Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958

E-ISSN 2540-8674

PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DEWAN PERWAKILAN


RAKYAT PASCA PEMILU 2014: PERMASALAHAN DAN
UPAYA MENGATASINYA
Ratnia Solihah
Siti Witianti

Program Studi Ilmu Politik FISIP


Universitas Padjadjaran

e-mail: ratnia@unpad.ac.id

ABSTRAK
Fungsi legislasi DPR periode 2014-2019 merupakan perwujudan DPR sebagai pemegang
kekuasaan membentuk Undang-undang, yang dalam pelaksanaannya dinilai rendah bila
dibandingkan dengan pelaksanaan fungsi anggaran dan fungsi pengawasan. Hal ini dapat
dilihat melalui produk legislasi yang dihasilkan oleh DPR dari tahun 2015 sampai 2016
ini yang jauh dari target prolegnas yang telah ditetapkan. Kurang optimalnya fungsi
legislasi yang dijalankan oleh DPR ditengarai oleh beberapa hal, mulai dari rekrutmen
calon anggota legislatif oleh partai politik yang kurang memperhatikan tingkat
pendidikan, pengalaman dan kapabilitasnya sebagai calon wakil rakyat, kurangnya
kemampuan atau skill SDM anggota legislatif dalam memahami substansi UU, belum
dipahami dan dilaksanakannya mekanisme kerja DPR dan peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan tugasnya sebagai anggota DPR, serta belum maksimalnya
pemanfaatan fasilitas teknis dan administratif oleh anggota DPR dalam menjalankan
proses legislasi. Selain itu faktor kerjasama di antara anggota DPR dalam menyusun dan
membentuk kebijakan, terjadinya tarik menarik kepentingan dalam proses legislasi dalam
DPR serta ketentuan UU No. 17 tahun 2014 yang mengatur tentang tugas Badan
Legislasi, dengan hilangnya salah satu tugas wewenang Badan Legislasi dalam
mengajukan usulan RUU, yang juga berimbas pada kurangnya produk legislasi yang
dihasilkan oleh DPR. Untuk itu perlu dilakukan beberapa hal sebagai upaya untuk
mengatasi permasalahan dalam menjalankan fungsi legislasi tersebut.
Kata kunci: Dewan Perwakilan Rakyat, fungsi legislasi

ABSTRACT
Legislative function DPR for the period 2014-2019 is the embodiment of the Parliament
as the holder of the power to make legislation, which in practice is considered low when
compared with the implementation of the budget functions and monitoring functions. It
can be seen through new legislation produced by the House of Representatives from 2015
until 2016 are far from the target of the national legislation has been determined.Less
optimal legislative function which is run by the Parliament is considered by several
things, ranging from the recruitment of legislative candidates by political parties less
attention to the level of education, experience and capability as incumbent legislators,
lack of ability or skill human resources legislators in understanding the substance of the
Act, has not been understood and implemented mechanism of action of the Parliament
and legislation related to his duties as members of Parliament, and not maximal
utilization of technical and administrative facilities by members of Parliament in carrying
out legislative process. Besides the factors of cooperation among members of Parliament
in formulating and shaping policy, the occurrence of interests in the legislative process in
the House of Representatives as well as the provisions of Law No. 17 of 2014 regulating
tasks Legislation Agency, with the loss of one of the tasks authorized Legislation Council

CosmoGov, Vol.2 No.2, Oktober 2016 291


Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

in proposing draft legislation, which also impact on the lack of new legislation produced
by the House of Representatives. For that, it needs a few things done in an effort to
overcome the problems in the running of the legislative function.
Keywords: House of Representatives, the legislative function

PENDAHULUAN yang berasal dari inisiatif dewan.


Salah satu implikasi dari Padahal sebagai wakil rakyat DPR
adanya perubahan politik pasca dituntut untuk memaksimalkan
Reformasi 1998 telah mendorong fungsi ini untuk mensejahterakan
lembaga DPR menjadi lebih rakyat Indonesia sesuai dengan salah
demokratis dan akuntabel. Hal satu kewajiban anggota DPR.
tersebut setidaknya memberikan Terkait dengan kurang
performance baru bagi DPR yang produktifnya DPR menjalankan
sebelumnya dinilai kurang berperan fungsi legislasi, salah satunya antara
dalam menjalankan fungsinya pada lain dikemukaan oleh Nur Sholikin
masa Orde Baru, maka pasca bahwa “Memasuki satu tahun
reformasi peran dan fungsi DPR RI periode jabatannya,
dikembalikan ke koridornya sebagai DPR gagal membuktikan hasil kerja
lembaga legislatif yang menjalankan legislasinya. Bukan persoalan
fungsi legislasi (membuat Undang- jumlah. Namun kinerja selama ini
undang), selain juga menjalankan tidak memberikan bukti nyata bidang
fungsi budgeting (anggaran) legislasi” (Sholikin, 2015, dalam
bersama-sama dengan presiden, serta https://www.selasar.com/politik/
fungsi pengawasan atas pelaksanaan gagalnya-strategi-manajemen-
UU dan anggaran dalam legislasi-dpr).
penyelenggaraan pemerintahan yang Penilaian kinerja legislasi ini
dilakukan oleh eksekutif. tidak hanya dilihat dari sisi kuantitas
Dalam menjalankan fungsinya, produk yang dibuat namun
DPR periode 2014-2019 dinilai kualitasnya juga menjadi faktor
sangat rendah kinerjanya terutama penting dalam menilai produk
dalam menjalankan fungsi legislasi. legislasi. Akan tetapi, alasan untuk
Fungsi legislasi dilaksanakan sebagai mengejar kualitas dengan
perwujudan DPR selaku pemegang mengabaikan kuantitas juga bisa
kekuasaan membentuk undang- menjadi persoalan pada saat
undang. Fungsi ini paling dominan pencapaiannya sangat minim
dan berpengaruh, karena melalui dibandingkan dengan perencanaan
fungsi ini maka DPR dapat yang telah disusun.
mempengaruhi semua aspek yang Pada tahun 2015 DPR hanya
ada di Negara Indonesia. Namun berhasil menyusun 2 Undang-undang
fungsi ini ternyata berjalan tidak dari 37 yang direncanakan (26 RUU
maksimal. DPR dinilai kurang usulan DPR, 10 RUU usulan
produktif karena sedikitnya RUU pemerintah dan 1 RUU usulan DPD).

CosmoGov, Vol.2 No.2, Oktober 2016 292


Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

Dua Undang-undang itupun masih dihasilkan DPR ditengarai karena


berupa revisi, yaitu UU tentang tidak optimalnya DPR dalam
Pilkada dan UU tentang menjalankan fungsi legislasinya,
Pemerintahan Daerah. Minimnya bahkan anggaran untuk pelaksanaan
produk legislasi tersebut ditengarai fungsi legislasi ini juga disinyalir
oleh situasi politik yang lebih membengkak karena banyaknya
didiminasi oleh perebutan kekuasaan kegiatan kunjungan kerja dan studi
di DPR, mulai dari pertarungan banding DPR dalam rangkaian
merebut kursi pimpinan maupun alat proses legislasi tersebut. Selain itu,
kelengkapan DPR. Proses tersebut terkait juga dengan ketentuan
berimbas pada terhambatnya kewenangan badan legslasi DPR RI
pelaksnaan fungsi-fungsi DPR, menurut ketentuan Undang-undang
terutama fungsi legislasi. No. 17 Tahun 2014 yang tidak
Penilaian kinerja legislasi DPR memungkinkan adanya pengajuan
juga dikemukakan oleh Ketua DPR Rancangan Undang-undang inisiatif
Ade Komarudin (periode 2016- DPR RI oleh Badan Legislasi DPR.
2019), dimana pada semester Pengurangan kewenangan tersebut
pertama tahun 2016 DPR sudah membawa dampak dan pengaruh
menyelesaikan 7 Undang-undang terhadap optimalisasi proses legislasi
dan 4 perjanjian, masih ada 34 di DPR RI. Hal lain yang
Undang-undang yang belum menyebabkan kurang berperannya
terselesaikan dan harus diselesaikan DPR menjalankan fungsi legislasi
dalam pada semester ini. dapat dilhat dalam aspek SDM,
(Tempo.co.jakarta, Rabu 13 Juli teknis administrastif maupun tarik
2016, jam 17.03). menarik kepentingan (khususnya
Kondisi dan situasi tersebut kepentingan politik) yang perlu
dalam beberapa kasus, dilihat dilakukan upaya untuk mengatasi
sebagai salah satu konsekuensi permasalahan tersebut.
demokratisasi yang dijalankan di
lembaga legislatif, dimana proses TINJAUAN PUSTAKA
formulasi sejumlah undang-undang Demokrasi merupakan suatu
menjadi berlangsung lama karena pemerintahan oleh rakyat dimana
diwarnai perdebatan sengit (yang kekuasaan mayoritas warga negara
berlangsung di fraksi, komisi dijalankan. Dalam demokrasi
maupun badan legislasi DPR), modern, demokrasi yang dijalankan
bahkan ada yang deadlock, menjadi tersebut adalah melalui perwakilan,
sangat menyita waktu, energi dan dimana rakyatlah yang memilih
biaya, sehingga jadwal penyelesaian wakil-wakilnya, menurut dasar
undang-undang tersebut meleset dari demokrasi keputusan tertinggi dalam
tengat waktu yang direncanakan. pemerintahan negara terletak
Namun di sisi lain, kurangnya ditangan rakyat melalui perantara
produk Undang-undang yang badan perwakilan, anggota

CosmoGov, Vol.2 No.2, Oktober 2016 293


Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

masyarakat yang mewakili disebut tinggi negara yang bertugas


wakil politik (Sanit, 1982: 82). menjalankan fungsi legislasi, fungsi
Wakil Politik dijalankan melalui anggaran dan fungsi pengawasan.
lembaga yang berfungsi sebagai Dalam menjalankan fungsinya, DPR
badan perwakilan rakyat –yang mempunyai hak interpelasi, hak
disebut sebagai parlemen atau angket, dan hak menyatakan
lembaga legislatif atau lembaga pendapat (Pasal 20A ayat [2] UUD
pembuat undang-undang. Melalui 1945). Lebih lanjut, DPR
fungsi ini parlemen menunjukkan mempunyai hak mengajukan
bahwa dirinya sebagai wakil rakyat pertanyaan, menyampaikan usul dan
dengan memasukkan aspirasi dan pendapat serta hal imunitas (Pasal
kepentingan masyarakat yang 20A ayat (3) UUD 1945). Adapun
diwakilinya ke dalam pasal-pasal ketentuan lebih lanjut mengenai hak
undang-undang (Sanit, 1982: 48-49). anggota DPR diatur dalam undang-
DPR RI (Dewan Perwakilan undang (Pasal 20A ayat [4] UUD
Rakyat Republik Indonesia) 1945).
merupakan salah satu lembaga tinggi Namun secara spesifik, DPR
negara yang sangat penting di sebenarnya memiliki 4 (empat)
Indoneia, di samping perangkat fungsi dasar sebagai lembaga tinggi
kenegaraan lain yang melaksanakan negara yang menjalankan fungsi
sistem demokrasi. Kedudukan DPR perwakilan, yaitu: Pertama, Fungsi
dalam sistem penyelenggaraan Legislasi. Fungsi ini berhubungan
kekuasaan negara mengalami dengan upaya menerjemahkan
perubahan yang signifikan sejak aspirasi masyarakat menjadi
amandemen keempat UUD 1945 keputusan-keputusan politik yang
disahkan. Hal ini tercantum dalam nantinya dilaksanakan oleh pihak
Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 yang eksekutif (pemerintah). Di sini
menegaskan bahwa “Dewan kualitas anggota DPR diuji. Mereka
Perwakilan Rakyat memegang harus mampu merancang dan
kekuasaan membentuk undang- menentukan arah serta tujuan
undang.” Meskipun kewenangan aktivitas pemerintahan sesuai dengan
membentuk UU ada di DPR, namun kondisi dan kebutuhan yang ada.
pembahasan sebuah RUU harus Kedua, Fungsi Pengawasan; Fungsi
dilakukan secara bersama-sama yang berkaitan dengan upaya
dengan pemerintah, sebagaimana memastikan pelaksanaan keputusan
dinyatakan pada Pasal 20 ayat (2), politik yang telah diambil tidak
“setiap rancangan undang-undang menyimpang dari arah dan tujuan
dibahas oleh Dewan Perwakilan yang telah ditetapkan. Idealnya
Rakyat dan Presiden untuk mendapat anggota DPR tidak sekadar
persetujuan bersama.” mendeteksi adanya penyimpangan
Berdasarkan pasal 20A UUD yang bersifat prosedural, juga
1945 DPR merupakan lembaga diharapkan dapat mendeteksi

CosmoGov, Vol.2 No.2, Oktober 2016 294


Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

penyimpangan teknis, seperti dalam “legislate” atau membuat undang-


kasus bangunan fisik yang daya undang. Anggota-anggotanya
tahannya di luar perhitungan normal. dianggap mewakili rakyat.
Ketiga, Fungsi Anggaran. Fungsi ini (Budiardjo, 1989: 173). Sementara
berkaitan dengan kemampuan DPR itu, menurut David E. After, badan
mendistribusikan anggaran sesuai legislatif terdiri dari wakil-wakil
dengan skala prioritas yang secara rakyat dan semua penetapan undang-
politis telah ditetapkan. Keempat, undang harus disetujui oleh legislatif
Fungsi Representasi.yaitu Terkait (Apter, 1985: 230-234). Dengan
dengan fungsi representasi. Fungsi demikian melalui fungsi legislasi
representasi DPR dapat dipahami akan tercermin juga bagaimana wakil
sebagai fungsi substantif yang rakyat dapat menampung dan
melekat dalam diri DPR sebagai menyalurkan aspirasi masyarakat,
wakil rakyat yang diembannya melalui kebijakan-kebijakan
melalui pemilu. Fungsi representasi (Undang-undang) yang dibuatnya.
DPR tersebut sebagaimana mengacu Menurut ketentuan yang diatur
pada pemikiran Pitkin. Menurut dalam Pasal 70 ayat (1) UUMD3
Pitkin, representasi politik diartikan menyatakan bahwa : Fungsi
dalam arti yang substantif yaitu Legislasi sebagaimana dimaksud
“bertindak untuk yang diwakili dan dalam Pasal 69 ayat (1) huruf a
dengan cara yang responsif terhadap dilaksanakan sebagai perwujudan
mereka (Pitkin, 2004). DPR selaku pemegang kekuasaan
Terkait dengan fungsi DPR, membentuk undang-undang.
B.N Marbun mengemukakan ada Berdasarkan ketentuan pasal
empat fungsi utama yang dimiliki tersebut, maka dapat diketahui
oleh DPR, pertama fungsi legislasi bahwa dengan diberlakukannya UU
atau pembuat undang-undang, kedua MD3 ini maka kekuasaan untuk
fungsi kontrol atau pengawasan membentuk undang-undang ada di
terhadap pelaksanaan undang- tangan DPR. Fungsi legislasi
undang dan ketiga fungsi budget atau merupakan fungsi paling dasar dari
persetujuan terhadap Anggaran sebuah lembaga legisatif. Fungsi
Pendapatan dan Belanja Negara legislasi dilaksanakan sebagai
(APBN) serta keempat penampung perwujudan DPR selaku pemegang
dan penyalur aspirasi masyarakat kekuasaan membentuk perundang-
(Marbun, 2002: 1). Dari fungsi- undangan. Melalui DPR aspirasi
fungsi DPR tersebut, maka fungsi masyarakat ditampung, kemudian
pokok DPR adalah membuat kehendak rakyat tersebut
undang-undang yang berarti menjadi diimplementasikan dalam undang-
landasan hukum bagi pemerintah undang sebagai representasi rakyat
dalam membuat kebijakan publik. banyak.
Menurut Miriam Budiardjo “lembaga Menurut Jimly Assidiqie,
legislatif adalah lembaga yang fungsi legislasi menyangkut empat

CosmoGov, Vol.2 No.2, Oktober 2016 295


Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

kegiatan, yaitu : (1) prakarsa pustaka, melalui kajian literatur yang


pembuatan undang-undang terkait dengan pelaksanaan fungsi
(legislative intiation); (2) legislasi DPR. Sumber data yang
pembahasan rancangan Undang- digunakan berupa sumber data yang
undang (law making process); (3) berasal dari teks berupa buku, jurnal,
persetujuan atas pengesahan media cetak, elektronik dan online
rancangan undang-undang (law yang berkaitan dengan permasalahan
enactment approval); dan (4) penelitian.
pemberian persetujuan pengikatan
atau ratifikasi atas perjanjian atau PEMBAHASAN
persetujuan internasional dan Berdasarkan UUD 1945 pasca
dokumen-dokumen hukum yang amandemen, dalam menjalankan
mengikat lainnya (Binding decision peran dan tugasnya sebagai lembaga
making on international agreement perwakilan, DPR memiliki fungsi
and treaties or other legal binding legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
documents). (Assidiqie, 2009: 300). pengawasan, yang dalam
Berdasarkan hal di atas, maka pelaksanaannya DPR juga diberikan
pada hakekatnya fungsi utama dari secara kolektif hak – hak berupa hak
legislatif adalah membuat undang- interpelasi, hak angket, serta hak
undang (legislasi). Hal ini juga untuk menyatakan pendapat (pasal
sejalan dengan fungsi-fungsi yang 20a). Peran legislatif menjadi sangat
lain seperti, fungsi pengawasan kuat, salah satunya adalah sebagai
(controlling) juga merupakan bagian lembaga yang menjalankan fungsi
dari fungsi legislasi, karena dalam legislasi atau pembuat Undang-
menjalankan fungsi pengawasan undang.
tentunya terlebih dahulu melahirkan Dengan menjalankan fungsi
peraturan perundangan-undangan legislasi, dapat diartikan DPR-lah
yang dijadikan sebagai acuan dalam yang memegang kekuasaan untuk
melakukan pengawasan terhadap membentuk undang-undang
pemerintah dalam menjalankan (kebijakan) dan membahasnya
tugasnya. Begitu juga fungsi bersama presiden, untuk
anggaran (budgeting) yang mendapatkan kesepakatan bersama
merupakan sebagian dari fungsi (Pasal 20 UUD 1945). Selain itu,
legislasi karena untuk menetapkan DPR juga menerima dan membahas
Anggaran Pendapatan dan Belanja usulan rancangan undang - undang
Negara (APBN) juga ditetapkan yang diajukan oleh Dewan
dengan Peraturan Perundang- Perwakilan Daerah yang berkaitan
undangan setiap tahun anggaran. dengan bidang otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah,
METODE PENELITIAN pembentukan, pemekaran, dan
Penelitian ini menggunakan metode penggabungan daerah, pengelolaan
kualitatif dengan pendekatan studi sumber daya alam dan sumber daya

CosmoGov, Vol.2 No.2, Oktober 2016 296


Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

ekonomi. Sebagai bagian dari dengan pelaksanaan fungsi legislasi


lembaga legislatif, anggota DPR juga yang dijalankan oleh DPR, pada
memiliki hak untuk mengajukan periode saat ini DPR sebagai salah
usulan Rancangan UU. satu lembaga dari sistem politik di
Sebelum pembahasan RUU Indonesia yang anggota dipilih oleh
dilakukan, DPR menjalankan rakyat melalui Pemilu 2014, dinilai
Prolegnas yang merupakan kurang produktif dalam
instrumen perencanaan program menghasilkan kebijakan sebagai
pembentukan UU yang disusun produk politik yang mencerminkan
secara terencana, terpadu dan aspirasi rakyat.
sistematis yang memiliki peran yang Program Legislasi Nasional
penting dalam politik pembangunan (Prolegnas) tahun 2015 menargetkan
hukum di Indonesia. Sifat dinamis perampungan pembahasan 39
yang melekat pada Prolegnas sebagai rancangan undang-undang menjadi
sebuah mekanisme perencanaan Undang-undang. Namun yang dapat
pembentukan peraturan perundang- dirampungkan dan diselesaikan pada
undangan membawa konsekuensi tahun 2015 hanya 2 Undang-undang,
bahwa pelaksanaan Prolegnas harus itupun merupakan revisi terhadap
selalu dievaluasi untuk mencapai Undang-undang yang sudah ada,
standar terencana, terpadu, dan yaitu Undang-undang tentang
sistematis dalam pembentukan Pemilihan Kepala Daerah (Pemilihan
peraturan perundang-undangan. Gubernur, Bupati dan Walikota)
Namun dalam kenyataannya, serta Undang-undang tentang
seringkali prioritas yang disusun Pemerintahan Daerah
dalam Prolegnas menempatkan (http://www.selasar.com/politik/gaga
kuantitas target RUU yang selalu lnya-strategi-manajemen-legislasi-
tinggi, jauh dari capaian realisasinya. dpr).
Oleh karenanya antara target Sementara itu di tahun 2016,
prolegnas yang akan dibuat dengan DPR baru menyelesaikan 7 produk
yang telah diselesaikan legislasi berupa Undang-undang dan
memperlihatkan kesenjangan yang 4 produk legislasi berupa perjanjian.
cukup signifikan antara target Dengan demikian masih ada 34
Prolegnas dengan capaian yang produk legislasi yang harus di
dihasilkan oleh anggota DPR sejak selesaikan pada tahun 2016
tahun 2015-2016. (Tempo.co.Jakarta, Rabu 13 Juli
Dari beberapa kajian tentang 2016). Rendahnya realisasi produk
kinerja DPR dalam menjalankan legislasi dari target yang ditetapkan
fungsi-fungsinya, menunjukkan DPR mencerminkan kurangnya
bahwa DPR belum menjalankan kinerja DPR sebagai lembaga
peran dan fungsinya dengan legislatif.
optimal, terutama dalam Dari hasil survei beberapa surat
menjalankan fungsi legislasi. Terkait kabar dan lembaga survei, citra

CosmoGov, Vol.2 No.2, Oktober 2016 297


Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

Dewan Perwakilan Rakyat di mata tantangan-perbaikan-pelaksanaan-


masyarakat sangat menurun. Hal ini fungsi-legislasi).
disebabkan karena kinerja yang Terkait dengan hal di atas,
diperlihatkan oleh Dewan dalam tulisannya yang menyoroti
Perwakilan Rakyat dalam pelaksanaan fungsi legislasi DPR,
mengemban fungsinya terutama Rofiq Hidayat mengungkapkan
fungsi legislasi belumlah bahwa “DPR kerap kali disibukkan
sebagaimana yang diharapkan. dengan persoalan pengawasan
Di bidang legislasi masih banyak ketimbang legislasi. Sejumlah
pekerjaan rumah yang perlu Rancangan Undang-Undang (RUU)
dilakukan oleh Dewan Perwakilan acapkali molor pembahasannya. Tak
Rakyat baik melalui pembentukan melulu kendala berada di pihak DPR,
undang-undang yang diperlukan, namun pemerintah kerap pula
revisi terhadap undang-undang yang mengalami kendala. Misalnya, pada
ada dan penggantian peraturan sidang tahun pertama setidaknya
perundang-undangan jaman Hindia telah dipetakan berbagai tantangan.
Belanda. Sebagai contoh, Kitab Antara lain keterlambatan
Undang-undang Hukum Pidana pengesahan Prolegnas, tahap
(KUHP) yang merupakan warisan penyusunan lantaran penyebabnya
dari pemerintah kolonial Belanda belum tersedianya naskah akademik.
dari tahun 1915, sampai sekarang Kemudian, penyampaian RUU dari
masih berlaku sebagai hukum positif. pemerintah beserta kesiapan dalam
Demikian juga dengan Kitab pembahasan bersama DPR. Tak
Undang-undang Hukum Perdata hanya itu, prioritas dan alokasi waktu
(Burgerlijk Wetboek) tahun 1848 rapat DPR yang belum terfokus pada
masih berlaku sampai sekarang, bidang legislasi. Bahkan Badan
padahal dalam banyak hal sudah Legislasi (Baleg) yang tak memiliki
tidak sesuai dengan perkembangan peran signifikan dalam penyiapan
dan tuntutan jaman dan tidak sesuai RUU, serta belum terbentuknya
dengan kedudukan negara Republik Badan Keahlian DPR (BKD) sebagai
Indonesia sebagai suatu negara yang supporting system”
merdeka dan berdaulat.(Lombo, (http://www.hukumonline.com/berita
2016: 50). /baca/ lt57c3dbbfb25bc/ menakar-
Mengenai kurang produktifnya tantangan-perbaikan-pelaksanaan-
DPR menjalankan fungsi legislasi fungsi-legislasi).
juga diakui oleh Ketua DPR RI Ade Bila dibandingkan dengan
Komarudin, bahwa DPR memang pelaksanaan fungsi anggaran dan
kerap mendapat sorotan dan fungsi pengawasan, fungsi legislasi
kritik dari masyarakat di bidang yang sebetulnya merupakan fungsi
legislasi. utama yang harus dijalankan oleh
(http://www.hukumonline.com/berita DPR berjalan agak lambat. Salah
/baca/ lt57c3dbbfb25bc/menakar- satunya karena dalam menjalankan

CosmoGov, Vol.2 No.2, Oktober 2016 298


Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

fungsi legislasi tersebut apabila yang hadir kurang dari 50 %


membutuhkan penguasaan substansi rapat paripurna walau dihadiri ketua
dan teknis yang tinggi, karena dan wakil ketua DPRD tetap tidak
pembahasannya mencakup bisa dilaksanakan karena menyalahi
pengaturan yang sifatnya rinci. aturan suara dalam mengambil
Selain itu juga banyaknya kompromi keputusan di DPR. Hal ini tentu
yang bisa diakomodasi dalam rincian berdampak terhadap waktu dalam
pasal-pasal, sehingga “daya pembahasan dan pengesahan yang
kontroversi”nya lebih sedikit diundur.
dibandingkan dengan unjuk sikap Terkait dengan kondisi
pada fungsi pengawasan dan tersebut, dapatlah dilihat bahwa
anggaran. Oleh karenanya, hubungan kurangnya kinerja DPR
DPR dengan Pemerintah lebih menghasilkan produk legislasi adalah
banyak mencuat soal anggaran dan karena aspek ketaatan anggota
pengawasan. Sedangkan soal dewan dalam memenuhi jadwal
legislasi, kinerja DPR dipandang legislasi. Hal tersebut berdampak
kurang. Kapasitas DPR sendiri pada tertundanya rapat pembahasan
sangat terbatas, sehingga kalaupun RUU karena tidak tercapainya
ada inisiatif yang dipergunakan, kuorum dalam rapat. Demikian juga
kebanyakan sifatnya seperti bola liar, tentang Prolegnas sebagai instrument
tergantung kepada konfigurasi politik pembentukan Undang-undang yang
DPR yang sangat berwarna. belum ditaati oleh seluruh anggota
Akibatnya politik legislasi Indonesia dewan.
tidak mendapat arah yang jelas Hal lain yang menjadi
(http://parlemen.net/2007/11/13/men penyebab kurangnya peran DPR
yoal-kompetisi-politik-dalam-proses- dalam menjalankan fungsi legislasi
legislasi-di-indonesia/) adalah faktor sumber daya manusia
Ada beberapa hal yang yang meliputi kualitas anggota DPR
menyebabkan kurang maksimalnya dan pengalaman anggota DPR
pelaksanaan fungsi legislasi yang tersebut dalam menjalankan tugasnya
dijalankan oleh DPR antara lain juga sebagai anggota Dewan.
berupa kendala dalam konteks Pemilu tahun 2014 merupakan
mekanisme kerja DPR, yang pemilu yang berlangsung sangat
menyebabkan banyaknya tugas yang terbuka dan demokratis dibanding
telah dijadwalkan belum terlaksana dengan pemilu-pemilu sebelumnya.
secara maksimal, dimana banyaknya Sebagai dampak dari pemilu yang
anggota DPR yang belum mematuhi demokratis tadi, maka wakil yang
apa yang menjadi kewajibannya. duduk di DPR merupakan cerminan
Dalam rapat pembahasan dan dari wakil-wakil yang representatif.
pengesahan Undang-undang jumlah Namun yang menjadi pertanyaannya,
anggota DPR harus hadir adalah 50 apakah representatif tersebut
%, namun pada kenyataannya didukung oleh kemampuan sumber

CosmoGov, Vol.2 No.2, Oktober 2016 299


Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

daya yang memadai. Artinya maupun dalam melakukan


kemampuan anggota DPR dalam komunikasi politik (lobby politik)
menjalankan fungsi legislasi dapat sebagai rangkaian dalam proses
dilihat dari kualitas anggota DPR legislasi. Dari segi SDM ini, faktor
tersebut yang terpilih dalam pemilu pengalamanlah yang banyak
legislatif tahun 2014. Kualitas mempengaruhi kinerja setiap anggota
anggota DPR tidak saja dilihat dari DPR dalam menjalankan fungsinya.
tingkat pendidikannya saja, namun Minimnya pengalaman anggota DPR
juga dari segi kapabilitas dan mengenai teknik perumusan RUU
integritasnya sebagai wakil rakyat. menyebabkan adanya kesulitan
Peranan DPR dalam melaksanakan dalam pembahasan tersebut,
fungsi legislasi juga dipengaruhi terutama bagi anggota DPR yang
sarana dan prasarana yang baru duduk sebagai wakil rakyat dan
diperlukan guna menunjang belum memiliki pengalaman maupun
berperannya DPR dalam belum pernah atau jarang melakukan
menjalankan fungsi tersebut. Tidak aktivitas pelaksanaan fungsi legislasi
seluruh anggota Dewan memiliki sebelumnya.
kemampuan secara teknis membuat Pada prinsipnya, pengalaman
draft naskah akademik sebagai salah anggota DPR secara signifikan
satu aspek diajukannya rancangan berpengaruh terhadap pelaksanaan
Undang-undang. Apalagi bagi tugas-tugas yang diemban, karena
anggota DPR yang latar belakang pengalaman tersebut akan menjadi
pendidikan maupun pengalamannya dasar pijakannya dalam menghadapi
belum pernah bersentuhan langsung suatu masalah. Bagaimana seorang
dengan hal tersebut. Untuk itu anggota DPR bersikap, bertindak dan
diperlukan adanya fasilitas dan melakukan kegiatan merupakan salah
tenaga ahli DPR untuk membantu satu cara agar
anggota DPR dalam menjalankan keprofesionalismeannya tercapai.
fungsi tersebut, guna menunjang Pengalaman anggota DPR yang
kualitas sumber daya manusia pernah duduk dalam lembaga
anggota DPR. legislatif sebelumnya berpengaruh
Secara umum tidaklah terhadap pelaksanaan tugas pokok
dipungkiri bahwa tingkat pendidikan dan fungsi yang diembannya saat ini
anggota DPR periode ini relatif sebagai wakil rakyat, paling tidak dia
lebih baik dibandingkan dengan dapat mengetahui kekurangan-
periode-periode sebelumnya. Namun kekurangan yang ada pada periode
tingkat pendidikan juga harus sebelumnya untuk kemudian
dibarengi dengan kualitas skill berusaha memperbaikinya dengan
masing-masing individu anggota langkah-langkah yang lebih tepat.
dewan, juga dalam penguasaan Pengalaman sebagai anggota DPR
berbagai informasi dan keahlian atau legislatif sangat diperlukan
dalam menjalankan fungsi legislasi walau tidak ada pembelajaran

CosmoGov, Vol.2 No.2, Oktober 2016 300


Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

sebelumnya mengenai legislatif. tingkat keberanian untuk


Pengalaman anggota DPR dalam memperjuangkannya secara
organisasi kemasyarakatan juga proporsional serta memperoleh
sangat penting dan sangat kepercayaan masyarakat.
mendukung kemampuan anggota Faktor kerjasama antara
DPR dalam melaksanakan tugas anggota DPR lainnya juga
legislasi. Anggota DPR yang sudah berpengaruh dalam penyusunan
berpengalaman dan berkecimpung suatu rancangan Undang-undang
dalam organisasi kemasyarakatan (kebijakan). Selain itu, kemampuan
akan menunjukkan kinerja dan hasil anggota DPR juga dipandang sebagai
yang berbeda dengan anggota DPR cerminan dari masyarakat , sehingga
yang baru duduk sebagai anggota kualitas dewan dan anggotanya
DPR dan kurang berinteraksi atau merupakan cerminan dan gambaran
tidak berkecimpung dengan dari kualitas masyarakat secara
organisasi kemasyarakatan. Seorang keseluruhan. Dalam hal ini
anggota Dewan yang sudah terbiasa kerjasama yang dilakukan di antara
menjalani kehidupan dengan banyak anggota dewan, hendaknya tidak
orang, sudah menjadi terbiasa semata-mata atas dasar kepentingan
menjalankan tugasnya sebagai wakil kelompok (partai politik) tetapi lebih
rakyat, dimana ia tidak akan merasa mengedepankan kepentingan
terbebani, namun kalau tidak terbiasa masyarakat, yang telah memberikan
maka akan merasa dibebani dengan mandat pada anggota dewan sebagai
amanah ini. wakil rakyat dalam membuat dan
Pengalaman anggota DPR menghasil kebijakan dengan tujuan
memang berpengaruh dalam untuk kesejahteraan rakyat.
menjalankan fungsinya sebagai wakil Selain disebabkan beberapa
rakyat, tetapi bukan segala-galanya, faktor tersebut, kurangnya
karena anggota DPR yang memiliki produktivitas DPR menghasilkan
tingkat intelektual yang tinggi kebijakan sebagai pelaksanaan fungsi
apabila tidak bisa mengerti, legislasi ditengarai oleh adanya
memahami, dan tidak dipercaya degradasi wewenang badan legislatif
masyarakat, tidak akan menolong yang mengalami perubahan pasca
meningkatkan produktivitas DPR itu revisi UU No. 27 Tahun 2009
sendiri. Oleh karena itu, untuk tentang MPR, DPR , DPD dan
meningkatkan produktivitas DPR, DPRD menjadi UU No. 17 Tahun
masalahnya bukan semata-mata pada 2014, yang berimbas hilangnya salah
tingkat pendidikan formal para satu kewenangan substansial Badan
anggotanya maupun atas dasar legislasi DPR, yaitu kewenangan
pengalamannya, tetapi terutama pada untuk mengajukan usul inisiatif
tingkat pemahamannya kepada perubahan dan Rancangan Undang-
rakyat (terhadap aspirasinya, undang (Tardjono, 2016: 12).
kebutuhannya, dan masalahnya),

CosmoGov, Vol.2 No.2, Oktober 2016 301


Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

Dalam ketentuan UU No. 27 menjadi Undang-undang. Hal ini


Tahun 2009, kedudukan Badan menunjukkan degradasi atau
legislasi DPR RI adalah merupakan perbedaan yang cukup jauh antara
salah satu inisiator yang memiliki pencapaian legislasi DPR RI periode
hak untuk mengajukan pembahasan 2009-2014 dengan DPR RI periode
Rancangan Undang-undang selain 2014-2019. (Tardjono, 2016: 15).
juga bisa dilakukan melalui usulan Salah satu permasalahan yang
anggota DPR RI, Komisi dan esensial dengan hal tersebut adalah
gabungan komisi . Sementara dalam karena hilangnya kewenangan Badan
ketentuan yang baru yaitu dalam UU Legislasi dalam mengajukan
No. 17 Tahun 2014, usul rancangan Rancangan Undang-undang, yang
Undang-undang hanya bisa menyebabkan kesempatan untuk
dilakukan oleh anggota DPR RI, menjadi inisiator dalam
komisi dan gabungan komisi. pembentukan Undang-undang
Hilangnya kewenangan Badan semakin sedikit.
Legislasi untuk mengajukan Dari berbagai permasalahan
Rancangan Undang-undang inisiatif yang menjadi penyebab kurang
tentunya membawa dampak atau optimalnya DPR menjalankan fungsi
pengaruh terhadap pelaksanaan legislasi, beberapa hal yang dapat
fungsi legislasi DPR RI. Implikasi dilakukan untuk meningkatkan
tersebut nampak pada rendahnya kinerja DPR dalam bedang legislasi,
pencapaian target legislasi pada antara lain:
tahun pertama DPR RI periode 2014- a. Memperbaiki dan meningkatkan
2019. Dari 37 Rancangan Undang- citra dan tingkat kepercayaan
undang yang merupakan Rancangan publik terhadap DPR, khususnya
Undang-undang prioritas tahun 2015, pandangan dan penilaian publik
hingga April 2015 baru 2 terhadap kinerja DPR dalam
diselesaikan (Kompas, Prolegnas menjalankan fungsinya sebagai
Bisa tidak tercapai, Kamis 16 April lembaga legislatif. Dalam hal ini,
2015, hal 2). Itupun pada penghujung setiap anggota DPR harus
tahun 2015 hanya bertambah 1 memahami dan melaksanakan
Rancangan Undang-undang, yaitu Tata Tertib dan UU tentang MPR,
Rancangan Undang-undang tentang DPR, DPD dan DPRD.
anggaran Pendapatan dan Belanja Pelaksanaan Tata Tertib dan UU
Negara yang memang mau tidak mau tersebut juga harus disertai sanksi
harus ditetapkan secara teratur setiap bagi anggota dewan yang
tahunnya. Keadaan tersebut bisa melanggar atau tidak
dibandingkan dengan pencapaian melaksanakannya. Aturan
legislasi DPR RI periode 2009-2014 tersebut harus dilaksanakan dan
pada tahun pertama masa baktinya di ditegakkan terutama terkait
tahun 2010 yang berhasil dengan peran dan tugas DPR
menyelesaikan 8 Rancangan UU sebagai lembaga legislatif yang

CosmoGov, Vol.2 No.2, Oktober 2016 302


Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

menjalankan fungsi legislasi, UUD 1945 memberikan


selain menjalankan fungsi kewenangan yang jelas bagi DPR
anggaran dan pengawasan. dalam pembentukan Undang-
b. Terkait dengan hal di atas, undang. Walaupun dalam
peningkatan kinerja DPR di kenyataannya usul inisiatif RUU
bidang legislasi juga dapat dari pihak DPR relatif kurang,
dilakukan bila anggota DPR karena terkait dengan kualitas
memahami dan menguasasi SDM anggota DPR yang memang
peraturan perundang-undangan kalah pengalaman dalam
yang berkaitan dengan fungsinya. menekuni bidang pemerintahan
Minimal ada 4 ketentuan dibandingkan dengan eksekutif
peraturan perundang-undangan yang didukung oleh birokrat yang
yang harus dikuasai oleh anggota memiliki pengalaman dalam
DPR yang berhubungan dengan bidang pemerintahan selama
fungsi legislasi, yaitu: (1) berpuluh-puluh tahun. Apalagi
Undang-Undang No. 27 Tahun bagi anggota DPR yang baru
2009 tentang Kedudukan MPR, untuk pertama kalinya menjadi
DPR, DPD da DPRD yang anggota DPR tanpa adanya latar
kemudian direvisi dengan belakang pengaetahuan di bidang
Undang-Undang No. 17 Tahun pemerintahan. Untuk itu, upaya
2014 tentang MPR, DPR, DPD untuk peningkatan kinerja anggota
dan DPRD (MD3); (2) Undang- DPR di bidang legislasi harus
Undang No. 32 Tahun 2004 dimulai daru hulu, yaitu dari
tentang Pemerintahan Daerah mulai rekrutmen calon anggota
yang direvisi dengan UU No. 23 DPR oleh Partai Politik sebagai
Tahun 2014 tentang Pemerintahan suatu lembaga politik yang
Daerah; (3) Undang-Undang No. mengusung siapa saja calon
12 Tahun 2011 tentang anggota DPRnya. Partai politik
pembentukan Peraturan seharusnya tidak saja
Perundang-undangan; serta (4) memperhatikan aspek loyalitas
Peraturan Pemerintah RI No. 16 dan popularitas calon anggota
Tahun 2010 tentang Pedoman legislatifnya terhadap partai,
penyusunan Tata Tertib DPR dan namun juga harus memperhatikan
DPRD. aspek pendidikan, latar belakang
c. Peningkatan kinerja DPR di dan pengalaman calon anggota
bidang legislasi juga harus legislatifnya dalam kancah politik
nampak dengan jumlah Undang- dan pemerintahan serta teruji
undang yang dihasilkannya kapabilitasnya dalam
berasal dari usul inisiatif DPR, memperjuangkan dan
tidak banyak berasal dari usul memperhatikan aspirasi
inisiatif pemerintah, dimana masyarakat.
fungsi legislasi pasca amademen

CosmoGov, Vol.2 No.2, Oktober 2016 303


Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

d. Dalam melaksanakan fungsi anggaran pembangunan yang


legislasi, anggota DPR harus yang bertujuan untuk
menguasai materi Undang-undang meningkatkan kesejahteraan
yang menjadi tugasnya sebagai rakyat dibandingkan dengan
anggota Dewan untuk anggaran rutin yang
membahasnya. Walaupun secara diperuntukkan bagi perjalanan
teknis administratif penyusunan dinas anggota DPR.
naskah akademik suatu UU f. Terkait pelaksanaan fungsi
dibantu oleh tenaga ahli, namun legislasi yang capaian produknya
seorang anggota Dewan dituntut bertolak belakang dengan dana
untuk mengetahui dan memahami atau anggaran yang dikeluarkan,
materi UU tersebut yang terkait apalagi dana yang digunakan
dengan kondisi sosial, politik, untuk melakukan kunjungan kerja
ekonomi, budaya dan hankam ke luar negeri sebagai rangkaian
yang selalu berubah dan proses legislasi terkadang tidak
berkembang setiap waktu. Untuk tepat serta tidak membuahkan
itu anggota DPR juga harus hasil yang optimal bagi
memiliki wawasan yang pembentukan kebijakan (Undang-
komprehensif tentang kondisi- undang), maka sebaiknya perlu
kondisi tersebut serta memahami ditata ulang penganggaran untuk
dan mampu memberikan solusi kunjungan kerja yang sifatnya
atas permasalahan-permasalahan studi banding bagi pembentukan
yang ada dalam lingkup suatu UU, dengan lebih
pemerintahan dan masyarakatnya mengedepankan wawasan anggota
sebagai dasar untuk membuat DPR melalui bimbingan teknis,
kebijakan yang tepat. pelatihan, FGD dan sharing
e. Peningkatan fungsi legislasi DPR dengan stakeholders, serta
tidak hanya dilihat secara memanfaatkan fasilitas teknis dan
kuantitas yaitu jumlah produk elektronik dalam memperoleh
legislasi (berupa Undang-undang wawasan substansial sebagai
/perjanjian/dan lain-lain) yang materi penyusunan kebijakan yang
dihasilkannya, namun juga pada akan dibuatnya.
kualitas produk legislasi yang g. Terkait ketentuan Undang-undang
dihasilkannya, berupa muatan No. 17 Tahun 2014 yang
Undang-undang atau kebijakan mengatur tugas Badan legislasi
yang seharusnya lebih banyak sebagai salah satu alat
berpihak pada kepentingan kelengkapan Dewan yang
masyarakat luas atau dengan kata berdampak pada hilangnya salah
lain kebijakan yang pro rakyat. satu wewenang Badan Legislasi
Salah satu indikasi kebijakan hasil DPR dalam mengajukan usul
kinerja DPR dalam bidang Rancangan Undang-Undang,
legislasi yang pro rakyat adalah maka perlu dikaji ulang kembali

CosmoGov, Vol.2 No.2, Oktober 2016 304


Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

terhadap ketentuan tersebut, dalam melaksanakan fungsi


karena dengan hilangnya salah legislasi. Faktor lainnya adalah aspek
satu wewenang Badan legislasi SDM anggota Dewan baik tingkat
dalam mengajukan usulan pendidikan, pengalaman maupun
Rancangan Undang-undang kapabilitasnya dalam menampung
berdampak pada berkurangnya dan mengakomodir aspirasi
RUU yang diajukan oleh DPR, masyarakat dan menindaklanjutinya
yang berimbas pada tidak dalam bentuk usulan inisiatif RUU;
optimalnya pencapaian target serta fasilitas teknis dan administratif
prolegnas pada tahun 2015 dan yang belum sepenuhnya
tahun 2016. dimanfaatkan oleh anggota DPR
dalam menjalankan proses legislasi.
KESIMPULAN Selain itu kerjasama di antara
Fungsi legislasi dilaksanakan anggota DPR dalam menyusun dan
sebagai perwujudan DPR selaku membentuk kebijakan, yang
pemegang kekuasaan membentuk dipengaruhi oleh fungsi representasi
undang-undang. Fungsi ini paling cenderung lebih mengedepankan
dominan dan berpengaruh, karena kepentingan partai politik (kelompok
melalui fungsi ini maka DPR dapat kepentingannya) dibandingkan
mempengaruhi semua aspek yang kepentingan masyarakat secara luas
ada di Negara Indonesia. Tetapi juga menyebabkan terjadinya tarik
fungsi ini ternyata berjalan tidak menarik kepentingan dalam proses
maksimal. DPR dinilai kurang legislasi dalam DPR. Hal lainnya
produktif karena sedikitnya RUU adalah terkait ketentuan UU No. 17
yang berasal dari inisiatif dewan. tahun 2014 yang mengatur tentang
Padahal sebagai wakil rakyat DPR tugas Badan Legislasi, dengan
seharusnya memaksimalkan fungsi hilangnya salah satu tugas wewenang
ini untuk mensejahterakan rakyat Badan Legislasi dalam mengajukan
Indonesia sesuai dengan salah satu usulan RUU, yang juga berimbas
kewajiban anggota DPR. pada kurangnya produk legislasi
Kurangnya kinerja DPR dalam yang didihasilkan oleh DPR.
menjalankan fungsi legislasi yang Untuk itu beberapa upaya dapat
tercermin dalam produk legislasinya, dilakukan untuk mengatasi beberapa
ditengarai oleh beberapa hal, antara hal yang menyebabkan kurang
lain mekanisme kerja DPR dan optimalnya DPR dalam menjalankan
peraturan perundang-undangan yang fungsi legislasi tersebut, yang harus
terkait dengan kedudukan dan dilakukan mulai dari partai politik
tugasnya sebagai anggota DPR yang dalam rekrutmen calon anggota
belum dipahami dan dilaksanakan legislatifnya, yang tidak saja
sepenuhnya oleh anggota DPR, yang memperhatikan aspek loyalitas,
di dalamnya menyangkut namun juga memperhatikan tingkat
implemantasi Tata Tertib Dewan pendidikan, pengalaman dan

CosmoGov, Vol.2 No.2, Oktober 2016 305


Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

kapabiltasnya sebagai calon wakil adanya kajian tentang tugas Badan


rakyat. Selanjutnya juga perlunya Legislasi DPR yang hilang dalam
peningkatan pengetahuan dan mengajukan usulan RUU, yang
wawasan anggota DPR tentang berimbas pada kurangnya produk
fenomena dan kondisi sosial, legislasi hasil inisiatif DPR.
ekonomi, politik, budaya dan
hankam yang selalu berubah dan DAFTAR PUSTKA
berkembang; perlunya peningkatan Apter, David E. 1985. Pengantar
kemampuan teknis atau skill anggota Analisa Politik, Jakarta : CV
DPR terutama dalam menjalankan Rajawali.
fungsi legislasi, selain juga dalam Assiddiqie, Jimly. 2009. Pengantar
menjalankan fungsi anggaran dan Ilmu HukumTata Negara.
fungsi pengawasan, serta perlunya Jakarta: PT Raja Grafindo
peningkatan kapabilitas anggota Persada.
DPR dalam memahami substansi Budiardjo, Miriam. 1989. Dasar-
materi UU sehingga dapat Dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT
mempercepat proses legislasi di Gramedia.
DPR. Hal tersebut juga perlu dibantu Lombo, Meigel Rio M. 2016.
oleh tenaga ahli yang secara teknis “Fungsi Dewan Perwakilan
dapat mendukung proses legislasi Rakyat dalam
dalam menyusun naskah akademik Penyelenggaraan Pemerintahan
sampai dengan tersusunnya produk Setelah Amandemen UUD
legislasi beruapa UU yang 1945”. Dalam lex et Societatis,
mencerminkan aspirasi masyarakat Vol. IV/No. /Feb/2016/Edisi
secara luas. Hal lainnya yang perlu Khusus.
dilakukan adalah terkait dengan Marbun, B.N. 2002. DPR RI
penataan ulang rencana dan realisasi Pertumbuhan dan Cara
dari anggaran untuk proses legislasi, Kerjanya, Edisi Revisi. Jakarta:
yang sebaiknya tidak banyak PT Gramedia Pustaka Utama.
diperuntukkan untuk kunjungan kerja Pitkin, Hanna Fenichel. 2004.
dalam bentuk studi banding, tetapi “Representation and
lebih kepada peningkatan kualitas Democracy: Uneasy Alliance”.
anggota DPR berupa bimbingan in Scandinavian Political
teknis, pelatihan, FGD, sharing Studies, Vol. 27 – No. 3, 2004.
dengan stakeholders dan Sanit, Arbi. 1982. Perwakilan
memanfaatkan fasilitas elektronik Politik: Suatu Stdi Awal Dalam
yang dimiliki DPR dalam upaya Pencarian Analisa Sistem
meningkatkan kemampuan teknis, Perwakilan politik di
wawasan dan pemahaman Indonesia, Imu dan Budaya,
substansial terhadap materi RUU Edisi 2, tahun V. Jakarta :
guna menunjang tugasnya dalam Universitas Nasional.
proses legislasi; serta perlunya

CosmoGov, Vol.2 No.2, Oktober 2016 306


Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

Sholikin, Nur. 2015. dalam


https://www.selasar.com/politik
/gagalnya-strategi-manajemen-
legislasi-dpr
Tardjono, Heriyono. 2016.
“Degradasi Kewenangan
Legislasi Badan Legislasi DPR
RI Pasca Revisi UU No 27
Tahun 2009 tentang MPR,
DPR, DPD dan DPRD”.
Jurnal Renaissance | Vol.1
No.01 | Mei 2016 | 11-16.
http://www.selasar.com/politik/gagal
nya-strategi-manajemen-
legislasi-dpr
http://parlemen.net/2007/11/13/meny
oal-kompetisi-politik-dalam-
proses-legislasi-di-indonesia/
http://www.hukumonline.com/berita/
baca/
lt57c3dbbfb25bc/menakar-
tantangan-perbaikan-
pelaksanaan-fungsi-legislasi
Kompas, Prolegnas Bisa tidak
tercapai, Kamis 16 April 2015.
Tempo.co.jakarta, Rabu 13 Juli
2016, jam 17.03.

CosmoGov, Vol.2 No.2, Oktober 2016 307

Anda mungkin juga menyukai