Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

BUTA WARNA

KELAS Q3 (keperawatan)
Nama :Nurdiantry Herman (P201601113)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MANDALA WALUYA
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun Asuhan keperawatan ini. Dalam Asuhan
keperawatan ini kami akan membahas mengenai “Penyakit Buta Warna”.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada Asuhan
keperawatan ini. Oleh karena itu Kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI

Kata pengantar …………………………………………………………


Daftar isi ………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang ...........................................................................
b. Rumusan masalah......................................................................
c. Tujuan........................................................................................

BAB II KONSEP MDEIS


A. Definisi dari buta warna?...................................................................

B. Klasifikasi dari buta warna?..............................................................

C. Jenis-Jenis buta warna?......................................................................

D. Etiologi dari buta warna?...................................................................

E. Patofosiologi dari buta warna?...........................................................

F. Pathway.............................................................................................

G. Manifestasi klinis...............................................................................

H. Pengobatan.........................................................................................

BAB III PENUTUP


a. kesimpulan ................................................................................
b. saran...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Tak ada seorangpun manusia yang menghendaki dirinya buta warna, namun tidak bisa di
pungkiri dalam kehidupan nyata penderita buta warna memiliki keterbatasan untuk menempuh
karir di bidang tertentu. Misalnya saja saat masuk fakultas keperawatan atau dalam pekerjaan
tertentu seperti analis kimia dan sebagainya. Mereka memerlukan ketajaman pembedaan warna
untuk menekuni ilmunya, yang tidak dapat di bedakan oleh orang yang yang menderita buta
warna
Buta warna itu sendiri adalah ketidak mampuan seseorang untuk membedakan warna
tertentu. Orang tersebut biasanya tidak buta semua warna melainkan hanya pada warna tertentu
saja, meskipun demikian ada juga seseorang yang sama sekali tidak bisa melihat warna jadi hanya
tampak hitam, putih dan abu-abu saja.penyakit buta warna merupakan kelainan genetik atau
turunan, tanda dan gejala seseorang penderita buta warna bisa di ketahui saat dia masih balita.
Penyebabnya adalah kerusakan pada sel kerucut di dalam retina, sehingga tidak mampu
menangkap spektrum warna tertentu.sehingga bisa di lakukan deteksi dini pada balita untuk
mengetahui apakah dia menderita buta warna atau tidak.

B. Rumusan Masalah

1. Definisi dari buta warna?

2. Klasifikasi dari buta warna

3. Jenis-Jenis buta warna?

4. Etiologi dari buta warna?

5. Patofosiologi dari buta warna?

6. Pathway

7. Manifestasi klinis

8. Pengobatan

C.Tujuan

Tujuan Umum : Memberikan informasi mengenai buta warna

Tujuan Khusus : Mengetahui kelainan kromosom penyebab buta warna


BAB II

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna. Buta warna juga dapat di
artikan sebagai suatu kelainan penglihatan yang di sebabkan ketidak mampuan sel-sel kerucut (cone cell)
pada retina mata untuk menangkap sesuatu spektrum warna tertentu sehingga objek yang terlihat bukan
warna yang sesungguhnya.

Buta warna juga dapat di artikan sebagai suatu kelainan penglihatan yang disebabkan ketidak
mampuan sel-sel kerucut (cone cell) pada retina mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu
sehingga objek yang terlihat bukan warna yang sesungguhnya. Buta warna merupakan suatu kelainan
yang di akibatkan oleh sel-sel kerucut mata yang tidak mampu dalam menangkap suatu spektrum warna-
warna tertentu.

B. Klasifikasi

Buta warna di kenal berdasarkan istilah Yunani Protos (pertama), deutros (kedua) dan
Tritos(ketiga) yang pada warna 1.Merah, 2. Hijau, 3. Biru.

1. Anomolous trichromacy
Anomolous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat di sebabkan oleh
faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa. Penderita anomolous trichromacy
memiliki tiga sel kerucut yang lengkap, namun terjadi kerusakan mekanisme sensativitas
terhadap salah satu dari tiga sel reseptor warna tersebut. Pasien buta warna dapat melihat
berbagai warna akan tetapi dengan interpretasi berbeda dari pada normal yang paling sering
di temukan adalah.
a. Trikromat anomali, kelainan terdapat pada short –wawavelenght pigment (blue).
Pigmen biru ini bergeser ke arah hijau. Spectrum merah. Pasien mempunyai ketiga
pigmen kerucut akan tetapi satu tidak normal, kemungkinan gangguan dapat terletak
hanya pada satu atau lebih pigment kerucut. Pada anomali ini perbandingan merah
hijau yang di pilih pada anomaloskop berbeda di banding dengan orang normal.
b. Deutronomali, di sebabkan oleh kelainan bentuk pigmen middle-wavelenght (green)
Dengan cacat pada hijau sehingga di perlukan lebih banyak hijau, karena terjadi
gangguan lebih banyak dari warna hijau.
c. Protonomali adalah tipe anomalous trichromacy di mana terjadi kelainan terhadap
long-wavelenght (Red) pigment, sehingga menyebabkan rendahnya sensifitas warna
merah. Artinya penderita protonomali tidak akan mampu membedakan warna dan
melihat campuran warna yang di lihat oleh mata normal. Penderita juga akan
mengalami penglihatan yang buram terhadap warna spektrum merah. Hal ini
mengakibatkan mereka dapat salah membedakan warna merah dan hitam
2. Dichromacy
Dichromacy adalah jenis buta warna di mana salah satu dari tiga sel kerucut tidak ada atau
tidak berfungsi. Akibat dari difungsi salah satu sel pigmen pada kerucut, seseorang yang
menderita dikromatis akan mengalami gangguan penglihatan terhadap warna-warna tertentu.
Dichromacy di bagi menjadi tiga bagian berdasarkan pigmen yang rusak:
a. Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang di sebabkan oleh tidak adanya
photoreceptor retina merah. Pada penderita protonopia, penglihatan terhadap warna
merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1% dari seluruh pria. Keadaan
yang paling sering di temukan dengan cacat pada warna merah hijau sehingga sering
di kenal dengan buta warna merah-hijau.
b. Deutranopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang di sebabkan tidak
adanya photoreceptor retina hijau. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam
membedakan hue pada warna merah dan hijau (red-green hue discrimination)
c. Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki short-wavelength cone.
Seseorang yang menderita tritanopia akan kesulitan dalam membedakan warna biru
dan kuning dari spektrum cahaya tanpak. Tritanopia di sebut juga buta warna biru-
kuning dan merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang di jumpai.
3. Monochromacy
Monochromacy atau akromatopsia adalah keadaaan di mana seseorang hanya memiliki
sebuah pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Pasien hanya mempunyai satu
pigmen kerucut (Monokromat rod atau batang). Pada monokromat kerucut hanya dapat
membedakan warna dalam arti intensitasnya saja dan biasanya 6/30. Pada orang dengan buta
warna total atau akromatopsia akan terdapat keluhan silau dan nistagmus dan bersifat
autosomal resesif.
Bentuk buta warna dikenal juga.
a. Monokramotisme rod (batang) atau di sebut juga suatu akromatopsia di mana
terdapat kelainan pada kedua mata bersama dengan keadaan lain seperti tajam
penglihatan kurang dari 6/60,nistagmus ,fotofobia,skotoma sentral,dan mungkin
terjadi akibat kelainan sentral hingga terdapat gangguan penglihatan warna total,
hemeralopia buta silang) tidak terdapat buta senja,dengan kelainan refraksi tinggi.
Pada pemeriksaan dapat di lihat adanya makula dengan pigmen abnormal.
b. Monokromatisme cone (kerucut) di mana terdapat hanya sedikit cacat, hal yang
jarang tajam penglihatan normaal, tidak nistagnus.

C. Jenis-jenis buta warna total

Buta warna memiliki dua jenis yaitu:

1. Buta warna total


Seseorang dengan buta warna total hanya melihat semua warna menjadi hitam dan putih saja.

2. Buta warna parsial


Penderita hanya akan mengalami kesulitan dalam membedakan warna-warna tertentu. Secara
fisik seseorang dengan buta warna parsial terlihat sama saja dengan orang normal.artinya
tidak ada kelainan fisik yang signifikan antara orang normal dengan penderita buta warna
persial. Selain itu penderita buta warnal parsila juga tidak merasakn sakit ketika melihat suatu
objek dengan perpaduan warna,hanya saja penderita buta warna melihat objek tersebut
berbeda dari orang normal walaupun perbedaan itu tidak terlalu signifikan.

D. Etiologi

Buta warna itu sendiri adalah ketidak mampuan seseorang untuk membedakan warna tertentu.
Orang tersebut biasanya tidak buta semua warna melainkan hanya pada warna tertentu saja, meskipun
demikian ada juga seseorang yang sama sekali tidak bisa melihat warna jadi hanya tampak hitam, putih
dan abu-abu saja. Normalnya sel kerucut (cone) di retina mata mempunyai spectrum terhadap tiga warna
dasar, yaitu merah, hijau dan biru. Pada orang yang mempunyai sel-sel kerucut yang sensitive untuk tiga
jenis warna ini, maka ia dikatakan normal.
Buta warna karena herediter dibagi menjadi tiga: monokromasi (buta warna total), dikromasi
(hanya dua sel kerucut yang berfungsi), dan anomalus trikromasi (tiga sel kerucut berfungsi, salah satunya
kurang baik). Dari semua jenis buta warna, kasus yang paling umum adalah anomalus trikromasi,
khususnya deutranomali, yang mencapai angka 5% dari pria. Sebenarnya, penyebab buta warna tidak
hanya karena ada kelainan pada kromosom X, namun dapat mempunyai kaitan dengan 19 kromosom dan
gen-gen lain yang berbeda. Beberapa penyakit yang diturunkan seperti distrofi sel kerucut dan
akromatopsia juga dapatmenyebabkan seseorang menjadi buta warna (Anonim, 2008).
Gen buta warna terkait dengan dengan kromosom X (X-linked genes). Jadi kemungkinan seorang
pria yang memiliki genotif XY untuk terkena buta warna secara turunan lebih besar di bandingkan wanita
yang bergenotif XX untuk terkena buta warna. Jika hanya terkait pada salah satu kromosom X nya saja,
wanita disebut carrier atau pembawa, yang bias menurunkan gen buta warna pada anak-anaknya. Menurut
salah satu riset 5-8% pria dan 0,5% wanita dilahirkan buta warna. Dan 99% penderita buta warna
termasuk dikromasi, protanopia, dan deuteranopia.
Dua gen yang berhubungan dengan munculnya buta warna adalah OPN1LW (Opsin 1 Long
Wave), yang menyandi pigmen merah dan OPN1MW (Opsin 1 Middle Wave), yang menyandi pigmen
hijau (SamiS.Deeb dan Arno G. Motulsky, 2005).
Buta warna dapat juga ditemukan pada penyakit macula saraf optik, sedang pada kelainan retina
ditemukan cacat relative penglihatan warna biru dan kuning sedang kelainan saraf optik memberikan
kelainan melihat warna merah dan hijau (Ilyas, 2008).

E. Patofisiologi
Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh cahaya. Benda-benda tertentu di
lingkungan, misalnya matahari, api, dan bola lampu, memancarkan cahaya. Pigmen-pigmen di berbagai
benda secara selektif menyerap panjang gelombang tertentu cahaya yang datang dari sumber-sumber
cahaya, dan panjang gelombang yang tidak diserap di pantulkan dari permukaan benda. Berkas-berkas
cahaya yang dipantulkan inilah yang memungkinkan kita melihat benda tersebut. Suatu benda yang
tampak biru menyerap panjang gelombang cahaya merah dan hijau yang lebih panjang dan memantulkan
panjang gelombang biru yanglebih pendek, yang dapat diserap oleh fotopigmen di sel-sel kerucut biru
mata, sehingga terjadi pengaktifan sel-sel tersebut (Sherwood, 2001).
Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut yang mempunyai pigmen terutama cis aldehida
A2. Penglihatan warna merupakan kemampuan membedakan gelombang sinar yang berbeda. Warna ini
terlihat akibat gelombang elektromagnetnya mempunyai panjang gelombang yang terletak antara 440-700
(Ilyas, 2008). Warna primer yaitu warna dasar yang dapat memberikan jenis warna yang terlihat dengan
campuran ukuran tertentu. Pada sel kerucut terdapat 3 macam pigmen yang dapat membedakan warna
dasar merah, hijau dan biru.
a. Sel kerucut yang menyerap long-wavelength light (red)
b. Sel kerucut yang menyerap middle-wavelength light (green)
c. Sel kerucut yang menyerap short-wavelength light (blue)

Ketiga macam pigmen tersebut membuat kita dapat membedakan warna mulai dari ungu sampai
merah. Untuk dapat melihat normal, ketiga pigmen sel kerucut harus bekerja dengan baik. Jika salah satu
pigmen mengalami kelainan atau tidak ada, maka terjadi buta warna. Warna komplemen ialah warna yang
bila dicampur dengan warna primer akan berwarna putih. Putih adalah campuran semua panjang
gelombang cahaya, sedangkan hitam tidak ada cahaya (Ilyas, 2008).
Gelombang elektromagnit yang diterima pigmen akan diteruskan rangsangannya pada korteks
pusat penglihatan warna di otak. Bila panjang gelombang terletak di antara kedua pigmen maka akan
terjadi penggabungan warna (Ilyas, 2008).
Seseorang yang mampu membedakan ketiga macam warna, disebut sebagai trikromat.
Dikromat adalah orang yang dapat membedakan 2 komponen warna dan mengalami kerusakan
pada 1 jenis pigmen kerucut. Kerusakan pada 2 pigmen sel kerucut akan menyebabkan orang hanya
mampu melihat satu komponen yang disebut monokromat.
Pada keadaan tertentu dapat terjadi seluruh komponen pigmen warna kerucut tidak
normal sehingga pasien tidak dapat mengenal warna sama sekali yang disebut sebaga
iakromatopsia (Ilyas, 2008).

F. Pathway

Buta warna

Kerusakan foto Penurunan Perubahan


pigmen sel kromosom X penampilan peran
kerucut
Resiko terhadap Gangguan Harga diri rendah
cedera persepsi
sensorik

G. Manifestasi klinis
Tanda seseorang mengalami buta warna tergantung beberapa faktor, apakah kondisinya di
sebabkan faktor genetik, penyakit, dan tingkat buta warnaya sebagian atau total. Gejala umumnya adalah
kesulitan membedakan warna merah dan hijau (yang paling sering terjadi), atau kesulitan membedakan
warna biru dan hijau (jarang di temukan) gejala untuk kasus yang lebih serius berupa: objek terlihat dalam
bentuk bayangan abu-abu (kondisi ini jarang di temukan), dan penglihatan berkurang gangguan persepsi
warna dapat dideteksi dengan menggunakan table warna khusus yang di sebut dengan ishuhara tes
plate.pada setiap gambar terdapat angka yang di bentuk dari titik-titik berwarna. Gambar di gantung di
bawa pencahayaan yang baik dan pasien diminta untuk mengidentifikasi angka yang ada pada gambar
tersebut. Ketika pada tahap ini di temukan adanya kelainan, test yang lebih detail lagi akan di berikan.

F. Pemeriksaan buta warna


1. oflamoskop
Suatu alat dengan system pencahayaan kusus, untuk melihat bagian dalam mata terutama
retina dan struktur terkaitnya
2. Tes penglihatan warna
a.Uji Ishihara
Merupakan uji untuk mengetahui adanya defek penglihatan warna, didasarkan pada menentukan
angka atau pola yang ada pada kartu dengan berbagai ragam warna (Ilyas, 2008).
Menurut Guyton (1997) Metode Ishihara yaitu metode yang dapat di pakai untuk
menentukan dengan cepat suatu kelainan buta warna di dasarkan pada pengunaan kartu
bertitik-titik. Kartu ini disusun dengan menyatukan titik-titik yang mempunyai
bermacam-macam warna.
Merupakan pemeriksaan untuk penglihatan warna dengan memakai satu seri gambar titik
bola kecil dengan warna dan besar berbeda (gambarmpseudokromatik), sehingga dalam
keseluruhan terlihat warna pucat dan menyukarkan pasien dengan kelainan penglihatan
warna melihatnya.
Penderita buta warna atau dengan kelainan penglihatan warna dapat melihat sebagian
ataupun sama sekali tidak dapat melihat gambaran yang diperlihatkan. Pada pemeriksaan
pasien diminta melihat dan mengenali tanda gambar yang diperlihatkan dalam waktu 10
detik (Ilyas, 2008).
Penyakit tertentu dapat terjadi ganguan penglihatan warna seperti buta warna
merah dan hijau pada atrofi saraf optik, optik neuropati toksik dengan pengecualian
neuropati iskemik, glaukoma dengan atrofi optic yang memberikan ganguan penglihatan
biru kuning (Ilyas, 2008).
c. Uji pencocokan benang
Pasien di beri sebuah gelendong benang dan di minta untung mengambil gelendong
yang warnanya cocok dari setumpuk gelendong yang berwarna warni
3. Tes sensivitas kontras
Adalah kesanggupan mata melihat perbedaan kontras yang halus, di mana padaa pasien
dengan gangguan pada retina, nervus optikus atau kekeruhan media mata tidak sanggup
melihat perbedaan kontras tersebut.
4. Tes elektrofisiologik
a. Elektroletingrafi (ERG)
Untuk mengukur respon listrik retina terhadap keliatan cahaya bagian awal respon
flash ERG mencerminkan fungsi fotoreseptor sel krucut dan sel batang.
b. Tro okulagrafi (EOG)
Untuk mengukur potensial korneoretina tetap. Kelaina EOG terutama terjadi pada
penyakit secara dipus mempengaruhi epitel pigmen retina dan fotoreseptor.
G. Pengobatan
Tidak ada pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengobati masalah gangguan
persepsi warna. Namun penderita buta warna ringan dapat belajar mengasosiasikan warna dengan
objek tertentu.
Untuk mengurangi gejala dapat digunakan kacamata berlensa dengan filter warna khusus yang
memungkinkan pasien melakukan interpretasi kembali warna.
Hal-hal yang perlu diketahui tentang buta warna
a. Sifatnya genetik
Buta warna biasanya bersifat genetik, tetapi juga bisa disebabkan oleh luka traumatik
atau paparan bahan kimia.
b. Ada tiga jenis buta warna
Jenis pertama adalah kondisi dimana sulit untuk membedakan antara warna merah dan
hijau. Jenis kedua sulit untuk membedakan antara warna biru dan kuning, dan jenis yang ketiga
adalah buta warna lengkap di mana mata tidak dapat mendeteksi warna sama sekali.
c. Orang yang buta warna tidak dapat membedakan warna merah dan hijau
Buta warna pada warna merah dan hijau mempengaruhi 10% dari laki-laki di Amerika Serikat,
sementara hanya 0,5% dari wanita yang terpengaruh. 99% dari semua orang dengan buta warna,
tidak dapat membedakan warna merah dan hijau.
d. Buta warna biru dan kuning adalah hal yang langka
Buta warna terhadap warna biru dan kuning adalah hal yang langka dan mempengaruhi
antara 1 diantara 15.000 orang dan 1 di antara 50.000 orang. Baik pria maupun wanita sama-sama
terpengaruh.
e. Monochromacy = buta warna total
Monochromacy adalah nama untuk buta warna total. Ini mempengaruhi sekitar 1 dari
30.000 orang. Tidak seperti orang-orang yang ‘buta’ dengan warna merah-hijau atau biru-kuning,
orang-orang dengan monochromacy tidak dapat melihat warna sama sekali, hanya berbagai
nuansa hitam, putih, dan abu-abu.
f. Penerbitan makalah ilmiah pertama tentang buta warna di tahun 1798
Seorang ahli kimia Inggris bernama John Dalton, yang dirinya juga buta warna,
menerbitkan makalah ilmiah pertama tentang buta warna pada tahun 1798.
g. Buta warna tidak selamanya menjadi sebuah kekurangan
Buta warna bisa menjadi keuntungan.Jenis monyet capuchin yang buta warna mampu
menangkap serangga lebih banyak daripada monyet capuchin yang tidak buta warna. Di sisi lain,
tentara AS telah menemukan bahwa orang yang buta warna dapat melihat benda-benda yang
disamarkan jauh lebih baik daripada mereka yang tidak buta warna.
h. Ibu yang buta warna merah-hijau akan menurun ke anak laki-lakinya
Seorang wanita yang buta warna merah-hijau akan selalu memiliki anak laki-laki yang
buta warna merah-hijau.
i. Sebagian orang Eropa melarang orang yang buta warna untuk mengemudi
Perbedaan antara warna lampu lalu lintas yakni merah, hijau, dan kuning akan sulit
dibedakan oleh pengemudi yang buta warna. Di Bulgaria, Rumania, dan Turki orang yang buta
warna dilarang mengemudi.
j. Orang yang buta warna cenderung mengalami kesulitan dengan makanan
Mereka mengalami kesulitan untuk mengatakan jika sepotong daging merah sudah
matang atau masih mentah, mereka tidak dapat mengatakan apakah pisang berwarna kuning atau
hijau, dan mereka tidak ank melihat perbedaan antara tomat hijau mentah atau tomat berwarna
merah yang sudah masak.
k. Buta warna berhubungan dengan kanker usus besar
Satu teori mengapa laki-laki lebih meninggal akibat kanker usus besar dibandingkan perempuan
adalah dikarenakan laki-laki lebih banyak yang buta warna, ank arena itu mereka tidak dapat
mendeteksi darah saat membilas baik dengan air atau kertas toilet sehabis buang air besar.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN BUTA WARNA

Kasus :
An. A usia 8 thn di antar oleh ibunya ke dokter mata ibunya mengatakan bahwa anaknya mengalami kelainan penglihatan
karena ketika ibu menyuruhnya mengambil kain berwarna merah, anaknya mengatakan kesulitan membedakan warna
setelah di tes menggunakan kain berwarna merah dan hijau anaknya tidak bisa membedakan. Dan anaknya juga
mengatakan tidak percaya diri dan merasa malu ketika di sekolah karena ia tidak dapat membedakan warna pada saat
bermain dengan temanya. Dokter mendiaknosa bahwa anak ibu tersebut mengalami Buta warna.

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 8 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku bangsa : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Puuwatu
Taggal masuk : 27 Maret 2019
Jam masuk : 10.20 WIB
2. Identitas orang tua
Nama : Ny. T
Usia : 35 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tannga
Alamat : Puuwatu
Status : ibu An.A

3. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan anaknya sulit membedakan warna, ibu klien juga mengatakan bahwa
anaknya mengeluh malu terhadap dirinya sendiri karena tidak bisa membedakan warna
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sulit membedakan warna – warna yang An.A lihat dia
selalu menukar nama warna.
b. Riwayat penyakit sebelumnya : -
c. Riwayat penyakit keluarga : ibu klien mengatakan bahwa neneknya An.A juga pernah
menderita buta warna
5. Pemeriksaan Fisik Mata
a. Tes penglihatan warna: uji ishihara,tidak bisa membaca warna dengan benar
b. Pemeriksaan tajam penglihatan : tidak baik
c. Pemeriksaan anatomik dilakukan dengan cara objektif
a) Inspeksi: adanya pembengkakan, kemerahan dan tumor
b) Palpasi: nyeri tekan
d. Pemeriksaan Diagnostik
a) ERG: defisiensi salah satu sel kerucut
b) Oftalmoskop :Retina berwarna kuning-merah dengan bercak-bercak hitam.
e. Keadaan psikososial klien
1. Bagaimana klien terhadap penyakitnya : Cemas
2. Harapan klien terhadap keadaan kesehatannya : Semoga Cepat sembuh
3. Pola interaksi dengan orang terdekat : klien nampak malu
4. Sejauh mana keterlibatan orang terdekat bila klien menghadapi masalah : Membantu
5. Pola pemecahan klien yang digunakan bila mempunyai masalah : Diskusi bersama
Keluarga
6. Bagaimana hubungan klien dengan tenaga kesehatan / keperawatan selama dirawat : klien
nampak menutup diri

6. Analisa Data
NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Ibu klien Penurunan Gangguan persepsi
mengatakan anaknya kromsom X sensori
sulit membedakan (penglihatan)
warna, ibu klien juga
mengatakan bahwa
anaknya mengeluh malu
terhadap dirinya sendiri
karena tidak bisa
membedakan warna

DO :
- klien tidak bisa melihat
warna dengan benar
- ERG: defisiensi salah satu
sel kerucut
- Oftalmoskop :Retina
berwarna kuning-merah
dengan bercak-bercak
hitam.

2 DS : Ibu klien mengatakan Kerusakan foto Resiko terhadap


bahwa anaknya sulit pigmen sel kerucut cedera
membedakan warna – warna
yang An.A lihat dia selalu
menukar nama warna.

DO : Inspeksi: adanya
pembengkakan, kemerahan dan
tumor
Palpasi: nyeri tekan

3 DS : ibu klien mengatakan Perubahan Harga diri rendah


bahwa anaknya tidak percaya penampilan peran
diri dan malu
DO :
- Klien nampak selalu
menutup diri

B. Dignosa keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d defek penglihatan warna
2. Resiko terhadap cedera b.d kurangnya interpretasi warna
3. Harga diri rendah b.d Gangguan konsep diri

C. Intervensi

NO DIAGNOSA NOC NIC

1 Gangguan sensori Fungsi sensori : Peningkatan komunikasi : defisit


persepsi penglihatan penglihatan
(penglihatan) b.d
defek penglihatan Indikator : Aktivitas :
warna 1. Ketajaman penglihatan 1. Catat reaksi pasien terhadap rusaknya
pusat (kiri dan kanan) penglihatan (misal, depresi, menarik
2. Ketajaman penglihatan diri, dan menolak kenyataan)
sekitar (kiri dan kanan) 2. Menerima reaksi pasien terhadap
3. Lapang pandang pusat defisiensi penglihatan warna yang
(kiri dan kanan) dimiliki
4. Lapang pandang 3. Andalkan penglihatan pasien yang
sekitar (kiri dan kanan) tersisa sebagaimana mestinya.
5. Respon untuk
rangsangan Terapi kegiatan
penglihatan Aktivitas :
1. Tentukan komitmen pasien untuk
Kompensasi tingkah laku meningkatkan frekuensi dan/atau
penglihatan jangkauan kegiatan
Indikator: 2. Bantu untuk menemukan makna diri
1. Monitor gejala dari melalui aktivitas yang biasa (misalnya
kemunduran penglihatan bekerja) dan/atau aktivitas liburan yang
dan bentuk defisiensi disukai
buta warna yang dialami 3. Bantu memilih kegiatan yang sesuai
2. Posisikan sendiri untuk dengan kemampuan fisik, psikologi,
kebaikan penglihatan dan social
3. Menggunakan cahaya 4. Bantu untuk memfokuskan pada apa
yang adekuat yang dapat dilakukan pasien bukan
4. Menggunakan kacamata pada kelemahan pasien
Kacamata dengan lensa 5. Bantu mengidentifikasi dan
yang memiliki filter memperoleh sumber daya yang
warna khusus diperlukan untuk kegiatan yang
dikehendaki.
Environment Management
2. Resiko terhadap Risk Control Aktivitas :
cedera b.d 1 Sediakan lingkungan yang aman untuk
kurangnya Indikator : klien
interpretasi warna 1 Kontrol faktor resiko 2 Ingatkan klien untuk tetap
bahaya lingkungan menggunakan kacamata dengan lensa
2 Mengembangkan yang berfilter warna khusus yang
strategi kontrol resiko memungkinkan klien untuk
3 Mengatur strategi menginterpretasikan warna dengan
kontrol bahaya yang baik dan dapat menghindari diri dari
diperlukan cidera
4 Menyatakan resiko 3 Menganjurkan keluarga untuk
5 Modifikasi gaya hidup menemani klien.
untuk menurunkan 4 Memindahkan barang-barang yang
resiko dapat membahayakan
6 Menghindari paparan 5 Berikan penjelasan pada pasien dan
ancaman kesehatan keluarga atau pengunjung adanya
7 Berpartisipasi dlm perubahan status kesehatan dan
skrining utk penyebab penyakit.
mengidentifikasi risiko.

3 Harga diri rendah Body image Self estem enhancement


b.d Gangguan
konsep diri Indikator : Aktivitas :
1. Menerima bagian tubuh 1 Monitor pernyataan pasien tentang
yang mengalami dirinya
gangguan 2 Bantu pasien untuk meningkatkan
2. Puas dengan penilaian dirinya terhadap
penampilan tubuh penghargaan dirinya
3. Puas dengan fungsi 3 Bantu pasien untuk meningkatkan
tubuh kepercayaan dirinya
4 Berikan dorongan kuat untuk pasien
5 Dorong kontak mata dalam
komunikasi dengan semua orang
6 Berikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga
7 Berikan pendidikan kesehatan pada
klien tentang penyakit

D. Implmentasi
Tgl / Hasil/
No Diagnosa Implementasi Paraf
Jam Respon
1 28  Klien senang
Maret Gangguan sensori Peningkatan dengan
2019 persepsi komunikasi : defisit menggambar
(penglihatan) b.d penglihatan
defek penglihatan
warna Aktivitas :
1. Mencatat reaksi
pasien
2. Menerima reaksi
pasien terhadap
defisiensi
penglihatan
warna yang
dimiliki
3. Mengandalkan
penglihatan
pasien yang
tersisa
sebagaimana
mestinya. Terapi
kegiatan
4. Aktivitas :
Menentukan
komitmen pasien
untuk
meningkatkan
frekuensi
dan/atau
jangkauan
kegiatan
5. Membantu untuk
menemukan
makna diri
melalui aktivitas
yang biasa
(misalnya
bekerja) dan/atau
aktivitas liburan
yang disukai
6. Membantu
memilih kegiatan
yang sesuai
dengan
kemampuan fisik,
psikologi, dan
social
7. Membantu untuk
memfokuskan
pada apa yang
dapat dilakukan
pasien bukan
pada kelemahan
pasien
8. Membantu
mengidentifikasi
dan memperoleh
sumber daya yang
diperlukan untuk
kegiatan yang
dikehendaki.
2 28 Maret Environment  Klien tampak
2019 Resiko terhadap Management nyaman denga
cedera b.d Aktivitas : lingkungannya
kurangnya 1. Menyediakan  Klien nampak
interpretasi warna lingkungan yang selalu
aman untuk klien
2. Mengingatkan memakai kaca
klien untuk tetap mata
menggunakan  Keluarga
kacamata dengan nampak selalu
lensa yang menemani
berfilter warna klien
khusus yang  Kelaurga klien
memungkinkan nampak selalu
klien untuk menjaga klien
menginterpretasik dari bahaya
an warna dengan  Keluarga
baik dan dapat mengerti apa
menghindari diri yang dijelskan
dari cidera perawat
3. Menganjurkan
keluarga untuk
menemani klien.
4. Memindahkan
barang-barang
yang dapat
membahayakan
5. Memberikan
penjelasan pada
pasien dan
keluarga atau
pengunjung
adanya perubahan
status kesehatan
dan penyebab
penyakit.
3 28 Maret  klien nampak
2019 Harga diri rendah Self estem masih
b.d Gangguan enhancement menutup
konsep diri diri/malu
Aktivitas : 
1. Monitor
pernyataan pasien
tentang dirinya
2. Membantu pasien
untuk
meningkatkan
penilaian dirinya
terhadap
penghargaan
dirinya
3. Membantu pasien
untuk
meningkatkan
kepercayaan
dirinya
4. Memberikan
dorongan kuat
untuk pasien
5. Mendorong
kontak mata
dalam
komunikasi
dengan semua
orang
6. Memberikan
pendidikan
kesehatan kepada
keluarga
7. Memberikan
pendidikan
kesehatan pada
klien tentang
penyakit
4 29 Maret  Klien
2019 Gangguan sensori Peningkatan mengatakan
persepsi komunikasi : defisit akan
(penglihatan) b.d penglihatan melakukan
defek penglihatan aktivitas
warna Aktivitas : secara berkal
1. Mencatat reaksi
pasien terhadap
rusaknya
penglihatan
(misal, depresi,
menarik diri, dan
menolak
kenyataan)
2. Menerima reaksi
pasien terhadap
defisiensi
penglihatan
warna yang
dimiliki
3. Mengandalkan
penglihatan
pasien yang
tersisa
sebagaimana
mestinya. Terapi
kegiatan
4. Aktivitas :
Menentukan
komitmen pasien
untuk
meningkatkan
frekuensi
dan/atau
jangkauan
kegiatan
5. Membantu untuk
menemukan
makna diri
melalui aktivitas
yang biasa
(misalnya
bekerja) dan/atau
aktivitas liburan
yang disukai
6. Membantu
memilih kegiatan
yang sesuai
dengan
kemampuan fisik,
psikologi, dan
social
7. Membantu untuk
memfokuskan
pada apa yang
dapat dilakukan
pasien bukan
pada kelemahan
pasien
8. Membantu
mengidentifikasi
dan memperoleh
sumber daya yang
diperlukan untuk
kegiatan yang
dikehendaki.

5 29 Environment  Klien senang


Maret Resiko terhadap Management dengan
2019 cedera b.d Aktivitas : menggambar
kurangnya 1. Menyediakan
interpretasi warna lingkungan yang
aman untuk
klien
2. Menegingatkan
klien untuk tetap
menggunakan
kacamata
dengan lensa
yang berfilter
warna khusus
yang
memungkinkan
klien untuk
menginterpretasi
kan warna
dengan baik dan
dapat
menghindari diri
dari cidera
3. Menganjurkan
keluarga untuk
menemani klien.
4. Memindahkan
barang-barang
yang dapat
membahayakan
5. Memberikan
penjelasan pada
pasien dan
keluarga atau
pengunjung
adanya
perubahan status
kesehatan dan
penyebab
penyakit.
6 29 Maret  Klien tampak
2019 Harga diri rendah Self estem nyaman denga
b.d Gangguan enhancement lingkungannya
konsep diri  Klien nampak
Aktivitas : selalu
1. Monitor memakai kaca
pernyataan pasien mata
tentang dirinya  Keluarga
2. Membantu pasien nampak selalu
untuk menemani
meningkatkan klien
penilaian dirinya  Kelaurga klien
terhadap nampak selalu
penghargaan menjaga klien
dirinya dari bahaya
3. Membantu pasien  Keluarga
untuk mengerti apa
meningkatkan yang dijelskan
kepercayaan perawat
dirinya
4. Memberikan
dorongan kuat
untuk pasien
5. Mendorong
kontak mata
dalam
komunikasi
dengan semua
orang
6. Memberikan
pendidikan
kesehatan kepada
keluarga
7. Memberikan
pendidikan
kesehatan pada
klien tentang
penyakit

E. Evaluasi
No Tgl/Jam Diagnosa Perekmbangan Pasien Pelaksana
1 28 Maret S : Ibu klien mengatakan
2019 Gangguan sensori persepsi anaknya sulit
(penglihatan) b.d defek membedakan warna, ibu
penglihatan warna klien juga mengatakan
bahwa anaknya mengeluh
malu terhadap dirinya
sendiri karena tidak bisa
membedakan warna

O:
- klien tidak bisa membaca
wana dengan benar
- ERG: defisiensi salah satu
sel kerucut
- Oftalmoskop :Retina
berwarna kuning-merah
dengan bercak-bercak hitam.

A : masalah belum teratasi

P : intervensi di lanjutkan
2 28 Maret S : Ibu klien mengatakan bahwa
2019 Resiko terhadap cedera b.d anaknya sulit membedakan warna
kurangnya interpretasi – warna yang An.A lihat dia
warna selalu menukar nama warna.

O : Inspeksi: adanya
pembengkakan, kemerahan dan
tumor
Palpasi: nyeri tekan

A : masalah belum teratasi


P : intervensi dilanjutkan
3 28 Maret S : ibu klien mengatakan bahwa
2019 Harga diri rendah b.d anaknya tidak mau pergi sekolah
Gangguan konsep diri karena sering di ejek – ejek
dengan teman - temannya

O:
- Klien nampak selalu menutup
diri

A : masalah teratasi

P : pertahankan intervensi
4 28 Maret DS : Ibu klien mengatakan
2019 Gangguan sensori persepsi anaknya sulit mengikuti pelajaran
(penglihatan) b.d defek di sekolah yang berhubungan
penglihatan warna dengan warna

DO :
- klien tidak bisa membaca
wana dengan benar
- ERG: defisiensi salah satu
sel kerucut
- Oftalmoskop :Retina
berwarna kuning-merah
dengan bercak-bercak hitam.

A : masalah belum terasi

P : intervesi di lanjutkan
5 29 Maret S : Ibu klien mengatakan bahwa
2019 Resiko terhadap cedera b.d anaknya sulit membedakan warna
kurangnya interpretasi – warna yang An.F lihat dia selalu
warna menukar nama warna.

O : Inspeksi: adanya
pembengkakan, kemerahan dan
tumor
Palpasi: nyeri tekan
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
6 29 Maret S : ibu klien mengatakan bahwa
2019 Harga diri rendah b.d anaknya tidak mau pergi sekolah
Gangguan konsep diri karena sering di ejek – ejek
dengan teman - temannya

O:
- Klien nampak selalu menutup
diri

A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
BAB IV
PENUTUP

A. Ringkasan penyakit

Buta warna adalah suatu gangguan genetik terkait kromosom sex yang disebabkan oleh
defisiensi salah satu dari ketiga foto pigmen. Yang terdiri dari sinar-sinar merah, hijau dan biru. Buta
warna umumnya lebih banyak terdapat pada pria daripada wanita.
Klasifikasi buta warna terdiri atas :

1. Tipe Trikromat
2. Tipe Dikromat
3. Tipe Monokromat

Pemerikasaan Buta warna dilakukan dengan Tes Ishihara.

A. Kesimpulan
Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna. Pasien tidak atau kurang
dapat membedakan warna yang didapat dari faktor keturunan ataupun didapatkan akibat penyakit
tertentu.
Ciri-ciri seorang buta warna adalah retina tidak mampu merespon warna dengan semestinya.
Sel-sel kerucut di dalam retina mata mengalami pelemahan atau kerusakan permanen.Buta warna
merupakan kecacatan yang disebabkan oleh gen resesif c (color blind) yang terdapat pada kromsom X
Jumlah penderita buta warna di dunia, kira-kira 5-8% pria dan 0,5% wanita dilahirkan buta
warna.
Buta warna dibedakan menjadi tiga yaitu Monokromat, dikromat dan trikomat
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, S. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Hal 83-88.
Jakarta: Balai penerbit FKUI.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23511/4/Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 13


November 2013.

Taufan Nugroho. Januari 2013. Buku buta warna dan strabismus

Anda mungkin juga menyukai

  • Askep Urinaria
    Askep Urinaria
    Dokumen19 halaman
    Askep Urinaria
    anon_920620158
    Belum ada peringkat
  • Anc 1 PDF
    Anc 1 PDF
    Dokumen21 halaman
    Anc 1 PDF
    Sri Rahmayuni
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Buta Warna
    Bab 1 Buta Warna
    Dokumen26 halaman
    Bab 1 Buta Warna
    anon_920620158
    Belum ada peringkat
  • 51 99 1 SM
    51 99 1 SM
    Dokumen9 halaman
    51 99 1 SM
    Dasto Jhonsaves
    Belum ada peringkat
  • Gastritis
    Gastritis
    Dokumen28 halaman
    Gastritis
    anon_920620158
    Belum ada peringkat
  • Gastritis
    Gastritis
    Dokumen28 halaman
    Gastritis
    anon_920620158
    Belum ada peringkat
  • Askep Mole
    Askep Mole
    Dokumen2 halaman
    Askep Mole
    anon_920620158
    Belum ada peringkat