NPM : 1601103010011
MATA KULIAH : TEORI AKUNTANSI
Cara yang mudah untuk mempelajari dan menilai teori akuntansi ialah dengan
mengklasifikasikan teori tersebut sesuai dengan asumsi-asumsi yang didasarinya, serta
pendekatan apa saja yang digunakan untuk menjelaskan dan memperkirakan kejadian
masa kini (aktual).
TEORI PRAGMATIK
Berbeda dengan teori pragmatik deskriptif, teori psikologis ini mengharuskan kita untuk
mengamati respon dari pengguna terhadap output yang diserahkan akuntan (seperti
laporan keuangan). Reaksi dari pengguna diambil sebagai bukti apakah laporan
keuangan tersebut berguna dan apakah isi laporan relevan atau tidak. Masalah yang
dihadapi adalah reaksi tiap individu penggguna laporan keuangan yang berbeda dimana
terkadang reaksi dari para pengguna tidak logis, respon tidak bagus mungkin bereaksi
yang tidak seharusnya.
Biaya historikal akuntansi juga telah dikritis atas dasar unsur sintaksis, misalnya
sehubungan dengan praktek penjumlahan uang yang berbeda jumlah yang ditentukan
untuk aktiva tertentu.
TEORI NORMATIF
Teori-teori normatif dalam periode 1950 dan 1960-an, terkonsentrasi pada memperoleh
pendapatan (laba) sebenarnya untuk periode akuntansi atau membahas jenis informasi
akuntansi yang akan berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
TEORI POSITIF
Dewasa ini, sebagian besar teori positif terutama berkaitan dengan ‘explaining
(menjelaskan)’ alasan untuk praktek saat ini dan ‘meramalkan’ peran akuntansi dan
informasi yang terkait dalam pengambilan keputusan ekonomi individu, perusahaan,
dan pihak lain yang ikut andil terhadap pengoperasian pasar dan ekonomi.
PERBEDAAN PERSPEKTIF
Pada poin ini, memfokuskan pada suatu hal yang dianggap sebagai pendekatan yang
sangat terstruktur untuk perumusan teori – pendekatan ilmiah. Pendekatan untuk
penelitian umumnya digambarkan sebagai pendekatan ilmiah dan merupakan
pendekatan saat ini yang digunakan oleh para peneliti, demikian juga dengan peneliti
akuntansi. Ada beberapa kritik dalam pendekatan ini, kebanyakan peneliti sekarang
berpendapat bahwa pendekatan yang paling tepat tergantung pada sifat dari pertanyaan
penelitian yang akan dipertimbangkan.
Setiap akhir periode, perusahaan akan menyiapkan laporan keuangan dan diaudit oleh
independent auditor. Perusahaan membuat siaran pers untuk investor dan dviser dalam
rangka laporan keuangan yang sudah diaudit dan diterbitkan didalam bursa efek.
Teori Regulasi
Alasan utama adanya campur tangan pemerintah dalam kegiatan pasar adalah demi
kepentingan publik, yang menuju pada kegagalan pasar. Kerangka teori ini adalah untuk
melindungi kepentingan konsumen dari adanya kegagalan potensial dalam pasar,
meliputi: monopoli, oligopoli, halangan untuk masuk pasar, informasi tidak sempurna
antara penjual dan pembeli, dan barang publik. Teori ini berdasarkan asumsi bahwa
Pasar Ekonomi adalah subjek dari beberapa kegagalan pasar yang mana jika dilupakan,
akan menghasilkan hasil yang tidak efisien. Berdasarkan tiga asumsi yaitu :
Kepentingan konsumen dalam bentuk legislatif melalui kegiatan pasar internal.
Ada agen yang akan memantau regulasi yang mengatas namakan “public
interest”.
Pemerintah tidak memilikiperan independen dalam perkembangan regulasi.
Walaupun tujuan sebenarnya dibuatnya peraturan pada pasar adalah untuk melindungi
kepentingan umum, namun tujuan tersebut sulit untuk tercapai karena adalah konflik
kepentingan yang dilakukan oleh pihak regulator itu sendiri. Itulah yang ingin
dijelaskan oleh teori ini. Capture Theory mengasumsikan bahwa semua anggota
economically rational, setiap orang mengejar kepentingannya masing-masing. Regulasi
memiliki potensi untuk distribusi kemakmuran. Oleh karena itu, masyarakat pasti akan
melobi sebuah peraturan demi kepentingannya.
Secara garis besar, teori ini menyatakan bahwa regulasi memiliki peran yang
sangat penting dalam pasar dan mempengaruhi posisi keuangan industri yang
merupakan bagian dari pasar tersebut. Teori ini menyarankan agar lembaga akuntansi
profesional atau sektor swasta berperan secara aktif dalam menetapkan suatu standar
yang akan digunakan dalam sistem pelaporan industri dalam pasar itu sendiri.
Kekuatan Paksaan ini adalah sumber daya potensial atau ancaman untuk semua
perusahaan, dan dengan kekuatannya pemerintah dapat melarang dan/atau untuk
memberikan pajak dan subsidi, pemerintah bisa dan dapat menolong bahkan
mematikan suatu bisnis kapan saja.
Teori ini percaya dnegan adanya Supply dan Demand, yang mana perusahaan
yang memproduksi produk tertentu akan menawarkan harga setinggi-tingginya terlebih
produk tersebut adalah barang vital bagi masyarakat, membuat masyarakat tidak bisa
berbuat banyak. Dengan kondisi seperti ini, kebijakan pemerintah hanya memberikan
manfaatnya pada produsen.
BAGAIMANA APLIKASI TEORI RAGULASI TERHADAP PRAKTIK
AKUNTANSI DAN AUDIT
Peraturan standar dilihat sebagai sebuah proses politik karena memberikan dampak
yang potensial terhadap perlakuan dari berbagai macam pihak. Oleh karena itu , pihak-
pihak terkait berusaha untuk memberikan pengaruh pada saat diperkenalkannya regulasi
tersebut. Konsep politik yang seperti ini disebut sebagai “Public Choice’.
Dalam pembahasan sebelumnya, telah disebutkan bahwa banyak pihak yang berperan
aktif dalam pelaporan keuangan, yaitu direktur perusahaan, eksekutif, manajer dan
auditor eksternal perusahaan. Aktifitas dari pihak-pihak tersebut dipengaruhi oleh
lingkungan dimana laporan keuangan tersebut berada, seperti legal, ekonomi, politik,
dan sosial. Dalam membuat kerangka peraturan untuk menyajikan laporan keuangan
terdapat beberapa elemen penting. Elemen-elemen dari kerangka peraturan yang akan
kita bahas tersebut adalah:
Agar laporan keuangan dapat dibaca dan dapat memberikan informasi yang jelas di
berbagai negara, laporan keuangan yang baik membutuhkan suatu standar yang dimana
syarat – syarat laporan keuangan untuk mencapai suatu standar tersebut harus memiliki
landasan hukum dan regulasi tertulis berupa peraturan standar akuntansi dan audit.
Namun kenyataannya, adanya perbedaan kultur, budaya, situasi politik, kenyataan di
lapangan dan faktor-faktor lainnya membuat penerapan standar akuntansi di tiap negara
berbeda-beda. Oleh karena itu, dibuatlah suatu standar akuntansi internasional agar
dapat diikuti oleh setiap negara.
Latar Belakang
Perkembangan standar akuntansi internasional dimulai dengan dibentuknya
International Accounting Standards Committee (IASC) pada 1973 di London dan
diwakili oleh 9 negara. Standar ini diharapkan menjadi standar akuntansi yang diikuti
oleh semua negara. Kemudian standar IAS mulai diikuti oleh banyak negara, terutama
negara-negara berkembang yang belum memiliki standar akuntansi, seperti di wilayah
Asia dan Afrika. Penggunaan IAS oleh banyak perusahaan menyediakan informasi yang
lebih transparan dan dapat dibandingkan. Adanya IASC mendapat banyak pujian dari
berbagai negara karena penerapannya yang luas dan dapat menggunakan pendekatan
yang berbeda dalam menetapkan standar akuntansi. Pada awalnya, penggunaan standar
IAS memperbolehkan negara-negara anggota untuk mengkombinasikannya dengan
kebijakan akuntansi di negaranya. Namun pada tahun 1980an, demi meningkatkan
kualitas IASC, dilakukan pengembangan lebih lanjut untuk mengurangi beberapa
perlakuan opsional pada beberapa negara.
Peran penting IASB yang sangat krusial adalah pada tahun 2002, European
Commission (EC) memustuskan bahwa penggunaan IASB sebagai standar akuntansi
dimulai pada tahun 2005, sehingga semua perusahaan di wilayah Uni Eropa harus
mengadopsi IASB sebagai standar akuntansi. Hal ini menjadi sebuah langkah
fundamental dalam mempromosikan laporan keuangan yang lebih transparan dan dapat
dibandingkan oleh perusahaan-perusahaan Eropa. Keputusan tersebut membuat
kebingungan massal di negara-negara Uni Eropa. Oleh karena itu dibutuhkan langkah-
langkah strategis. Pertama, standar IASB sudah harus fixed dan stabil peraturannya
pada 1 Maret 2004, untuk kemudian ditinjau ulang oleh Accounting Regulatory
Committee (ARC) apakah IASB dapat digunakan di Uni Eropa, mengingat IASB
memiliki banyak pekerjaan rumah dan waktu yang sempit untuk memfinalisasi standar.
Kedua, Setiap anggota Uni Eropa harus bersiap mengadopsi IASB dengan
pertimbangan apakah IFRS dapat diintegrasikan dengan standar pelaporan keuangan
nasional. Ketiga, profesi akuntansi, termasuk akuntan independen dan auditor eksternal,
harus bersiap mengadopsi IFRS sehingga dibutuhkan pelatihan-pelatihan teknis. Setiap
karyawan perusahaan juga harus memahami IFRS. Perusahaan harus merevisi sistem
pencatatannya dengan IFRS dan mereka juga harus mengkomunikasikan adopsi IFRS
tersebut kepada para investor dan pemegang saham.
IASB diperuntukkan untuk sektor swasta. Untuk sektor publik, diperlukan suatu
pendekatan yang berbeda dikarenakan tujuan dari lembaga/badan publik berbeda
dengan tujuan perusahaan swasta yang mengedepankan profit. Pada kasus di Indonesia,
PSAK 45 yang mengatur tentang organisasi nirlaba berdasarkan pada International
Public Sector Accounting Standard (IPSAS). Pencatatan dilakukan dengan basis akrual
dengan mengacu kepada IFRS, sepanjang ketentuan- ketentuan yang ada di IFRS dapat
diaplikasikan pada sektor publik.
Penerapan standar auditing pertama yang tercatat terdapat di Amerika Serikat yang
dilakukan oleh American Institute of Accountants pada tahun 1939. Tujuannya adalah
bertanggung jawab dalam mempertahankan standar etis, termasuk dalam
mendisiplinkan anggota yang tidak mengikuti standar akuntansi dan audit. Namun,
peraturan ini dianggap lemah dikarenakan belum adanya persyaratan hukum untuk para
akuntan yang ingin bergabung di dalamnya. Sampai pada tahun 1960-an, peraturan
tersebut mulai dihidupkan kembali oleh The American Institute of CPA walaupun
bersifat sukarela.