PENDAHULUAN
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada
dan mortalitas anak berusia dibawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir
seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal
setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia tengggara.
Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi dan 22,8%
pneumonia.
oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dll). Menurut anatomis pneumonia pada anak
gangguan pada sistem pernafasan, merupakan salah satu bentuk pneumonia yang
terletak pada alveoli paru. Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan anak
kecil. Hal ini dikarenakan respon imunitas mereka masih belum berkembang
1
dengan baik. Tercatat bakteri sebagai penyebab tersering bronkopneumonia pada
yang berlebihan atau abnormal, hemoptisis, dispnea dan nyeri dada. Tanda lain
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : By. V
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 11 bulan
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Labuhan Maringgai
Tgl Masuk : 19 Desember 2018
3
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat Asma : Disangkal
- Riwayat batuk + Pilek : (+)
Riwayat Penyakit Keluarga:
- Riwayat Asma : Disangkal
- Riwayat Batuk Lama : Disangkal
Riwayat Kehamilan : P1A0
- Bayi V dalam kandungan selama 37 minggu. Ibu pasien rutin
memeriksakan kandungannya ke bidan setempat. Berat badan sebelum
hamil serta kenaikan berat badan selama kehamilan tidak diketahui.
Perawatan antenatal
Ibu kontrol secara teratur ke bidan setiap bulan. Tidak ada masalah
selama kehamilan dan janin di dalam kandungan dinyatakan sehat.
- Penyakit selama kehamilan
Riwayat masalah dan penyakit selama masa kehamilan tidak ada.
- Obat-obatan yang diminum
Ibu pasien mendapatkan vitamin setiap kali melakukan pemeriksaan
kehamilan.
Riwayat persalinan
- Persalinan : Dirumah
- Penolong persalinan : Bidan
- Cara persalinan : Spontan pervaginam
- Masa gestasi : 37 minggu
- Ketuban pecah : pecah kira-kira 1 jam sebelum persalinan.
- Berat plasenta : Ibu tidak tahu
- Ketuban : jernih
- Jumlah air ketuban : Ibu tidak tahu
- Bayi lahir pukul : 10.00 pagi
- Keadaan bayi
- Berat lahir : 2900 gram
- Panjang badan : 43 cm
- Lingkar kepala : Ibu tidak tahu
4
Menurut Ibu, bayinya langsung menangis dan kulit bayi berwarna merah.
Tidak ada cacat.
Riwayat Imunisasi:
- BCG : (+)
- Polio : (+)
- DPT : (+)
- Hepatitis B : (+)
- Campak : (+)
Kesan: Imunisasi dasar lengkap
Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien merupakan anak pertama . Ayah penderita bekerja sebagai tukang
bengkel dan ibu pasien seorang ibu rumah tangga. Kesan: sosioekonomi
kurang.
2.3.Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
- Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
- Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15 (E4M6V5)
- Vital Sign
Nadi : 135x/menit
Respirasi : 54x/menit
Suhu : 38,9oC
SpO2 :
91%
Berat badan : 8 kg
Tinggi Badan : 71 cm
Status Gizi
BB/U : > - 2SD (normal)
BB/T : > - 2 SD (normal)
IMT/U: (IMT 15,86)
>- 2 SD ( normal)
Anemis : tidak ada
Sianosis : (+)
5
Ikterus : tidak ada
Turgor kulit : baik
Tonus : eutoni
- Kepala :
Bentuk : Normocephali
UUB : Rata, tidak menonjol
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Tidak cekung, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik
(-), reflek pupil (+), pupil bulat (+), isokor (+)
3mm/3mm
Hidung : sekret (-), nafas cuping (+)
Telinga : sekret (-)
Mulut : mukosa mulut kering, sianosis (+)
Tenggorok :dinding faring tidak hiperemis, T1-T1 tidak hiperemis
- Leher : simetris, deviasi trachea (-), massa (-),pembesaran
kelenjar limfe (-), tiroid normal
- Thorax :
Cor
o Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
o Palpasi : Ictus cordis teraba
o Perkusi : Redup, batas jantung normal
o Auskultasi : BJ I=II, irama reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
o Inspeksi : simetris, retraksi sela iga (+)
o Palpasi : fremitus dextra et sinistra sama, NT tekan (-)
o Perkusi : sonor pada kedua hemithorax
o Auskultasi : SDV (↑/↑), ronki basah (+/+), stridor (+),
wheezing (-/-)
- Abdomen :
Inspeksi : Datar
Auskultasi : BU (+)N
Perkusi : Timpani (+)
6
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba
- Ekstremitas :
Atas : edema -/-, sianosis -/-, CRT < 2s
Bawah : edema -/-, sianosis -/-, CRT < 2s
7
Radiologi (Rontgen Thorax)
2.6. Diagnosis
Bronkopneumonia
8
2.7. Penatalaksanaan
- IVFD D5 1/2 NS 800 cc (makro)
- Ampicillin 3x300 mg IV
- Gentamicin 2x20 mg IV
2.8. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
3.2 Etiologi
yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Etiologi pneumonia pada
neonatus dan bayi meliputi Streptococcus grup B dan bakteri gram negatif
seperti E. colli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar
sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut,
Di negara maju, pneumonia pada anak disebabkan oleh virus. Virus yang
10
dan virus Parainfluenza. Bakteri yang terbanyak adalah Streptococcus
ini:
11
Mycoplasma Legionella sp
pneumoniae Staphylococcus aureus
Streptococcus Virus
pneumonia Adenovirus
Epstein-Barr Virus
Rinovirus
Varisela Zoster Virus
Influenza Virus
Parainfluenza Virus
Respiratory Syncytial Virus
3.3 Klasifikasi
usia dibawah lima tahun (balita). Akibat tingginya angka morbiditas dan
dinding dada kuat dan tidak ada nafas cepat (<60 x/m)
b. Bronkopneumonia Berat
kedalam yang kuat (TTDK) atau adanya nafas cepat (>60 x/m)
a. Bukan Bronkopneumonia
12
Bukan bronkopneumonia ditandai dengan tidak ada TTDK dan tidak ada
nafas cepat (2 bulan-12 bulan <50 x/m dan 12 bulan-5 tahun <40 x/m).
b. Bronkopneumonia
c. Bronkopneumonia Berat
a. Bronkopneumonia
b. Bronkopneumonia berat
13
3.4 Patogenesis
Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadi serbukan sel
bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses
degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut
akan tetap normal. Proses peradangan tersebut dapat dibagi dalam empat
stadium, yaitu :
14
dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan
oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah
hemoglobin.
Pada stadium II, disebut hepatisasi merah karena terjadi sewaktu alveolus
terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh pejamu
(host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada
stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan
jam.
Pada stadium III/hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai di reabsorbsi, lobus masih
15
tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorpsi
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi,
suara napas, melemah, dan ronki. Akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil,
gejala dan tanda pneumonia ;lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada
16
3.6 Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
perkusi, suara nafas melemah, dan ronkhi. Akan tetapi pada neonatus dan
bayi kecil gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu
umumnya ditemukan :
kemampuan makan/minum
pneumonia yang klasik. Pada anak yang demam dan sakit akut,
17
terdapat gejala nyeri yang diproyeksikan ke abdomen. Pada bayi
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Foto rontgen toraks pada pneumonia ringan tidak rutin dilakukan, hanya
AP. Foto rontgen toraks AP dan lateral hanya dilakukan pada pasien
dengan tanda dan gejala klinik distres pernapasan seperti takipnea, batuk
round pneumonia.
18
hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan
peribronkial.
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pemeriksaan mikrobiologi
19
3.7 Tatalaksana
a. Penatalaksaan umum
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi
distress pernapasan, tidak mau makan/ minum, atau ada penyakit dasar yang
- Pemberian oksigen pada psien dengan saturasi oksigen ≤92% pada saat
oksigen >92%.
ketat
- Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk pasien dengan nyeri dan
demam.
20
b. Pemberian Antibiotik
Pada pneumonia ringan rawat jalan dapat diberikan antibiotik lini pertama
berobat jalan, dapat diberikan antibiotik tunggal oral dengan efektifitas yang
etiologi yang ditemukan. Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada
kloramfenikol.
21
Adapun pemberian antibiotik berdasarkan etiologi bronkopneumonia yaitu
sebagai berikut:
dan azitromisin.
- M. pneumoniae lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua maka
sebagai penyebab
menerima obat per oral (misal karena muntah) atau termasuk dalam
22
- >2 bulan:
Lini pertama Ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan dapat
ditambahkan kloramfenikol
Selain itu, tatalaksana bronkopneumonia juga dapat dibagi sesuai dirawat inap
atau tidaknya pasien. Adapun kriteria rawat inap adalah sebagai berikut:
a. Pada bayi
b. Pada anak
Distress pernapasan
Grunting
23
Kriteria pulang:
Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
24
BAB IV
ANALISIS KASUS
Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan sesak nafasn sejak 5 hari SMRS dan sesak nafas
demam yang naik turun dan tidak disertai kejang. Pasien mengalami batuk
berdahak (+) dan pilek (+), mual dan muntah tidak ada. Batuk berdahak dan
pilek timbul bersamaan dengan demam dan sesak napas. Sesak tidak
semakin memberat.
Pemeriksaan Fisik
yaitu 54x/menit. Pada inspeksi didapatkan napas cuping hidung (+), retraksi
(+) dan ronki basah halus nyaring pada kedua lapang paru, stridor dan tidak
25
Pemeriksaan Penunjang
pasien juga dilakukan pemeriksaan foto rontgen thorax dan didapatkan infiltrat
tetapi secara umum terbagi menjadi gejala infeksi umum dan gejala gangguan
dada, takipneu, napas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.
batuk, retraksi dada dan gambaran umum berupa demam, lemah dan penurunan
nafsu makan.
26
- Ampicillin 3x300 mg IV
- Gentamicin 2x20 mg IV
simptomatik yang sesuai dengan keluhan pasien yaitu batuk dan demam.Pemberian
IVFD D5 1/2 NS pada pasien bertujuan untuk memberikan asupan nutrisi dan juga
oksigen. Pasien dengan saturasi oksigen ≤92% pada saat bernapas harus diberikan
terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau sungkup untuk mempertahankan
sesuai. Pada hari pertama pasien diberikan ampisilin sebagai pengobatan lini
pertama bronkopneumonia anak >2 bulan. Apabila 3 hari tidak ada perbaikan
antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin, atau sephalosporin. Pada pasien juga
clearance.
27
BAB V
KESIMPULAN
1. Penegakkan diagnosa dari kasus ini didapatkan dari keluhan pasien yaitu
adanya sesak, batuk, pilek, retraksi dinding dada, nafsu makan menurun. Hal
2. Terapi pada pasien ini sesuai panduan adalah simtomatik, penggantian nutrisi,
28
DAFTAR PUSTAKA
Hassan R, Alatas H. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. Jakarta: FKUI
IDAI. 2013. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI
Pudijadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED.
WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta : Tim
Adaptasi Indonesia
29