BUTA WARNA
KELAS Q3 (keperawatan)
Nama :Nurdiantry Herman (P201601113)
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun Asuhan keperawatan ini. Dalam Asuhan
keperawatan ini kami akan membahas mengenai “Penyakit Buta Warna”.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada Asuhan
keperawatan ini. Oleh karena itu Kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
F. Pathway.............................................................................................
G. Manifestasi klinis...............................................................................
H. Pengobatan.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Tak ada seorangpun manusia yang menghendaki dirinya buta warna, namun tidak bisa di
pungkiri dalam kehidupan nyata penderita buta warna memiliki keterbatasan untuk menempuh
karir di bidang tertentu. Misalnya saja saat masuk fakultas keperawatan atau dalam pekerjaan
tertentu seperti analis kimia dan sebagainya. Mereka memerlukan ketajaman pembedaan warna
untuk menekuni ilmunya, yang tidak dapat di bedakan oleh orang yang yang menderita buta
warna
Buta warna itu sendiri adalah ketidak mampuan seseorang untuk membedakan warna
tertentu. Orang tersebut biasanya tidak buta semua warna melainkan hanya pada warna tertentu
saja, meskipun demikian ada juga seseorang yang sama sekali tidak bisa melihat warna jadi hanya
tampak hitam, putih dan abu-abu saja.penyakit buta warna merupakan kelainan genetik atau
turunan, tanda dan gejala seseorang penderita buta warna bisa di ketahui saat dia masih balita.
Penyebabnya adalah kerusakan pada sel kerucut di dalam retina, sehingga tidak mampu
menangkap spektrum warna tertentu.sehingga bisa di lakukan deteksi dini pada balita untuk
mengetahui apakah dia menderita buta warna atau tidak.
B. Rumusan Masalah
6. Pathway
7. Manifestasi klinis
8. Pengobatan
C.Tujuan
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna. Buta warna juga dapat di
artikan sebagai suatu kelainan penglihatan yang di sebabkan ketidak mampuan sel-sel kerucut (cone cell)
pada retina mata untuk menangkap sesuatu spektrum warna tertentu sehingga objek yang terlihat bukan
warna yang sesungguhnya.
Buta warna juga dapat di artikan sebagai suatu kelainan penglihatan yang disebabkan ketidak
mampuan sel-sel kerucut (cone cell) pada retina mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu
sehingga objek yang terlihat bukan warna yang sesungguhnya. Buta warna merupakan suatu kelainan
yang di akibatkan oleh sel-sel kerucut mata yang tidak mampu dalam menangkap suatu spektrum warna-
warna tertentu.
B. Klasifikasi
Buta warna di kenal berdasarkan istilah Yunani Protos (pertama), deutros (kedua) dan
Tritos(ketiga) yang pada warna 1.Merah, 2. Hijau, 3. Biru.
1. Anomolous trichromacy
Anomolous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat di sebabkan oleh
faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa. Penderita anomolous trichromacy
memiliki tiga sel kerucut yang lengkap, namun terjadi kerusakan mekanisme sensativitas
terhadap salah satu dari tiga sel reseptor warna tersebut. Pasien buta warna dapat melihat
berbagai warna akan tetapi dengan interpretasi berbeda dari pada normal yang paling sering
di temukan adalah.
a. Trikromat anomali, kelainan terdapat pada short –wawavelenght pigment (blue).
Pigmen biru ini bergeser ke arah hijau. Spectrum merah. Pasien mempunyai ketiga
pigmen kerucut akan tetapi satu tidak normal, kemungkinan gangguan dapat terletak
hanya pada satu atau lebih pigment kerucut. Pada anomali ini perbandingan merah
hijau yang di pilih pada anomaloskop berbeda di banding dengan orang normal.
b. Deutronomali, di sebabkan oleh kelainan bentuk pigmen middle-wavelenght (green)
Dengan cacat pada hijau sehingga di perlukan lebih banyak hijau, karena terjadi
gangguan lebih banyak dari warna hijau.
c. Protonomali adalah tipe anomalous trichromacy di mana terjadi kelainan terhadap
long-wavelenght (Red) pigment, sehingga menyebabkan rendahnya sensifitas warna
merah. Artinya penderita protonomali tidak akan mampu membedakan warna dan
melihat campuran warna yang di lihat oleh mata normal. Penderita juga akan
mengalami penglihatan yang buram terhadap warna spektrum merah. Hal ini
mengakibatkan mereka dapat salah membedakan warna merah dan hitam
2. Dichromacy
Dichromacy adalah jenis buta warna di mana salah satu dari tiga sel kerucut tidak ada atau
tidak berfungsi. Akibat dari difungsi salah satu sel pigmen pada kerucut, seseorang yang
menderita dikromatis akan mengalami gangguan penglihatan terhadap warna-warna tertentu.
Dichromacy di bagi menjadi tiga bagian berdasarkan pigmen yang rusak:
a. Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang di sebabkan oleh tidak adanya
photoreceptor retina merah. Pada penderita protonopia, penglihatan terhadap warna
merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1% dari seluruh pria. Keadaan
yang paling sering di temukan dengan cacat pada warna merah hijau sehingga sering
di kenal dengan buta warna merah-hijau.
b. Deutranopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang di sebabkan tidak
adanya photoreceptor retina hijau. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam
membedakan hue pada warna merah dan hijau (red-green hue discrimination)
c. Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki short-wavelength cone.
Seseorang yang menderita tritanopia akan kesulitan dalam membedakan warna biru
dan kuning dari spektrum cahaya tanpak. Tritanopia di sebut juga buta warna biru-
kuning dan merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang di jumpai.
3. Monochromacy
Monochromacy atau akromatopsia adalah keadaaan di mana seseorang hanya memiliki
sebuah pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Pasien hanya mempunyai satu
pigmen kerucut (Monokromat rod atau batang). Pada monokromat kerucut hanya dapat
membedakan warna dalam arti intensitasnya saja dan biasanya 6/30. Pada orang dengan buta
warna total atau akromatopsia akan terdapat keluhan silau dan nistagmus dan bersifat
autosomal resesif.
Bentuk buta warna dikenal juga.
a. Monokramotisme rod (batang) atau di sebut juga suatu akromatopsia di mana
terdapat kelainan pada kedua mata bersama dengan keadaan lain seperti tajam
penglihatan kurang dari 6/60,nistagmus ,fotofobia,skotoma sentral,dan mungkin
terjadi akibat kelainan sentral hingga terdapat gangguan penglihatan warna total,
hemeralopia buta silang) tidak terdapat buta senja,dengan kelainan refraksi tinggi.
Pada pemeriksaan dapat di lihat adanya makula dengan pigmen abnormal.
b. Monokromatisme cone (kerucut) di mana terdapat hanya sedikit cacat, hal yang
jarang tajam penglihatan normaal, tidak nistagnus.
D. Etiologi
Buta warna itu sendiri adalah ketidak mampuan seseorang untuk membedakan warna tertentu.
Orang tersebut biasanya tidak buta semua warna melainkan hanya pada warna tertentu saja, meskipun
demikian ada juga seseorang yang sama sekali tidak bisa melihat warna jadi hanya tampak hitam, putih
dan abu-abu saja. Normalnya sel kerucut (cone) di retina mata mempunyai spectrum terhadap tiga warna
dasar, yaitu merah, hijau dan biru. Pada orang yang mempunyai sel-sel kerucut yang sensitive untuk tiga
jenis warna ini, maka ia dikatakan normal.
Buta warna karena herediter dibagi menjadi tiga: monokromasi (buta warna total), dikromasi
(hanya dua sel kerucut yang berfungsi), dan anomalus trikromasi (tiga sel kerucut berfungsi, salah satunya
kurang baik). Dari semua jenis buta warna, kasus yang paling umum adalah anomalus trikromasi,
khususnya deutranomali, yang mencapai angka 5% dari pria. Sebenarnya, penyebab buta warna tidak
hanya karena ada kelainan pada kromosom X, namun dapat mempunyai kaitan dengan 19 kromosom dan
gen-gen lain yang berbeda. Beberapa penyakit yang diturunkan seperti distrofi sel kerucut dan
akromatopsia juga dapatmenyebabkan seseorang menjadi buta warna (Anonim, 2008).
Gen buta warna terkait dengan dengan kromosom X (X-linked genes). Jadi kemungkinan seorang
pria yang memiliki genotif XY untuk terkena buta warna secara turunan lebih besar di bandingkan wanita
yang bergenotif XX untuk terkena buta warna. Jika hanya terkait pada salah satu kromosom X nya saja,
wanita disebut carrier atau pembawa, yang bias menurunkan gen buta warna pada anak-anaknya. Menurut
salah satu riset 5-8% pria dan 0,5% wanita dilahirkan buta warna. Dan 99% penderita buta warna
termasuk dikromasi, protanopia, dan deuteranopia.
Dua gen yang berhubungan dengan munculnya buta warna adalah OPN1LW (Opsin 1 Long
Wave), yang menyandi pigmen merah dan OPN1MW (Opsin 1 Middle Wave), yang menyandi pigmen
hijau (SamiS.Deeb dan Arno G. Motulsky, 2005).
Buta warna dapat juga ditemukan pada penyakit macula saraf optik, sedang pada kelainan retina
ditemukan cacat relative penglihatan warna biru dan kuning sedang kelainan saraf optik memberikan
kelainan melihat warna merah dan hijau (Ilyas, 2008).
E. Patofisiologi
Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh cahaya. Benda-benda tertentu di
lingkungan, misalnya matahari, api, dan bola lampu, memancarkan cahaya. Pigmen-pigmen di berbagai
benda secara selektif menyerap panjang gelombang tertentu cahaya yang datang dari sumber-sumber
cahaya, dan panjang gelombang yang tidak diserap di pantulkan dari permukaan benda. Berkas-berkas
cahaya yang dipantulkan inilah yang memungkinkan kita melihat benda tersebut. Suatu benda yang
tampak biru menyerap panjang gelombang cahaya merah dan hijau yang lebih panjang dan memantulkan
panjang gelombang biru yanglebih pendek, yang dapat diserap oleh fotopigmen di sel-sel kerucut biru
mata, sehingga terjadi pengaktifan sel-sel tersebut (Sherwood, 2001).
Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut yang mempunyai pigmen terutama cis aldehida
A2. Penglihatan warna merupakan kemampuan membedakan gelombang sinar yang berbeda. Warna ini
terlihat akibat gelombang elektromagnetnya mempunyai panjang gelombang yang terletak antara 440-700
(Ilyas, 2008). Warna primer yaitu warna dasar yang dapat memberikan jenis warna yang terlihat dengan
campuran ukuran tertentu. Pada sel kerucut terdapat 3 macam pigmen yang dapat membedakan warna
dasar merah, hijau dan biru.
a. Sel kerucut yang menyerap long-wavelength light (red)
b. Sel kerucut yang menyerap middle-wavelength light (green)
c. Sel kerucut yang menyerap short-wavelength light (blue)
Ketiga macam pigmen tersebut membuat kita dapat membedakan warna mulai dari ungu sampai
merah. Untuk dapat melihat normal, ketiga pigmen sel kerucut harus bekerja dengan baik. Jika salah satu
pigmen mengalami kelainan atau tidak ada, maka terjadi buta warna. Warna komplemen ialah warna yang
bila dicampur dengan warna primer akan berwarna putih. Putih adalah campuran semua panjang
gelombang cahaya, sedangkan hitam tidak ada cahaya (Ilyas, 2008).
Gelombang elektromagnit yang diterima pigmen akan diteruskan rangsangannya pada korteks
pusat penglihatan warna di otak. Bila panjang gelombang terletak di antara kedua pigmen maka akan
terjadi penggabungan warna (Ilyas, 2008).
Seseorang yang mampu membedakan ketiga macam warna, disebut sebagai trikromat.
Dikromat adalah orang yang dapat membedakan 2 komponen warna dan mengalami kerusakan
pada 1 jenis pigmen kerucut. Kerusakan pada 2 pigmen sel kerucut akan menyebabkan orang hanya
mampu melihat satu komponen yang disebut monokromat.
Pada keadaan tertentu dapat terjadi seluruh komponen pigmen warna kerucut tidak
normal sehingga pasien tidak dapat mengenal warna sama sekali yang disebut sebaga
iakromatopsia (Ilyas, 2008).
F. Pathway
Buta warna
G. Manifestasi klinis
Tanda seseorang mengalami buta warna tergantung beberapa faktor, apakah kondisinya di
sebabkan faktor genetik, penyakit, dan tingkat buta warnaya sebagian atau total. Gejala umumnya adalah
kesulitan membedakan warna merah dan hijau (yang paling sering terjadi), atau kesulitan membedakan
warna biru dan hijau (jarang di temukan) gejala untuk kasus yang lebih serius berupa: objek terlihat dalam
bentuk bayangan abu-abu (kondisi ini jarang di temukan), dan penglihatan berkurang gangguan persepsi
warna dapat dideteksi dengan menggunakan table warna khusus yang di sebut dengan ishuhara tes
plate.pada setiap gambar terdapat angka yang di bentuk dari titik-titik berwarna. Gambar di gantung di
bawa pencahayaan yang baik dan pasien diminta untuk mengidentifikasi angka yang ada pada gambar
tersebut. Ketika pada tahap ini di temukan adanya kelainan, test yang lebih detail lagi akan di berikan.
Kasus :
An. A usia 8 thn di antar oleh ibunya ke dokter mata ibunya mengatakan bahwa anaknya mengalami kelainan penglihatan
karena ketika ibu menyuruhnya mengambil kain berwarna merah, anaknya mengatakan kesulitan membedakan warna
setelah di tes menggunakan kain berwarna merah dan hijau anaknya tidak bisa membedakan. Dan anaknya juga
mengatakan tidak percaya diri dan merasa malu ketika di sekolah karena ia tidak dapat membedakan warna pada saat
bermain dengan temanya. Dokter mendiaknosa bahwa anak ibu tersebut mengalami Buta warna.
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 8 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku bangsa : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Puuwatu
Taggal masuk : 27 Maret 2019
Jam masuk : 10.20 WIB
2. Identitas orang tua
Nama : Ny. T
Usia : 35 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tannga
Alamat : Puuwatu
Status : ibu An.A
3. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan anaknya sulit membedakan warna, ibu klien juga mengatakan bahwa
anaknya mengeluh malu terhadap dirinya sendiri karena tidak bisa membedakan warna
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sulit membedakan warna – warna yang An.A lihat dia
selalu menukar nama warna.
b. Riwayat penyakit sebelumnya : -
c. Riwayat penyakit keluarga : ibu klien mengatakan bahwa neneknya An.A juga pernah
menderita buta warna
5. Pemeriksaan Fisik Mata
a. Tes penglihatan warna: uji ishihara,tidak bisa membaca warna dengan benar
b. Pemeriksaan tajam penglihatan : tidak baik
c. Pemeriksaan anatomik dilakukan dengan cara objektif
a) Inspeksi: adanya pembengkakan, kemerahan dan tumor
b) Palpasi: nyeri tekan
d. Pemeriksaan Diagnostik
a) ERG: defisiensi salah satu sel kerucut
b) Oftalmoskop :Retina berwarna kuning-merah dengan bercak-bercak hitam.
e. Keadaan psikososial klien
1. Bagaimana klien terhadap penyakitnya : Cemas
2. Harapan klien terhadap keadaan kesehatannya : Semoga Cepat sembuh
3. Pola interaksi dengan orang terdekat : klien nampak malu
4. Sejauh mana keterlibatan orang terdekat bila klien menghadapi masalah : Membantu
5. Pola pemecahan klien yang digunakan bila mempunyai masalah : Diskusi bersama
Keluarga
6. Bagaimana hubungan klien dengan tenaga kesehatan / keperawatan selama dirawat : klien
nampak menutup diri
6. Analisa Data
NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Ibu klien Penurunan Gangguan persepsi
mengatakan anaknya kromsom X sensori
sulit membedakan (penglihatan)
warna, ibu klien juga
mengatakan bahwa
anaknya mengeluh malu
terhadap dirinya sendiri
karena tidak bisa
membedakan warna
DO :
- klien tidak bisa melihat
warna dengan benar
- ERG: defisiensi salah satu
sel kerucut
- Oftalmoskop :Retina
berwarna kuning-merah
dengan bercak-bercak
hitam.
DO : Inspeksi: adanya
pembengkakan, kemerahan dan
tumor
Palpasi: nyeri tekan
B. Dignosa keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d defek penglihatan warna
2. Resiko terhadap cedera b.d kurangnya interpretasi warna
3. Harga diri rendah b.d Gangguan konsep diri
C. Intervensi
D. Implmentasi
Tgl / Hasil/
No Diagnosa Implementasi Paraf
Jam Respon
1 28 Klien senang
Maret Gangguan sensori Peningkatan dengan
2019 persepsi komunikasi : defisit menggambar
(penglihatan) b.d penglihatan
defek penglihatan
warna Aktivitas :
1. Mencatat reaksi
pasien
2. Menerima reaksi
pasien terhadap
defisiensi
penglihatan
warna yang
dimiliki
3. Mengandalkan
penglihatan
pasien yang
tersisa
sebagaimana
mestinya. Terapi
kegiatan
4. Aktivitas :
Menentukan
komitmen pasien
untuk
meningkatkan
frekuensi
dan/atau
jangkauan
kegiatan
5. Membantu untuk
menemukan
makna diri
melalui aktivitas
yang biasa
(misalnya
bekerja) dan/atau
aktivitas liburan
yang disukai
6. Membantu
memilih kegiatan
yang sesuai
dengan
kemampuan fisik,
psikologi, dan
social
7. Membantu untuk
memfokuskan
pada apa yang
dapat dilakukan
pasien bukan
pada kelemahan
pasien
8. Membantu
mengidentifikasi
dan memperoleh
sumber daya yang
diperlukan untuk
kegiatan yang
dikehendaki.
2 28 Maret Environment Klien tampak
2019 Resiko terhadap Management nyaman denga
cedera b.d Aktivitas : lingkungannya
kurangnya 1. Menyediakan Klien nampak
interpretasi warna lingkungan yang selalu
aman untuk klien
2. Mengingatkan memakai kaca
klien untuk tetap mata
menggunakan Keluarga
kacamata dengan nampak selalu
lensa yang menemani
berfilter warna klien
khusus yang Kelaurga klien
memungkinkan nampak selalu
klien untuk menjaga klien
menginterpretasik dari bahaya
an warna dengan Keluarga
baik dan dapat mengerti apa
menghindari diri yang dijelskan
dari cidera perawat
3. Menganjurkan
keluarga untuk
menemani klien.
4. Memindahkan
barang-barang
yang dapat
membahayakan
5. Memberikan
penjelasan pada
pasien dan
keluarga atau
pengunjung
adanya perubahan
status kesehatan
dan penyebab
penyakit.
3 28 Maret klien nampak
2019 Harga diri rendah Self estem masih
b.d Gangguan enhancement menutup
konsep diri diri/malu
Aktivitas :
1. Monitor
pernyataan pasien
tentang dirinya
2. Membantu pasien
untuk
meningkatkan
penilaian dirinya
terhadap
penghargaan
dirinya
3. Membantu pasien
untuk
meningkatkan
kepercayaan
dirinya
4. Memberikan
dorongan kuat
untuk pasien
5. Mendorong
kontak mata
dalam
komunikasi
dengan semua
orang
6. Memberikan
pendidikan
kesehatan kepada
keluarga
7. Memberikan
pendidikan
kesehatan pada
klien tentang
penyakit
4 29 Maret Klien
2019 Gangguan sensori Peningkatan mengatakan
persepsi komunikasi : defisit akan
(penglihatan) b.d penglihatan melakukan
defek penglihatan aktivitas
warna Aktivitas : secara berkal
1. Mencatat reaksi
pasien terhadap
rusaknya
penglihatan
(misal, depresi,
menarik diri, dan
menolak
kenyataan)
2. Menerima reaksi
pasien terhadap
defisiensi
penglihatan
warna yang
dimiliki
3. Mengandalkan
penglihatan
pasien yang
tersisa
sebagaimana
mestinya. Terapi
kegiatan
4. Aktivitas :
Menentukan
komitmen pasien
untuk
meningkatkan
frekuensi
dan/atau
jangkauan
kegiatan
5. Membantu untuk
menemukan
makna diri
melalui aktivitas
yang biasa
(misalnya
bekerja) dan/atau
aktivitas liburan
yang disukai
6. Membantu
memilih kegiatan
yang sesuai
dengan
kemampuan fisik,
psikologi, dan
social
7. Membantu untuk
memfokuskan
pada apa yang
dapat dilakukan
pasien bukan
pada kelemahan
pasien
8. Membantu
mengidentifikasi
dan memperoleh
sumber daya yang
diperlukan untuk
kegiatan yang
dikehendaki.
E. Evaluasi
No Tgl/Jam Diagnosa Perekmbangan Pasien Pelaksana
1 28 Maret S : Ibu klien mengatakan
2019 Gangguan sensori persepsi anaknya sulit
(penglihatan) b.d defek membedakan warna, ibu
penglihatan warna klien juga mengatakan
bahwa anaknya mengeluh
malu terhadap dirinya
sendiri karena tidak bisa
membedakan warna
O:
- klien tidak bisa membaca
wana dengan benar
- ERG: defisiensi salah satu
sel kerucut
- Oftalmoskop :Retina
berwarna kuning-merah
dengan bercak-bercak hitam.
P : intervensi di lanjutkan
2 28 Maret S : Ibu klien mengatakan bahwa
2019 Resiko terhadap cedera b.d anaknya sulit membedakan warna
kurangnya interpretasi – warna yang An.A lihat dia
warna selalu menukar nama warna.
O : Inspeksi: adanya
pembengkakan, kemerahan dan
tumor
Palpasi: nyeri tekan
O:
- Klien nampak selalu menutup
diri
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
4 28 Maret DS : Ibu klien mengatakan
2019 Gangguan sensori persepsi anaknya sulit mengikuti pelajaran
(penglihatan) b.d defek di sekolah yang berhubungan
penglihatan warna dengan warna
DO :
- klien tidak bisa membaca
wana dengan benar
- ERG: defisiensi salah satu
sel kerucut
- Oftalmoskop :Retina
berwarna kuning-merah
dengan bercak-bercak hitam.
P : intervesi di lanjutkan
5 29 Maret S : Ibu klien mengatakan bahwa
2019 Resiko terhadap cedera b.d anaknya sulit membedakan warna
kurangnya interpretasi – warna yang An.F lihat dia selalu
warna menukar nama warna.
O : Inspeksi: adanya
pembengkakan, kemerahan dan
tumor
Palpasi: nyeri tekan
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
6 29 Maret S : ibu klien mengatakan bahwa
2019 Harga diri rendah b.d anaknya tidak mau pergi sekolah
Gangguan konsep diri karena sering di ejek – ejek
dengan teman - temannya
O:
- Klien nampak selalu menutup
diri
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
BAB IV
PENUTUP
A. Ringkasan penyakit
Buta warna adalah suatu gangguan genetik terkait kromosom sex yang disebabkan oleh
defisiensi salah satu dari ketiga foto pigmen. Yang terdiri dari sinar-sinar merah, hijau dan biru. Buta
warna umumnya lebih banyak terdapat pada pria daripada wanita.
Klasifikasi buta warna terdiri atas :
1. Tipe Trikromat
2. Tipe Dikromat
3. Tipe Monokromat
A. Kesimpulan
Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna. Pasien tidak atau kurang
dapat membedakan warna yang didapat dari faktor keturunan ataupun didapatkan akibat penyakit
tertentu.
Ciri-ciri seorang buta warna adalah retina tidak mampu merespon warna dengan semestinya.
Sel-sel kerucut di dalam retina mata mengalami pelemahan atau kerusakan permanen.Buta warna
merupakan kecacatan yang disebabkan oleh gen resesif c (color blind) yang terdapat pada kromsom X
Jumlah penderita buta warna di dunia, kira-kira 5-8% pria dan 0,5% wanita dilahirkan buta
warna.
Buta warna dibedakan menjadi tiga yaitu Monokromat, dikromat dan trikomat
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, S. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Hal 83-88.
Jakarta: Balai penerbit FKUI.