Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

TEKNOLOGI BETON MUTAKHIR

DISUSUN OLEH :

ADE ISRA GITA NANDA


03011181621037

JULIA INDAH SARI


03011181621146

DOSEN PENGAMPUH :

DR.IR. HANAFIAH, M.S.

DR. SALOMA, S.T., M.T

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
BETON RINGAN (PERVIOUS CONCRETE)

Julia Indah Sari1 dan Ade Isra Gita Nanda2


1
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Indralaya
E-mail: julia.indah66@gmail.com
2
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Indralaya
E-mail: adeisragitananda@yahoo.com

Abstrak. Beton ringan adalah beton yang mengandung agregat ringan


dan mempunyai berat satuan tidak lebih dari 1900 kg/m3. Adapun salah
satu jenis dari beton ringan adalah beton non-pasir, contohnya beton
berpori “pervious concrete” beton ini hanya dibuat dari semen dan
agregat kasar saja (dengan butir maksimun agregat kasar sebesar 20 mm
atau 10 mm). Ketika musim hujan terutama di kawasan perkotaan banyak
terdapat genangan air karena air sulit meresap ke dalam tanah. Karena
sifatnya yang permeable maka beton non pasir dapat mempercepat
penyerapan air ke tanah maupun ke saluran air, mengurangi run-off dan
menambah cadangan air tanah. Beton ini biasanya hanya digunakan
untuk struktur jalan agar dapat mengalirkan air tanah.

Kata kunci: Agregat, Beton Ringan, Infiltrasi, Pervious Concrete

I. PENDAHULUAN

Saat ini pembangunan infrastruktur diperkotaaan merupakan salah satu penyebab


kerusakan lingkungan. Pada awalnya, sebagian besar lahan di perkotaan merupakan lahan
kosong. Namun, adanya kebutuhan ruang untuk menampung penduduk dan aktivitasnya,
lahan kosong tersebut telah berubah fungsi menjadi kawasan terbangun yaitu pembangunan
jalan dan bangunan infrastruktur lainnya. Sebagian besar permukaannya, terutama di pusat
kota, tertutup oleh jalan, bangunan dan lain-lain dengan karakter yang sangat kompleks.
Sehingga, daerah resapan air hujan menjadi berkurang akibat pembangunan infrastruktur
yang ada.
Masalah genangan air dan limpasan permukaan yang terjadi pada permukaan
perkerasan kedap air menuntut ditemukannya cara-cara baru untuk mengelola aliran air
terutama dari air hujan. Perkerasan berpori merupakan salah satu metode alternatif untuk
pengendalian limpasan permukaan. Jenis-jenis perkerasan berpori antara lain adalah aspal
berpori, beton berpori, perkerasan bata beton (paving blocks), dan sistem perkerasan kerikil.
Beton non-pasir dapat dikenal dengan berbagai istilah seperti beton porous, no-fines
concrete, permeconcrete dan pervious concrete, dengan tidak digunakannya pasir dalam
campuran menyebabkan terciptanya rongga antar agregat kasar, distribusi rongga dalam
campuran merata dan saling terkoneksi (kadar rongga berkisar antara 12%-25%)
menyebabkan berkurangnya kepadatan beton dan permukaan efektif butiran yang harus
diselimuti oleh pasta semen. Kelebihan utama dari beton non-pasir ini adalah dapat
merendam panas, proses pembuatannya yang cepat, kepadatan yang rendah, porositasnya
yang tinggi, sifat penyusutan yang rendah dan mudah meloloskan air.
Perkerasan berpori memiliki pori-pori yang sangat banyak dan mengurangi volume
limpasan permukaan dengan cara membiarkan air yang ada di permukaannya menyerap ke
dalam perkerasan untuk kemudian dialirkan ke dalam tanah dengan tingkat penyerapan yang
tinggi. Perkerasan beton berpori dapat berfungsi sebagai bagian dari sistem memanen air
hujan (rainwater harvesting). Sistem memanen air hujan merupakan proses untuk mencegah
terjadinya limpasan permukaan saat hujan dan sekaligus memanfaatkan air hujan untuk
kebutuhan yang menguntungkan, seperti menambah cadangan air tanah, irigasi untuk taman,
toilet flushing, air untuk mencuci kendaraan, dan sebagainya.
Pemanfaatan yang tepat dari pervious concrete adalah Best Management Practice yang
diakui oleh Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) untuk menyediakan pengendalian
pencemaran pertama kali dan pengelolaan air hujan. Pervious concrete mengurangi limpasan
dari daerah beraspal, yang mengurangi kebutuhan untuk kolam retensi storm water terpisah
dan memungkinkan penggunaan selokan kapasitas yang lebih kecil. Pervious concrete juga
secara alami menyaring air hujan dan dapat mengurangi beban polutan masuk ke sungai,
kolam dan sungai. Fungsi pervious concrete seperti cekungan retensi air hujan dan
memungkinkan air hujan untuk menyusup ke tanah di atas area yang luas, sehingga
memfasilitasi pengisian pasokan air tanah yang berharga secara lokal. Semua manfaat ini
mengarah pada penggunaan lahan yang lebih efektif.

II. PEMBAHASAN
Pervious concrete adalah campuran semen, air, dan agregat kasar, dan sedikit atau tanpa
pasir. Pervious concrete sering mengandung campuran kimia. Pervious concrete mempunyai
permukaan yang sangat berpori yang memungkinkan air mengalir ke tanah dibawahnya.
Porositas tinggi didapatkan oleh interconnected void. Biasanya pervious concrete memiliki
sedikit atau tidak ada agregat halus dan hanya memiliki pasta semen yang cukup untuk
melapisi partikel agregat kasar sambil mempertahankan kesalingterkaitan dari rongga.

A. Komposisi Beton Berpori

Komposisi yang digunakan untuk beton berpori tidak jauh berbeda seperti beton
normal, perbedaan yang ada adalah dalam pembuatan beton berpori tidak atau sedikit sekali
digunakan agregat halus pada campuran betonnya, dikarenakan beton berpori yang terbentuk
memiliki rongga-rongga untuk porositas air, serta faktor air semen (FAS) memiliki peranan
yang sangat penting, dengan tujuan agar rongga-rongga yang ada pada beton nantinya tidak
tertutup oleh pasta semen pada saat mengeras. Selain itu juga bertujuan untuk mengikat
agregat agar tidak mudah terlepas. Adapun material-material yang digunakan untuk
komposisi beton berpori adalah :
1. Semen
Jenis semen yang digunakan adalah jenis semen Portland, dimana semen jenis ini
merupakan semen umum yang biasanya digunakan untuk aplikasi beton yang tidak
memerlukan persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal.

2. Agregat
Jenis agregat yang digunakan adalah agregat kasar, yang berupa kerikil sebagai hasil
disintegrasi batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan
memiliki ukuran butiran antara 5 – 40 mm atau agregat yang tertahan pada saringan 2,36 mm
(ayakan No. 4). Agregat halus tidak dipakai agar terbentuk rongga-rongga pada beton yang
nantinya akan berfungsi sebagai aliran air.

3. Air
Jumlah air yang digunakan diperhatikan dengan seksama, dimaksudkan agar beton yang
terbentuk memiliki rongga-rongga yang baik serta ikatan antar agregatnya kuat. Kesalahan
dalam pengendalian faktor air semen dapat membuat rongga-rongga pada beton berpori
menjadi tertutup, ikatan antar agregat menjadi lemah, sehingga menjadikan kuat tekan beton
berpori menjadi rendah. Faktor air semen yang biasanya digunakan untuk beton berpori
adalah sebesar 0,3 – 0,4.
Faktor air semen adalah angka perbandingan antara berat kadar air bebas dan berat
kadar semen dalam campuran beton. Faktor air semen memegang peranan penting dalam
keawetan dan performa dari beton tersebut. Kekurangan air membuat pasta semen dan
agregat tidak akan tercampur dengan sempurna, seperti gambar 2.4 (a).

(a) Campuran Beton Kekurangan Air (b) Campuran Beton Kelebihan Air

(c) Campuran Beton dengan Proporsi Air yang Tepat


Gambar Campuran Adukan Beton Berpori
(sumber: Pervious Concrete Pavements, Portland Cement Association)

Faktor air semen pada beton berpori sangat mempengaruhi kekuatan ikatan antara pasta
semen dan agregat. Sebaliknya, apabila kelebihan air akan membuat campuran beton menjadi
bleeding sehingga mudah keropos dan lunak, seperti gambar 2.4 (b). Untuk itu dibutuhkan
perancangan proporsi air yang tepat agar terbentuk campuran pasta semen yang mengikat
agregat dengan sempurna. Ikatan antara pasta semen dan agregat yang tepat dapat dilihat
pada gambar 2.4 (c).
Beton harus selalu dibuat dengan workability, konsistensi dan plastisitas yang sesuai
dengan kondisi pekerjaan. Workability sering diartikan sebagai tingkat kemudahan
pengerjaan campuran beton untuk diaduk, dituang, diangkut dan dipadatkan atau suatu
ukuran sulit atau mudahnya mengecor, mengkonsolidasikan dan menyelesaikan beton. Unsur-
unsur yang dapat mempengaruhi sifat kemudahan campuran adukan beton dalam
pengerjaannya, antara lain :
o Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton. Makin banyak air yang dipakai,
makin mudah beton segar itu dikerjakan. Tetapi pemakaian air juga tidak boleh terlalu
berlebihan.
o Penambahan semen ke dalam campuran juga memudahkan cara pengerjaan betonnya,
karena diikuti dengan penambahan air untuk memperoleh nilai faktor air semen tetap.
o Gradasi campuran agregat (pasir dan kerikil), jika campuran pasir dan kerikil mengikuti
gradasi yang telah disarankan oleh peraturan maka adukan beton mudah dikerjakan.
o Pemakaian butiran yang bulat memudahkan cara pengerjaan.
o Pemakaian butiran maksimum kerikil yang dipakai berpengaruh terhadap cara
pengerjaan.
o Cara pemadatan beton menentukan sifat pekerjaan yang berbeda.
o Selain itu, beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan adalah jumlah kadar udara yang
terdapat di dalam beton dan penggunaan bahan tambah dalam campuran beton.

Konsistensi adalah kemampuan beton segar untuk mengalir. Plastisitas menentukan


kemudahan beton untuk dicetak. Jika dalam suatu campuran beton dipakai agregat lebih
banyak atau air yang ditambahkan lebih sedikit, campuran akan menjadi kaku dan sulit
dicetak. Pengujian slump adalah suatu ukuran konsistensi beton. Untuk suatu proporsi semen
dan agregat tanpa admixture, semakin tinggi slump, campuran semakin basah. Slump adalah
ukuran kekentalan adukan beton yang dinyatakan dalam mm dan ditentukan dengan
menggunakan kerucut Abram. Nilai Slump ditetapkan sesuai dengan kondisi pelaksanaan
pekerjaan agar diperoleh beton yang mudah dituangkan, dipadatkan dan diratakan. Karena
beton berpori tidak menggunakan agregat halus, maka nilai slump yang dihasilkan akan
sangat besar, sehingga nilai slump pada campuran beton berpori diabaikan.

B. Faktor Yang Mempengaruhi


Beton berpori memiliki kuat tekan yang tergolong rendah jika dibandingkan dengan kuat
tekan beton konvensional. Menurut ACI 522R-10, rata-rata kuat tekan beton pori berkisar
antara 2,8 - 28 MPa. Sehingga penggunaan beton pori hanya cocok untuk diaplikasikan pada
perkerasan jalan yang memiliki intensitas beban lalu lintas ringan seperti trotoar, tempat
parkir, jalur pejalan kaki, jalan-jalan perumahan dan taman. Kuat tekan beton berpori
ditargetkan sebesar 15 MPa pada umur 28 hari, dimana penentuan kuat tekan ini berdasarkan
pada standar mutu bata beton minimum sesuai dengan SNI 03-0691-1996. Faktor yang
mempengaruhi beton berpori antara lain:

a) Faktor Air Semen


Faktor air semen pada beton berpori berkisar 0,36 dan 0,46 sedangkan nilai faktor air
semen optimum sekitar 0,40. Perkiraan faktor air semen tidak dapat terlalu besar karena jika
faktor air semen terlalu besar maka pasta semen akan terlalu encer sehingga pada waktu
pemadatan pasta semen akan mengalir ke bawah dan tidak menyelimuti permukaan aggregat.
Sedangkan jika faktor air semen terlalu rendah maka pasta semennya tidak cukup
menyelimuti butir butir aggregat kasar penyusun beton.

b) Rasio Volume Aggregat dengan Semen


Rasio volume aggregat dengan semen merupakan proporsi penggunaan aggregat
berbanding semen. Jika nilai rasio aggregat –semen 10 artinya perbandingan aggregat
berbanding dengan semen adalah 10. Pada nilai faktor air semen yang tetap, pengaruh besar
rasio aggregat dengan semen akan berakibat terhadap pasta yang terbentuk, jika semakin
besar rasio aggregat –semen maka semakin sedikit pasta semennya sehingga bahan pengikat
antar aggregat akan sedikit pula sehingga kuat tekan beton berpori yang terbentuk akan
semakin rendah. Kuat tekan beton porous mengalami penurunan seiring dengan
meningkatnya rasio agregat semen. Kuat tekan beton porous dengan faktor air semen (fas)
0,25 lebih rendah dari fas 0,30. Porositas beton porous mengalami peningkatan seiring
dengan meningkatnya rasio agregat/semen. Porositas beton porous dengan faktor air semen
(fas) 0,25 lebih tinggi dari fas 0,30. Berat volume beton porous mengalami penurunan seiring
dengan meningkatnya rasio agregat/semen.
Variasi rasio volume agregat berbanding semen yang sering digunakan beton non pasir :
1. 1 Ak : 2 PC Beton non pasir yang dihasilkan sedikit berongga
2. 1 Ak : 4 PC Beton non pasir yang dihasilkan sedikit berongga
3. 1 Ak : 6 PC Beton non pasir yang dihasilkan berongga
4. 1 Ak : 8 PC Beton non pasir yang dihasilkan berongga
5. 1 Ak : 10 PC Beton non pasir yang dihasilkan sangat berongga
6. 1 Ak : 12 PC Beton non pasir yang dihasilkan sangat berongga

c) Jenis Aggregatnya
Telah dijelaskan di atas bahwa jenis agregat yang digunakan mempengaruhi berat jenis
dari beton berpori yang dibentuk. Berat beton berpori umumnya berkisar 60% s/d 75% dari
beton biasa (Ir. Kardiyono Tjokrodimulyo, 2009). Berat beton berpori berkisar 2/3 dari beton
biasa dengan agregat yang sama (The Aberdeen Group pada publikasi, 1961). Ukuran
aggregat maksimum yang lazim dipakai pada beton berpori adalah 10 mm sampai 20 mm.
Pemakaian aggregat dengan gradasi rapat dan bersudut tajam (batu pecah) akan
menghasilkan beton berpori yang kuat tekan dan berat jenisnya sedikit lebih tinggi daripada
penggunaan aggregat dengan ukuran seragam dan bulat. Menurut ACI 522R- 06 Persentase
rongga adalah 15% s/d 25%, Menurut Kardiyono Tjokrodimulyo, 2009 Persentase rongga 20
% s/d 25 %.

d) Curing (Perawatan)
Curing atau perawatan beton berpori setelah pengecoran dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyumbatan pada pori-pori yang akan mengurangi permeabilitas. Perawatan
beton berpori dilakukan minimal selama 7 hari setelah pengecoran. Beton berpori akan
berfungsi dengan baik apabila terlindungi dari penyumbatan oleh pasir. Perawatan perkerasan
dengan menggunakan beton berpori haruslah dilakukan secara berkala. Mengingat air yang
mengalir melewati beton memungkinkan untuk membawa polusi yang larut dalam air
maupun yang tidak larut, serta juga sampah yang dapat menyumbat rongga-rongga pada
beton. Kebanyakan dari serpihan-serpihan ini akan tersimpan dekat dengan permukaan beton
berpori sehingga dibutuhkan perawatan khusus dalam mengatasinya.
Vaccuming atau power blowing dibutuhkan untuk membersihkan pori-pori pada beton
berpori apabila terjadi penyumbatan pada beton berpori. Power blowing atau pressure
washing dapat membuat pori-pori pada beton berpori bertambah sehingga dapat
meningkatkan permeabilitas, tetapi dapat juga merusak bagian permukaan beton berpori.
Salah satu faktor yang menentukan frekuensi perawatan pada perkerasan beton berpori
adalah tempat pemasangannya, dapat dilakukan perawatan seperlunya atau sekitar 2 sampai 3
kali selama 1 tahun pada beton berpori dapat mencegah penyumbatan berkelangsungan yang
tidak terlihat oleh mata. Pemeliharaan yang teratur dapat menjaga kondisi beton berpori tetap
baik dan memastikan beton berpori masih berfungsi dengan baik. Daerah yang membutuhkan
daya resap air yang besar atau daerah yang terdapat banyak tanah pasir membutuhkan
perawatan yang lebih sering.

C. Komposisi Campuran
Design campuran beton non-pasir dengan kuat tekan minimum yang disyaratkan pada
benda uji kubus umur 28 hari adalah 90 kg/m2
1. Faktor kontrol diasumsikan = 0,75
2. Ukuran maks agregat kasar = 20 mm
3. Jenis agregat kasar = kerikil alami
4. Jenis semen = porland semen
5. Kepadatan curah semen = 1472 kg/m3
6. Kepadatan curah agregat kasar = 1520 kg/m3

Design campuran :
Kuat tekan rata-rata pada 28 hari = 90/0,75 = 120 kg/m2 atau 12 MPa
Untuk kuat tekan rerata 12 MPa berdasarkan gambar diatas dapat ditentukan
1. w/c ratio (terhadap berat) = 0,3
2. a/c ratio (terhadap volume) = 7,00
3. kepadatan beton yang sesuai = 2050 kg/m3
4. a/c ratio (terhadap berat) = (7x1520)/1472 = 7,25

Jadi proporsi campuran berdasarkan perbandingan berat :


Semen : Agregat Kasar : Air = 1 : 7,25 : 0,39

Jumlah berat bahan untuk tiap m3 campuran adalah :


 Semen = 1/8,64 x 2050 = 236 kg
 Agregat kasar = 7,25/8,64x 2050 = 1722 kg
 Air = 0,39/8,64 x 2050 = 92 kg

D. Karakteristik Beton Berpori


a. Berat Isi dan Porositas
Kepadatan beton pervious tergantung pada material material yang digunakan. Biasanya
beton pervious memiliki berat isi 1600-2000 kg/m3. Nilai porositas yang didapatkan biasanya
sebesar 480 in./jam (0.34 cm/detik atau sebesar 3,4 x10-3 m/detik) dimana nilai permeabilitas
yang lebih besar dapat dicapai.

b. Permeabilitas
Permeabilitas beton pervious tergantung pada jenis material yang digunakan. pada
umumnya beton pervious dapat mengalirkan air dengan kecepatan 3-17 gal/ft2/min (0,2-1,2
cm/s).

c. Kuat Tekan
Menurut ACI (American Concrete Institute) 522R-10 mengenai Pervious Concrete
dimana biasanya beton berpori memiliki kuat tekan sebesar 400 sampai 4000psi (2,8 Mpa
sampai dengan 28 Mpa). Sehingga beton berpori sendiri memiliki kuat tekan yang relatif
kecil dibandingkan beton normal, menjadikan beton berpori memiliki aplikasi yang terbatas
jika dibandingkan dengan beton normal. Kekuatan beton pervious dangat tergantung kepada
material yang digunakan. Prosedur pengujian kuat tekan beton digunakan mengacu pada
Standar ASTM C-39-81

d. Kuat Lentur
Besar flexural strength 1 MPa sampai 3,8 MPa. Beberapa faktor yang mempengaruhi
flexural strength adalah pemadatan, porositas dan agregat cement ratio (A/C) dan pada
umumnya, aplikasi dari konstruksi daripervious pavement tidak akan membutuhkan flexural
strength terlalu tinggi.

e. Shrinkage
Penyusutan pada beton pervious biasanya akan terjadi lebih cepat dari campuran beton
biasa. Namun penyusutan pada beton pervious akan lebih kecil dari beton biasa. Kecilnya
penyusutan pada beton pervious dapat diakibatkan oleh rendahnya kandungan pasta semen
pada beton pervious.
E. Kelebihan dan Kekurangan Beton Berpori
Beton berpori merupakan material konstruksi yang multifungsional dengan beberapa
kelebihan, seperti :
a. Selang waktu pemeliharaan yang lebih lama.
Pori-pori yang ada pada beton berpori berfungsi untuk mengalirkan air mengalir ke dalam
tanah. Pemeliharaan yang perlu dilakukan pada beton berpori adalah membersihkan sampah
yang masuk ke dalam pori beton agar aliran air tidak terhambat, sehingga mencegah
terbentuknya genangan air di permukaan beton. Terbentuknya genangan air di permukaan
beton dapat merusak permukaan perkerasan yang sudah ada.

b. Mengurangi limpasan permukaan di suatu daerah.


Beton berpori sebagai material konstruksi yang multifungsi selain berfungsi sebagai
komponen struktural juga berfungsi sebagai saluran drainase air masuk ke dalam tanah
sehingga mampu mengurangi limpasan permukaan.

c. Life cycle cost yang lebih rendah.


Dibandingkan dengan beton aspal dan perkerasan bata beton, perkerasan dengan
menggunakan beton berpori memiliki life cycle cost yang lebih rendah. Walaupun biaya awal
pada beton berpori lebih mahal dibandingkan dengan beton aspal, tetapi karena kekuatan dan
daya tahan beton berpori yang lebih besar dibandingkan dengan aspal ataupun bata beton,
maka menyebabkan biaya pemeliharaan yang diperlukan pada beton berpori selama umur
rencana beton menjadi lebih kecil.

d. Mengurangi tingkat pencemaran terhadap air tanah.


Fungsi utama beton berpori adalah mengalirkan air yang ada di permukaan sehingga
dapat diserap oleh tanah. Karena tidak menggunakan bahan kimia berbahaya di dalam
campuran beton, maka potensi tercemarnya air tanah menjadi semakin kecil.

e. Dapat didaur ulang.


Tidak seperti pada beton konvensional, setelah mencapai umur rencana beton berpori
dapat didaur ulang menjadi material beton berpori yang baru sehingga tidak menimbulkan
limbah buangan.

f. Pemanfaatan lahan yang lebih efisien.


Dengan menggunakan perkerasan beton berpori dapat mengurangi kebutuhan penyediaan
kolam penyimpanan air hujan, selokan saluran drainase, dan sarana pengelolaan air hujan
lainnya.
g. Rongga pada beton berpori dapat meredam kebisingan suara yang ditimbulkan oleh roda
kendaraan.
Hal ini disebabkan karena pori-pori pada beton terbentuk secara tidak teratur dan
memiliki permukaan yang tidak rata, sehingga gelombang suara yang dipantulkan secara baur
oleh pori-pori pada beton menjadi saling bertumbukan dan saling meredam.

Beton berpori juga memiliki kekurangan, seperti :


a. Karena kuat tekan yang lebih rendah daripada beton konvensional, maka beton berpori
hanya digunakan pada jalan-jalan lokal perumahan, trotoar, dan lapangan parkir.
b. Biaya instalasi beton berpori relatif lebih mahal daripada beton biasa. Hal ini disebabkan
oleh dua hal, yaitu :
 Beton berpori merupakan material konstruski khusus yang membutuhkan pekerja
yang memiliki pengalaman dan kemampuan untuk mencampur, memasang dan
merawat beton berpori secara tepat.
 Perkerasan beton berpori membutuhkan kedalaman yang lebih besar saat pemasangan,
sebagai tempat untuk menampung air hujan dan juga meningkatkan ketebalan
perkerasan beton berpori untuk alasan kekuatan.

III. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut

1. Beton berpori merupakan salah satu metode alternatif untuk pengendalian limpasan
permukaan. Karena sifatnya yang permeable maka pervious concrete dapat
mempercepat penyerapan air ke tanah maupun ke saluran air, mengurangi run-off dan
menambah cadangan air tanah.

2. Komposisi yang digunakan untuk beton berpori tidak jauh berbeda seperti beton
normal yaitu semen, agregat dan air. Perbedaan yang ada adalah dalam pembuatan
beton berpori tidak atau sedikit sekali digunakan agregat halus pada campuran
betonnya, dikarenakan beton berpori yang terbentuk memiliki rongga-rongga untuk
porositas air, serta faktor air semen (FAS) memiliki peranan yang sangat penting,
dengan tujuan agar rongga-rongga yang ada pada beton nantinya tidak tertutup oleh
pasta semen pada saat mengeras.
3. Adapun faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton berpori antara lain ialah
 Faktor Air Semen
Perkiraan faktor air semen tidak dapat terlalu besar karena jika faktor air semen
terlalu besar maka pasta semen akan terlalu encer sehingga pada waktu pemadatan
pasta semen akan mengalir ke bawah dan tidak menyelimuti permukaan aggregat.
Sedangkan jika faktor air semen terlalu rendah maka pasta semennya tidak cukup
menyelimuti butir butir aggregat kasar penyusun beton.
 Rasio Volume Aggregat dengan Semen
Rasio volume aggregat dengan semen merupakan proporsi penggunaan
aggregate berbanding semen. Jika semakin besar rasio aggregat –semen maka
semakin sedikit pasta semennya sehingga bahan pengikat antar aggregat akan
sedikit pula sehingga kuat tekan beton berpori yang terbentuk akan semakin rendah.
Kuat tekan beton porous mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya rasio
agregat semen. Porositas beton porous mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatnya rasio agregat/semen. Dan berat volume beton porous mengalami
penurunan seiring dengan meningkatnya rasio agregat/semen.
 Jenis Aggregatnya
Jenis aggregat yang digunakan mempengaruhi berat jenis dari beton berpori yang
dibentuk. Ukuran aggregat maksimum yang lazim dipakai pada beton berpori
adalah 10 mm sampai 20 mm. Pemakaian aggregat dengan gradasi rapat dan
bersudut tajam (batu pecah) akan menghasilkan beton berpori yang kuat tekan dan
berat jenisnya sedikit lebih tinggi daripada penggunaan aggregat dengan ukuran
seragam dan bulat.
 Curing (Perawatan)
Curing atau perawatan beton berpori setelah pengecoran dilakukan untuk
mencegah terjadinya penyumbatan pada pori-pori yang akan mengurangi
permeabilitas.
4. Sifat dan Karakteristik beton berpori (pervious concrete)
 Beton pervious memiliki berat isi 1600-2000 kg/m3
 Nilai porositas yang didapatkan biasanya sebesar 480 in./jam (0.34 cm/detik atau
sebesar 3,4 x10-3 m/detik) dimana nilai permeabilitas yang lebih besar dapat
dicapai.
 Permeabilitas beton pervious tergantung pada jenis material yang digunakan.
pada umumnya beton pervious dapat mengalirkan air dengan kecepatan 3-17
gal/ft2/min (0,2-1,2 cm/s).
 Kuat tekan sebesar 400 sampai 4000psi (2,8 Mpa sampai dengan 28 Mpa).
 Besar flexural strength 1 MPa sampai 3,8 MPa.
 Penyusutan pada beton pervious akan lebih kecil dari beton biasa. Kecilnya
penyusutan pada beton pervious dapat diakibatkan oleh rendahnya kandungan
pasta semen pada beton pervious.
5. Kelebihan dan kekurangan beton berpori (pervious concrete) ini adalah adalah sebagai
berikut :
 Kelebihann
 Selang waktu pemeliharaan yang lebih lama.
 Mengurangi limpasan permukaan di suatu daerah.
 Life cycle cost yang lebih rendah.
 Mengurangi tingkat pencemaran terhadap air tanah.
 Dapat didaur ulang.
 Pemanfaatan lahan yang lebih efisien.
 Rongga pada beton berpori dapat meredam kebisingan suara yang
ditimbulkan oleh roda kendaraan.
 Kekurangan
 Karena kuat tekan yang lebih rendah daripada beton konvensional, maka
beton berpori hanya digunakan pada jalan-jalan lokal perumahan, trotoar,
dan lapangan parkir.
 Biaya instalasi beton berpori relatif lebih mahal daripada beton biasa

IV. DAFTAR PUSTAKA


Karolina, L. & Zulfikar ., 2015, “ KAJIAN PENDAHULUAN BETON LOLOS AIR (POROUS CONCRETE) DENGAN
PENAMBAHAN MASTERROC HCA10”, Medan: Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara

Kurniadi, E. & Himawan, L ., 2019, “ KAJIAN KUAT TEKAN DAN INFILTRASI PADA BETON NON PASIR”, hlm. 72-
78,Yogyakarta : Program Diploma Teknik Sipil/Departemen Teknik Sipil/Sekolah Vokasi UGM

Trisnoyuwono, D., Beton Non pasir.https://archive.org/stream/BukuTeknikSipil/2110_Beton%20Non%20Pasir_djvu.txthtml


(diakses 11 April 2019).

Assidiqi, A.H., 2016, “UJI EKSPERIMENTAL KEKUATAN TEKAN PERVIOUS CONCRETE DENGAN PERBEDAAN
PRESENTASE VOID”, Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Yogyakarta.

Ricardo, I.R.A. & Susilowati, A., 2018, “ VARIASI FAKTOR AIR SEMEN TERHADAP KEKUATAN BETON NON PASIR ”,
Jakarta: Jurusan Teknik Sipil, Program Studi Teknik Konstruksi Sipil, Politeknik Negeri Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai