Anda di halaman 1dari 12

BAB1

PENDAHULUAN
A.LatarBelakang

Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh,tetapi dalam


artinya khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh
neoplasma.(Sjamsuhidayat,2010;134)
SST adalah suatu kelompok tumor yang biasanya berasal dari jaringan ikat,ditandai sebagai
massa di anggota gerak,badan atau reptroperitoneum(Toy et al.2011;120).

Penyebab pasti timbulnya STT ini belum jelas, namun banyak faktor yang diduga
berperan.Kondisi genetik 66%,paparan radiasi1%,infeksi 3% dan trauma 30%,merupakan
faktor resiko yang berhubungan erat dengan terjadinya soft tissue tumor.Lokasi yang sering
ditemukan yaitu kira-kira 40% ekstermitas bawah,terutama daerah paha 20%,di ekstermitas
atas, 10% di kepala dan leher dan 30% di badan dan retroperitonium. (M.Clevo,2012:85)

B.TUJUAN

Tujuan umum
Mahasiswa/mahasiswi mampu mengetahui asuhan keperawatan pada klien SST di RSUD
DATU BERU Takengon?

Tujuan khusus
1.Mahasiswa mampu memahami definisi SST
2.Mahasiswa mampu memahami etiologi SST
3.Mahasiswa mampu memahami manisfestasi klinik SST
4.Mahasiswa mampu memahami patofisiologi SST
5.Mengetahui penatalaksanaan dalam asuhan keperawatan pada klien dengan SST
BAB II
PENDAHULUAN

A.DEFINISI
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2009 ). STT adalah pertumbuhan
sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh seperti kanker (Price, 2010).
Jadi kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan yang abnormal didalam
tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara kulit dan tulang

B.ETIOLOGI
1.Kondisi Genetik Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang abnormal,
bahwa gen memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis.
2.Radiasi Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
3.Infeksi Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah ini
juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
4.Trauma Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

C.PATOFISIOLOGI
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors
(STT) adalah proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial
ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di
ekstermitas bawah, terutamadaerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher,
dan 30% di badan. Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor
jinak, sepertiserabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka
tumor membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak
timbul di lokasi sepertilekukan-lekukan tubuh. Proses alami dari kebanyakan tumor ganas
dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1.Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
2.Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3.Invasi lokal.
4.Metastasis jauh

D.MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau benjolan tersebut
berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa
sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya terjadi akibat perdarahan
atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf – saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila dirabaterasa
lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di sekitarnyadan
tidak pernah menyebar ke tempat jauh. Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan
gejala karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat
bertambah besar, mendorong jaringan normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri
atau bengkak.

E.PENATALAKSANAAN
1.Penatalaksanaan Medik
a.Bedah Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai angka
keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk mengangkat
tumor atau benjolan tersebut.
b.Kemoterapi Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia
untuk membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan kerja sel tumor. Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan
dengan tumor dan kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c.Terapi Radiasi Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
2.Penatalaksanaan Keperawaatan
a.Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b.Perawatan luka pada pasien
c.Pemberian obat
d.Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah dilakukan
operasi.

F.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Pemeriksaan X-ray X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor
jaringan lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika
batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapi melihat
kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi terjadi di sarkoma
sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
2.Pemeriksaan USG Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop
dan tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara jinak atau
ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar, seperti
sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat histiocytoma seperti. USG
dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi aspirasi akupunktur.
3.CT scan CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor jaringan
lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam beberapa
tahun terakhir.
4.Pemeriksaan MRI Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan
dari X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan
tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul
memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas dari
tumor tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan pengembangan rencana
pengobatan yang lebih baik.
5.Pemeriksaan histopatologis
a.Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang akurat. Dioptimalkan untuk
situasi berikut:
1)Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode pengumpulan untuk mendapatkan
sel, pemeriksaan mikroskopik
2)Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura, hanya untuk mengambil spesimen
segar harus segera konsentrasi sedimentasi sentrifugal, selanjutnya smear
3)Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan tumor yang mendalam yang
ditujukan untuk radioterapi atau kemoterapi, metastasis dan lesi rekuren juga berlaku.
b.Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak dapat didiagnosis,
lakukan forsep biopsi.
c.Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan untuk operasi.
d.Biopsi eksisi : berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama dengan bagian dari
jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh tumor untuk pemeriksaan histologis.
.
BAB III

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1.INDENTITAS KLIEN

Nama :Husni Ramatsyah

Umur :17

Jenis kelamin :Perempuan

Status perkawinan :Belum menikah

Pendidikan :SMA

Pekerjaan :Pelajar

No Rm :182116

Tanggal masuk :25-03-2019

Diagnosa medis :SST ar gluteus

Alamat :Bewang

2.Riwayat penyakit

a.Keluhan utama

Os ke IGD dengan keluhan ada benjolan di area bokong sebelah kanan

b.Riwayat penyakit sekarang

STT ar gluteus deketra

c.Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Istirahat yang cukup, perhatikan nutrisi yang masuk kedalam tubuh

d.Bagaimana dirasakan

pasien merasa takut dengan penyakitnya

e.Bagaimana dilihat

Wajah pasien tanpak pucat


f.Riwayat penyakit dahulu

Tidak ada

g.Penyakit yang pernah di alami

Tidak ada

h.Pernah dirawat/dioprasi

Tidak ada

i.Elergi

Tidak ada

K.Imunisasi

Pernah dilakukan

1. Pola kebiasaan sehari-hari


 Pola nutrisi :Normal
 Pola makan :1x1 hari
 Minum :8 gelas 1x1 dan bak 5x/hari
 Eliminasi :BAB 1x1 dan BAK 5x8 jam/ hari
 Pola istirahat :Siang dua jam/hari,malam 8 jam/hari
 Pola aktivitas :Belajar

m. Konsep diri:

 Body image :Bagus


 Ideal diri :Bagus
 Harga diri :Bagus
 Peran diri :Bagus
 Personal identy :Bagus
n.Keadaan emosi

Normal

o.Mekanisme pertahanan diri

Pasien lemah,pucat

p.Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan umur

K/U :lemah,wajah pucat

Nadi :90

RR :20x/m

Suhu :37,1
No Tanggal Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Paraf
Keperawatan hasil
1. Nyeri b/d Setelah dilakukan 1.Atur posisi
terputusnya tindakan nyaman
kontiunitas keperawatan 2.Ajurkan teknik
jaringan luka post selama 3x24 jam relaksasi
oprasi diharapkan 3.Pantau TTV
masalah nyeri 4.Memberikan obat
dapat teratasi analgetik
dengan kriteria
hasil:
Ds.klien
menyatakan
nyerinya terkontrol
Do.
P:Posisi pronaasi
Q:nyeri tekan
ringgan
R:bokong kanan
S:skala nyeri 2
T:hilang

2. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1.Atur posisi


infeksi b/d luka tindakan nyaman
post oprasi keperawartan 2.Lakukan
selama 3x24 jam tindakan medikasi
diharapkan resiko 3.Pantau TTV
tinggi infeksi dapat 4.Memberikan obat
diminimalkan analgetik
dengan kriteria:
Ds.
-klien mengatakan
lukanya membaik
-klien menyetakan
tidak merasa lagi
nyeri pada area
luka post operasi
Do.
-luka tanpak bersih
-luka tanpak kering
-tidak ada
pembengkakan

3. Gangguan pola Setelah dilakukan 1.Observasi


aktivitas b/d luka tindakan perawatan keluhan utama
post operasi selama 3x 24 jam 2.atur posisi
diharapkan resiko nyaman
tinggi infeksi dapat 3.Ajarkan tehnik
diminimalkan relaksasi
dengan kriteria; 4.Ajarkan ROM
Ds. aktif dan fasif
-klien mengatakan
tidak dapat
melakukan
aktivitas secara
bebas
Do.
-Aktivitas di bantu
orang lain
EVALUASI

No Tanggal Jam Dx Evaluasi(SOAP-SOAPIE) Paraf

1. S:klien mengatakan nyerinya sudah


berkurang dan terkontrol
O: -TD:100/70mmhg
-skala nyeri 2
-jumlah yang keluar dari luka post operasi
5cc
-klien tanpak tenang
A:Masalah teratasi
P:Pertahankan intervensi

2. S:klien mengatakan sudah lebih tenang


O: -TD:100/70mmhg
-jumlah yang keluar dari luka post
operasi 5cc
-klien tanpak tenang
A:masalah teratasi
P:pertahankan intervensi

3 S:Klien mengatakan sudah dapat


beraktivitas secara mandiri
O: -dapat duduk sendiri
-tidak ketergantungan dengan orang lain
A:masalah teratasi
P:pertahankan intervensi

Anda mungkin juga menyukai