Anda di halaman 1dari 14

2.

6 Gambaran Klinis
Pada pernapasan pertama, mekonium yang kental teraspirasi ke dalam

paru bayi, mengakibatkan obstruksi jalan napas kecil yang dapat menimbulkan

kegawatan pernapasan dalam beberapa jam pertama setelah kelahiran dengan

gejala takipnea, retraksi, stridor, dan sianosis pada bayi dengan kasus berat.

Obstruksi parsial pada beberapa jalan napas dapat menimbulkan

pneumothoraks atau pneumomediastinum. Masuknya ketuban yang tercampur

mekoneum ke dalam saluran nafas akan menimbulkan berbagai manifestasi

klinis pada bayi baru lahir sangat tergantung pada banyak sedikitnya cairan

yang tercemar mekoneum terhisap ke dalam saluran pernafasan. Kelainan yang

dijumpai dapat bervariasi dari distres pernafasan sampai terjadinya sumbatan

jalan nafas. Pada pemeriksaan dapat dijumpai pernafasan yang sulit yang

ditandai dengan retraksi interkostal.

Pengobatan tepat dapat mencegah kegawatan pernapasan, yang dapat

hanya ditandai oleh takikardia tanpa retraksi. Pada kondisi gawat nafas, dapat

terjadi distensi dada yang berat yang membaik dalam 72 jam akan tetapi bila

dalam perjalanan penyakitnya bayi memerlukan bantuan ventilasi, keadaan ini

dapat menjadi berat dan kemungkinan mortalitasnya tinggi.1

2.7 Diagnosis

Diagnosis sindrom aspirasi mekonium umumnya riwayat adanya cairan

ketuban yang berwarna kehijauan pada ibu hamil sebelum atau selama

persalinan berlangsung dapat memberi petunjuk kemungkinan terjadinya

sindrom aspirasi mekoneum. Bayi-bayi dengan sindrom aspirasi mekoneum

biasanya lahir cukup bulan atau lebih bulan. Pada pemeriksaan akan

didapatkan cairan amnion yang terkontaminasi mekoneum. Demikian juga,


mekoneum mungkin akan tampak dan dapat dihisap dari saluran nafas bagian

atas. Kulit bayi terlihat terwarnai oleh mekoneum. Bayi tampak mengalami

sesak nafas, dan dada bayi tampak membusung.

 Sebelum bayi lahir, alat pemantau janin menunjukkan bradikardia (denyut

jantung yang lambat)

 Ketika lahir, cairan ketuban mengandung mekonium (berwarna kehijauan)

 Bayi memiliki nilai Apgar yang rendah.

 Dengan bantuan laringoskopi, pita suara tampak berwana kehijauan.

 Dengan bantuan stetoskop, terdengar suara pernafasan yang abnormal (ronki

kasar).

 Pemeriksaan lainnya yang biasanya dilakukan: (1) Analisa gas darah

(menunjukkan kadar pH yang rendah, penurunan pO2 dan peningkatan pCO2);

(2) Rontgen dada (menunjukkan adanya bercakan di paru-paru).

2.8 Diagnosa Banding


a) Transient tachypnea of the newborn (TTN) – Gambaran radiografi sering

menunjukkan patchy opacities yang disebabkan oleh cairan pada paru yang dalam

proses resorpsi. Foto radiografi kontrol akan menunjukkan infiltrate yang menghilang,

berbeda dengan sindrom aspirasi mekonium atau pneumonia.

b) Pneumonia neonatus – Terdapat patchy opacities yang berupa konsolidasi

dan efusi pleura yang ditemukan pada 2/3 kasus. Volume paru normal namun

lapangan paru mungkin dapat terjadi hyperinflated.7

c) Respiratory distress syndrome – Pada gambaran radiologis, ditemukan

gambaran radiopaque yang seragam, ground-glass dan penurunan volume paru karena

terjadi kolaps alveolus. Gambaran air bronchogram juga dapat dilihat namun efusi
pleura jarang terjadi. Sindrom ini biasanya terjadi pada bayi preterm yang berbeda

dengan sindroma aspirasi mekonium 3.

2.9 Penatalaksanaan Sindroma Aspirasi Mekonium


A. Penatalaksanaan prenatal
Kunci penatalaksanaan aspirasi mekonium adalah penegahan selama masa
prenatal.
1. Identifikasi kehamilan beresiko tinggi. Pencegahan dimuai dengan
mengenali faktor predisposisi maternal yang dapat menyebabkan insufisiensi
uteropasental yang berujung pada hipoksia fetus selama proses kelahiran.
Pada kehamilan yang berlangsung sampai melewati waktu perkiraan
kelahiran, induksi yang dilakukan secepatnya pada minggu ke-41 dapat
membantu pencegahan aspirasi mekonium. 7,8
2. Pemantauan. Selama kelahiran, observasi dan pemantauan janin yang
seksama perlu dilakukan. Tanda kegawatan janin apapun (misal: adanya
cairan mekonial dan ruptur membran, takikardi fetus, atau pola deselerasi)
mengharuskan penilaian kesejahteraan janin dengan cermat, meliputi detak
jantung fetus dan pH kulit kepala fetus. Jika penilaian menunjukkan adanya
fetal kompromi, tindakan korektif diperlukan atau fetus harus dilahirkan
tepat pada waktunya. 7,8
3. Amnioifusion. Pada ibu-ibu dengan cairan amnion mekonial yang sangat
kental maupun cukup kental, amnioinfusi efektif dalam menurunkan angka
kejadian deselerasi kecepatan denyut jantung fetus yang bervariasi dengan
melepaskan kompresi pada korda umbilikalis selama persalinan. Akan
tetapi, efisiensinya dalam menurunkan resiko dan tingkat keparahan aspirasi
mekonium belum dapat dibuktikan. 8
B. Penatalaksanaan di kamar bersalin
Intervensi pediatrik yang sesuai untuk neonatus yang lahir dengan cairan amnion
mekonial tergantung pada bugar tidaknya bayi. Hal ini dapat dinilai dengan
adanya pernapasan spontan, denyut jantung > 100 x/menit, gerakan spontan, atau
ekstrimitas yang berada dalam posisi fleksi. Bagi bayi-bayi bugar ini, hanya
penanganan rutin yang diperbolehkan, tanpa melihat konsistensi mekoniumnya.
Sedangkan bagi bayi-bayi dengan distres, intubasi secepat mungkin dan pipa
endotrakealnya harus dihubungkan dengan alat penghisap mekonium pada
tekanan 100 mmHg. Ventilasi tekanan positif harus dihindari jika memungkinkan,
hingga pengisapan trakea dilakukan. 8
C. Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan aspirasi mekonium. Neonatus dengan
mekonium yang terdapat di bawah korda vokalis berpotensi mengalami hipertensi
pulmonal, sindrom kebocoran udara, da pneumonitis serta harus diobservasi
secara ketat untuk melihat adanya tanda-tanda distres pernapasan.
1. Penatalaksanaan respirasi
a. Pembersihan paru (pulmonary toilet). Jika pengisapan trakea belum
mampu membersihkan sekret secara maksimal, dapat disarankan untuk
membiarkan pipa endotrakeal tetap terpasang untuk pembersihan paru
pada neonatus dengan kasus simtomatik. Fisioterapi dada setiap 30-60
menit, semampunya, dapat membantu membersihkan jalan napas.
Fisioterapi dada dikontraindikasikan pada neonatus dengan kondisi labil
jika diduga ada keterlibatan PPHN. 8
b. Pemeriksaan kadar gas darah arteri. Pengukuran kadar gas darah arteri
dibutuhkan untuk menilai kebutuhan ventilasi dan oksigen tambahan. 8
c. Pemantauan kadar oksigen. Pulse oxymeter dapat memberi informasi
penting mengenai status respirasi dan memantu mencegah hipoksemi.
Membandingkan saturasi oksigen pada tangan kanan dengan ekstrimitas
bawah membantu mengidentifikasi bayi dengan pirau dari kanan ke kiri
akibat hipertensi pulmonal. 7
d. Radiografi thoraks. Radiografi thoraks sebaiknya diambil setelah
kelahiran jika neonatus dalam kondisi distres. Radiografi thoraks juga
dapat membantu menentukan pasien mana yang berpotensi mengalami
distres napas. Akan tetapi, gambaran radiografi sering tidak sebanding
dengan presentasi klinis. 8
e. Pemakaian antibiotik. Mekonium menghambat potensi bakteriostatik
pada cairan mekonium normal. Karena susahnya membedakan aspirasi
mekonium dari pneumoni secara radiologis, neonatus dengan gambaran
infiltrate pada radiografi toraks, sebaiknya mulai diberi antibiotik
spektrum luas (ampisilin dan gentamisin), setelah sampel untuk kultur
telah diperoleh. 8
f. Oksigen tambahan. Salah satu tujuan utama pada kasus-kasus SAM
adalah mencegah episode hipoksia alveolar yang akan mengarah pada
vasokonstriksi pulmonal dan menjadi PPHN. Oleh karena itu, oksigen
tambahan diberikan sebanyak-banyaknya dengan tujuan
mempertahankan tekanan parsial O2 sebesar 80-90 mmHg, bahkan lebih
tinggi karena resiko retinopati seharusnya kecil pada bayi-bayi aterm.
Pencegahan hipoksia alveolar juga dicapai dengan penyapihan bayi-bayi
ini secara hati-hati dari terapi oksigen. Kebanyakan pasien masih labil,
sehingga penyapihan harus dilakukan secara perlahan, terkadang dengan
penurunan 1% setiap kali. Pencegahan hipoksia alveolar juga meliputi
kewaspadaan terhadap terjadinya kebocoran udara dan meminimalisir
intervensi pasien. 8
g. Ventilasi mekanik. Pasien pada kasus-kasus berat yang terancam gagal
napas yang disertai hiperkapnia dan hipoksemia persisten membutuhkan
ventilasi mekanik. Neonatus yang tidak membaik dengan ventilasi
konvensional harus diuji coba menggunakan ventilasi berfrekuensi tinggi
(HFV = high frequency ventilation).
i. Pengaturan kecepatan. Ventilasi harus disesuaikan dengan individu
masing-masing pasien. Pasien-pasien SAM umumnya membutuhkan
tekanan inspirasi dan kecepatan yang lebih tinggi dibanding pasien
dengan HMD (hyaline membrane disease). Lebih diutamakan
menggunakan model ventilasi yang memungkinkan pasien mengatur
frekuensi napasnya (ventilasi yang hanya mendampingi atau
menyokong tekanan). Masa inspirasi yang relative singkat
memungkinkan ekspirasi yang adekuat pada pasien yang rentan
mengalami terperangkapnya udara dalam paru (air trapping). 8
ii. Komplikasi pulmonal. Kebocoran udara harus selalu diwaspadai.
Untuk setiap penurunan kondisi klinis yang tidak jelas penyebabnya,
kemungkinan pneumotoraks harus selalu dipikirkan. Dengan
timbulnya atelektasis, perangkap udara, dan penurunan kompliansi
paru, pasien yang beresiko mengalami kebocoran udara mungkin
membutuhkan tekanan saluran napas rata-rata yang tinggi. Ventilasi
ditujukan untuk mencegah hipoksemia dan menyediakan ventilasi
yang adekuat pada tekanan saluran napas yang serendah-rendahnya
untuk menurunkan resiko kebocoran udara. 8
h. Ventilasi berfrekuensi tinggi (HFV = high frequency ventilation).
Ventilasi jet berfrekuensi tinggi dan ventilasi osilasi berfrekuensi
tinggi.cukup efisien bagi pasien yang gagal mencapai ventilasi adekuat
dengan metode konvensional. HFV juga telah digunakan untuk
memaksimalkan keuntungan inhalasi nitrit oksida. 8
i. Surfaktan. Neonatus dengan sindroma aspirasi mekonium yang berat dan
membutuhkan ventilasi mekanik, serta tampak secara radiologis adanya
kelainan parenkim paru, kemungkinan besar akan mendapat efek positif
dari terapi surfaktan yang dini. Karena adanya keterkaitan hipertensi
pulmonal, pemantauan ketat saat terapi surfaktan dibutuhkan untuk
mencegah obstruksi transien jalan napas yang dapat terjadi selama
penyulingan surfaktan. 8
j. Nitrit oksida inhalasi. Hipertensi pulmonal dapat diterapi secara efektif
dengan inhalasi nitrit oksida. Terjadi vasodilatasi arteriol pulmonal yang
selektif akibat nitrit oksida yang bekerja langsung pada otot polos
vascular, yaitu dengan mengaktivasi guanilat siklase, sehingga
meningkatkan siklik guanosin monofosfat. Karena diberi per inhalasi,
efek yang timbul hanya bersifat lokal. Hal ini terjadi karena nitrir oksida
akan diinaktivasi oleh hemoglobin begitu mencapai pembuluh darah.
Oleh karena itu, pengaruhnya pada sistem-sistem lain dalam tubuh cukup
minimal, akan tetapi, kadar methemoglobin harus terus dipantau. 8
k. Oksigenasi membran ekstra korporeal (ECMO = extracorporeal
membrane oxygenation). Pasien yang gagal dengan terapi-terapi
sebelumnya dapat diusulkan untuk dilakukan oksigenasi membran ekstra
korporeal. Index oksigenasi ( 𝐹𝐼𝑂2 × 𝑃𝑎𝑤
̅̅̅̅ × 100 × 𝑃𝑎𝑂2 ) > 40, dengan
̅̅̅̅ (tekanan rata-rata jalan napas) ≥ 20 cmH2O, dapat memprediksi
𝑃𝑎𝑤
neonatus yang membutuhkan ECMO. Dibandingkan dengan kelompok
populasi lain yang membutuhkan ECMO, bayi dengan SAM memiliki
angka kelangsungan hidup yang tinggi, yaitu sebesar 93-100%.8
2. Penatalaksanaan umum
Neonatus dengan aspirasi mekonium yang membutuhkan resusitasi sering
kali juga mengalami kelainan metabolik, seperti hipoksia, asidosis,
hipoglikemia, dan hipokalsemia. Pasien-pasien ini kemungkinan telah
mengalami asfiksia perinatal, sehingga diperlukan pemantauan adanya
kerusakan organ. 8

Pedoman penatalaksanaan bayi yang terpapar mekonium menurut The American


Academy of Pediatrics Neonatal Resuscitation Program (NRP) Steering Committee
adalah sebagai berikut:
 Jika bayi tidak bugar (didefinisikan sebagai kondisi tonus otot yang lemah dan
usaha napas yang kurang maupun tidak ada): suction trakea langsung setelah
kelahiran. Suction dilakukan selama tidak lebih dari 5 detik. Jika tidak
didapatkan cairan mekonial, jangan ulangi intubasi dan suction. Sebaliknya,
jika didapatkan cairan mekonial tanpa adanya bradikardi, lakukan reintubasi
dan suction. Jika bradikardi, lakukan ventilasi tekanan positif dan rencanakan
suction ulang setelah beberapa waktu.
 Jika bayi bugar (didefinisikan sebagai kondisi usaha napas yang cukup,
menangis, tonus otot cukup, dan warna kulit yang baik): bersihkan sekresi dan
mekonium dari mulut lalu hidung menggunakan bulb syringe atau selang
suction yang besar. Pada kondisi apapun, langkah-langkah resusitasi
berikutnya harus mencakup: pengeringan, reposisi, dan pemberian oksigen
sesuai kebutuhan.
 Pedoman ini terus diperbaharui sesuai evidence-base terbaru.
Diet bayi dengan SAM: 8
 Distres perinatal dan distres napas yang berat merupakan halangan untuk
pemberian makanan.
 Terapi cairan intravena dimulai dengan infuse dekstrosa yang adekuat untuk
mencegah hipoglikemi.
 Beri tambahan elektrolit, lipid, dan vitamin secara progresif untuk memastikan
asupan nutrisi yang adekuat serta untuk mencegah defisiensi asam amino
esensial dan asam lemak.
Bagan 2.3 Algoritma Penatalaksanaan Sindroma Aspirasi Mekonium3

2.10 Pencegahan Sindroma Aspirasi Mekonium


2.10.1 Pencegahan sebelum kelahiran
Penurunan insiden SAM selama dekade terakhir telah dikaitkan dengan penurunan
kelahiran lebih bulan, manajemen intensif pemantauan denyut jantung janin yang
abnormal, dan penurunan jumlah bayi yang memiliki nilai Apgar rendah. Pemantauan
janin terus menerus dengan alat elektronik diindikasikan untuk kehamilan yang rumit
dengan adanya cairan ketuban yang terwarnai mekonium. Pulse oximetry fetal
merupakan modalitas baru untuk surveilans janin antepartum, tetapi efek pada
hasilnya tetap dipertanyakan. Kehamilan lewat bulan sering dikaitkan dengan
hipoksia intrauterin dan cairan ketuban yang terwarnai mekonium, dan, seperti yang
disebutkan sebelumnya, penurunan kehamilan lewat bulan telah menyebabkan
penurunan insidensi SAM. Amnioinfusion mungkin merupakan terapi yang efektif
untuk kehamilan dengan komplikasi oligohidramnion dan gawat janin. Amnioinfusion
mencairkan ketebalan mekonium dan dapat mencegah kompresi tali pusat dan aspirasi
mekonium. Namun, penelitian telah membuktikan bahwa meskipun strategi ini
mengurangi jumlah mekonium pada bayi lahir dari ibu yang memiliki cairan ketuban
yang terwarnai mekonium, hal ini gagal untuk mengurangi risiko SAM. Sebuah studi
multicenter terbaru oleh Fraser dan rekan menyimpulkan bahwa amnioinfusion tidak
mengurangi risiko SAM moderat sampai berat dan SAM yang terkait dengan
kematian perinatal pada bayi yang lahir melalui mekonium kental. Ada juga bukti
yang cukup menjelaskan bahwa amnioinfusion mengurangi morbiditas neonatus yang
terkait mekonium. Dengan demikian, amnioinfusion tidak dianjurkan untuk wanita
yang memiliki cairan ketuban yang terwarnai mekonium sendirian kecuali ada bukti
adanya oligohidramnion dan distress janin. Karena infeksi dan korioamnionitis dapat
berhubungan dengan SAM yang parah, pemberian awal terapi antibiotic spectrum
luas dalam kasus korioamnionitis maternal dapat mengurangi morbiditas neonatus.7

2.10.2 Pencegahan selama kelahiran


Suction orofaringeal dan nasofaring segera setelah kelahiran kepala tetapi sebelum
kelahiran bahu dan dada telah menjadi praktik umum selama dua dekade terakhir ini,
dimana ditujukan untuk mengurangi insiden dan keparahan SAM. Namun, sebuah
studi multicenter baru-baru ini menunjukkan bahwa strategi ini tidak mencegah
terjadinya SAM. Para peneliti juga menunjukkan bahwa hal ini tidak mengurangi
angka kematian, durasi ventilasi dan terapi oksigen, atau kebutuhan untuk ventilasi
mekanik. Oleh karena itu, seperti suction rutin tidak lagi dianjurkan, meskipun
dianjurkan, hanya pada kasus-kasus tertentu, seperti terdapatnya cairan yang bernoda
mekonium yang tebal atau berlebihan. 7

2.10.3 Pencegahan setelah kelahiran


Intubasi endotrakeal dan suction dilakukan untuk menghilangkan mekonium pada
saluran napas bagian atas sebelum berpindah ke saluran napas bagian bawah.
Mekonium dapat bermigrasi ke jalan napas perifer melalui gerakan pernapasan
spontan atau ventilasi tekanan positif. Oleh karena itu, tampaknya logis bahwa
intubasi endotrakeal dan suction harus dilakukan sedini mungkin setelah melahirkan,
yaitu, sebelum bayi mengambil napas pertama atau sebelum pernapasan aktif. Sampai
saat ini, intubasi dan suction trakea rutin direkomendasikan untuk kebanyakan bayi
yang ketubannya terwarnai mekonium. Namun, studi terbaru tidak mendukung
dilakukan suction yang intensif, kecuali ketika respirasi bayi tertekan. Sejak tahun
2005, The American Heart Association dan The Neonatal Resuscitation Program telah
merekomendasikan suction trakea hanya jika bayi tidak kuat, memiliki penurunan
tonus otot, atau memiliki denyut jantung kurang dari 100 denyut / menit.7

2.11 Komplikasi Sindroma Aspirasi Mekonium


1. Displasia bronkopulmoner
2. Pneumotoraks
3. Pneumonia
4. PPHN
Bayi yang menderita SAM berat mempunyai kemungkin lebih besar untuk
menderita mengi (wheezing) dan infeksi paru dalam tahun pertama kehidupannya.
Tapi sejalan dengan perkembangan usia, ia bisa meregenerasi jaringan paru baru.
Dengan demikian, prognosis jangka panjang tetap baik. Bayi yang menderita SAM
sangat berat mungkin akan menderita penyakit paru kronik, bahkan mungkin juga
menderita abnormalitas perkembangan dan juga ketulian. Pada kasus yang jarang
terjadi, SAM dapat menimbulkan kematian.
Konsekuensi lebih lanjut sebagai dampak dari asfiksia antara lain : 9
1) Konsekuensi Kardiovaskular
a. Hipertensi pulmonal yang berkaitan dengan proses hipoksemia
b. Disfungsi miokard yang berkaitan dengan hipoksemia
2) Konsekuensi Pulmonal
a. Penurunan produksi surfaktan
b. Edema paru
c. Sindrom Aspirasi Mekonium
3) Konsekuensi Renal
a. Nekrosis tubular dan medular
b. Paralisis kandung kemih
4) Konsekuensi Sistem Saraf Pusat
a. Ensefalopati hipoksik-iskemik
b. Perdarahan intrakranial

2.12 Prognosis Sindroma Aspirasi Mekonium


Diperkirakan bahwa bayi yang teraspirasi mekonium memiliki mortalitas yang
lebih tinggi daripada mortalitas bayi yang tidak teraspirasi, dan aspirasi mekonium
biasanya menyebabkan proporsi kematian neonatus yang bermakna. Sisa masalah
pada paru jarang dijumpai, tetapi meliputi batuk bergejala, mengi, dan hiperinflasi
persisten selama 5-10 tahun. Prognosis akhir bergantung pada luasnya jejas sistem
saraf pusat akibat asfiksia, dan adanya masalah-masalah terkait seperi adanya
sirkulasi janin. 1
Takipnea dapat menetap selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu.

Foto radiografi dada bersifat khas ditandai dengan bercak-bercak infiltrat, corakan

kedua lapangan paru kasar, diameter anteroposterior bertambah, dan diafragma

mendatar. Foto x-ray dada normal pada bayi dengan hipoksia berat dan tidak adanya

malformasi jantung mengesankan diagnosis sirkulasi jantung persisten. PO2 arteri

dapat rendah pada penyakit lain, dan jika terjadi hipoksia, biasanya ada asidosis

metabolik. 1

Secara umum, konsistensi mekoneum dibagi dua katagori, yaitu encer dan
pekat. Mekoneum yang encer berwarna kuning hingga hijau terang dan cair.
Sebaliknya, mekoneum pekat bersifat pasta atau bergranul dan memiliki sejumlah
warna termasuk coklat gelap dan bahkan hitam. Mekoneum yang encer terdapat dalam
10-40% kasus pada pengeluaran mekoneum. Mekoneum yang pekat pada awal
persalinan, secara umum menunjukkan kurangnya cairan amnion dan merupakan
faktor risiko untuk terjadinya morbiditas dan mortalitas bayi.

Bayi dengan mekoneum encer lebih sering fisiologis, dan menunjukkan proses
maturitas bayi, sekaligus lebih sehat saat lahir. Baik mekoneum encer maupun pekat
dapat ditemukan saat persalinan atau bahkan sebelum persalinan. Mekoneum yang
ditemukan saat persalinan setelah cairan jernih keluar menunjukkan kondisi
pencemaran ketuban dengan mekoneum yang bersifat akut. Resiko morbiditas dan
mortalitas perinatal berada pada resiko tinggi jika berhubungan dengan pengeluaran
mekoneum yang pekat. Sebaliknya, menjadi resiko rendah jika dihubungkan dengan
pengeluaran mekoneum encer sebelum ketuban pecah.

Masuknya ketuban yang tercampur mekoneum ke dalam saluran nafas akan


menimbulkan berbagai manifestasi klinis pada bayi baru lahir. Maksudnya, berat
ringannya kelainan yang muncul sangat tergantung pada banyak sedikitnya cairan yang
tercemar mekoneum terhisap ke dalam saluran pernafasan. Kelainan yang dijumpai
dapat bervariasi dari distres pernafasan sampai terjadinya sumbatan jalan nafas. Pada
pemeriksaan dapat dijumpai pernafasan yang sulit yang ditandai dengan retraksi
interkostal.
Bayi-bayi yang menderita sindrom aspirasi mekoneum akan tampak sesak
sejak lahir. Pada kasus yang berat, keadaan bayi akan memburuk secara progresif
sehingga bayi sering tidak dapat tertolong. Kasus sindrom aspirasi mekoneum yang
ringan akan membaik secara bertahap dalam beberapa hari atau beberapa minggu.
Pada kasus sindrom aspirasi mekoneum yang berat, yang tertolong biasanya akan
didapatkan kerusakan paru yang memerlukan waktu cukup lama untuk sembuh
sempurna.

2.7 Diagnosis Sindroma Aspirasi Mekonium


Diagnosis ditegakkan berdasarkan keadaan berikut:6
 Sebelum bayi lahir, alat pemantau janin menunjukkan bradikardia (denyut
jantung yang lambat)
 Ketika lahir, cairan ketuban mengandung mekonium (berwarna kehijauan)
 Bayi memiliki nilai Apgar yang rendah.
 Dengan bantuan laringoskopi, pita suara tampak berwana kehijauan.
 Dengan bantuan stetoskop, terdengar suara pernafasan yang abnormal (ronki
kasar).
 Pemeriksaan lainnya yang biasanya dilakukan: (1) Analisa gas darah
(menunjukkan kadar pH yang rendah, penurunan pO2 dan peningkatan pCO2);
(2) Rontgen dada (menunjukkan adanya bercakan di paru-paru).

2.8 Diagnosa Banding Sindroma Aspirasi Mekonium


a) Transient tachypnea of the newborn (TTN) – Gambaran radiografi sering
menunjukkan patchy opacities yang disebabkan oleh cairan pada paru yang dalam
proses resorpsi. Foto radiografi kontrol akan menunjukkan infiltrate yang menghilang,
berbeda dengan sindrom aspirasi mekonium atau pneumonia.
b) Pneumonia neonatus – Terdapat patchy opacities yang berupa konsolidasi
dan efusi pleura yang ditemukan pada 2/3 kasus. Volume paru normal namun
lapangan paru mungkin dapat terjadi hyperinflated.7
c) Respiratory distress syndrome – Pada gambaran radiologis, ditemukan
gambaran radiopaque yang seragam, ground-glass dan penurunan volume paru karena
terjadi kolaps alveolus. Gambaran air bronchogram juga dapat dilihat namun efusi
pleura jarang terjadi. Sindrom ini biasanya terjadi pada bayi preterm yang berbeda
dengan sindroma aspirasi mekonium 3.
Diagnosa banding untuk kasus sindroma aspirasi mekonium antara lain :3
 Sindrom-sindrom aspirasi lain
 Hernia kongenital diafragmatik
 Hipertensi pulmonal, idiopatik
 Hipertensi pulmonal, persisten-neonatus
 Sepsis
 Transposisi arteri-arteri besar

Anda mungkin juga menyukai