Referat Herpes Zoster
Referat Herpes Zoster
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
1.2 Definisi
1.3 Sinonim
1
1.4 Epidemiologi
2
Herpes zoster terjadi dengan frekuensi yang lebih tinggi di antara
orang-orang yang seropositif untuk human immunodeficiency virus (HIV) dari
kalangan mereka yang seronegatif. Sebuah studi longitudinal menunjukkan
suatu kejadian 29,4 kasus herpes zoster per 1000 orang-tahun di antara HIV-
seropositif orang, seperti dibandingkan dengan 2,0 kasus per 1000 orang-
tahun di antara HIV-seronegatif kontrol. Karena herpes zoster mungkin terjadi
pada orang yang terinfeksi HIV yang dinyatakan asimtomatik, pengujian
serologi mungkin tepat pada pasien tanpa faktor risiko jelas untuk herpes
zoster (Misalnya, orang sehat yang lebih muda dari usia 50 tahun). (6)
1.5 Etiologi
(4)
1.6 Patogenesis
Selama perjalanan dari varicella, VZV lewat melalui lesi di kulit dan
permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan diangkut secara sentripetal
3
sampai serabut saraf sensorik ke ganglia sensoris. Di ganglia, virus
membentuk infeksi laten yang bertahan untuk hidup. Herpes zoster terjadi
paling sering pada dermatom dimana ruam varicella terbanyak yang
diinervasi oleh saraf oftalmikus dari ganglia sensoris trigeminal dari T1 ke
L2(3)
4
Varicella dan herpes zoster A. Selama infeksi (varicella dan cacar air) primer
varicella-zoster virus (VZV) virus menginfeksi ganglia sensoris. B. VZV tetap dalam
fase laten dalam ganglia untuk kehidupan C. Indiviual dengan fungsi kekebalan
tubuh berkurang, VZV aktif kembali dalam ganglia sensoris, turun melalui saraf
sensorik, dan direplikasi di kulit.(3)
Nyeri adalah gejala utama dari herpes zoster. Didahului dengan gejala
ini dan umumnya disertai ruam, dan gejala ini sering berlanjut walau ruam
sudah sembuh, dengan komplikasi yang dikenal sebagai postherpetic
neuralgia (PHN). Sejumlah mekanisme yang berbeda tetapi tumpang tindih
tampaknya terlibat dalam patogenesis nyeri pada herpes zoster dan PHN.(3)
Cedera pada saraf perifer dapat memicu sinyal rasa nyeri pada saraf di
ganglion aferen. Peradangan di kulit memicu sinyal nosiseptif yang lebih
terasa nyeri di kulit. Rilis yang berlebihan dari pengeluaran asam amino dan
neuropeptida yang disebabkan oleh rentetan berkelanjutan dari impuls
afferent selama fase akut dan prodormal pada herpes zoster kemungkinan
dapat menyebabkan cedera eksitotoksik dan hilangnya hambatan interneuron
di sumsum tulang belakang. Kerusakan neuron di sumsum tulang belakang,
ganglion dan saraf perifer, adalah penting dalam patogenesis PHN. Kerusakan
saraf aferen primer dapat menjadi aktif secara spontan dan peka terhadap
5
rangsangan perifer dan simpatis. Aktivasi nosiseptor yang berlebihan dan
impuls ektopik mungkin, menurunkan sesitivitas SSP. penambahan dan
perpanjangan rangsangat pada pusat itu berbahaya. Pada klinis, ini dinamakan
allodynia (nyeri dan / atau sensasi yang tidak menyenangkan yang
ditimbulkan oleh rangsangan yang biasanya tidak menyakitkan (sentuhan
ringan) dengan rangsang sensori sedikit atau tidak ada sama sekali. (3)
Patognesis PHN(3)
6
1.7 Gejala klinis
Stadium prodromal :
Biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang terkena
disertai dengan panas, malaise dan nyeri kepala.
Stadium erupsi :
Mula-mula timbul papul atau plakat berbentuk urtika yang setelah 1-2 hari
akan timbul gerombolan vesikel diatas kulit yang eritematus, sedangkan
kulit diantara gerombolan tetap normal, usia lesi pada satu gerombolan lain
adalah sama sedangkan usia lesi dengan gerombolan lain adalah tidak sama.
Lokasi lesi sesuai dermatom, unilateral dan biasanya tidak melewati garis
tengah dari tubuh.
Stadium krustasi :
Vesikel menjadi purulen, mengalami krustasi dan lepas dalam waktu 1-2
minggu. Sering terjadi neuralgi pasca herpetica terutama pada orang tua
yang dapat berlangsung berbulan-bulan parestesi yang bersifat sementara.(7,8)
Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi – lesi
baru yang tetap timbul brlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa
resolusi berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Disamping gejala kulit dapat
juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi
penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat
persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik, tetapi
pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion
kranialis memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena
member gejala yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh
karena gangguan pada nervus trigeminus (dengan ganglion gaseri) atau
nervus fasialis dan otikus (dari ganglion genikulatum).(2)
7
Dermatome Tubuh(10)
Dermatome Wajah(11)
8
(3)
(3)
9
yang soliter dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau
pada orang yang kondisi fisikny sangat lemah, misalnya pada penderita
limfoma malignum.(2)
1.8 Diagnosis
10
(6)
Herpes simplex zosteriform bisa dengan hasil positif untuk Tzanck
smear, namun jumlah lesi biasanya lebih terbatas dan derajat nyeri
substansialnya kurang. Persiapan selain Tzanck, uji DFA lebih disukai untuk
kultur virus, karena cepat, identifikasi jenis virus, dan memiliki hasil yang
lebih akurat. Bila dibandingkan pada VZV, Tzanck smear adalah 75% positif
(sampai dengan 10% false-positif dan variabilitas yang tinggi, tergantung pada
keterampilan edema interseluler dan intraseluler.(5)
Bagian atas dari dermis, dilatasi pembuluh darah, edema, dan infiltrasi
perivaskular limfosit dan leukosit polimorfonuklear, Limfosit atipikal
mungkin juga ditemukan. Sebuah vaskulitis leukocytoclastic mendasari kesan
infeksi VZV selama HSV. Inflamasi dan perubahan degeneratif juga dicatat
dalam serabut ganglia posterior dan serabut saraf dorsalis yang terkena. Lesi
sesuai dengan sistem persarafan dari ganglon saraf yang terkena, dengan
nekrosis sel-sel saraf.(5)
11
(3)
(3)
12
riwayat alergi dan merupakan paparan ulang.
Predileksi : Seluruh tubuh
Status dermatologis : Dapat akut, subakut dan kronis.
Lesi akut berupa lesi polimorf yaitu tampak makula
yang eritematus, batas tidak jelas pada efloresensi dan
diatas makula yang eritematus terdapat papul, vesikel,
bula yang bila pecah menjadi lesi yang eksudatif.(9)
(3)
(3)
13
arthropoda penyerang
Predileksi : Seluruh tubuh
Status Dermatologis : Berupa eritema, edema, panas,
nyeri, bisa berbentuk papula, pustule, maupun krusta. (9)
Terdapat 2 macam lesi yang diakibatkan oleh gigitan
serangga, yaitu : (1)
a. Nodul eritematus, akibat
serangga memasukkan (menyuntikkan) bahan –
bahan berbahaya ke dalam kulit yang menyebabkan
keradangan.
b. Dermatitis kontak iritan, akibat
cairan yang dikeluarkan serangga waktu berbenturan
/ bersentuhan dengan kulit.
((3)
14
1.10 Penatalaksanaan
Umum
1. Analgetika : Metampiron sehari 4 x 1 tablet
2. Bila ada infeksi sekunder :
- Erytromycin 250-500 mg sehari 3 x 1 tablet
- Dicloxacillin 125-250 mg sehari 3 x 1 tablet
3. Lokal :
- Bila basah : kompres larutan garam faali
- Bila erosi : salep sodium fusidate
- Bila kering : bedak salycil 2%
Khusus
1. Acyclovir
Dosis: dewasa : 800 mg sehari 5 kali selama 7-10 hari
Anak : 20 mg/kgBB sampai 800 mg sehari 4 kali
Acyclovir tidak dapat menghilangkan neuralgi pasca herpetik
2. Neuralgia pasca herpetik
a. Aspirin : 500 mg sehari 3 kali.
b. Anti depresan trisiklik : Amitriptylin 50- 100 mg/hari
- Hari pertama : 1 tablet (25mg)
- Hari kedua : sehari 2 kali satu tablet
- Hari ketiga : sehari 3 kali satu tablet
c. Carbamazepine:200mg sehari 1-2 kali ( untuk trigeminal
neuralgia).
3. Herpes zoster ophtalmicus perlu konsul ke spesialis mata atau dapat
diberikan:
- acyclovir salep mata 5 kali setiap 4 jam
- dan juga ofloxacin atau ciprofloxacin obat tetes mata
o
hari 1 dan 2 : 1 tetes/2-4 jam,
o
hari 3-7 :1 tetes 4 kali/hari.(7,8)
Pencegahan
Pemberian vaksin varicella virus vaccine (oka strain)
15
Indikasi :
-
usia tua (>60 tahun)
-
pasien imunokompromais dengan penyakit kronik (7)
1.11 Komplikasi
16
kelainan pada mata. Selain itu, virus dapat menyerang cabang kedua
(N.Maxilaris) dan cabang ketiga (N.Mandibularis) yang menyebabkan
kelainan kulit pada daerah persarafannya. Kelainan yang muncul dapat
berupa: ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan
neuritis optic.(9)
Ramsay Hunt Sindrom
Paralisa wajah akut yang disertai dengan vesikel-vesikel virus
herpes zoster pada kulit telinga, liang telinga ataupun keduanya,
diakibatkan oleh gangguan nervus fasialis dan nervus optikus, sehingga
memberikan gejala paralisa otot muka ( paralisa bell ), kelainan kulit
yang sesuai dengan tingkat ;persarafan, tinitus, vertigo, gangguan
pendengaran, nistagmus dan nausea juga terdapat gangguan pengecapan.
Herpes zoster ini terjadi bila mengenai ganglion genikulatum.(9)
Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat
perjalanan virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem
saraf yang berdekatan. Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu
sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi seperti: di wajah,
diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus.
Umumnya akan sembuh spontan.(2)
17
1.12 Prognosis
DAFTAR PUSTAKA
2. Djuanda Prof, Kosasih, Wiryadi, et al, 2007, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Hal. 110 – 112 Penyakit Virus oleh Ronny P. Handoko, Jakarta, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
18
7. Barakbah, Pohan, Sukanto, et al, 2007, Atlas Penyakit Kulit & Kelamin
cetakan kedua Bagian SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Hal 14-19,
Surabaya, Airlangga University Press
8. Murtiastutik. Dwi, 2005, Pedoman Diagnostik Dan Terapi RSU Dr. Soetomo
edisi III, hal 56-58, Surabaya
10. http://drugline.org/medic/term/dermatome/
11. http://zizaidermatology.wordpress.com/2012/02/19/shingles-part-1-viral-
phases/
BAB II
LAPORAN KASUS
Umur : 56 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa
19
Status perkawinan : Sudah Menikah
20
DM (-).
Alergi obat Golongan Penisilin (+)
Riwayat Psikososial
Penderita mandi 2x sehari
Air yang dipergunakan di rumah pasien adalah air PDAM.
Kebersihan rumah dan sekitar tempat tinggal pasien cukup bersih.
Kesadaran : Composmentis
2. Status Dermatologis
21
Regio : Regio facialis sinistra, cabang dari nervus trigeminus
V1,V2,V3.
Effloresensi : Terdapat vesikel yang bergerombol dengan dasar makula
eritematosa yang menyebar pada daerah facialis sinistra. Vesikel berisi
cairan jernih. Ukuran vesikel bervariasi, sebagian besar vesikel masih
tampak utuh dan beberapa tampak pecah. Lokasi lesi unilateral
sinistra.
2.5 RESUME
Penderita datang ke poli Kulit dan Kelamin RSU Haji dengan
keluhan bintil – bintil bergerombol berisi air yang diketahui sejak 3 hari
yang lalu. Awalnya demam (+) batuk(+) kemudian timbul merah-merah pada
wajahnya dan lama-kelamaan timbul bintil – bintil berisi air bergerombol
pada wajah sisi kiri, terasa gatal, nyeri dan panas, ada yang masih utuh dan
ada yang sudah pecah karena bekas garukan/ gesekan dengan jilbab.
22
konsul ke poli mata. Penderita tidak pernah digigit serangga sebelumnya
pada bagian wajah
Status Dermatologis
2.6 DIAGNOSA
Herpes zoster oftalmika sinistra.
Tzank smear
PLANNING TERAPI
Terapi Pengobatan
Acyclovir tablet 5 x 800 mg selama 7 hari
Erithromycin kapl 2 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg/hari
Jika gejala membaik dan lesi sudah hilang dilanjutkan terapi
pencegahan
PLANNING EDUKASI
23
- Memberi penjelasan kepada penderita bahwa nyeri pada daerah ini
bisa timbul lagi tanpa harus ada bintil berisi air..
- Menjaga kesehatan untuk mempertahankan sistem kekebalan
tubuh.
- Menjelaskan kepada penderita untuk menaati aturan terapi
2.9 PROGNOSA
Kurang baik, karena penderita sudah berusia tua.
24
BAB III
PEMBAHASAN
3.2 Anamnesis
Penderita datang ke poli Kulit dan Kelamin RSU Haji dengan keluhan
bintil – bintil bergerombol berisi air yang diketahui sejak 3 hari yang lalu.
Awalnya pasien merasa demam dan batuk-batuk sehingga kondisinya kurang
fit. Anamnesis diatas sesuai dengan pustaka yang menyatakan bahwa stadium
awal dari hepres zoster adalah stadium prodormal yang biasanya ditandai
25
dengan rasa sakit dan parestesia pada dermatom yang terkena disertai dengan
panas, malaise dan nyeri kepala.(7,8)
Kemudian timbul merah-merah pada wajahnya dan lama-kelamaan
timbul bintil – bintil berisi air bergerombol, hal ini sesuai dengan pustaka
yang menyatakan bahwa stadium erupsi ditandai dengan mula-mula timbul
papul atau plakat berbentuk urtika yang setelah 1-2 hari akan timbul
gerombolan vesikel diatas kulit yang eritematus, sedangkan kulit diantara
gerombolan tetap normal, usia lesi pada satu gerombolan lain adalah sama
sedangkan usia lesi dengan gerombolan lain adalah tidak sama(7,8).
Lokasi pada wajah sisi kiri, hanya terdapat pada wajah dan tidak
didapatkan pada bagian tubuh lainnya, hal ini sesuai dengan pustaka yang
menyatakan bahwa lokasi lesi sesuai dermatom, unilateral dan biasanya tidak
melewati garis tengah dari tubuh.(1,2,7,8)
Pada bintil- bintil tersebut terasa gatal, nyeri dan panas, ada bintil-
bintil yang masih utuh dan ada yang sudah pecah karena bekas garukan/
gesekan dengan jilbab, hal ini sesuai dengan pustaka yang menyatakan
bahwa stadium krustasi ditandai oleh vesikel menjadi purulen, mengalami
krustasi dan lepas dalam waktu 1-2 minggu. Sering terjadi neuralgi pasca
herpetica terutama pada orang tua yang dapat berlangsung berbulan-bulan
parestesi yang bersifat sementara.(7,8)
Bintil-bintil tsb juga berada dekat mata kiri penderita dan
membengkak sehingga mata sulit untuk dibuka, penderita juga mengeluh
nyeri pada matanya dan pandangan seperti dobel sehingga pasien disarankan
untuk konsul ke poli mata, hal ini sesuai dengan pustaka yang menyatakan
bahwa Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang pertama
nervus trigeminus, sehingga menimbulkan kelainan pada mata, disamping
itu juga cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah
persarafannya.(2)
3.3 Pemeriksaan Fisik
Pada status dermatologis regio oftalmikus sinistra, cabang dari nervus
trigeminus V1,V2,V3 terdapat vesikel yang bergerombol dengan dasar
makula eritematosa yang menyebar pada daerah facialis sinistra. Vesikel
berisi cairan jernih. Ukuran vesikel bervariasi, sebagian besar vesikel masih
tampak utuh dan beberapa tampak pecah. Lokasi lesi unilateral sinistra.
26
Pada pustaka dikatakan bahwa effloresensi tampak gerombolan
vesikel diatas kulit eritematus, isi vesikel sebagian jernih sebagian keruh di
beberapa tempat terdapat pustula, erosi, krusta. Kulit diantara gerombolan
vesikel normal, unilateral sesuai dermatom.(7)
3.5 Penatalaksanaan
Pada kasus diatas pasien mendapat terapi berupa Acyclovir tablet
5x800mg selama 7 hari, obat harus dihabiskan dan diminum secara teratur,
eritromisin kapl 2x500mg dan asam mefenamat 3x500mg diminum saat
nyeri, jika nyeri sudah hilang obat tidaak perlu diminum lagi.
Selain terapi medikamentosa, pasien diberitahu agar menjaga
kesehatannya sehingga dapat mempertahankan sistem kekebalan tubuhnya
dan tidak mudah terserang infeksi berulang.
3.6 Prognosis
Kurang baik karena pasien berusia 56 tahun, menurut pustaka
menyatakan bahwa neuralgia pascahepatik adalah rasa nyeri yang timbul pada
daerah bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh.
Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun
dengan gradasi nyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari –hari.
Kecenderungan ini dijumpai pada orang yang mendapat herpes zoster diatas
usia 40 tahun.(2)
27
BAB IV
KESIMPULAN
28