Anda di halaman 1dari 12

NAMA : NINDA ARUMDALU

NPM : 1601103010011
MATA KULIAH : TEORI AKUNTANSI

BAB 2. PEMBENTUKAN TEORI AKUNTANSI

Cara yang mudah untuk mempelajari dan menilai teori akuntansi ialah dengan
mengklasifikasikan teori tersebut sesuai dengan asumsi-asumsi yang didasarinya, serta
pendekatan apa saja yang digunakan untuk menjelaskan dan memperkirakan kejadian
masa kini (aktual).

Beberapa klasifikasi yang terbukti paling banyak digunakan adalah pendekatan


pragmatis, sintaksis, normatif, positif, dan naturalistik. Pendekatan pragmatis—
didasarkan dengan cara mengamati perilaku akuntan atau mereka yang menggunakan
informasi yang dihasilkan oleh akuntan. Pendekatan sintaktik—didasarkan pada
argumen yang logis, berdasarkan seperangkat premis, dan pendekatan semantik
menyangkut bagaimana teori sesuai dengan peristiwa dunia nyata. Teori normatif—
bergantung pada pendekatan semantik dan sintaksis. Pendekatan positif—menguji
hipotesa terhadap peristiwa aktual, dan pendekatan naturalistik—mempertimbangkan
kasus individu dan tidak mencoba untuk menggeneralisasinya.

 TEORI PRAGMATIK

Pendekatan Pragmatis Deskriptif

Pendekatan pragmatis deskriptif dalam konstruksi teori akuntansi adalah sebuah


pendekatan induktif, yaitu didasarkan pada pengamatan berkesinambungan dari perilaku
akuntan untuk menyalin prosedur dan prinsip akuntansi mereka. Karenanya, sebuah
teori dapat dikembangkan dari pengamatan tentang bagaimana seorang akuntan
bertindak dalam situasi tertentu. Teori dapat diuji dengan mengamati apakah akuntan
melakukan sesuatu, pada kenyataannya, bertindak seperti yang disarankan teori.
Sterling, menyebut metode ini sebagai ‘pendekatan anthopologis’.

Pendekatan pragmatis deskriptif mungkin dapat dikatakan sebagai metode konstruksi


teori akuntansi tertua dan paling umum digunakan.
Kritik terhadap pendekatan pragmatis deskriptif:

 Tidak melibatkan judgment analitik, yaitu tidak termasuk penilaian analisis


kualitas tindakan akuntan dan tidak ada penilaian apakah akuntan melaporkan
dalam cara yang seharusnya.
 Tidak memberikan tantangan pada perubahan teknik akuntansi, sehingga tekni
ini tidak boleh diubah.
 Fokus pada perilaku akuntansi, tidak pada pengukuran atribut-atribut apa saja
yang ada dalam perusahaan, seperti aset, kewajiban dan laba.

Pendekatan Pragmatik Psikologi

Berbeda dengan teori pragmatik deskriptif, teori psikologis ini mengharuskan kita untuk
mengamati respon dari pengguna terhadap output yang diserahkan akuntan (seperti
laporan keuangan). Reaksi dari pengguna diambil sebagai bukti apakah laporan
keuangan tersebut berguna dan apakah isi laporan relevan atau tidak. Masalah yang
dihadapi adalah reaksi tiap individu penggguna laporan keuangan yang berbeda dimana
terkadang reaksi dari para pengguna tidak logis, respon tidak bagus mungkin bereaksi
yang tidak seharusnya.

 TEORI SINTAKTIK DAN SEMANTIK

Dalam teori sintaktik membahas mengenai pengukuran, pengukuran, dan penyajian


elemen-elemen dalam statemen keuangan serta struktur akuntansi. Teori sintaktik
menjelaskan bagaimana cara mencatat dan melaporkan berbagai transaksi dan kejadian
berdasarkan asumsi yang ditetapkan dalam laporan keuangan.

Sedangkan teori semantik menginterpresentasikan suatu penafsiran antara akuntan dan


pemakai laporan keuangan harus sesuai dan sama. Teori ini hanya menekankan pada
inputannya bukan pada hasilnya.

Biaya historikal akuntansi juga telah dikritis atas dasar unsur sintaksis, misalnya
sehubungan dengan praktek penjumlahan uang yang berbeda jumlah yang ditentukan
untuk aktiva tertentu.
 TEORI NORMATIF

Teori-teori normatif dalam periode 1950 dan 1960-an, terkonsentrasi pada memperoleh
pendapatan (laba) sebenarnya untuk periode akuntansi atau membahas jenis informasi
akuntansi yang akan berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Pendapatan Sebenarnya: terkonsentrasi pada menurunkan ukuran tunggal aset dan


bilangan keuntungan yang unik (dan benar). Namun, tidak ada kesepakatan mengenai
apa yang merupakan ukuran yang benar atau nilai keuntungan yang benar.

Keputusan kegunaan: mengasumsikan bahwa tujuan dasar akuntansi adalah untuk


membantu proses pengambilan keputasan tertentu ‘pengguna’ dari laporan akuntansi
dengan menyediakan data akuntansi yang bermanfaat, atau relevan, misalnya untuk
membantu investor (sekarang atau potensial) memutuskan apakah akan membeli,
menahan atau justru menjual saham.

Teori normatif memiliki asumsi sebagai berikut:

 Akuntansi haruslah suatu sistem pengukuran


 Keuntungan dan nilai dapat diukur dengan benar
 Akuntansi keuangan berguna untuk membuat keputusan ekonomi
 Pasar tidak efisien atau mudah tertipu oleh ‘akuntan kreatif’
 Akuntansi konvensional tidak efisien (dalam konteks informasi)
 Tidak ada ukuran keuntungan seorang yang unik.

 TEORI POSITIF

Positivisme atau empirisme merupakan pengujian atau berkaitan hipotesis teori


akuntansi atau kembali ke pengalaman atau fakta-fakta dari dunia nyata. Penelitian
akuntansi positif pertama kali ialah berfokus pada pengujian empiris beberapa asumsi
yang dibuat oleh teori akuntansi normatif.

Dewasa ini, sebagian besar teori positif terutama berkaitan dengan ‘explaining
(menjelaskan)’ alasan untuk praktek saat ini dan ‘meramalkan’ peran akuntansi dan
informasi yang terkait dalam pengambilan keputusan ekonomi individu, perusahaan,
dan pihak lain yang ikut andil terhadap pengoperasian pasar dan ekonomi.
 PERBEDAAN PERSPEKTIF

Pada poin ini, memfokuskan pada suatu hal yang dianggap sebagai pendekatan yang
sangat terstruktur untuk perumusan teori – pendekatan ilmiah. Pendekatan untuk
penelitian umumnya digambarkan sebagai pendekatan ilmiah dan merupakan
pendekatan saat ini yang digunakan oleh para peneliti, demikian juga dengan peneliti
akuntansi. Ada beberapa kritik dalam pendekatan ini, kebanyakan peneliti sekarang
berpendapat bahwa pendekatan yang paling tepat tergantung pada sifat dari pertanyaan
penelitian yang akan dipertimbangkan.

Pendekatan ini memiliki 2 implikasi:

 Tidak memiliki prasangka asumsi atu teori


 Fokus pada masalah spesifik perusahaan.

Pendakatan naturalis ini merupakan pendekatan yang menyesuaikan dengan


kenyataannya, yaitu akuntansi sebagai konstruksi sosial. Terdapat enam asumsi dasar
ontologis yaitu:

 Merupakan struktur yang kongkrit


 Merupakan proses yang kongkrit
 Informasi yang kontekstual
 Proses interaksi
 Konstruksi sosial
 Proyeksi imaginasi

Pendekatan ilmiah didasarkan pada pengetahuan terdahulu atau dasar pembentukan


teori yang sudah diakui, apabila tidak terjadi kesesuain anatara hasil observasi atau
teori, maka perbedaan tersebut diperlakukan sebagai anomali yang merupakan objek
untuk diteliti sehingga dapat ditemukan penjelasannya.
BAB 3. APPLYING THEORY TO ACCOUNTINGREGULATION

Setiap akhir periode, perusahaan akan menyiapkan laporan keuangan dan diaudit oleh
independent auditor. Perusahaan membuat siaran pers untuk investor dan dviser dalam
rangka laporan keuangan yang sudah diaudit dan diterbitkan didalam bursa efek.

Dalam bukunya godfrey mengemukakan sejumlah teori yang relevan terhadap


praktik akuntansi dan audit, yaitu teori efficient market dan teori keagenan untuk
memahami penentuan dimana laporan keuangan terjadi. Ada tiga teori khusus untuk
regulasinya, khususnya peraturan dalam Pasar Modal. Teori tersebut adalah Public
Interest, Regulatory Capture dan Private Interest.

 TEORI DARI PERATURAN YANG RELEVAN UNTUK AKUNTANSI


DAN AUDIT

Teori Efficient Markets


Para ekonom pasar bebas membantah bahwa pasar akan berfungsi sangat baik tanpa
adanya campur tangan pemerintah, dan maksimum efisiensi dicapai dengan Supply dan
Demand untuk mendikte perilaku pasar. Dalam pasar modal dunia internasional Supply
dan Demand sangat berpengaruh dalam arus informasi dan penanaman modal. Namun
pemerintah juga berperan aktif di dalam pasar, tidak hanya mengatur kegiatan pasara
tetapi juga menyediakan informasi mengenai kondisi pasa modal. Campur tangan
pemerintah dapat membantu perkembangan pasar dan pertumbuhan pasar.

Akuntansi dapat memberikan informasi perusahaan. Advokat dari pendekatan


pasar modal membantah bahwa informasi akuntansi seperti produk lain, ada Demand
dan Supply. Demand untuk informasi akuntansi oleh user dan Supply informasi
tersebut diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Dapat disimpulkan
equilibriumnya adalah informasi akuntansi.

Walaupun aturan pasar benar-benar diberlakukan untuk informasi akuntansi,


sebuah dewan yang membuat aturan harus membuat suatu aturan untuk mengatur
informasi apa saja yang dapat diakses secara bebas oleh semua pihak. Nilai dari
informasi yang dihasilkan oleh perusahaan kepada ‘user’ akan sangat tinggi apabila
dapat dibandingkan dnegan informasi perusahaan lain di industri yang serupa.
Teori Keagenan

Permintaan informasi keuangan bisa dikategorikan sebagai stewardship atau bertujuan


decision-making. Atkinson dan Feltham mengemukakan bahwa teori keagenan
mempertimbangkan sebagian besar untuk stewardship. Teori ini menekankan pada
hubungan dimana kesejahteraan satu orang dipercayakan ke satu yang lain (Contoh:
Manajer). Teori ini merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi
keuangan dengan menambahkan variabel aspek perilaku manusia karena pada dasarnya
hubungan antara pemilik dan manajer pada hakikatnya sukar tercipta karena adanya
kepentingan yang bertolak belakang. Atkinson dan Feltham menjelaskan permintaan
untuk pelayanan informasi tersebut berhubungan dengan keinginan untuk memotivasi
agen dan mendistribusikan resiko secara efisien.

Permintaan informasi untuk kepentingan decision-making berhubungan dengan


peran informasi dalam statistical decision theory. Informasi akan berharga apabila
informasi dapat meningkatkan alokasi sumberdaya dan resiko dalam perekonomian.
Atau paling tidak mengurangi ketidakpastian. Ketidakpastian dalam teori agen
diklasifikasikan menjadi ex ante dan ex post. Ex ante disebut juga sebelum kejadian,
ketidakpastian muncul pada saat keputusan dibuat, seperti ketidakpastian mengenai
kejadian yang berpengaruh dalam produksi, atau ketidakpsatian mengenai keahlian
manajer itu sendiri. Ex post disebut juga setelah kejadian, ketidakpastian muncul setelah
keputusan dibuat dan hasil sudah terlihat. Teori agen fokus pada dampak alternatif yang
akan memberikan efek ketidakpastian ex post

Teori Regulasi

a) Teori Kepentingan Publik

Alasan utama adanya campur tangan pemerintah dalam kegiatan pasar adalah demi
kepentingan publik, yang menuju pada kegagalan pasar. Kerangka teori ini adalah untuk
melindungi kepentingan konsumen dari adanya kegagalan potensial dalam pasar,
meliputi: monopoli, oligopoli, halangan untuk masuk pasar, informasi tidak sempurna
antara penjual dan pembeli, dan barang publik. Teori ini berdasarkan asumsi bahwa
Pasar Ekonomi adalah subjek dari beberapa kegagalan pasar yang mana jika dilupakan,
akan menghasilkan hasil yang tidak efisien. Berdasarkan tiga asumsi yaitu :
 Kepentingan konsumen dalam bentuk legislatif melalui kegiatan pasar internal.
 Ada agen yang akan memantau regulasi yang mengatas namakan “public
interest”.
 Pemerintah tidak memilikiperan independen dalam perkembangan regulasi.

Regulatory Capture Theory

Walaupun tujuan sebenarnya dibuatnya peraturan pada pasar adalah untuk melindungi
kepentingan umum, namun tujuan tersebut sulit untuk tercapai karena adalah konflik
kepentingan yang dilakukan oleh pihak regulator itu sendiri. Itulah yang ingin
dijelaskan oleh teori ini. Capture Theory mengasumsikan bahwa semua anggota
economically rational, setiap orang mengejar kepentingannya masing-masing. Regulasi
memiliki potensi untuk distribusi kemakmuran. Oleh karena itu, masyarakat pasti akan
melobi sebuah peraturan demi kepentingannya.

Secara garis besar, teori ini menyatakan bahwa regulasi memiliki peran yang
sangat penting dalam pasar dan mempengaruhi posisi keuangan industri yang
merupakan bagian dari pasar tersebut. Teori ini menyarankan agar lembaga akuntansi
profesional atau sektor swasta berperan secara aktif dalam menetapkan suatu standar
yang akan digunakan dalam sistem pelaporan industri dalam pasar itu sendiri.

Teori Kepentingan Pribadi

Kekuatan Paksaan ini adalah sumber daya potensial atau ancaman untuk semua
perusahaan, dan dengan kekuatannya pemerintah dapat melarang dan/atau untuk
memberikan pajak dan subsidi, pemerintah bisa dan dapat menolong bahkan
mematikan suatu bisnis kapan saja.

Teori ini percaya dnegan adanya Supply dan Demand, yang mana perusahaan
yang memproduksi produk tertentu akan menawarkan harga setinggi-tingginya terlebih
produk tersebut adalah barang vital bagi masyarakat, membuat masyarakat tidak bisa
berbuat banyak. Dengan kondisi seperti ini, kebijakan pemerintah hanya memberikan
manfaatnya pada produsen.
 BAGAIMANA APLIKASI TEORI RAGULASI TERHADAP PRAKTIK
AKUNTANSI DAN AUDIT

Aplikasi Teori Kepentingan Publik

Dalam Teori Kepentingan Publik , pemerintah melakukan campur tangan dalam


pembuatan peraturan pada pelaporan keuangan sebagi respon dari kegagalan pasar
dalam memenuhi kepentingan publik. Mekanisme pasar telah gagal dalam menciptakan
pasar yang efisien sehingga tindakan dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk
keberlanjutan yang lebih baik.

Banyaknya perusahaan yang mengalami kebangkrutan merupakan sebuah


indikasi adanya pelanggaran serius dari kondisi pasar yang kompetitif. Pelanggaran-
pelanggaran tersebut disebabkan oleh informasi yang asimetris antara penawaran
(Manajemen dan Akuntan) dengan pihak eksternal pemakai laopran keuangan (investor)
yang tidak mengerti mengenai informasi akuntansi yang mereka butuhkan dan/atau
tidak mampu untuk menentukan nilai dari informasi akuntansi yang mereka terima.
Selanjutnya, informasi akuntansi dapat dilihat sebagai „public good‟ yang mana
mengarahkan pada divergensi antara biaya marginal dan (a) manfaatnya untuk para
pemakai inforrmasi keuangan dan juga (b) pembuat informasinya (manajemen).
Sebelum campur tangan dari pemerintah , standar informasi tidak secara resmi diatur.
Manajer dan para akuntan membuat laporan keuangan yang menguntungkan pihak
internal perusahaan. Mereka lebih fokus dalam membuat laporan keuangan yang
membuat citra perusahaan semakin bagus dan dapat menarik sebanyak- banyaknya
investor.
Oleh karena itu, teori ini menyarankan agar pemerintah turut ikut campur tangan
dalam mengatur standar akutansi untuk memperbaiki kegagalan pasar. Sebagai hasilnya,
dunia pasar modal pun kembali dipercayai oleh para investor.

Aplikasi Teori Kepentingan Pribadi


Teori Kepentingan Pribadi memberikan pendekatan lain dalam memahami dorongan
dorangan apa saja yang mempengaruhi suatu pihak dalam proses penetapan peraturan
standar laporan keuangan. Rahman berusaha menerapkan Teori Kepentingan Pribadi
dalam dalam pembentukan ASRB.
Keterbatasan dari teori-teori tersebut adalah bahwa ketidakmampuannya untuk
berdiri sendiri. Hal ini berarti bahwa teori-teori yang lain mungkin mampu menjelaskan
secara lebih baik mengenai isu-isu tersebut. Penjelasan dari satu teori belum tentu lebih
jelas dan dapat terus di pertahankan. Contohnya adalah tindakan dari Sarbanes-Oxley
dapat di tentang bahwa pemerintah Amerika berkewajiban untuk bertanggung jawab
terkait bangkrutnya Enron, agar menunjukan bahwa pemerintahan memeberikan
perhtian besar terhadap masalah-masalah terkait tata kelola perusahaan.

Penentuan Standar sebagai Proses Politik

Peraturan standar dilihat sebagai sebuah proses politik karena memberikan dampak
yang potensial terhadap perlakuan dari berbagai macam pihak. Oleh karena itu , pihak-
pihak terkait berusaha untuk memberikan pengaruh pada saat diperkenalkannya regulasi
tersebut. Konsep politik yang seperti ini disebut sebagai “Public Choice’.

 KERANGKA REGULASI UNTUK LAPORAN KEUANGAN

Dalam pembahasan sebelumnya, telah disebutkan bahwa banyak pihak yang berperan
aktif dalam pelaporan keuangan, yaitu direktur perusahaan, eksekutif, manajer dan
auditor eksternal perusahaan. Aktifitas dari pihak-pihak tersebut dipengaruhi oleh
lingkungan dimana laporan keuangan tersebut berada, seperti legal, ekonomi, politik,
dan sosial. Dalam membuat kerangka peraturan untuk menyajikan laporan keuangan
terdapat beberapa elemen penting. Elemen-elemen dari kerangka peraturan yang akan
kita bahas tersebut adalah:

 Statutory requirements (Persyaratan hukum)


 Corporate governance (Tata kelola perusahaan)
 Auditor and oversight (Auditor dan pengawasan)
 Independent enforcement bodies (Badan penegak independen)
 STRUKTUR ORGANISASI YANG MENGATUR STANDAR
AKUNTANSI DAN AUDIT

Agar laporan keuangan dapat dibaca dan dapat memberikan informasi yang jelas di
berbagai negara, laporan keuangan yang baik membutuhkan suatu standar yang dimana
syarat – syarat laporan keuangan untuk mencapai suatu standar tersebut harus memiliki
landasan hukum dan regulasi tertulis berupa peraturan standar akuntansi dan audit.
Namun kenyataannya, adanya perbedaan kultur, budaya, situasi politik, kenyataan di
lapangan dan faktor-faktor lainnya membuat penerapan standar akuntansi di tiap negara
berbeda-beda. Oleh karena itu, dibuatlah suatu standar akuntansi internasional agar
dapat diikuti oleh setiap negara.

Latar Belakang
Perkembangan standar akuntansi internasional dimulai dengan dibentuknya
International Accounting Standards Committee (IASC) pada 1973 di London dan
diwakili oleh 9 negara. Standar ini diharapkan menjadi standar akuntansi yang diikuti
oleh semua negara. Kemudian standar IAS mulai diikuti oleh banyak negara, terutama
negara-negara berkembang yang belum memiliki standar akuntansi, seperti di wilayah
Asia dan Afrika. Penggunaan IAS oleh banyak perusahaan menyediakan informasi yang
lebih transparan dan dapat dibandingkan. Adanya IASC mendapat banyak pujian dari
berbagai negara karena penerapannya yang luas dan dapat menggunakan pendekatan
yang berbeda dalam menetapkan standar akuntansi. Pada awalnya, penggunaan standar
IAS memperbolehkan negara-negara anggota untuk mengkombinasikannya dengan
kebijakan akuntansi di negaranya. Namun pada tahun 1980an, demi meningkatkan
kualitas IASC, dilakukan pengembangan lebih lanjut untuk mengurangi beberapa
perlakuan opsional pada beberapa negara.
Peran penting IASB yang sangat krusial adalah pada tahun 2002, European
Commission (EC) memustuskan bahwa penggunaan IASB sebagai standar akuntansi
dimulai pada tahun 2005, sehingga semua perusahaan di wilayah Uni Eropa harus
mengadopsi IASB sebagai standar akuntansi. Hal ini menjadi sebuah langkah
fundamental dalam mempromosikan laporan keuangan yang lebih transparan dan dapat
dibandingkan oleh perusahaan-perusahaan Eropa. Keputusan tersebut membuat
kebingungan massal di negara-negara Uni Eropa. Oleh karena itu dibutuhkan langkah-
langkah strategis. Pertama, standar IASB sudah harus fixed dan stabil peraturannya
pada 1 Maret 2004, untuk kemudian ditinjau ulang oleh Accounting Regulatory
Committee (ARC) apakah IASB dapat digunakan di Uni Eropa, mengingat IASB
memiliki banyak pekerjaan rumah dan waktu yang sempit untuk memfinalisasi standar.
Kedua, Setiap anggota Uni Eropa harus bersiap mengadopsi IASB dengan
pertimbangan apakah IFRS dapat diintegrasikan dengan standar pelaporan keuangan
nasional. Ketiga, profesi akuntansi, termasuk akuntan independen dan auditor eksternal,
harus bersiap mengadopsi IFRS sehingga dibutuhkan pelatihan-pelatihan teknis. Setiap
karyawan perusahaan juga harus memahami IFRS. Perusahaan harus merevisi sistem
pencatatannya dengan IFRS dan mereka juga harus mengkomunikasikan adopsi IFRS
tersebut kepada para investor dan pemegang saham.

Konvergensi IASB dan FASB


Program konvergensi IASB dan FASB dimulai melalui perjanjian Norwalk pada tahun
2002. FASB yang telah lama berdiri sejak tahun 1973 dan digunakan sebagai standar
akuntansi di hampir seluruh dunia, telah mempertimbangkan penggunaan standar
Internasional IASB di Amerika Serikat. Beberapa perusahaan sudah mengungkapkan
kesediaannya untuk penggunaan standar IASB, walaupun hingga tahun 2007, US Stock
Exchange Commission (SEC) masih mempertahankan tentang perlunya dilakukan
rekonsiliasi antara IFRS dan US GAAP. Namun mulai banyaknya perusahaan di dunia
yang mulai menggunakan IFRS sebagai standar akuntansinya memberikan tekanan
untuk tidak melakukan rekonsiliasi terhadap US GAAP. Dan pada tahun 2007, SEC pun
mengizinkan perusahaan asing yang menggunakan IFRS agar tidak perlu lagi
melakukan rekonsiliasi.
Dalam praktiknya, pada tahun 2005 konvergensi IASB/FASB sebagai suatu
perangkat peraturan yang „stabil‟ membutuhkan proses yang rumit. Hal ini karena
IASB ingin menerapkan suatu standar yang stabil dan dapat digunakan oleh semua
negara, dimana secara bersamaan mempertimbangkan sejauh mana standar tersebut
dapat dipahami dan disesuaikan terhadap US GAAP. Dibutuhkan suatu identifikasi
untuk mencari perbedaan antar keduanya, kemudian dicarikan solusi untuk dapat
diadopsi oleh keduanya. Perbedaan yang sangat mencolok terletak pada prinsip standar
akuntansinya. IFRS bersifat principal based, sedangkan US GAAP yang bersifat rule
based.
Pengadopsian IFRS juga mulai dilakukan di Indonesia. Dimulai pada tahun
2008, konvergensi antara IFRS dan PSAK dilakukan secara bertahap oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan – Ikatan Akuntansi Indonesia (DSAK– IAI). Konvergensi
dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap pertama yaitu tahap adopsi yang dilakukan
pada tahun 2008-2010. Tahap kedua yaitu tahap persiapan akhir yang dimulai pada
tahun 2011. Tahap terakhir yaitu tahap peresmian dimulai pada 1 Januari 2012,
Indonesia mulai menerapkan IFRS.

Standar Akuntansi untuk Sektor Publik

IASB diperuntukkan untuk sektor swasta. Untuk sektor publik, diperlukan suatu
pendekatan yang berbeda dikarenakan tujuan dari lembaga/badan publik berbeda
dengan tujuan perusahaan swasta yang mengedepankan profit. Pada kasus di Indonesia,
PSAK 45 yang mengatur tentang organisasi nirlaba berdasarkan pada International
Public Sector Accounting Standard (IPSAS). Pencatatan dilakukan dengan basis akrual
dengan mengacu kepada IFRS, sepanjang ketentuan- ketentuan yang ada di IFRS dapat
diaplikasikan pada sektor publik.

Standar Audit Internasional

Penerapan standar auditing pertama yang tercatat terdapat di Amerika Serikat yang
dilakukan oleh American Institute of Accountants pada tahun 1939. Tujuannya adalah
bertanggung jawab dalam mempertahankan standar etis, termasuk dalam
mendisiplinkan anggota yang tidak mengikuti standar akuntansi dan audit. Namun,
peraturan ini dianggap lemah dikarenakan belum adanya persyaratan hukum untuk para
akuntan yang ingin bergabung di dalamnya. Sampai pada tahun 1960-an, peraturan
tersebut mulai dihidupkan kembali oleh The American Institute of CPA walaupun
bersifat sukarela.

Anda mungkin juga menyukai