Anda di halaman 1dari 2

Mencegah Infeksi Nosokomial di Kamar Operasi

Kamar operasi bisa menjadi tempat yang mudah menularkan infeksi dari dan ke
penderita. Penularan infeksi yang terjadi tergantung dari dosis kuman, kerentanan individu,
waktu kontak, virulensi agen infeksi, dan berbanding terbalik dengan daya tahan tubuh. Menurut
Prof. Djoko Roeshadi SpB., SpOT dari RSU DR Soetomo Surabaya yang juga merupakan nara
sumber Farmacia kali ini, infeksi merupakan interaksi antara host, agent dan environment.
Keterangan tentang sumber infeksi ditambahkan pula menurut Prof. Dr. dr. Bambang
Prijambodo, Sp.B., Sp.OT, sumber infeksi bisa berasal dari personel kamar bedah, alat dan bahan
penunjang pembedahan, lingkungan pembedahan dan pasien yang akan dibedah. Mekanisme
infeksi bisa terjadi dengan berbagai cara, yaitu langsung, tidak langsung, airborne dan
vectorborne atau melalui vektor (perantara).

Pencegahan dan pengendalian pada prinsipnya adalah mengandung unsur melakukan


eliminasi agen dan reservoir, menghambat penularan infeksi, dan melindungi host dari infeksi.
Kamar operasi yang kurang terjaga ke-aseptisannya akan berdampak pada infeksi luka operasi
pada pasien yang bisa diketahui pasca operasi. Penerapan teknik aseptik diharapkan dapat meng-
hindarkan pasien dari infeksi luka operasi. Dengan demikian saat pasca operasi, hari rawat inap
menjadi lebih pendek. Pengendalian meliputi faktor-faktor meliputi sumber daya manusia, sara-
na, dan lingkungan. Para pengguna kamar operasi haruslah SDM yang taat pada prosedur
standard operasi dan terampil. Perawat dalam hal ini adalah mitra kerja dokter, bukan pembantu
dokter. Dokter dengan dibantu perawat harus bisa melaksanakan pembedahan secara cepat dan
atraumatik. Jumlah petugas yang berada di kamar operasi saat durante operasi tidak boleh terlalu
crowded. Cukup 2 orang ahli anestesi yang terdiri dari dokter anestesi dan perawat anestesi, tiga
orang ahli bedah yang terdiri dari operator, asisten I dan asisten II, instrumentator dan omloop
yang merupakan perawat bedah. Gedung dan ruangan bedah harus dirancang secara khusus yang
merupakan ruang tertutup dengan sirkulasi udara yang bersih dan tidak berhubungan dengan
udara luar. Ruangan harus lengkap dengan pembagian areal yang sistematis menurut arus
penderita dan petugas. Gedung bedah juga harus memiliki kualitas yang baik sehingga tahan
lama. Permukaan dinding gedung haruslah mudah dibersihkan sehingga kebersihan dan
keaseptisan ruangan dapat terjaga.

Alat dan bahan yang habis dipakai harus selalu disimpan dalam keadaan steril dan alur
masuk serta keluar yang berbeda. Petugas yang masuk dan keluar harus ada alur khusus. Petugas
yang masuk kamar operasi harus berganti pakaian yang bersih di kamar ganti dulu. Kemudian
menuju ruang semi publik dan baru masuk ruang aseptis. Untuk keluar juga harus demikian, baju
untuk digunakan dalam kamar operasi tidak boleh dipakai di luar

Demikian pula dengan alur penderita, penderita yang akan masuk kamar operasi harus
transit dulu di ruang transisi. Kemudian baru masuk ruang preoperasi, setelah selesai
dipreoperasi, pasien dimasukkan ke kamar operasi. Pasca operasi pasien dibawa ke recovery
room hingga kesadarannya pulih. Alur alat-alat steril mulai dari suplai masuk melalui pintu
masuk dan disimpan di depo (ruang pembagian alat). Setelah digunakan di kamar operasi, alat
dan instrumen steril diletakkan di tempat pengumpulan pembuangan dan selanjutnya disterilisasi
di CSSD.
Untuk menjaga kebersihan dan kesterilan kamar operasi, pengendalian lingkungan harus
sesuai prosedur. Pintu kamar operasi harus selalu menutup. Ventilasi kamar operasi diatur
searah. Udara bersih mengalir dari atas dan dikeluarkan ke bawah. Pergantian udara sebesar 25 x
volume ruangan per jam, 3 diantaranya adalah "fresh air". Kamar operasi diatur dengan tekanan
positif. Suhu tidak boleh lebih dari 240 C. Jika lebih dari itu, kulit pasien yang ditutup handuk
steril akan cenderung berkeringat sehingga memungkinkan peningkatan jumlah kuman dalam
pori-pori kulit. Kelembaban udara ruangan tidak boleh lebih dari 50%, karena jika lebih, jamur
akan mudah tumbuh. Alat operasi dilakukan pencucian (cleaning) - (dekontaminasi) – sterilisasi.
Pembersihan kamar operasi dilakukan saat antara 2 operasi. Setiap hari kamar operasi harus
selalu dibersihkan, walau tidak terpakai. Pembersihan besar dilakukan 1 minggu sekali. Urutan
pembersihan mulai dari tempat yang bersih baru menuju tempat kotor. Pemisahan barang
terkontaminasi dengan bahan infeksius dan diberi tanda, termasuk kasus dengan hepatitis/HIV.
Tidak dianjurkan meletakkan alas basah / lengket di jalan masuk kamar operasi. Lampu ultra
violet juga tidak dianjurkan menembus kamar operasi. Pemeriksaan mikrobiologi udara secara
rutin tidak dianjurkan. Asupan air harus memperoleh air steril yang telah dalam keadaan hy-
pochlorite.

Anda mungkin juga menyukai