdomen
(perut). Thorax terdiri dari rongga dada (cavitas thoracis) beserta isinya
dan dinding thorax yang mengelilingi rongga dada. Pada thorax, terdapat
organ-organ utama sistem respirasi dan sistem kardiovaskular. (Keith L.
Moore, 2010: 74).
1. Cavitas Thoracis
Cavitas thoracis adalah suatu ruangan berbentuk silinder tak beraturan
dengan lubang/bukan superior (apertura thoracica superior) yang sempit
dan lubang/ bukan inferior (apertura thoracica inferior) yang relatif lebih
lebar. (Richard L Drake, 2012: 58)
Cavitas Thoracis terbagi menjadi tiga kompartemen:
 Mediastinum yang berada di tengah, berisi jantung dan struktur lain
yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen, darah, dan nutrisi.
 Cavitas pleuralis kanan dan kiri, berisi paru-paru.

(Keith L. Moore, 2010: 74).


Fungsi cavitas thoracis:
 Mewadahi dan melindungi cor, pulmo, dan pembuluh-pembuluh darah
besar
 Sebagai saluran untuk struktur-struktur yang lewat antara regiones
cervicales dan abdomen

10
 Berperan penting saat bernafas
 Sebagai penyangga untuk extremitas superior
Musculi yang melekat pada dinding anterior thorax berperan
menyediakan sebagian penyangga ini, dan bersama-sama dengan
jaringan ikat, nervus, dan pembuluh darah di sekitarnya, serta kulit
penutup, dan fascia superficialisnya, kesemuanya membentuk
regiones pectorales.

Regiones pectorales
Regiones pectoralis terletak pada sisi luar dinding anterior thorax dan
menambatkan extremitas superior ke truncus. Regiones pectorales ini
terdiri dari:
 Kompartemen superficialis: Kulit, fascia superficialis, dan payudara
 Kompartemen profundus: Musculi (M. Pectoralis major, M.
Subclavius, M. Pectoralis minor) dan struktur-struktur yang terkait
(Richard L Drake, 2012: 58)

11
Cavitas thoracis membentang pada:
1). Apertura thoracica superior
Bidang apertura thoracica superior terletak miring, dengan permukaan
yang menghadap ke arah anterior.
Apertura thoracica superior terdiri dari:
 Corpus vertebrae TI di posteriornya
 Costa 1 di setiap sisinya pada tepi medial
 Manubrium sterni di anterior

12
(Richard L Drake, 2012: 61)

2). Apertura thoracica inferior


Apertura thoracica inferior luas dan dapat mengembang-kempis.
Apertura ini terletak di dekat diaphragma.
Elemen skeletal apertura thoracica inferior adalah:
 Corpus vertebrae di posterior
 Costa 12 dan ujung distal costa 11 di posterolateral
 Ujung distal cartilagines costae 7-10, yang menyatu membentuk arcus
costalis di anterolateral
 Processus xiphoideus di anterior

(Richard L Drake, 2012: 62)

13
2. Dinding Thorax
A. Skeleton
Dinding thorax terdiri dari elemen skeletal dan musculi sebagai berikut.
 12 vertebra thoracica beserta discus intervertebralisnya di posterior
 Tulang costae (12 buah disetiap sisinya) dan 3 lapis musculus pipih di
lateral
 Sternum di anterior

1. Vertebrae thoracicae
Vertebra thoracica memiliki bentuk corpus vertebrae seperti
jantung, dengan diameter transversus dan anterior-posterior yang kira-kira
sama lebar, serta processus spinosus yang panjang. Biasanya Foramen
vertebralenya melingkar dan laminanya lebar dan tumpang tindih dengan
lamina vertebralis di bawahnya. Processus articularis superiornya datar,
dengan facies articularis yang menghadap hampir lurus ke arah posterior,
sedangkan processus articularis inferiornya terbentang dari lamina dan
facies articularisnya menghadap ke anterior. Processus transversusnya
berujung membulat dan menghadap ke posterolateral. (Richard L Drake,
2012: 63)

Ada 12 vertebrae thoracicae, masing-masing ditandai oleh persendian


dengan costa.

14
Persendian dengan costae
Vertebrae thoracicae yang khas memiliki 3 tempat sendi dengan costae
pada masing-masing.
 Dua demifacies
Facies costalis superior bersendi dengan sebagian dari caput costae
yang bersesuaian dengannya, dan facies costalis inferior bersendi
dengan sebagian dari caput costae yang terletak di bawahnya.
 Facies ovalis (facies costalis transversus) bersendi dengan tuberculum
costae yang bersesuaian dengannya.

Persendian yang khas


 Facies costa superior corpus vertebrae TI adalah lengkap dan bersendi
dengan satu facies pada caput costae yang bersesuaian dengannya—
dengan kata lain, caput costae 1 tidak bersendi dengan vertebra
CVII.
 Vertebra TX (dan seringkali TIX) hanya bersendi dengan costae
yang bersesuaian dengannya sehingga tidak memiliki demifacies
inferior pada corpusnya.
 Vertebra TXI dan TXII hanya bersendi dengan caput costae yang
bersesuaian dengannya—vertebrae ini tidak memiliki facies costalis
dan hanya memiliki satu facies yang lengkap di setiap sisi corpusnya.

15
(Richard L Drake, 2012: 63)

2. Costae
Costa tersusun dari lengkungan corpus dengan ujung anterior dan
posterior. Ujung anterior bersinambungan dengan tulang rawannya. Ujung
posterior bersendi dengan columna vertebralis dan dapat dikenali dari
caput, collum, dan tuberculum.
Caput memiliki 2 facies articularis yang dipisahkan oleh suatu crista.
Permukaan superior yang lebih sempit bersendi dengan facies costa
inferior pada corpus vertebrae di atasnya, sedangkan permukaan inferior
yang lebih luas bersendi dengan facies costa superior corpus vertebrae
yang bersesuaian dengannya.
Collum costae berupa daerah tulang yang pendek pipih, yang
memisahkan caput dengan tuberculum costae.
Tuberculum terdiri dari dua daerah, bagian sendi yang terletak di sisi
medial dan memiliki facies ovalis untuk bersendi dengan facies processus
transversus vertebra yang bersesuaian, dan bagian bukan sendi yang
menonjol teraba kasar dengan adanya tempat perlekatan untuk
ligamentum.

16
(Richard L Drake, 2012: 63)

Ciri khusus costae teratas dan terbawah (Richard L Drake, 2012: 65)

a. Costa 1
Caput costae 1 bersendi dengan corpus vertebrae TI dan hanya memiliki
satu facies articularis. Tuberculumnya memiliki facies articularis untuk
bersendi dengan processus transversus. Permukaan superior costa memiliki
tuberculum yang khas, tuberculum scaleni, yang memisahkan dua sulcus
halus yang menyilang costa kira-kira pada pertengahan corpusnya. Sulcus
anterior disebabkan oleh vena subclavia, dan sulcus posterior disebabkan
oleh arteria subclavia.
b. Costa 10
Caput costae 10 memiliki satu facies untuk persendian dengan
vertebranya.
c. Costae 11 dan 12
Costae 11 dan 12 hanya bersendi dengan corpus vertebraenya dan tidak
memiliki tuberculum dan collum. Kedua costae ini pendek, memiliki
sedikit lengkungan, dan mengarah ke anterior.

17
Terdapat 12 pasang costae, masing-masing berakhir dengan cartilago
costalis di sisi anterior. (Richard L Drake, 2012: 63)
 Costae 1-7 merupakan costae sejati/costae verae, bersendi langsung
dengan sternum
 Costae 8-12 merupakan costae palsu/costae spuriae:
 Cartilago costalis 8-10 bersendi dengan cartilago costalis di bagian
atasnya.
 Costae 11 dan 12 sering disebut sebagai costae melayang/costae
fluitantes karena tidak memiliki hubungan anterior dengan costae
lainnya ataupun dengan sternum.

Spatium intercostale
Spatium intercostale terletak di antara costae yang satu dengan costae
lain yang berdekatan. Spatium intercostale berisi musculi intercostales
yang berjumlah 3 musculus. Pada bidang di antara dua lapisan musculus
bagian dalam, terdapat venae utama di superior, arteria terletak di bawah
vena, dan nervus intercostalis terletak di inferior arteria. Ketiga struktur ini
terletak di dalam sulcus costae/costal groove di sepanjang tepi inferior
costae superior, namun, nervus intercostalis seringkali tidak terlindungi
oleh sulcus costae. Oleh karena itu, nervus adalah struktur yang paling
beresiko terkena trauma saat terjadi perforasi di aspectus superior spatium
intercostale. (Richard L Drake, 2012: 68)
Di sebelah dalam spatium intercostale dan costae, terdapat jaringan
penyambung longgar yang disebut fascia endothoracica. Jaringan ini
memisahkan struktur-struktur dari pleura yang di bawahnya. (Richard L
Drake, 2012: 68)

18
3. Sternum
Sternum orang dewasa terdiri dari 3 bagian besar sebagai berikut.
a. Manubrium sterni
Manubrium sterni lebar, terletak di superior, dan membentuk sebagian dari
kerangka tulang leher dan cavitas thoracis. Permukaan superior
manubrium memiliki cekungan yang unik dan dapat diraba di bagian
tengahnya, disebut incisura jugularis (suprasternabs) / jugular notch
(sugrasternal notch). Di setiap sisi tonjolan terdapat fossa ovalis yang
lebar untuk persendian dengan clavicula. Tepat inferior terhadap fossa ini,
terdapat tempat untuk perlekatan cartilago costalis pertama. Pada bagian
bawah tepi lateralnya ada demifacies untuk persendian dengan setengah
bagian atas ujung anterior cartilago costalis kedua. (Richard L Drake,
2012: 66)
b. Corpus sterni
Corpus sterni berbentuk pipih dan terletak longitudinal. Permukaan
anterior corpus sterni seringkali ditandai dengan rigirigi transversus yang
bernama sternebrae. Tepi lateral corpus sterni memiliki facies articularis
untuk cartilago costalis. Di superior, setiap tepi lateral memiliki demifacies
untuk persendian dengan aspectus inferior cartilago costahs kedua. Di
inferior demifacies ini terdapat empat facies persendian dengan cartilago
costalis III sampai VI. Pada tepi inferior corpus sterni terdapat demifacies
untuk persendian dengan demifacies superior pada cartilago costalis
ketujuh. Tepi inferior corpus sterni melekat pada processus xiphoideus.
(Richard L Drake, 2012: 66)
c. Processus xiphoideus

19
Processus xiphoideus adalah bagian terkecil dari sternum dan terletak di
inferior. Dimulai sebagai struktur cartilago, yang mengalami proses
ossilikasi/ penulangan saat dewasa. Pada tiap sisi bagian tepi lateral
atasnya terdapat demifacies untuk persendian dengan ujung inferior
cartilago costalis ketujuh. (Richard L Drake, 2012: 66)

B. Articulatio
1. Sendi-sendi costovertebralis
Costa yang khas bersendi dengan:
 Corpus vertebrae yang bersesuaian, membentuk sendi dengan caput
costae
 Processus transversus vertebra yang bersesuaian, membentuk sendi
costotransversarium
(Richard L Drake, 2012: 67)

2. Sendi-sendi costotransversarium
Sendi costotransversarium adalah sendi synovialis antara tuberculum
costae dan processus transversus vertebra yang bersesuaian. (Richard L
Drake, 2012: 67)
3. Sendi-sendi sternocostalis
Sendi sternocostalis adalah sendi antara cartilago costalis 1-7 dan
sternum. (Richard L Drake, 2012: 67)
4. Sendi-sendi interchondrale

20
Sendi interchondrale terjadi antara cartilago costalis dari costae yang
bersebelahan, terutama antara cartilago costalis 7-10, tapi juga dapat
melibatkan cartilago costalis 5 dan 6. (Richard L Drake, 2012: 68)
5. Sendi manubriosternalis dan sendi xiphisternalis
Sendi-sendi antara manubrium dan corpus sterni serta antara corpus sterni
dan processus xiphoideus biasanya adalah symphysis. Hanya gerakan
angulasi ringan yang terjadi antara manubrium dan corpus sterni selama
respirasi. Sendi antara corpus sterni dan processus xiphoideus seringkali
mengalami osifikasi seiring bertambahnya usia. (Richard L Drake, 2012:
68)
Angulus sternalis terletak di bidang horizontalis yang melewati discus
intervertebralis antara vertebra TIV dan TV. Bidang ini memisahkan
mediastinum superius dari mediastinum inferius dan menandai tepi
superior pericardium. Angulus sternalis juga memisahkan akhiran aorta
ascendens dari permulaan arcus aortae, akhiran arcus aortae dari
permulaan aorta thoracica, dan melewati bifurcatio trachea di superior
truncus pulmonalis. (Richard L Drake, 2012: 68)

21
C. Musculi

(Richard L Drake, 2012: 61)

(Richard L Drake, 2012: 71)

D. Vaskularisasi
1. Arteriae intercostales posteriores
Arteriae intercostales posteriores berasal dari pembuluh-pembuluh darah
yang terkait dengan dinding posterior thorax. Dua arteriae intercostales
posteriores teratas di setiap sisi berasal dari arteria intercostalis suprema.
Sedangkan sembilan pasang arteriae intercostales posteriores lainnya
berasal dari permukaan posterior aorta thoracica. (Richard L Drake, 2012:
72)

22
2. Arteriae intercostates anteriores
Arteriae intercostales anteriores berasal dari cabang lateral arteria
thoracica interna secara langsung atau tidak langsung. Arteriae
intercostales anteriores yang menyuplai spatium intercostale 1-6 muncul
sebagai cabang-cabang lateral dari arteria thoracica interna, sedangkan
yang menyuplai spatium intercostale di bawahnya muncul dari arteria
musculophrenica. (Richard L Drake, 2012: 72)

E. Innervasi
Persarafan dinding thorax terutama oleh nervi intercostales, yang
merupakan rami anteriores nervi spinalis Tl-T11 yang terletak pada
spatium intercostale. Nervus intercostalis yang khas melintas ke lateral
mengelilingi dinding thorax didalam spatium intercostale. Cabang-cabang
terbesar adalah ramus cutaneus lateralis, yang menembus dinding lateral
thorax dan terbagi menjadi rami anterior dan posterior yang mempersarafi
kulit di atasnya. Selain cabang-cabang utama ini, rami collateralis kecil
dapat ditemui di spatium intercostale yang berjalan di sepanjang tepi
superior costae bawah. Persarafan sensorius dari kulit di atas dinding
thorax bagian atas disuplai oleh rami cutaneus (nervi supraclaviculares),
yang turun dari plexus cervicalis di leher. (Richard L Drake, 2012: 74)

23
2. Anatomi jatung dan pembuluh darah jantung
a. Permukaan Jantung
Menurut Snell (2011) permukaan jantung terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
1) Facies Sternocostalis
 terutama dibentuk oleh atrium dextrum dan ventriculus dexter, yang
dipisahkan satu sama lain oleh sulcus atrioventricularis.
 Pinggir kanannya dibentuk oleh atrium dextrum dan pinggir kirinya
oleh ventriculus sinister dan sebagian auricula kiri.
 Ventrikulus dexter dan ventrikulus sinister dipisahkan oleh sulcus
interventricularis anterior.

2) Facies Diafragmatica
 Terutama dibentuk oleh ventriculus dexter dan sinister yang dipisahkan
oleh sulcus interventricularis posterior.
 Dibentuk juga oleh permukaan inferior atrium dextrum, tempat
bermuaranya vena cava inferior
3) Basis Cordis (Facies Posterior)
 Terutama dibentuk oleh atrium sinistrum, tempat bermuara empat vena
pulmonalis
 Terletak berlawanan dengan apex cordis

 Apex cordis : Dibentuk oleh ventriculus sinister, mengarah ke bawah,


depan dan kiri. Apex terletak setinggi spatium intercostale V kiri, 9 cm
dari garis tengah. Pada apex dapat draba denyutan pada orang hidup.
 Jantung bertumpu pada facies diafragmatica

24
b. Batas Jantung
Snell (2011) mengatakan bahwa batas kanan jantung dibentuk oleh
atrium dextrum dan vena cava superior. Batas kiri oleh auricula sinistra,
truncus pulmonalis, ventrikel sinistra, dan arcus aorta. dibawah oleh
ventriculus sinister. Batas bawah terutama dibentuk oleh ventriculus
dexter, tetapi juga oleh atrium dextrum; apex oleh ventriculus sinister.

c. Dinding Jantung
Menurut Paulsen dan Waschke (2012), dinding jantung terdiri dari
tiga lapisan, antara lain:
1) Endocardium : Permukaan internal terdiri dari endotelium dan jaringan
ikat.
2) Myocardium : Otot jantung dengan kardomiosit, memiliki susunan
spiral di dalam dinding, dinding kedua atrium dan ventrikel kanan
membentuk dua lapisan serabut otot, dinding ventrikel kiri membentuk
3 lapisan. Susunan tersebut menunjukkan ventrikel kiri membutuhkan
tekanan lebih tnggi untuk memompa darah ke dalam sistem sirkulasi
sistemik.
3) Epicardium : Tunica serosa dan Tela subserosa di permukaan eksternal
jantung, menunjukkan lapisan visceral Pericardium serosum.

Pericardium
 Merupakan sebuah kantong fibroserosa yang membungkus jantung dan
pangkal pembuluh-pembuluh besar. Fungsinya adalah membatasi
pergerakan yang berlebihan dari jantung secara utuh dan sebagai

25
kantong pelumas di mana bagianbagian yang berbeda dari jantung dapat
berkontraksi. Pericardium terletak di dalam mediastinum medius,
posterior terhadap corpus sterni dan cartilago cartilago costalis II
sampai VI dan anterior terhadap vertebra thoracica V sampai VIII.
Pericardium ada dua jenis, yaitu:
1) Pericardium Fbrosum
Pericardium fibrosum adalah bagian fibrosa yang kuat dari kantong
pericardium. Di bawah, pericardium terikat kuat pada centrum
tendineum diahpragmatica. Pericardium fibrosa bersatu dengan
selubung luar pembuluh-pembuluh darah besar yang berjalan melalui
pericardium, yaitu aorta, truncus pulmonalis, vena cava superior dan
inferior, dan venae pulmonales. Di depan pericardium fibrosum melekat
pada sternum melalui ligamenta stemopericardiaca.

d. Katup Jantung
Menurut Snell (2011) proyeksi pemukaan katup-katup jantung adalah
sebagai berikut:
1) Valva Trikuspidalis, terletak di belakang setengah bagian kanan
sternum pada spatium intercostale IV. Valva tricuspidalis
melindungiostium atriventriculare .
2) Valva mitralis, terletak di belakang setengah bagian kiri sternum
setinggi cartilago costalis IV. Valva mitralis melindungi ostium
atrioventricularae.
3) Valva trunci pulmonalis, terletak di belakang ujung medial cartilago
costalis III kiri dan bagian yang berhubungan dengan sternum.
4) Valva aortae, terletak di belakang setengah bagian kiri sternum pada
spatium intercostale III.. valva aortae melindungi ostium aortae dan
mempunyai struktur yang sama dengan struktur valva trunci
pulmonalis.

26
27
e. Ruang Jantung

1) Atrium Dextrum
Atrium dextrum terdiri atas rongga utama dan sebuah kantong
kecil, auricula (Snell, 2011). Atrium dextrum terdiri terdiri dari bagian
dengan permukaaninternal yang halus, Sinus venae cavae (Sinus
venarum cavarum), dan bagian muscular pada permukaan internal kasar
yang terdiri dari Mm. pectinati. Kedua bagian dipisahkanoleh Crista
terminalis, yang berperan penting untuk lokalisasi nodus sinu-atrial
pada sistem konduksi jantung (Paulsen dan Waschke, 2012).

2) Atrium Sinistrum
Atrium snistrum terdiri atas rongga utama dan auricula sinistra.
Terletak di belakang atrium dextrum dan membentuk sebagian besar
basis atau facies posterior jantung. Di belakang atrium sisntrum
terdapat oesophagus yang dipisahkan oleh pericardium. Bagian dalam
atrium sinnitrum licin, tetapi auricula sinitstra mempunyai rigi-rigi otot
seperti pada auricula dextra (Snell, 2011). Keempat vena pulmonalis
masuk kedinding atrium kiri yang berdinding halus. Ostium
atrioventriculare sinistrum adlah sambunan ventrikel kiri dan berisi
valva mitralis (Paulsen dan Walschke, 2012 ).

3) Ventrikel Dextrum
Membentuk sebagian besar facies anterior cordis, terletak anterior
terhadap ventriculus sinsiter. Ventrikulus dexter berhubungan dengan
atrium dextrum mele\alui ostium atrioventriculare dan dengan truncus
pulmonalis melalui ostium truncus pulmonalis. Mendekati ostium trunci
pulmonalis bentuknya berubah menjadi seperti corong, disebut
infundibulum. Permukaan dalam menunjukkan rigi-rigi yang menonjol
yangdisebut trabeculae carnae. Ada tiga jenis trabeculae carnae:

28
 Jenis pertama terdiri atas Musculi papillares, yang menonjol ke dala,
melekatmelalui basisnyapada dinding ventrikel, puncaknya
dihubungkan tali-tali fibrosa ke cuspis valva trikuspidalis.
 Jenis kedua ujungnya dilekatkan pada dinding ventrikel, dan bebas
pada bagian tengahnya.
 Jenis ketiga hanya terdiri dari rigi-rigi yang menonjol.

4) Ventrikel Sinistrum
Sebagian besar ventriculus sinister terletak di belakang ventriculus
dexter. Sebagian kecil menonjol ke kiri dan membentuk batas kiri
jantung serta apex cordis. Ventrikulus sinister berhubungsn dengan
atrium sinistrum melalui ostium atrioventriculare sinistrum dan dengan
aorta melalui ostium aortae. Dinding ventrikulus sinister tiga kali lebih
tebal dari dinding ventriculus dexter. Tekanan darah di dalam
ventriculus sinister enam kali lebih tinggi dibandingkan tekanan darah
di dalam ventriculus dexter.

f. Perdarahan Jantung
Menurut Snell (2011), jantung mendapat darah dari arteria
coronaria dextra dan sinistra, yang berasal dari aorta ascendens tepat di
atas valva aorta. Arteri coronaria dan cabang-cabangnya terletak di
dalam jaringan ikat subepicardium.

29
1) Arteri Coronaria Dexter
 Mendarahi semua ventrikulus dexter (kecuali bagian kecil di daerah
sebelah kanan sulcus interventrikularis), bagian yang bervariasi dari
facies diafragmathca ventrikulus sinister, sepertiga posteriorinferior
septum ventriculare, atrium dextrum dan sebagian atrium sinistrum,
nodus sinoatrialis, serta nodus dan fasciculus atriorventricularis.
 Arteri ini berasal dari sinus anterior aortae dari aorta ascendens.
Arteri ini berjalan ke bawahke dalamsulcus atrioventricularis dextra,
pada pinggir inferior jantung, lalu dilanjutkan ke posterior sepanjang
sulcus atrioventricularis untuk beranastomosis degan arteri
coronaria sinistra di dalam sulcus interventricularis posterior.

Cabang-cabang arrteri coronaria dextra menurut Snell (2011) adalah


sebagai berikut:
 Ramus conica arteriosa dexter
Mendarahi facies anterior conus pulmonaris (infundibulum
ventriculus dexter) dan bagian atas dinding anterior ventriculus
dexter.
 Rami ventriculares anteriores
Jumlahnya dua atau tiga, mendarahi facies anterior ventriculus
dexter.ramus marginalis adalah cabang terbesar , berjalan sepanjang
pinggir bawah facies costalis untk mencapai apex cordis.
 Rami ventriculares posteriores
Umumnya ada dua, mendarahi facies diaphragmatica ventriculus
dexter.
 Ramus interventricularis posterior (descendens)
Berjalan menuju apex di dalam sulcus interventriculare posterior.
Memberikan cabang-cabang ke ventriculus dexter dan sinister,
termasuk dinding inferiornya.

 Rami atriales
Beberapa cabang mendarahi permukaan aterior dan lateralatrium
dextrum. Satu cabang mendarahi permukaan posterior kedua atrium
dextrum dan sinistrum.arteri nodus sinoatrialis, mendarahi nodus
dan atrium dextrum dan sinistrum.

2) Arteria Coronaria Sinistra


 Biasanya lebih besar daripada arteria coronaria dextra. Pembuluh ini
berasal dari sinus aortae posterior sinistra dari aorta ascendensdan
berjaln ke depan di antara truncus pulmonalis dan auricula sinistra.

30
Lalu berjalan di sulcus atrioventricularis dan bercabang dua menjadi
ramus interventricularis anterior dan ramus circumflexa (Snell,
2011).
 Mendarahi sebagian besar jantung, sebagian besar atrium
sinistrum,ventriculus sinister dan septum interventriculare (Snell,
2011 ).

Cabang-cabang arteria coronaria sinistra


 Ramus interventricularis (descenden) anterior
Berjalan ke bawah di dalam sulcus interventricularis anterior
menuju apex cordis. Cabang ini mendarahi ventriculus dexter dan
sinister dengansejumlah cabang yangjuga mendarahi bagian anterior
septum ventriculare (Snell, 2011).
 Ramus circumvlexus
Ukurannya sama dengan arteria interventricularis anterior.
Pembuluh ini melingkari pinggir kiri jantung di dalam sulcus
atrioventricularis. Ramus marginalis sinsiter mendarahi pinggir
kiri ventriculus sinsister dan turun sampai apex cordis. Ramus
ventricularis anterior dan posterior mendarahi ventriculus sinister.
Rami atriales mendarahi atrium sinistrum (Snell, 2011).

Variasi pada Arteria Coronaria


Snell (2011) menyatakan bahwa pada arteria coronaria terdapat
variasi, antara lain:
 Pada kasus dominan kanan,arteria interventricularis posterior adalah
cabang besar dari arteria coronaria dextra. Terdapat pada
kebanyakan individu (90%).
 Pada kasus dominan kiri, arteria interventricularis posterior adalah
cabng dari ramus circumvlexus arteria coronaria sinistra (10%).

Anastomosis Arteria Coronaria


Terdapat anastomosis di antara cabang-cabang terminal
A.coronaria dextra dan sinistra (sirkulasi kolateral), tetapi biasanya
tidak cukup besar untuk mendarahi otot jantung apabila sebuah cabang
besar tersumbat oleh suatu penyakit. Penyumbatan mendadak dari salah
satu cabang besar atau salah satu arteria coronaria biasanya
menyebabkan kematian otot jantung (infark miokardium), walaupun
kadang-kadang sirkulasi kolateral cukup untuk mempertahankan suplai
ke otot (Snell, 2011).

31
Pendarahan Sistem Konduksi
Nodus sinoatrialis biasanya didarahi oleh arteria coronaria dextra
tetapi kadang-kadang oleh arteria coronaria sinistra. Nodus dan
fasciculus atrioventricularis didarahi oleh arteria coronaria dextra. Crus
dextrum fasciculus atrioventricularis didarahi oleh arteria coronaria
sinistra; crus sinistrum fasciculus atrioventricularis didarahi oleh arteria
coronaria sinistra dan dextra (Snell, 2011).

Pembuluh Darah Balik Jantung


Sebagian besar darah dari dinding jantung mengalir ke atrium
dextrum melalui sinus coronarius, yang terletak pada bagian posterior
sulcus atrioventricularis dan merupakan lanjutan dari vena cardiaca
magna. Pembuluh ini bermuara ke atrium dextrum sebelah kiri vena
cava inferior. Vena cardiaca parva dan media bermuara ke sinus
coronarius. Sisanya dialirkan ke atrium dextrum melalui vena cardiaca
anterior dan melalui vena-vena kecil yang bermuara langsung ke ruang
jantung (Snell, 2011).

Sirkulasi Koroner
Snell (2011) menyatakan bahwa aliran darah koroner pada orang
normal dalam keadaan istirahat sekitar 225 mL/menit dan berlanjut
selama siklus jantung. Namun demikian pada saat diastolik hanya
terjadi sekitar 75% karena kompresi cabang-cabang kecil arteriae
coronariae oleh otot jantung yang terjadi waktu sistolik. Stimulasi
susunan saraf simpatik menyebabkan vasodilatasi ringan arteriae
coronariae, sebaliknya stimulasi parasimpatik menimbulkan
vasokonstriksi ringan. Peningkatan aliran coronaria terutama
disebabkan oleh meningkatnya kinerja otot-otot jantung dan efek
setempat dari hasil metabolisme yang menimbulkan vasodilatasi.

Sirkulasi Darah Melalui Jantung


Jantung normal berdenyut sekitar 70 sampai 90 kali per menit pada
orang dewasa yang sedang istirahat dan sekitar 130 sampai 150 kali per
menit pada anak yang baru lahir. Darah secara terus-menerus kembali
ke jantung. Selama sistolik ventrikel (kontraksi), saat valva
atrioventricularis tertutup, darah sementara ditampung di dalam vena-
vena besar dan atrium. Bila ventrikel mengalami diastolik (relaksasi),
valva . atrioventricularis membuka, dan darah secara pasif mengalir dari
atrium ke ventrikel. Saat ventrikel hampir penuh, terjadi sistolik atrium
dan memaksa sisa darah dalam atrium masuk ke dalam ventrikel, Nodus
sinoatrialis memulai gelombang kontraksi pada atrium, yang dimulai di
sekitar muara-muara vena-vena besar dan memeras darah ke ventrikel.
lmpuls jantung yang telah mencapai nodus atrioventricularis diteruskan

32
ke musculus papillaris melalui fasciculus atrioventricularis dan crus-
crusnya (Snell, 2011).
Kemudian musculi papillares mulai berkontraksi dan
memendekkan chordae tendineae yang kendur. Sementara itu, ventrikel
mulai berkontraksi dan valva atrioventricularis menutup. Penyebaran
impuls jantung sepanjang fasciculus atrioventricualris dan cabang-
cabang terminalnya, termasuk serabut Purkinye, menjamin bahwa
kontraksi miokardium terjadi hampir bersamaan waktunya di seluruh
ventrikel. Bila tekanan intraventrikular melebihi tekanan di dalam
arteri-arteri besar (aorta dan truncus pulmonalis), cuspis valvula
semilunaris terdorong ke samping dan darah dikeluarkan dari jantung.
Pada akhir sistolik ventrikel, darah mulai bergerak kembali ke ventrikel
dan dengan segera mengisi kantong-kantong valvula semilunaris.
Valvulae terletak dalam keadaan aposisi dan menutup ostium aortae dan
pulmonalis dengan sempurna.

g. Persarafan Jantung
Jantung dipersarafi oleh serabut simpatik dan parasimpatik susunan
saraf otonom melalui plexus cardiacus yang terletak di bawah arcus
aorta. Saraf simpatik berasal dari bagian cervicale dan thoracale bagian
atas truncus sympathicus, dan parasimpatik berasal dari nervus vagus.
Serabut-serabut posganglionik simpatik berakhir di nodus sinoatrialis
dan nodus atrioventricularis, serabut-serabut otot iantung, dan arteriae
coronariae (Snell, 2011).
Stimulasi simpatis meningkatkan denyut jantung (efek
krnonotropik positif), kecepatan konduksi (efek dromotropik positif),
dan eksitabilitas (efek batmotropik positif) kardiomiosit (Paulsen dan
Waschke, 2012). Serabut-serabut posganglionik parasimpatik berakhir
pada nodus sinoatrialis, nodus atrioventricularis dan arteriae coronariae.
Perangsangan saraf parasimpatik mengakibatkan berkurangnya denyut
dan daya kontraksi jantung dan konstriksi arteriae coronariae. Serabut-
serabut.aferen yang berjalan bersama saraf simpatik membawa impuls
saraf yang biasanya tidak dapat disadari. Akan tetapi, apabila suplai
darah ke miokardium terganggu, impuls rasa nyeri dirasakan melaiui
lintasan tersebut. Serabut-serabut aferen yang berjalan bersama nervus
vagus mengambil bagian dalam refleks kardiovaskular (Snell, 2011).

33
3. Histologi jantung dan pembuluh darah jantung

Bilik jantung berkontraksi secara ritmis. Jantung memompa darah


melalui sistem sirkulasi. Dinding masing – masing bilik jantung terdiri
dari tiga lapisan utama, yaitu :
1. Endokardium (Dibagian dalam)
Permukaan internal terdiri dari endothelium dan jaringan ikat
(F. Paulsen & J. Wachke, 2012). Terdiri dari lapisan endotel tipis
(bagian dalam), jaringan ikat (penyokong), lapisan mioelastis di
bagian tengah dari serat otot polos dan jaringan ikat, dan lapisan
dalam jaringan ikat yang disebut lapisan subendokardial. Lapisan
subendokardial ini menyatu dengan miokardium (Mescher, 2017).

2. Miokardium (Dibagian tengah)


Lapisan paling tebal, terdiri dari dari otot jantung, yang otot
jantung itu sendiri memilin di sekitar setiap bilik jantung.
Miokardium merupakan lapisan paling tebal karena dia dibutuhkan
untuk memompa darah melalui sirkulasi sistematik dan sirkulasi
pulmoner (Mescher, 2017). Miokardium di ventrikel kiri lebih

34
tebal darpada ventrikel kanan, susunan ini menunjukkan lebih
tingginya tekanan yang dibutuhkan didalam ventrikel kiri untuk
memompa darah kedalam sirkulasi sistemik. Dinding ventrikel
kanan memiliki ketebalan 3 – 5 mm, sedangkan dinding ventrikel
kiri memiliki ketebalan 8 – 12 mm. Serabut otot jantung terdiri dari
kardiomiosit dan memiliki susunan spiral didalam dinding jantung.
Di dinding ventrikel kiri, serabut otot membentuk tiga lapisan,
ventrikel kanan serabut ototnya membentuk dua lapisan. (F.
Paulsen & J. Wachke, 2012)

3. Epikardium (Dibagian luar)


Epikardium terdiri dari mesotel selapis gepeng, selapis jaringan
ikat longgar yang mengandung pembuluh darah dan saraf.
Epikardium sama dengan lapisan viseral pericardium, yaitu
membran yang mengelilingi jantung (Mescher, 2017). Tunica
serosa dan tela subserosa di permukaan eksternal jantung,
menunjukkan lapisan visceral pericardium serosum, pada manusia,
tela subserosa mengandung banyak jaringan lemak putih dan
tempat terdapatnya pembuluh darah coronaria dan saraf (F. Paulsen
& J. Wachke, 2012).

35
(Mescher, 2017) Didalam pericardium terdapat cairan
pelumas, cairan pelumas tersebut dihasilkan oleh kedua lapis sel
serosa mesotel. Didalam lapisan – lapisan utama ini, jantung
memiliki struktur lain yang berfungsi untuk mendorong darah.
Jaringan ikat fibrosa padat rangka jantung membentuk sebagian
septa interventrikuler dan interatrial, mengelilingi semua katup
jantung, dan meluas ke kuspid katup dan korda tendinea
(tempatnya melekat). Terdapat beberapa fungsi pada daerah
jaringan ikat padat tidak teratur ini, antara lain:
1. Menambat dan menyokong katup jantung
2. Menyediakan titik kuat untuk insersi otot jantung
3. Membantu mengoordinasi denyut jantung dengan berperan
sebagai isolator listrik antara atria dan ventrikel.

Didalam lapisan subendokardial dan di sekitar miokardium,


sel otot jantung menyusun sistem penghantar impuls jantung.
Sistem penghantar impuls jantung ini membentuk dan
menyebarkan gelombang depolarisasi melalui miokardium untuk
merangsang kontraksi ritmis. Sistem penghantar impuls jantung
terdiri dari dua nodus jaringan miokardial khusus di atrium kanan,
yaitu nodus sinoatrial(SA), nodus atrioventrikulare. Terdapat
berkas AV(berkas His) dan jaringan konduksi subendokardial
(Mescher, 2017).

(Mescher, 2017) Nodus SA adalah massa berukuran 6 – 7


mm3 sel otot jantung dengan ukuran yang lebih kecil, terletak pada
dinding atrium kanan dekat vena cava superior. Impuls yang dipicu
oleh sel – sel ini menyebar sepanjang serat miokardial kedua atria,
dan akan merangsang kontraksi. Jika impuls mencapai nodus AV
yang sedikit lebih kecil, yang terletak pada dasar atrium kanan
dekat katup AV dan terdiri atas sel yang serupa dengan nodus SA
maka akan memicu depolarisasi sel – sel tersebut. Serat otot yang
berkonduksi dari nodus AV membentuk berkas AV, berjalan
melalui sebuah celah(taut celah/gapjunction) dalam rangka jantung
kedalam septum interventrikular. Dan selanjutnya akan bercabang
dua ke dalam masing – masing dinding ventrikel sebagai cabang
berkas kiri dan kanan.

36
Di bagian apeks jantung, berkas – berkas ini membelah lagi
menjadi jalinan berkonduksi subendokardial serat otot, disebut
serat purkinje (Mescher, 2017). Serat ini lebih besar dan tebal
daripada serat otot jantung dan mengandung lebih banyak glikogen,
serat ini juga mengandung lebih sedikit filament kontraktil. Serat
purkinje adalah bagian dari sistem konduksi jantung. Serat ini
terletak dibawah endocardium dikedua sisi septum
interventrikularis dan dianggap sebagai dua traktus yang terpisah,
karena bercabang ke seluruh miokardium. Aktivitas pacu jantung
dipengaruhi oleh akson – akson dari susunan saraf autonom dan
hormon tertentu (Eroschenko, 2015)
Histologi Pembuluh darah
(Mescher, 2017) Secara makroskopis, pembuluh darah memiliki
tiga lapisan (tunika) utama:
1. Intima
Mencakup endotel, jaringan ikat, dan lamina elastika interna
pada pembuluh yang lebih besar.
2. Media
Mengandung lapisan otot polos diselingi lamella kolagen atau
elastis.
3. Adventisia
Mengandung jaringan ikat, pembuluh – pembuluh kecil (vasa
vasorum), dan saraf.

Jenis Arteri
(Eroschenko, 2015) Ada tiga jenis arteri di tubuh, arteri
elastic, arteri muscular, dan arteriol. Yang meninggalkan jantung
untuk mendistribusikan darah yang mengandung oksigen menjadi
semakin kecil seiring dengan bertambahnya percabangan. Pada
setiap percabangan,diameter lumen arteri pelan – pelan berkurang
sampai pembuluh darah terkecil (kapiler) terbentuk.
1. Arteri elastic (Arteria elastoilipica)
Pembuluh darah terbesar ditubuh dan mencakup trunkus
pulmonalis dan aorta serta cabang – cabang utamanya, yaitu arteri
brakiosefalika, karotis komunis, subklavia, vertebralis, pulmonaris,
dan iliaka komunis. Dinding pembuluh ini terdiri atas serat jaringan
ikat elastic yang diselingi sel otot polos yang tersusun melingkar.
Serat elastik ini menghasilkan ketahanan dan fleksibilitas tinggi
selama aliran darah.

37
2. Arteri muskularis (Arteria Myotypica)
Arteri – arteri yang elastic besar bercabang, membentuk arteri
muskularis yang berukuran sedang, pembuluh darah terbanyak di
tubuh. Dinding arteri muskularis mengandung banyak serat otot
polos.

Otot polos yang terdapat pada arteri muscular dan elastic


akan menghasilkan serat elastic, sedikit serat kolagen. Serat
kolagen memberikan kekuatan regang untuk dinding arteri,
sedangkan serat elastic memungkinkan dinding pembuluh teregang
dan mengecil kembali, selama kontraksi jantung dan semburan
darah.

3. Arteriol
Merupakan cabang terkecil sistem arteri. Dinding arteri ini terdiri
atas satu sampai lima lapisan serat otot polos. Arteriol menyalurkan
darah ke pembuluh darah terkecil(kapiler). Kapiler juga
menghubungkan arteriol dengan vena terkecil atau venula.

Struktur Arteri
(Eroschenko, 2015) Mengatakan bahwa secara umum dinding arteri
tersusun atas tiga lapisan konsentris atau tunika.
1. Tunika intima (Paling dalam menghadap ke lumen)
Terdiri atas epitel squamosa selapis (endotel di sistem vascular)
dan suatu lapisan tipis dibawahnya( jaringan ikat subendotel).
2. Tunika media (Lapisan tengah)
Terdiri atas serat otot polos, dan di antara sel – sel otot polos
terdapat serat elastic dan reticular dalam jumlah yang bervariasi.
3. Tunika adventisia (lapisan paling luar)
Terdiri atas serat kolagen tipe I dan serat jaringan elastikyang
berorientasi longitudinal (difiore).

Struktur Vena
Vena terbagi dua, vena kecil/sedang dan besar. Vena kecil
atau sedang memiliki diameter 10 mm atau kurang. Vena ini
biasanya terletak dekat dan parallel terhadap arteri muscular.
Tunika intimanya biasanya tipis, medianya memiliki berkas –
berkas kecil otot polos berbaur dengan jalinan serat reticular dan
serat elastin halus, serta lapisan adventisia berkolagen yang tebal
dan berkembang baik. Vena besar memiliki lapis intima yang

38
berkembang baik, tetapi memiliki lapis intima yang berkembang,
tetapi memiliki media yang relatif tipis dengan otot polos diselingi
jaringan ikat. Tunika adventisia lebih tebal daripada media pada
vena besar dan sering mengandung berkas longitudinal otot polos.
Baik media maupun adventisia mengandung serat elastin, dan
sebuah lamina elastika interna seperti pada arteri. Ciri penting vena
besar yaitu adanya katup. Yang terdiri atas lipatan ganda tunika
intima tipis yang terjulur kedalam lumen, kaya serat elastin dan
kedua sisinya ditutupi oleh endotel. Katup, terutama banyak pada
vena tungkai, membantu mempertahankan aliran darah vena ke
arah jantung (Mescher, 2017).

Gambar dinding vena besar (Eroschenko, 2015)

39
Gambar dinding arteri dan vena (Mescher, 2017).
Jenis Kapiler
Kapiler merupakan pembuluh terkecil. Diameter rata –
ratanya adalah sekitar 8 mikrometer, yaitu seukuran sebuah
eritrosit(sel darah merah). Setiap kapiler terdiri atas satu endotel
tipis, lamina basal dibawahnya, dan beberapa perisit yang tersebar
acak. Sel – sel ini mengelilingi kapiler dengan sitoplasma
bercabang dan dibungkus oleh suatu lamina basal yang juga
membungkus endotel kapiler (Eroschenko, 2015).

(Mescher, 2017) Kapiler pada umumnya dibagi dalam tiga jenis


histologis, tergantung keutuhan sel endotel dan membrane
basalnya.
1. Kapiler kontinu
Memiliki banyak taut oklusi kedap yang berkembang baik pada
diantara sel – sel endotel yang sedikit tumpang tindih, yang
memberi keutuhan sepanjang endotel dan pertukaran metabolic
yang teratur melalui sel. Kapiler kontinu adalah kapiler paling
umum yang dijumpai dalam otot, jaringan ikat, paru, kelenjar,
eksokrin, dan jaringan saraf.

40
2. Kapiler berfenestra
Strukturnya mirip saringan yang memungkinkan pertukaran
molekuler lebih luas melalui endotel. Sel endotel ditembus oleh
banyak lubang bulat kecil atau fenestra dengan diameter 80 nm.
Beberapa fenestra ditutupi oleh diafragma yang sangat tipis dari
proteoglikan yang lainnya dapat berupa invaginasi membrane
selama transitosis yang secara temporer mencakup kedua sisi sel
yang sangat tipis tersebut. Membrane basal tersebut utuh dan
menutupi fenestra. Kapiler berfenestra ditemukan pada organ
dengan pertukaran cepat substansi antara jaringan dan darah,
seperti ginjal, usus, pleksus koroidalis dan kelenjar endokrin.

3. Kapiler diskontinu(sinusoid)
Memungkinkan pertukaran makromolekul secara maksimal,
juga memungkin perpindahan sel lebih mudah diantara jaringan
dan darah. Endotel disini memiliki perforasi besar tanpa diafragma
dan celah interseluler tidak teratur, membentuk lapisan tidak
utuhdengan celah diantara dan melalui sel – sel. Memiliki
membrane basal yang sanhgat diskontinu dan diameter yang jauh
lebih besar, seringkali 30 – 40 mikrometer yang memperlambat
aliran darah. Kapiler sinusoid ditemukan dalam hati, limpa,
sejumlah kelenjar endokrin dan sumsum tulang. Gambar kapiler
(Mescher, 2017).

Venul
(Mescher, 2017) Venul pascakapiler serupa dengan kapiler
dengan perisit tapi lebih besar, diameternya antara 15 – 20
mikrometer. Venul pascakapiler adalah tempat utama sel darah
putih melekat pada endotel dan meninggalkan sirkulasi pada tempat
dengan infeksi atau cedera jaringan.

41
Tabel (Mescher, 2017).

Vaskularisasi Jantung
(Elkri, 2014) Jantung mendapatkan darah dari arteria coronaria
dextra dan sinistra, yang berasal dari aorta ascendens tepat di atas
valva aortae. Arteriae coronariae dan cabang-cabang utamanya
terdapat di permukaan jantung, terletak di dalam jaringan ikat
subepicardial.
1. Arteria coronaria dextra

Berasal dari sinus anterior aortae dan berjalan ke depan di


antara truncus pulmonalis dan auricula dextra. Arteri ini berjalan
turun hampir vertikal di dalam sulcus atrioventriculare dextra, dan
pada pinggir inferior jantung pembuluh ini melanjut ke posterior
sepanjang sulcus atrioventricularis untuk beranastomosis dengan
arteria coronaria sinistra di dalam sulcus interventricularis
posterior. Arteria coronaria dextra mendarahi semua ventricel
dexter (kecuali sebagian kecil daerah sebelah kanan sulcus
interventricularis), bagian yang bervariasi dari facies
diaphragmatica ventricel sinistra, 1/3 posterior septum ventriculare,
atrium dextra dan sebagian atrium sinistra, nodus SA, nodus AV,

42
dan fasciculus atrioventricularis. Cabang – cabang arteria coronaria
dextra adalah arteria marginalis dan arteria ventricularis
posterior (Elkri, 2014).
2. Arteria coronaria sinistra
(Elkri, 2014) Arteria coronaria sinistra yang biasanya lebih
besar dibandingkan dengan arteria coronaria dextra, mendarahi
sebagian besar jantung, termasuk sebagian besar atrium sinistra,
ventricel sinistra, dan septum ventriculare. Arteria ini berasal dari
posterior kiri sinus aortae aorta ascendens dan berjalan ke depan di
antara truncus pulmonalis dan auricula sinistra. Kemudian
pembuluh ini berjalan di sulcus atrioventricularis dan bercabang
dua menjadi :
a. Arteri interventrikularis anterior (rami descendens anterior),
yang mendarahi bagian depan dan samping atas ventricel
sinistra.
b. Arteri circumflexus (ramus circumflexus) yang mendarahi
bagian belakang bawah ventricel sinistra.

3. Venae coronariae
(Elkri, 2014) Sebagian besar darah dari dinding jantung
mengalir ke atrium dextra melalui sinus coronarius, yang terletak
pada bagian posterior sulcus atrioventricularis dan merupakan
lanjutan dari vena cordis magna (bermuara ke atrium dextra
sebelah kiri vena cava inferior). Vena cordis parva dan vena cordis
media merupakan cabang sinus coronarius. Sisanya dialirkan ke
atrium dextra melalui vena ventriculi dextri anterior dan melalui
vena-vena kecil yang bermuara langsung ke ruang-ruang
jantung. Tetapi, ada vena jantung yang langsung bermuara ke
atrium dextra tanpa melewati sinus coronaria, yaitu vena cordis
anterior dan vena cordis minima (Thebesi).
(Elkri, 2014) Pada orang normal, darah yang masuk ke jantung
melalui vena cava kemudian akan di pompa ke sistem sirkulasi
paru, setelah mengalami oksigenasi didalam jaringan sel paru –
paru kemudian darah kembali ke jantung melalui pembuluh darah
balik (vena pulmonaris).

Arteri koroneria
(Elkri, 2014) Arteri coronaria terletak di permukaan jantung,
dan hanya sebagian kecil cabang – cabangnya menembus
myocardium. Arteri coronaria sinistra terutama melayani ventrikel

43
kiri dan memberikan ramus circumflexa sinistra yang berjalan pada
‘atrioventrikular groove’ kearah kiri dan berakhir pada cabang
posterior ‘descending artery’ sedangkan ramus interventrikularis
berjalan menelusuri sulcus interventricularis anterior kedepan
sampai pada apex yang pada awal cabangnya memberikan cabang
kecil yang menuju ke bagian septal. Arteri coronia septa terutama
melayani ventrikel kanan walaupun pada faktanya sebagian besar
ventrikel kanan juga mendapatkan pelayanan dari cabang – cabang
arteri coronaria sinistra.
(Elkri, 2014) Arteri coronaria dextra berjalan pada ‘right
atrioventricular sulcus’ dan berakhir pada bagian posterior jantung,
demikian juga cabang – cabangnya. Kedua cabang arteri coronaria
tersebut membentuk anyaman di permukaan jantung yang
mengarah ke apex cordis, lalu di tempat ini menembus
myokardium dan cabang – cabang kecilnya mengikuti berkas –
berkas serabut otot jantung serta akhirnya melayani otot
subendokardium dan muskulus papilaris.
Kelainan pada jantung
(Elkri, 2014) Aterosklerosis (gagal jantung) adalah suatu
penyakit yang menyerang pembuluh darah besar maupun kecil dan
ditandai oleh kelainan fungsi endotelial, radang vaskuler dan
pembentukan lipid, kolesterol, zat kapur, bekas luka vaskuler di
dalam dinding pembuluh intima. Aterosklerosis berasal dari kata
athero dalam bahasa Yunani (athera) suatu bentuk gabung yang
menunjukan degenerasi lemak atau hubungan dengan atheroma
yang bisa juga berdampak pda fungsi otak untuk mengontrol
aktivitas tubuh. Sedangkan skelosis dalam bahasa Yunani
adalah indurasi dan pengerasan, Seperti pengerasan sebagian
peradangan, pembentukan jaringan ikat atau meningkat atau
penyakit zat inersisial.

(Elkri, 2014) Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih


yang disebut monosit, pindah dari aliaran darah ke dalam dinding
arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan
lemak. Pada saatnya monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul,
menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam ateri. Unsur
lemak yang berperan disini adalah LDL (low density lipoprotein),
LDL sering di sebut kolestrol jahat, tinggi LDL akan berpotensi
menumpuk disepanjang dinding nadi korener.
Arteri yang terkena arterosklerosis akan kehilanagan
kelenturannya dan karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan
menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan kalsium,
sehingga bisa rapuh dan pecah. Darah bisa masuk ke dalam

44
ateroma yang pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar dan
mempersempit arteri. Ateroma yang pecah juga bisa
menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu terjadinya
pembekuan darah (thrombus). Selanjutnya bekuan ini akan
mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan
terlepas dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan
sumbatan di daerah lain (emboli). Akibat dari penyempitan arteri
jantung kesulitan memompa darah dan timbul rasa nyeri di dada,
suka pusing-pusing dan berlanjut ke gejala serangan jantung
mendadak. Bila penyumbatan terjadi diotak maka yang di derita
stroke dan bisa juga menyebabkan kelumpuhan. Laju peningkatan
ukuran dan jumlah ateroma di pengaruhi berbagai factor.
Faktor genetik penting dan aterosklerosis serta komplikasinya
cenderung terjadi dalam keluaraga. Seseorang penderita
penyakit keturunan homosistimuria memiliki ateroma yang meluas,
terutama pada usia muda. Penyakit ini mengenai banyak arteri
tetapi tidak selalu mengenai arteri koroner (arteri menuju ke
jantung). Sebaliknya, pada penyakit keturunan hiperkolesterolemia
familial, kadar kolestrol yang sangat tinggi menyebabkan
terbentuknya ateroma yang lebih banyak di dalam arteri koroner
dibandingkan arteri lainnya. Pada penderita hipertensi umumnya
akan menderita aterosklerosis lebih awal dan lebih berat dan
beratnya penyakit berhubungan dengan tekanan darah, walaupun
batas normal. Aterosklerosis tidak terlihat pada arteri pulmonalis
(biasanya bertekanan rendah). jika tekanannya meningkat secara
abnormal, keadaan ini disebut hipertensi pulmonal.

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit


jantung akibat penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah
koroner. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat menghentikan
aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri.
Dalam kondisi lebih parah kemampuan jantung dalam memompa
darah dapat hilang. Menurut WHO, penyakit jantung koroner
adalah gangguan pada miokardium karena ketidakseimbangan
antara aliran darah koroner dengan kebutuhan oksigen
miokardium sebagai akibat adanya perubahan pada sirkulasi
coroner yang dapat bersifat akut (mendadak) maupun kronik
(menahun).

Klasifikasi
(Elkri, 2014)Penyakit jantung koroner dapat terdiri dari:
1.) Angina pektoris stabil (APS), Sindroma klinik yang
ditandai dengan rasa tidak enak di dada, rahang,
bahu, punggung ataupun lengan, yang biasanya oleh kerja fisik

45
atau stres emosional dan keluhan ini dapat berkurang bila
istirahat atau dengan obat nitrogliserin.
2.) Sindroma Koroner Akut (SKA), Sindroma klinik yang
mempunyai dasar patofisiologi, yaitu berupa adanya erosi,
fisur atau robeknya plak arterosklerosis sehingga menyebabkan
trombosis intravascular yang menimbulkan ketidakseimbangan
pasokan dan kebutuhan oksigen miokard.

4. Obstruksi arteri koronaria

Pembuluh darah koroner merupakan penyalur aliran darah


(membawa oksigen dan makanan yang dibutuhkan miokard agar
dapat berfusi dengan baik). Penyakit jantung koroner adalah salah
satu akibat utama arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah
nadi) yang dikenal sebagai atheosklerosis. Pada keadaan ini
pembuluh darah nadi menyempit karena terjadi endapan-endapan
lemak (atheroma dan plaques) pada dindingnya (Djohan, 2014).
Aterosklerosis bermula dari akumulasi LDL, pengaktifan
endotelium, serta perekrutan sel T dan monosit. Monosit
mengalami diferensiasi menjadi makrofag agar dapat melakukan
fagositosis lipoprotein termodifikasi dan berkembang menjadi sel
busa. Sel T bertugas mengenal adanya antigen lokak, kemudia
mengundang respons sel helper 1 agar berlibat dalam peradangan
lokal dan pertumbuhan lesi aterosklerosis. Sejalan dengan sinyal
dan bersifat anti peradangan muncul, sehingga terjadi pengaturan
sistem kekebalan. Aktivasi peradangan secara intensif
mengakibatkan terjadinya komplikasi berupa proteolisis lokal,
merusak plak, formasi trombus, iskhemia, dan infark (Hansson,
2009).
Serangan jantung atau infark myokardia juga dapat timbul
akibat plak yang pecah dan menyebabkan penyumbatan arteri
koroner total, sehingga otot pada jazntung tidak mendapat suplai
makanan yang menyebabkan otot jantung mati. Bahayanya
tergantung dengan seberapa banyak otot jantung yang mati ada
yang ringan sampai berat. Jika ditangani lebih awal ukuran
serangan jantung dapat berkurang dengan pemberian obat
penghilang sumbatan. Walaupun pasien tersebut selamat tapi ia
masih beresiko, jika masih terdapat plak di dalam arteri koroner.
Aritmia adalah masalah pada irama jantung ketika organ
tersebut berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur.
Ada beberapa jenis aritma : brandikardia, blok jantung, takikardia
supraventrikular, fibrilasi atrium, fibrilasi ventrikel.

46
Faktor-faktor resiko terjadinya penyakit ini adalah
a. merokok,
b. tekanan darah tinggi,
c. peninggian nilai kolesterol di darah,
d. kegemukan,
e. stress,
f. diabetes mellitus dan
g. riwayat penyakit keluarga yang kuat untuk Penyakit Jantung
Koroner.
Dengan bertambahnya usia resiko terkena penyakit ini
bertambah. Pria lebih beresiko terkena penyakit ini
dibandingkan dengan wanita.

5. Hipertropi

Hipertrofi adalah keadaan dimana terjadi pembesaran atau


pertumbuhan yang berlebih organ atau bagian tubuh akibat
peningkatan ukuran sel-sel penyusunnya. Hipertrofi ini dapat
terjadi pada ventrikel dari jantung yang mana miokardium dari
ventrikel tersebut mengalami hipertrofi dikarenakan kelebiha beban
tekanan yang kronis. Pada jantung hipertrofi ventrikel kiri dapat
menyebabkan gagal jantung
Penyebab Hipertofi Ventrikel Kiri
Hipertrofi pada ventrikel kiri ini dapat disebabkan oleh
obesitas sentral, hipertensi, hiperurisemia, kebiasaan merokok,
aktivitas fisik ringan. Dengan yang paling dominan menyebabkan
hipertofi adalah obesitas sentral.

Hubungan Hipertrofi Ventrikel Kiri dengan Hipertensi


Jantung mengalami hipertrofi dalam usaha kompensasi
akibat beban tekanan (pressure over load) atau beban volume
(volume overload) yang mengakibatkan peningkatan tegangan
dinding otot jantung. Hipertrofi Ventrikel Kiri dimulai dengan
peningkatan kontraktilitas miokardium yang dipengaruhi oleh
sistem saraf adrenergik sebagai respon neurohumoral, kemudian

47
diikuti dengan peningkatan aliran darah balik vena karena
vasokontriksi dipembuluh darah perifer dan retensi cairan oleh
ginjal.
Bertambahnya volume darah dalam vaskuler akan
meningkatkan beban kerja jantung, kontraksi otot jantung akan
menurun karena suplai aliran darah yang menurun dari aliran
koroner akibat arteriosclerosis dan berkurangnya cadangan aliran
pembuluh darah koroner. Dengan peningkatan tahanan perifer dan
beban sistolik ventrikel kiri, jantung mengalami hipertrofi karena
aktifasi simpatis untuk meningkatkan kontraksi miokardium
(Wowor, et al., 2015)

6. Hipertensi
Mekanisme kontrol tekanan darah tidak berfungsi dengan
benar atau tidak mampu secara sempurna mengompensasi
perubahan yang berIangsung, sehingga meyebabkan tekanan darah
dapat terlalu tinggi (hipertensi jika di atas 140/90 mm Hg) atau
terlalu rendah (hipotensi jika di bawah 90/60 mm Hg).

Terdapat dua golongan besar hipertensi, hipertensi sekunder dan


hipertensi primer, bergantung pada penyebabnya :

1. Hipertensi Primer

Peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh beragam


kausa tak-diketahui dan bukan suatu entitas tunggal.(Lauralee
Sherwood, 2013). Contoh :

- Gangguan penanganan garam oleh ginjal.

- Asupan garam berlebihan.

48
Garam secara osmotik menahan air, meningkatkan volume darah
dan berperan dalam kontrol jangka-panjang tekanan darah. Asupan
berlebihan garam dapat menyebabkan hipertensi, khususnya pada
individu yang sensitif terhadap garam. Bukti-bukti mengatakan
bahwa mengurangi asupan garam dapat menyelamatkan nyawa
dengan mengurangi komplikasi yang dipicu oleh hipertensi seperti
serangan jantung dan menghemat jutaan biaya pemeliharaan
kesehatan.

Para ahli menganjurkan tidak lebih dari 1,5 g natrium (Na+)


(ekuivalen dengan 3,8 g garam) per hari jika telah menderita
hipertensi. (Lauralee Sherwood, 2013)

Diet yang kurang mengandung buah, sayuran, dan produk susu


(yaitu, rendah K+ dan Ca2+).

Studi DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)


menemukan bahwa diet rendah Iemak dan kaya buah, sayur, dan
produk susu dapat menurunkan tekanan darah pada orang dengan
hipertensi ringan sama seperti pemberian terapi dengan satu jenis
obat. (Lauralee Sherwood, 2013)

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi yang terjadi akibat masalah primer lain. Contoh :

Feokromositoma adalah suatu tumor medula adrenal yang


mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin secara berlebihan.
Peningkatan abnormal kadar kedua hormon ini menyebabkan
peningkatan curah jantung dan vasokonstriksi perifer genera-lisata,
yang keduanya berperan menyebabkan hipertensi yang khas pada
penyakit ini. (Lauralee Sherwood, 2013)

Komplikasi Hipertensi

Hipertensi menimbulkan stres pada jantung dan pembuluh darah.


Jantung mendapat beban kerja yang lebih besar karena harus

49
memompa melawan resistensi perifer total yang lebih tinggi,
sementara pembuluh darah mungkin rusak akibat tekanan internal
yang tinggi, terutama ketika dinding pembuluh melemah akibat
proses degeneratif aterosklerosis.(Lauralee Sherwood, 2013)

Komplikasi hipertensi mencakup :

1. Gagal jantung kongestif akibat ketidakmampuan jantung


memompa darah melawan tekanan arteri yang terus-menerus
tinggi.

2. Stroke akibat pecahnya pembuluh darah otak.

3. Serangan jantung karena pecahnya pembuluh koronaria.

4. Perdarahan spontan akibat pecahnya pembuluh darah kecil di


bagian tubuh yang lain.

5. Gagal ginjal akibat gangguan progresif aliran darah melalui


pembuluh darah ginjal yang rusak.

Hipertensi tidak bergejala karena jaringan mendapat pasokan darah


yang cukup, kecuali jika dilakukan pengukuran tekanan darah
secara rutin. Penyakit ini dapat tidak diketahui hingga terjadi
penyulit mendadak. (Lauralee Sherwood, 2013)

Terapi Hipertensi

Jika hipertensi terdeteksi, intervensi terapetik dapat mengurangi


perjalanan dan keparahan masalah ini. Pengaturan diet, termasuk
penurunan berat, disertai berbagai obat yang mem-anipulasi
penanganan air dan garam atau aktivitas autonom pada sistem
kardiovaskular dapat digunakan untuk mengobati hipertensi.
Apapun penyebab aslinya, obat-obat yang mengurangi volume
plasma atau resistensi perifer total (atau keduanya) akan
menurunkan tekanan darah ke arah normal. Selain itu, program

50
olahraga aerobik teratur dapat dilakukan untuk membantu
mengurangi tekanan darah tinggi.(Lauralee Sherwood, 2013)

VII. KERANGKA KONSEP

51
VIII. KESIMPULAN
Tuan A,usia 52 tahun, mengalami obstruksi di bagian tunica intima yang di
sebabkan oleh makan makanan yang berlemak dengan berlebihan, dan
menderita hipertensi dengan waktu yang lama. Sehingga, mengakibatkan
adanya pembengkakan arteri coroneria circumflexa sinistra(hipertrofi).

52
Daftar Pustaka

Djohan, T. B. A., 2014. Patofisiologi dan Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner. pp.
1-8.

Elkri, R., 2014. About Us: Dokumen.tips. [Online]


Available at: https://dokumen.tips/documents/vaskularisasi-dan-persarafan-
jantung.html
[Accessed 12 11 2018].

Eroschenko, V. P., 2015. Atlas Histologi diFiore Edisi 12. Jakarta: EGC.

F. Paulsen & J. Wachke, 2012. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Jilid 2. Jakarta: EGC.

Hansson, G. K., 2009. Inflammatory mechanisms in atherosclerosis. Journal of


thrombosis and haemostasis, 7(1), pp. 328-331.

Khoirul Latifin & Satria Yudha Kusuma, 2014. Panduan Dasar Klinik Keperawatan.
Malang: Gunung Samudera.

Mescher, A. L., 2017. Histologi Dasar JUNQUEIRA Edisi 14. Jakarta: EGC.

Wowor, R. L., Kandou, G. D. & L Umboh, J. M., 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pembesaran Jantung Kiri (LVH) pada Mahasiswa Pria Peserta Kepanitiaan Klinik Madya
Fakultas Kedokteran Universtas Sam Ratulangi. JIKMU, 5(1), pp. 54-62.

53

Anda mungkin juga menyukai