Anda di halaman 1dari 24

FISIOLOGI PERNAFASAN

VENTILASI PARU DAN PERTUKARAN GAS

Sasaran Belajar :

- mendefinisikan dan membandingkan proses dari respirasi eksternal dan

respirasi internal.

- Menjelaskan tahapan utama dari respirasi eksternal.

Arti umum dari respirasi mengacu pada dua proses yang terintegrasi, respirasi

eksternal dan respirasi internal. Definisi dari kedua hal itu sangat bervariasi

tergantung referensinya. Dalam pembahasan ini yang dimaksud dengan respirasi

eksternal adalah semua proses menyangkut pertukaran O2 dan CO2 antara cairan

interstitial tubuh dan lingkungan luar. Tujuan respirasi eksternal dan fungsi utama

sistem respirasi adalah memenuhi kebutuhan respirasi dari sel. Respirasi internal

adalah penyerapan O2 dan pelepasan CO2 oleh sel tubuh.

Pembahasan disini terfokus pada 2 tahap respirasi eksternal yaitu :

1. Ventilasi paru atau pernafasan yang menyangkut pergerakan udara masuk

dan keluar paru.

2. Difusi gas melewati membrane respirasi antara udara di ruang alveoli dan

kapiler alveoli serta melalui dinding kapiler antara darah dan jaringan.

Abnormalitas yang mempengaruhi setiap tahapan dari respirasi eksternal pada

akhirnya akan mempengaruhi konsentrasi gas di cairan interstitial dan aktivitas dari

sel. Jika kandungan O2 menurun, jaringan yang terpengaruh akan menjadi “kelaparan

O2 “. Hipoksia atau kadar O2 jaringan yang rendah akan membatasi aktivitas

metabolik area yang terkena. Sebagai contoh efek dari iskemia koroner adalah akibat

kronik hipoksia yang mempengaruhi sel otot jantung.

1
Suplai O2 yang berhenti total disebut anoksia, yang akan membunuh sel dengan

sangat cepat. Kebanyakan kerusakan akibat stroke dan serangan jantung adalah akibat

anoksia lokal.

VENTILASI PARU

Sasaran Belajar :

- Menyimpulkan prinsip fisika yang mempengaruhi pergerakan udara masuk

kedalam paru.

- Menjelaskan asal dan aksi dari otot-otot pernafasan yang bertanggung

jawab terhadap gerakan pernafasan.

Ventilasi paru adalah suatu pergerakan fisika udara masuk dan keluar saluran

pernafasan. Fungsi utama ventilasi paru adalah menjaga dan mempertahankan

ventilasi alveolar yang adekuat, yaitu pergerakan udara masuk dan keluar alveoli.

Ventilasi alveolar mencegah bertambahnya CO2 di alveoli dan memastikan suplai O2

secara kontinyu yang akan diserap oleh aliran darah.

PERGERAKAN UDARA

Untuk memahami proses mekanik ini perlu dipahami prinsip dasar fisika yang

menentukan pergerakan udara. Satu hal yang paling mendasar adalah tubuh manusia

dan segala sesuatu disekelilingnya ditekan oleh berat atmosfer bumi. Meskipun tidak

disadari, tekanan atmosfer ini mempunyai efek fisiologis. Sebagai contoh udara

masuk dan keluar saluran pernafasan sesuai dengan siklus tekanan udara di paru-paru

yaitu dibawah tekanan atmosfer dan diatas tekanan atmosfer.

Tekanan Gas dan Volume ( Hukum Boyle)

Perbedaan utama antara cairan dan gas terlihat dari interaksi diantara masing-

masing molekul. Meskipun molekul cairan bergerak konstan, mereka terikat oleh

2
interaksi lemah dimana hidrogen terikat diantara molekul air yang berdampingan.

Namun karena elektron dari atom yang berdekatan cenderung menolak satu sama

lainnya, cairan cenderung tahan terhadap tekanan. Jika balon yang terisi air diperas,

balon akan berubah bentuk tapi volume dari kedua bentuk akan tetap sama.

Pada udara seperti halnya air, molekulnya akan melayang keliling sebagai suatu

bentuk bebas. Pada tekanan atmosfer normal, molekul gas berada saling berjauhan

dibandingkan molekul air sehingga kepadatan udara relatif rendah. Kekuatan antara

molekul udara adalah minimal ( molekul berada saling berjauhan untuk dapat

terjadinya interaksi antar molekul ) sehingga bila ada tekanan dapat mendorong

molekul saling mendekat.

Bayangkan udara pada suatu kontainer tertutup pada tekanan atmosfer.

Tekanan yang terjadi di sekeliling gas berasal dari benturan antara molekul gas

dengan dinding kontainer. Semakin banyak benturan semakin besar tekanannya.

Tekanan udara dalam kontainer tertutup dapat dirubah dengan merubah volume

kontainer, yaitu dengan memberikan molekul gas tambahan atau dengan mengurangi

ruangan untuk molekul gas memantul keliling. Jika volume kontainer dikurangi,

benturan akan lebih sering terjadi dalam suatu waktu dan akan meningkatkan tekanan

dari gas. Jika volume ditambah, benturan yang terjadi lebih sedikit perunit waktu

karena perlu waktu lebih lama untuk molekul gas bergerak dari satu dinding ke

dinding lainnya, akibatnya tekanan gas didalam kontainer akan berkurang.

Gas didalam kontainer tertutup dan pada temperatur konstan maka tekanan (P)

akan berbanding terbalik terhadap volume (V) sehingga bila volume kontainer gas

dikurangi. tekanannya akan bertambah dan bila volume kontainer gas diperbesar

tekanannya akan berkurang. Khusus dalam hal ini hubungan antara tekanan dan

volume adalah terbalik. Jika tekanan eksternal dari suatu kontainer fleksibel dinaikkan

3
dua kali lipat maka volumenya akan menjadi setengahnya. Jika volume eksternal

dikurangi setengahnya, volume didalam kontainer menjadi dua kali lipat. Hal ini

dikenal sebagai Hukum Boyle, yaitu P = 1/V.

Tekanan dan Aliran Udara Ke Paru-Paru

Udara akan mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan

rendah. Kecendrungan aliran udara ini ditambah hubungan antara tekanan dan volume

menurut hukum Boyle merupakan dasar dari ventilasi paru-paru. Satu siklus respirasi

terdiri dari inspirasi dan ekspirasi yang akan merubah volume dari paru-paru

sehingga terjadi perbedaan tekanan yang memungkinkan udara bergerak masuk dan

keluar paru-paru.

Setiap paru terletak di ruang pleura. Pleura parietal dan pleura visceralis hanya

dipisahkan oleh lapisan tipis dari cairan pleura. Kedua sisi pleura dapat saling

bergesekan tapi tetap terikat bersama karena adanya lapisan cairan tadi. Prinsip yang

sama terjadi saat kaca yang basah diletakkan diatas meja. Kaca tersebut dapat digeser

dengan mudah tapi susah untuk dipisahkan dari meja dan akan terasa adanya suatu

tahanan. Saat kedua sisi berusaha dipisahkan akan tercipta suatu sedotan/suction yang

kuat. Cara untuk memisahkannya adalah dengan memiringkan kaca sehingga udara

masuk dan mengisi celah antara kaca dan meja, memecahkan ikatan molekul cairan.

Ikatan cairan yang sama juga terjadi antara pleura parietal dan pleura visceralis yang

melapisi paru-paru. Akibatnya permukaan dari setiap paru-paru tetap melekat di

dinding bagian dalam dada dan permukaan atas diafragma sehingga pergerakan

diafragma ataupun dinding dada yang merubah volume ruang dada juga akan merubah

volume paru-paru.

Pada awal pernafasan tekanan didalam dan diluar rongga dada adalah sama

dan tak ada pergerakan udara masuk-keluar paru-paru. Ketika rongga dada membesar,

4
ruang pleura dan paru-paru akan membesar untuk mengisi tambahan ruang yang ada.

Peningkatan volume ini akan menurunkan tekanan didalam paru-paru sehingga udara

masuk ke jalan nafas karena tekanan didalam paru-paru lebih rendah daripada tekanan

atmosfer. Udara terus masuk kedalam paru-paru sampai volumenya tidak bertambah

lagi dan tekanan didalam paru-paru sama dengan dengan tekanan diluar. Saat volume

rongga dada berkurang, tekanan didalam paru-paru meningkat dan akan memaksa

udara keluar dari saluran nafas.

Gambar 1. Ruang pleura yang terletak antara pleura parietalis dan pleura visceralis. Di ruang pleura

terdapat lapisan tipis dari cairan pleura yang mempertahankan kedua pleura tetap bersama sehingga

paru-paru tetap melekat di dinding bagian dalam dada dan permukaan atas diafragma.

5
Gambar 2. Mekanisme ventilasi paru.
(a). saat rangka iga bergerak keatas atau diafragma bergerak kebawah, volume rongga dada akan
bertambah. (b). dari anterior saat diafragma diam, tidak ada pergerakan udara. (c).inspirasi: rangka iga
terangkat dan diafragma berkontraksi akan menyebabkan peningkatan volume rongga dada dan
turunnya tekanan didalam paru sehingga udara bergerak masuk paru. (d). ekspirasi: saat rangka iga
kembali ke posisi awal, volume ronga dada berkurang dan tekanan bertambah sehingga udara keluar
paru.

Daya Regang Paru-Paru ( Compliance )

Daya regang paru-paru merupakan indikator kemampuan pengembangan paru-

paru, seberapa mudah paru-paru mengembang dan menguncup. Semakin kecil daya

regang paru-paru semakin besar tekanan yang diperlukan untuk mengisi dan

mengosongkan paru-paru. Semakin besar daya regang semakin mudah pengisian dan

6
pengosongan paru-paru dengan tekanan yang kecil. Faktor-faktor yang mempengaruhi

daya regang paru-paru adalah :

- Struktur Jaringan Ikat Paru-paru.

Kehilangan jaringan penyangga akibat kerusakan alveolar seperti pada

emfisema akan meningkatkan daya regang paru-paru.

- Tingkat Produksi Surfaktan

Saat ekspirasi, alveoli yang kolaps akibat surfaktan yang inadekuat, seperti

pada respiratory distress syndrome, akan mengurangi daya regang paru-

paru.

- Mobilitas Rongga Dada

Artritis ataupun kelainan otot lainnya yang mempengaruhi hubungan

tulang dada dan kolumna vertebra juga akan mengurangi daya regang

paru-paru.

Saat istirahat, aktivitas otot yang telibat dalam ventilasi paru-paru memerlukan

3-5% energi saat istirahat. Jika daya regang berkurang akan tampak perubahan

dramatis dan individu akan menjadi kelelahan untuk bernafas.

PERUBAHAN TEKANAN SELAMA INSPIRASI DAN EKSPIRASI

Untuk memahami mekanisme respirasi dan prisip pertukaran gas, harus

diketahui tekanan yang ada didalam dan diluat saluran nafas. Tekanan dapat ditulis

dengan beberapa cara, disini akan digunakan satuan mmHg seperti pada tekanan

darah. Tekanan atmosfer dinyatakan dalam satuan atmosfer (atm) dimana satu tekanan

atmosfer ( 1 atm ) sama dengan 760 mmHg.

7
Tekanan Intra Pulmoner

Arah dari aliran udara ditentukan dari hubungan antara tekanan atmosfer dan

tekanan intrapulmoner. Tekanan intrapulmonal atau tekanan intra alveolar adalah

tekanan didalam saluran nafas, yaitu alveoli. Saat tubuh relaksasi dan bernafas tenang,

perbedaan tekanan intra pulmonal dan tekanan atmosfer relatif kecil. Saat inspirasi

paru-paru mengembang dan tekanan intra pulmonal turun menjadi 759 mmHg.

Tekanan intra pulmonal yang 1 mmHg dibawah tekanan atmosfer dinyatakan sebagai

-1 mmHg. Saat ekspirasi paru-paru kembali ke ukuran semula dan tekanan intra

pulmonal meningkat menjadi 761 mmHg atau +1 mmHg.

Perbedaan tekanan akan meningkat saat bernafas dengan susah. Jika seorang

atlet terlatih bernafas dengan kapasitas maksimum, perbedaan tekanan dapat

mencapai -30 mmHg saat inspirasi dan +100 mmHg selama ekspirasi jika orang

tersebut menahannya dengan glotis tertutup. Inilah alasan mengapa saat mengangkat

beban berat harus mengeluarkan nafas / ekspirasi karena ekspirasi menjaga tekanan

intra pulmonal dan tekanan intra peritoneal dari perubahan yang sangat tinggi yang

dapat menyebabkan ruptur alveoli dan herniasi.

Tekanan Intra Pleura

Adalah tekanan didalam ruang antara pleura parietalis dan pleura visceralis.

Tekanan intra pleura kira-kira -4 mmHg, tapi dapat mencapai -18 mmHg selama

inspirasi kuat. Tekanan ini dibawah tekanan atmosfer karena hubungan antara paru-

paru dan dinding dada. Paru-paru diketahui sangat elastis. Kenyataannya paru-paru

akan kolaps sekitar 5% dari volume istirahat normal jika serat elastisnya mengkerut

sepenuhnya. Serat elastis tidak dapat mengkerut sepenuhnya dan tidak cukup kuat

untuk melawan ikatan cairan di ruang pleura. Serat elastis selalu melawan ikatan

8
cairan di ruang pleura dan cenderung menarik paru-paru menjauh dari dinding dada

dan diafragma menyebabkan sedikit penurunan tekanan intra pleura. Karena serat

elastis tetap berkontraksi meskipun setelah ekspirasi maksimal maka tekanan intra

pleura tetap dibawah tekanan atmosfer selama siklus normal inspirasi dan ekspirasi.

Perubahan teratur dari tekanan intra pleura bertanggung jawab terhadap pompa

respirasi, yaitu mekanisme yang membantu venous return ke jantung.

Siklus Respirasi

Siklus respirasi terdiri dari satu siklus inspirasi dan ekspirasi. Pada awal siklus

respirasi tekanan intra pulmonal dan tekanan atmosfer adalah sama dan tak ada

pergerakan udara. Inspirasi dimulai dengan turunnya tekanan intra pleura mengikuti

pengembangan dari rongga dada. Secara bertahap tekanan ini turun menjadi sekitar -6

mmHg. Selama periode tersebut tekanan intra pulmonal turun menjadi -1 mmHg yang

diikuti dengan masuknya udara ke paru-paru.

Saat ekspirasi dimulai, tekanan intra pleura dan tekanan intra pulmonal meningkat

dengan cepat mendorong udara keluar paru-paru. Saat akhir ekspirasi, tak ada lagi

pergerakan udara saat tidak ada lagi perbedaan tekanan intra pulmonal dengan

tekanan atmosfer. Jumlah udara yang masuk sama dengan yang keluar paru-paru, ini

disebut volume tidal.

Trauma pada dinding dada yang menembus pleura parietal atau ruptur alveoli

yang robek sampai ke pleura visceral menyebabkan udara masuk ke rongga pleura. Ini

disebut pneumothorak, yang memecahkan ikatan cairan antara pleura dan

memungkinkan serat elastis paru-paru mengkerut menyebabkan paru-paru kolaps atau

atelektasis. Paru yang lainnya tidak akan terpengaruh karena berbeda ruangan.

Penanganan paru-paru kolaps dengan menghilangkan sebanyak mungkin udara pada

9
rongga pleura yang terkena. Penanganan ini akan menurunkan tekanan intra pleura

sehingga paru-paru kembali mengembang.

Gambar 3. Perubahan tekanan intrapulmonal, tekanan intrapleura, dan volume tidal selama

inspirasi dan ekspirasi

MEKANISME PERNAFASAN

Seperti telah diketahui pergerakan udara masuk dan keluar paru-paru dengan

merubah volume paru-paru. Perubahan volume paru-paru terjadi melalui kontraksi

otot-otot skeletal , khususnya yang berinsersi pada tulang rangka iga, dan diafragma.

Berdasarkan hubungannya dengan kolumna vertebra, saat tulang iga bergerak naik

akan menambah kedalaman rongga dada.

Otot-otot Pernafasan

Otot pernafasan yang paling penting adalah diafragma dan intercostalis.

Eksternal. Otot ini aktif selama pernafasan tenang. Otot pernafasan tambahan menjadi

aktif saat kedalaman dan frekuensi nafas meningkat bermakna. Otot tambahan

tersebut adalah otot interkostalis internal, sternokleidomastoideus, serratus anterior,

10
pektoralis minor, skaleni, thorakik transversus, abdominis transversus, oblique

eksternal dan internal , dan rektus abdominis.

Otot-otot Inspirasi

Inspirasi adalah proses aktif dan melibatkan satu atau lebih otot-otot berikut :

- Kontraksi diafragma akan mendatarkan dasar rongga dada, meningkatkan

volume dada dan memungkinkan udara masuk ke paru-paru. Kontraksi

diafragma bertanggung jawab terhadap 75% pergerakan udara selama

pernafasan normal.

- Kontraksi otot interkostalis eksternal membantu inspirasi dengan

mengangkat rangka iga dan berkontribusi terhadap sekitar 25% pergerakan

udara pada pernafasan normal.

- Kontraksi otot-otot tambahan yaitu sternokleidomastoideus, seratus anterior,

pektoralis minor dan skaleni membantu otot intercostalis eksternal dalam

mengangkat rangka iga. Otot-otot tersebut meningkatkan kecepatan dan

jumlah pergerakan iga.

Gambar 4. Otot-otot inspirasi : kontraksi diafragma akan mendatarkan dasar rongga dada sehingga

meningkatkan volume dada, kontraksi otot interkostalis eksterna akan mengangkat rangka iga.

11
Otot-otot Ekspirasi

Ekspirasi dapat pasif maupun aktif tergantung dari tingkat aktifitas pernafasan. Saat

aktif, ekspirasi melibatkan salah satu atau lebih otot-otot berikut :

- Otot interkostalis internal dan thorakik transversus menekan tulang iga

sehingga mengurangi kedalaman dan lebar rongga dada.

- Otot-otot abdominal termasuk otot oblique internal dan eksternal, abdominis

transversus dan rektus abdominis dapat membantu otot interkostalis internal

saat ekspirasi dengan menekan perut dan memaksa diafragma bergerak

keatas.

Tipe Pernafasan

Otot-otot pernafasan digunakan dalam kombinasi yang berbeda tergantung

dari jumlah udara yang harus masuk dan keluar paru-paru. Tipe pernafasan biasanya

diklasifikasikan sebagai pernafasan tenang dan pernafasan paksa, mengacu pada

aktivitas otot selama satu siklus nafas.

 Pernafasan Tenang

Pada nafas tenang atau eupnea, inspirasi melibatkan kontraksi otot tapi

ekspirasi merupakan proses pasif. Inspirasi melibatkan diafragma dan otot

intercostalis eksternal. Kontribusi dari kedua otot tersebut berbeda :

 Selama pernafasan diafragma atau nafas dalam, kontraksi diafragma

menyediakan perubahan volume paru-paru yang diperlukan. Udara

masuk paru-paru saat diafragma kontraksi dan keluar secara pasif saat

diafragma relaksasi.

 Pada pernafasan dada atau nafas dangkal, volume rongga dada berubah

karena rangka iga berubah bentuknya. Inspirasi terjadi saat kontraksi

12
otot intercostalis eksternal mengangkat iga dan memperbesar rongga

dada. Ekspirasi terjadi secara pasif saat otot ini relaksasi.

Selama nafas tenang, pengembangan paru-paru akan meregangkan serat

elastis paru-paru, sementara naiknya rangka iga akan meregangkan otot

skeletal lain dan serat elastis pada jaringan ikat di dinding tubuh. Saat otot

inspirasi relaksasi, komponen elastis ini akan mengkerut mengembalikan

diafragma, rangka iga atau keduanya ke posisi semula. Fenomena ini disebut

“elastik rebound”.

Pernafasan diafragma biasanya terjadi pada aktivitas nafas minimal. Bila

peningkatan volume udara diperlukan, pergerakan inspirasi semakin besar dan

kontribusi dari pergerakan iga semakin meningkat. Saat istirahat, pernafasan

dada dapat terjadi bila perut tertekan, ada cairan atau massa yang membatasi

gerakan diafragma. Sebagai contoh pada wanita hamil pernafasan dadanya

meningkat dengan nyata karena pembesaran uterus menekan viscera abdomen

yang mendesak diafragma.

 Pernafasan paksa

Nafas paksa atau hiperpnea merupakan gerak aktif dari inspirasi dan ekspirasi.

nafas paksa memerlukan otot tambahan untuk membantu inspirasi, dan

ekspirasi melibatkan kontraksi otot intercostalis internal. Pada tingkat nafas

paksa maksimal, otot-otot abdominal terlibat saat ekspirasi. Kontraksi otot

tersebut menekan isi perut, mendorong diafragma keatas dan pada akhirnya

mengurangi volume rongga dada.

13
Gambar 5. Otot-otot inspirasi dan ekspirasi yang dipergunakan pada saat pernafasan tenang maupun

pernafasan paksa.

KECEPATAN DAN VOLUME PERNAFASAN

Sistem respirasi sangat mudah beradaptasi. Pada suatu saat dapat bernafas pelan

dan tenang, selanjutnya dapat cepat dan dalam. Adaptasi sistem respirasi diperlukan

untuk mencukupi kebutuhan oksigen yang tergantung dari jumlah nafas permenit &

jumlah udara yang bergerak perkali nafas. Saat kita beraktivitas dengan maksimal,

jumlah udara yang bergerak masuk dan keluar saluran nafas dapat mencapai 50 kali

jumlah udara dalam keadaan tenang.

Kecepatan Nafas

Adalah jumlah nafas dalam 1 menit. Kecepatan nafas normal untuk dewasa tenang

adalah 12 – 18 x /menit atau kira-kira 1 kali setiap 4 kali denyut jantung. Anak-anak

bernafas lebih cepat sekitar 18 – 20 x /menit.

14
Volume Respirasi Semenit

Udara yang bergerak setiap menitnya dapat dihitung, disimbolkan dengan VE, yang

didapat dengan mengalikan kecepatan nafas (f) dengan volume tidal (V T). Nilai ini

disebut volume respirasi semenit. Volume respirasi semenit dalam keadaan tenang

sekitar 6 liter per menit yang didapat dari mengalikan kecepatan nafas normal (12)

dengan volume tidal normal (500 ml).

Ventilasi Alveolar

Volume pernafasan semenit memerlukan ventilasi paru dan merupakan indikasi

jumlah udara yang bergerak masuk dan keluar paru-paru. Tidak semua udara inspirasi

masuk ke dalam alveoli. Dari sekitar 500 ml udara yang masuk, 350 ml dapat

mencapai alveoli dan 150 ml hanya sampai saluran nafas dan tidak pernah mencapai

alveoli sehingga tidak ikut dalam pertukaran udara dengan darah. Hal ini disebut

dengan anatomic dead space, disimbulkan dengan VD.

Ventilasi alveolar (VA) adalah jumlah udara yang masuk alveoli permenit. Ventilasi

alveolar lebih kecil dari pada volume respirasi semenit karena adanya udara yang

tidak mencapai alveoli tapi tetap berada di dead space paru-paru. Ventilasi alveolar

dapat dihitung dengan rumus :

VA =  x (VT – VD)

Dalam keadaan tenang, ventilasi alveoli sekitar 4,2 liter per menit (12 x 350 ml).

Udara yang sampai ke alveoli sangat berbeda dengan udara luar karena udara inspirasi

selalu bercampur dengan udara “bekas” di saluran nafas (anatomic dead space) dalam

perjalanannya menuju daerah pertukaran gas. Udara di alveoli mengandung lebih

sedikit O2 dan lebih banyak CO2 daripada udara atmosfer.

15
Hubungan Antara VT, VE dan VA

Volume respirasi semenit dapat ditingkatkan dengan meningkatkan volume tidal,

kecepatan respirasi atau keduanya. Bila mendapat stimulasi maksimal, volume tidal

dapat meningkat sampai 4,8 liter dan kecepatan respirasi meningkat sampai 40 – 50

kali per menit dengan siklus maksimal dari inspirasi dan ekspirasi, sehingga volume

respirasi semenit mencapai 200 liter per menit.

Secara fungsional, ventilasi alveolar lebih penting daripada volume respirasi

semenit karena lebih mencerminkan kecepatan penghantaran O2 ke alveoli. Kecepatan

respirasi dan volume tidal sama-sama mempengaruhi kecepatan ventilasi alveolar,

yaitu :

 Pada kecepatan nafas konstan, peningkatan volume tidal akan meningkatkan

kecepatan ventilasi alveolar.

 Pada volume tidal tetap, peningkatan kecepatan respirasi akan meningkatkan

kecepatan ventilasi alveolar.

Kecepatan ventilasi alveolar tidak tergantung dari volume respirasi semenit.

Seperti contoh sebelumnya, volume respirasi semenit dalam keadaan tenang adalah 6

liter dan ventilasi alveolar 4,2 liter/menit. Jika kecepatan nafas meningkat menjadi

20x /menit tapi volume tidal turun menjadi 300 ml, maka volume respirasi semenit

akan tetap 6 liter, akan tetapi ventilasi alveolar akan turun menjadi 3 liter / menit (20 x

[ 300 – 150 ml] = 3000 ml). Itu sebabnya bila kebutuhan oksigen meningkat, baik

volume tidal maupun kecepatan nafas harus disesuaikan bersama.

Hubungan Kapasitas dan Volume Paru

Hanya sebagian kecil udara di paru-paru yang ikut dalam pertukaran gas

selama siklus pernafasan normal. Volume total paru-paru dapat dibagi menjadi

16
beberapa volume dan kapasitas. Nilai-nilai tersebut sangat berguna untuk diagnosa

masalah ventilasi paru-paru. Volume dari paru-paru yaitu :

 Volume tidal (tidal volume /VT) :

Volume udara yang masuk dan keluar paru-paru pada setiap satu siklus nafas

tenang. Volumenya pada laki-laki dan perempuan adalah sama  500 ml.

 Volume cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume/ERV) :

Volume udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru-paru pada akhir satu

siklus nafas tenang, dengan menggunakan otot-otot pernafasan tambahan

secara maksimal, volumenya  1000ml.

 Volume Sisa (Residual Volume) :

Volume udara yang tetap tersisa dalam paru meskipun telah dilakukan

ekspirasi maksimal,  1200 ml pada laki-laki dan  1100 ml pada perempuan.

Volume minimal adalah komponen dari volume sisa yaitu volume udara yang

tetap tersisa di paru meskipun paru kolaps, jumlahnya  30-120 ml. volume

minimal tidak dapat diperiksa pada orang sehat. Volume minimal terjadi

karena adanya surfactan yang melapisi alveoli.

 Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory Reserve Volume/IRV) :

Volume maksimal udara yang dapat diinspirasi diatas volume tidal. Pada laki-

laki  3300 ml, pada perempuan  1900 ml

Kapasitas paru dapat dihitung dari nilai-nilai volume diatas, yaitu :

 Kapasitas Inspirasi (Inspiratory Capacity/IC)

Volume maksimal udara yang dapat diinspirasi setelah selesainya suatu siklus

nafas tenang. Kapasitas inspirasi adalah jumlah dari volume tidal dan volume

cadangan inspirasi.

17
 Kapasitas Sisa Fungsional (Functional Residual Capacity/FRC)

Volume udara yang tersisa di paru pada akhir siklus nafas tenang, merupakan

jumlah dari volume cadangan ekspirasi dan volume sisa.

 Kapasitas Vital

Volume udara yang dapat diinspirasi maksimal dan diekspirasi maksimal pada

satu siklus nafas, merupakan penjumlahan dari volume cadangan ekspirasi,

volume tidal, dan volume cadangan inspirasi. volumenya  4800 ml pada laki-

laki dan  3400 ml pada perempuan.

 Kapasitas Paru Total (Total Lung Capacity)

Volume paru total yang dihitung dari jumlah kapasitas vital dan volume sisa.

Kapasitas paru total pada laki-laki  6000 ml dan pada perempuan  4500 ml.

Perempuan dewasa biasanya mempunyai badan yang lebih kecil dibandingkan laki-

laki sehingga volume parunya juga lebih kecil daripada laki-laki. Perbedaan itu dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Perbandingan Volume dan Kapasitas Respirasi

Volume Paru
Laki-laki Perempuan
IRV 3300 1900 Inspiratory
Vital Capacity
Capacity VT 500 500
ERV Functional
1000 700
Residual volume Residual capacity
1200 1100
6000 4200

18
PERTUKARAN GAS

Sasaran belajar :

- Dapat menyimpulkan prinsip-prinsip difusi gas masuk dan keluar darah

- Dapat menjelaskan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida di alveoli,

darah dan sirkuit sistemik.

Ventilasi paru memastikan alveoli mendapat suplai oksigen dan mengeluarkan

carbondioksida alveoli yang datang dari aliran darah. Proses pertukaran gas antara

darah dan udara di alveoli melintasi membran respirasi. Untuk memahami proses ini

harus diketahui tekanan parsial gas yang terlibat dan difusi dari molekul gas dan

cairan.

Hukum Gas

Pertukaran gas antara udara alveoli dan darah melalui proses difusi, yang terjadi

akibat perbedaan konsentrasi. Kecepatan difusi tergantung dari banyak faktor, salah

satunya perbedaan konsentrasi dan suhu.

Hukum Dalton dan Tekanan Parsial

Udara yang kita hirup merupakan campuran gas, terdiri dari Nitrogen (N 2) 78,6%,

Oksigen (O2) 20,9%, air (H2O)  0,5% dan sisanya  0,04% adlaah carbondioksida

(CO2).

Tekanan atmosfer, 760 mm Hg, merupakan gabungan dari tekanan masing-masing gas

yang ada berdasarkan jumlahnya diudara. hubungan ini dikenal sebagai Hukum

Dalton.

Tekanan parsial gas adalah tekanan yang dikontribusikan oleh setiap gas dalam suatu

campuran gas. Untuk tekanan atmosfer merupakan penjumlahan dari tekanan :

PN2 + Po2 + PH2O + PCO2 = 760 mm Hg.

19
Dengan diketahuinya persentase dari masing-masing gas, maka tekanan parsial gas

dapat dihitung dengan mudah, seperti tertera pada tabel berikut :

Tabel 2. Tekanan Parsial (mm Hg) dan Konsentrasi Normal Gas (%) di Udara

Contoh Nitrogen Oksigen CO2 H2O Total

Udara (N2) (O2)


Udara bebas 597 (78,6%) 159 (20,9%) 0,3 (0,04%) 37 (0,5%) 760

Udara alveoli 573 (75,4%) 100 (13,2%) 40 (5,2%) 47 (6,2%) 766

Udara ekspirasi 569 (74,8%) 116 (15,3%) 28 (3,7%) 47 (6,2%) 760

Difusi antara cairan dan gas (Henry’s Law)

Perbedaan tekanan akan menyebabkan molekul gas bergerak dari satu tempat

ketempat lainnya Perbedaan tekanan juga mempengaruhi pergerakan molekul gas

masuk dan keluar cairan. Pada temperatur tertentu, jumlah partikel gas didalam cairan

berbanding lurus dengan tekanan parsial dari gas tersebut. Ini dikenal sebagai Henry’s

Law.

Jika suatu gas bertekanan kontak dengan cairan, tekanannya akan mendorong

gas masuk ke bentuk cairan. Jumlah molekul gas yang terlarut akan bertambah sampai

tercapai keseimbangan. Pada keseimbangan, molekul gas akan berdifusi keluar cairan

secepat gas masuk ke cairan sehingga total jumlah gas di cairan tetap konstan. Bila

tekanan parsial naik, molekul gas akan masuk kedalam cairan, bila tekanan parsial

turun molekul gas akan keluar dari cairan.

Contoh sederhana dari Henry’s Law ialah saat kita membuka sekaleng soda.

Soda ditaruh didalam kaleng bertekanan dan gas (CO2) larut dalam cairan. Saat kaleng

dibuka, tekanan turun dengan cepat dan molekul gas mulai keluar cairan. Secara teori

proses itu akan berlanjut sampai terjadi keseimbangan antara tekanan udara sekitar

dan tekanan gas didalam cairan dikaleng. Akan tetapi karena volume kaleng sangat

20
kecil sementara volume atmosfer sangat besar maka hanya dalam waktu singkat

seluruh CO2 keluar dari cairan dan yang tersisa hanyalah soda.

Jumlah gas dalam bentuk cairan pada suatu tekanan parsial dan suhu tertentu

tergantung dari kelarutan gas itu pada suatu cairan. Dicairan tubuh, kelarutan CO 2

sangat tinggi, O2 kurang terlarut dan nitrogen sangat kurang terlarut. Kandungan gas

terlarut dilaporkan sebagai mililiters gas/100 ml (1dl) cairan. Untuk melihat

perbedaan kelarutan gas, dapat diambil contoh perbandingan kandungan gas darah di

vena pulmoner dengan tekanan parsial alveoli untuk masing-masing gas, yaitu plasma

secara umum mengandung 2,62 ml/dl CO2 terlarut (PACO2 = 40 mm Hg), 0,29 ml/dl

O2 terlarut (PA O2 = 100 mm Hg), dan 1,25 ml/dl N2 terlarut (PAN2 = 573 mmHg).

Fungsi Difusi dan Respirasi

Hukum-hukum gas diaplikasikan dalam difusi O2, CO2 dan N2 antara gas dan

cairan. Disini akan dijelaskan bagaimana perbedaan tekanan parsial dan kelarutan gas

akan menentukan arah dan kecepatan difusi melintasi membran respirasi yang

memisahkan udara di alveoli dengan darah di kapiler.

Komposisi Udara Alveoli

Saat udara masuk ke saluran pernafasan, karakteristiknya mulai berubah. Saat

melewati rongga hidung, udara difiltrasi, dihangatkan dan dilembabkan. Filtrasi dan

pelembaban udara berlanjut selama udara melalui faring, trachea, dan bronkus. Saat

mencapai alveoli, udara yang baru masuk akan bercampur dengan udara sisa alveoli

dari siklus nafas sebelumnya. Udara alveoli mengandung lebih banyak Co2 dan lebih

sedikit O2 dibanding udara atmosfer. Selama ekspirasi, udara yang keluar dari alveoli

bercampur dengan  150 ml udara di dead space menghasilkan campuran udara yang

berbeda dengan udara atmosfer dan udara alveoli.

Efisiensi Difusi Pada Membran Respirasi

21
Pertukaran gas di membran respirasi sangat efisien berdasarkan 5 alasan, yaitu:

1. Adanya perbedaan tekanan parsial melintas membran respirasi yang

sangat mendasar.

Hal ini sangat penting karena semakin besar perbedaan tekanan parsial,

semakin cepat difusi gas. Akibatnya bila tekanan P AO2 turun, kecepatan

difusi O2 kedarah juga turun. Inilah alasan mengapa banyak orang yang

merasa sakit kepala ringan bila naik di ketinggian 3000 meter atau lebih,

dimana tekanan parsial O2 di alveoli menjadi sangat rendah sehingga

kecepatan difusi O2 menjadi sangat berkurang bermakna.

2. Jarak pertukaran gas kecil

Bergabungnya kapiler dan basal laminae alveolar akan mengurangi jarak

pertukaran gas sekitar 0,5 µm. Peradangan jaringan paru atau adanya cairan

di alveoli akan meningkatkan jarak difusi dan mengganggu pertukaran gas

alveoli.

3. Kelarutan gas dalam lemak

Oksigen dan carbondioksida berdifusi melalui lapisan surfactan dan

membran alveolar dan sel endotelial.

4. Total area permukaan difusi besar

Luas seluruh area permukaan alveoli pada puncak inspirasi dapat mencapai

140m2 (1506 ft2). Kerusakan pada alveoli, misalnya pada emfisema, akan

mengurangi luas permukaan yang ada dan mengurangi efisiensi transfer gas.

5. Terkoordinasinya aliran darah dan aliran udara

Hal ini akan meningkatkan efisiensi dari ventilasi pulmonal dan sirkulasi

pulmonal. Sebagai contoh : aliran darah terbesar ada disekitar alveoli dengan

PAO2 tertinggi sehingga ambilan O2 menjadi maksimal. Jika aliran darah

22
tidak normal (seperti pada emboli paru) atau aliran udara terganggu (seperti

pada penyakit paru obstruksi), koordinasi tersebut akan hilang sehingga

efisiensi difusi berkurang.

Tekanan Parsial Udara Alveoli dan Kapiler Alveoli

Darah di arteri pulmonalis mempunyai PO2 yang rendah dan PCO2 yang tinggi

dibandingkan udara alveoli. Difusi antara udara alveoli dan kapiler pulmonalis akan

meningkatkan PO2 darah dan menurunkan PCO2 darah sehingga darah yang masuk ke

venule pulmonalis sudah dalam kondisi yang sama dengan udara alveoli, dimana

darah yang meninggalkan alveoli ( v.pulmonalis ) mempunyai PO 2 100 mm Hg dan

PCO2 40 mm Hg.

Difusi antara udara alveoli dan darah di kapiler pulmonalis terjadi sangat

cepat. Dalam keadaan istirahat, sel darah merah melintasi kapiler paru dalam waktu

0,75 detik. Dalam keadaan beraktivitas hanya memerlukan waktu kurang dari 0,3

detik. Waktu tersebut sudah cukup untuk mencapai keseimbangan antara udara alveoli

dan darah.

Gambar 6. proses difusi udara di alveoli : O 2 berdifusi masuk ke kapiler dan CO 2 berdifusi masuk ke

alveoli yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial O2 dan CO2 antara alveoli dan kapiler.

Proses ini berlangsung sampai tercapainya keseimbangan dimana darah yang meninggalkan alveoli

mempunyai kondisi yang sama dengan alveoli yaitu PO2 100 mmHg dan PCO2 40 mmHg.

Tekanan parsial di Sirkulasi Sistemik

23
Darah teroksigenasi meninggalkan kapiler alveoli menuju jantung untuk dipompa ke

sirkulasi sistemik. Darah di vena pulmonalis akan bercampur dengan darah kapiler

yang ada disekitar saluran nafas. Karena pertukaran gas hanya terjadi di alveoli, maka

darah yang keluar dari saluran nafas mengandung sangat sedikit oksigen sehingga

campuran darah di vena pulmonalis mengalami penurunan PO 2 menjadi 95 mm Hg.

Darah dengan PO2 95 mm Hg inilah yang akan beredar disirkulasi sistemik dan tak

ada lagi perubahan tekanan parsial sampai darah sampai di kapiler jaringan.

Cairan interstitial mempunyai PO2 40 mm Hg, sehingga oksigen berdifusi

keluar dari kapiler masuk ke jaringan. Jaringan perifer normal mempunyai P CO2 45

mm Hg sementara PCO2 darah kapiler 40 mm Hg sehingga CO2 berdifusi masuk ke

darah. Proses tersebut berlanjut sampai tercapai keseimbangan antara tekanan parsial

kapiler dan jaringan.

Gambar 7. Proses difusi di jaringan perifer : O2 berdifusi keluar dari kapiler masuk ke jaringan dan CO2
berdifusi keluar dari jaringan masuk ke darah kapiler. Proses berlanjut sampai tercapai
keseimbangan antara tekanan parsial kapiler dan jaringan, yaitu PO 2 40 mmHg dan PCO2 45
mmHg.

24

Anda mungkin juga menyukai