Anda di halaman 1dari 12

VII.

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

A. Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah


Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang faktor risiko yang berpengaruh
terhadap kejadian hipertensi di desa Banteran maka dapat diketahui bahwa faktor riwayat
keturunan, kebiasaan aktivitas fisik, serta konsumsi asin dan lemak memberikan
pengaruh signifikan terhadap kejadian hipertensi di Desa Banteran. Maka dapat dibuat
beberapa alternatif pemecahan masalah terkait dengan faktor risiko yang dapat diubah
terhadap kejadian hipertensi di Desa Banteran Kecamatan Sumbang Kabupaten
Banyumas, yaitu:
1. Penyuluhan tentang hipertensi, dengan materi penyebab terjadinya hipertensi, tanda
dan gejala hipertensi, faktor risiko hipertensi, komplikasi hipertensi, serta
penanggulangan hipertensi dengan cara mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.
2. Mengadakan kegiatan senam lansia rutin baik saat dilaksanakannya kegiatan
Prolanis maupun Posyandu Lansia.
3. Pembagian poster mengenai hipertensi.
4. Pelaksanaan konseling terhadap warga Desa Banteran.
5. Pembagian leaflet mengenai hipertensi.

B. Penentuan Alternatif Terpilih


Pemilihan prioritas alternatif pemecahan masalah harus dilakukan karena adanya
berbagai keterbatasan baik dalam sarana, tenaga, dana, serta waktu. Salah satu metode
yang dapat digunakan dalam pemilihan prioritas pemecahan masalah adalah metode
Rinke. Metode ini menggunakan dua kriteria, yaitu efektifitas dan efisiensi jalan keluar.
Kriteria efektifitas terdiri dari pertimbangan mengenai besarnya masalah yang
dapat diatasi, kelanggengan selesainya masalah, dan kecepatan penyelesaian masalah.
Efisiensi dikaitkan dengan jumlah biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
Skoring efisiensi jalan keluar adalah dari sangat murah (1), hingga sangat mahal (5).
Tabel 7.1. Kriteria dan Skoring Efektivitas dan Efisiensi Jalan Keluar
C
M I V (jumlah biaya
(besarnya (kelanggengan (kecepatan yang diperlukan
Skor
masalah yang selesainya penyelesaian untuk
dapat diatasi) masalah) masalah) menyelesaikan
masalah)
1 Sangat kecil Sangat tidak Sangat Sangat murah
langgeng lambat
2 Kecil Tidak langgeng Lambat Murah
3 Cukup besar Cukup langgeng Cukup cepat Cukup murah
4 Besar Langgeng Cepat Mahal
5 Sangat besar Sangat langgeng Sangat cepat Sangat mahal

Prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode Rinke adalah sebagai


berikut:
Tabel 7.2. Prioritas Pemecahan Masalah Metode Rinke
Efektivitas Efisiensi Urutan
MxIxV
No Daftar Alternatif Jalan Keluar Prioritas
M I V C C
Masalah
1 Penyuluhan tentang hi-pertensi, 3 3 2 3 6 3
dengan materi penyebab
terjadinya hi-pertensi, tanda dan
gejala hipertensi, faktor risiko
hipertensi, kompli-kasi
hipertensi, serta
penanggulangan hiper-tensi
dengan cara mengubah gaya
hidup menjadi lebih sehat
2 Mengadakan kegiatan senam 3 2 2 1 12 2
lansia rutin saat
dilaksanakannya Posyandu
Lansia.
3 Pembagian poster dan leaflet 4 2 2 4 4 4
mengenai hiper-tensi.
4 Pelaksanaan konseling terhadap 4 3 4 2 24 1
warga Desa Banteran

Berdasarkan hasil perhitungan prioritas pemecahan masalah menggunakan metode


Rinke, didapatkan prioritas alternatif pemecahan masalah, yaitu Pelaksanaan konseling
terhadap warga Desa Banteran.
VIII. RENCANA KEGIATAN (POA)

A. Latar belakang
Paradigma kesehatan di negara berkembang telah berubah. Dahulu, masalah
kesehatan berupa penyakit tidak menular (PTM) merupakan milik negara-negara maju,
sedangkan negara berkembang turut dikaitkan dengan permasalahan penyakit menular.
Negara maju seperti Amerika selalu berhubungan dengan permasalahan obesitas,
sindrom metabolik, hipertensi maupun diabetes yang dikaitkan dengan gaya hidup
sedentary atau kurang gerak dan kelebihan nutrisi. Kini, penyakit tidak menular tidak
hanya menjadi masalah negara maju, namun menjadi masalah kesehatan secara global.
Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah
hipertensi. Hipertensi disebabkan oleh adanya tekanan darah yang tinggi melebihi nilai
normal yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari sama
dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat atau tenang. Hipertensi dikenal juga sebagai silent killer atau pembunuh
terselubung yang tidak menimbulkan gejala atau asimptomatik seperti penyakit lain(JNC
VII, 2013). Faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi terdiri dari faktor risiko yang
dapat diubah dan tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah diantaranya adalah
merokok, obesitas, aktifitas fisik, konsumsi garam, konsumsi kopi, dan stress, sedangkan
faktor yang tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, umur, genetik (Frisoli et al., 2011).
Diperkirakan seperempat penduduk dunia menderita hipertensi dan jumlah tersebut
akan terus meningkat menjadi sekitar sepertiga penduduk dunia pada tahun 2025. Di
seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% dari seluruh manusia di bumi mengidap
hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari
972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di
negara sedang berkembang, temasuk Indonesia (WHO, 2013). Hasil Riskesdas tahun
2013 menyatakan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia pada penduduk dengan usia
di atas 18 tahun adalah sebesar 25,8%. Provinsi Jawa Tengah mempunyai prevalensi
hipertensi di atas prevalensi nasional yaitu 26,4% (Kemenkes RI, 2013).
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di
negara maju maupun negara berkembang. Angka kejadian hipertensi di seluruh dunia
mencapai 1 milyar orang dan sekitar 7,1 juta kematian akibat hipertensi terjadi setiap
tahunnya (Depkes RI, 2008). Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007
Kementerian Kesehatan RI, prevalensi hipertensi di Indonesia pada usia diatas 18 tahun
mencapai 29,8%. Prevalensi ini semakin bertambah seiring dengan bertambahnya usia.
Prevalensi hipertensi pada golongan umur 55-64 tahun, 65-74 tahun dan >75 tahun,
masing-masing mencapai 53,7%, 63,5%, dan 67,3%. (Dharmeizar, 2012). Di banyak
negara, 50% dari populasi yang berusia lebih dari 60 tahun memiliki hipertensi. Secara
keseluruhan, sekitar 20% dari masyarakat dewasa di dunia diperkirakan mengalami
hipertensi (Madhur, 2014). Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi di
Indonesia hasil pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen. Prevalensi
hipertensi di Jawa Tengah mencapai 26,4% (Riskesdas, 2013).
Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi diantaranya
riwayat pada keluarga, faktor gaya hidup (merokok, diet, berat badan, olahraga, narkoba,
dan alkohol), dan faktor psikososial. Hipertensi yang tidak terkontrol menyebabkan
seseorang tujuh kali lebih berisiko terkena stroke, enam kali lebih berisiko menderita
congestive heart failure (CHF), dan tiga kali lebih berisiko terkena serangan jantung
(Rahajeng dan Tuminah, 2009). Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga
pada semua umur di Indonesia, yakni mencapai 6,8% setelah stroke (15,4%) dan
tuberkulosis (7,5%) (Depkes RI, 2008). Oleh karena itu, perlu adanya pencegahan,
deteksi dini dan pengobatan yang adekuat untuk penderita hipertensi.
Data kasus hipertensi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas menunjukkan
bahwa jumlah kasus hipertensi pada tahun 2014 sebesar 6398 kasus. Salah satu daerah di
kabupaten Banyumas yang memiliki angka kejadian hipertensi yang cukup tinggi adalah
wilayah kerja Puskesmas II Cilongok, dengan angka kejadian 383 kasus pada bulan
Agustus 2017. Jumlah ini mengalami peningkatan sebanyak 30% dari bulan Juli, yaitu
hanya sebanyak 272 kasus. Penyakit hipertensi termasuk ke dalam kategori 10 besar
diagnosis penyakit rawat jalan di Puskesmas II Cilongok yakni ada di posisi pertama
sepanjang tahun 2016.
B. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit hipertensi.
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait faktor risiko diantaranya komplikasi
yang dapat timbul akibat faktor konsumsi lemak, obesitas dan konsumsi garam yang
tinggi, serta pentingnya pencegahan obesitas seperti olahraga, pengaturan diet, dan
cara pengolahan makanan yang sehat.
3. Menjaring penderita hipertensi dan melakukan intervensi secara individual dengan
memberikan edukasi.
4. Pelaksanaan konseling terhadap warga Desa Banteran
5. Meningkatkan motivasi warga di Desa Banteran untuk olahraga secara rutin.

C. Bentuk Kegiatan
Kegiatan yang akan dilaksanakan akan dibagi menjadi :
1. Pelaksanaan konseling terhadap warga Desa Banteran
2. Edukasi mengenai hipertensi, dengan materi penyebab terjadinya hipertensi, tanda
dan gejala hipertensi, faktor risiko hipertensi, komplikasi hipertensi, serta
penanggulangan hipertensi dengan cara mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat
3. Screening pasien dan anggota keluarga yang memiliki risiko hipertensi

D. Sasaran
Warga berusia lebih dari 25tahun di Desa Banteran, Kecamatan Sumbang Kabupaten
Banyumas.

E. Pelaksanaan
1. Personil
a. Penanggung jawab : dr.Christina Iskandar
b. Pembimbing : dr. Mustofa, M.Sc
c. Pelaksana :
i. Mentari Diandra Sativa
ii. Hanindhiya Hanifah
iii. Cantika Ghina Prastya
iv. Ovan Ramadha Tyasta
v. Nadia Aliya Windra Savira
vi. Arfian Ifan Rizaldi
vii. Razak Ramadhan Jati R
viii. Sang Aji Samudra A
ix. Nurvica Rizkia Zyana Putri
x. Sonia Capirosi Ayuningtias
xi. Noor Aziz Sukma Adi
xii. Rahmat Yusuf Arifin
xiii. Yusril Firzatullah
xiv. Shalahudin Al Ayubi
2. Waktu dan Tempat
a. Hari : Kamis
b. Tanggal : 3 Januari 2019
c. Tempat : Rumah warga Desa Banteran, Kecamatan Sumbang, Kabupaten
Banyumas

F. Rencana Anggaran
Biaya:
Fotokopi lembar edukasi : Rp 10.000
Bolpoin : Rp 5.000
Lain-lain : Rp 15.000
Total : Rp 30.000

G. Susunan Kegiatan
Persiapan Kegiatan Konseling 08.00 – 08.15
Briefing pembagian lokasi Konseling 08.15 – 08.45
Perjalanan menuju lokasi 08.45 – 09.10
Kegiatan Konseling door to door 09.10 – 12.00

H. Rencana Evaluasi Kegiatan


Evaluasi jadwal pelaksanaan kegiatan dinilai dari tingkat pemahaman dan jumlah warga
yang dapat dicakup. Kegiatan direncanakan berlangsung pada hari Selasa, 3 Januari 2019
di Rumah warga Desa Banteran, Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas.
IX. PELAKSANAAN DAN EVALUASI PROGRAM

A. Pelaksanaan
Kegiatan intervensi dilakukan di Desa Banteran, Kecamatan Sumbang Kabupaten
Banyumas. Kegiatan dilakukan dalam bentuk konseling pasien dan anggota keluarga
yang memiliki risiko hipertensi. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan melalui 3 tahap,
yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Perizinan
Perizinan diajukan dalam bentuk lisan oleh mahasiswa kepada dokter umum di
Puskesmas I Sumbang (Preseptor Lapangan), pemegang program Posyandu
Lansia, bidan desa dan kader-kader Posyandu Lansia Desa Banteran.
b. Materi
Materi yang disiapkan adalah edukasi mengenai Edukasi mengenai hipertensi,
dengan materi penyebab terjadinya hipertensi, tanda dan gejala hipertensi,
faktor risiko hipertensi, komplikasi hipertensi, serta penanggulangan hipertensi
dengan cara mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat
c. Sarana
Sarana yang dipersiapkan berupa: tensi, timbangan badan, pengukur tinggi
badan, lembar edukasi dan alat tulis.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Judul Kegiatan
“Waspadai hipertensi, Kendalikan tekanan darah”
b. Waktu
Kamis, 03 Januari 2019 pukul 08.00 – selesai
c. Tempat
Rumah warga Desa Banteran, Kecamatan Sumbang.
d. Penanggung Jawab
1) dr. Mustofa, M.Sc selaku pembimbing fakultas
2) dr. Christina Iskandar selaku pembimbing lapangan
3) Bidan Rini selaku pemegang program posyandu lansia
e. Pelaksana
i. Mentari Diandra Sativa
ii. Hanindhiya Hanifah
i. Cantika Ghina Prastya
ii. Ovan Ramadha Tyasta
iii. Nadia Aliya Windra Savira
iv. Arfian Ifan Rizaldi
v. Razak Ramadhan Jati R
vi. Sang Aji Samudra A
vii. Nurvica Rizkia Zyana Putri
viii. Sonia Capirosi Ayuningtias
ix. Noor Aziz Sukma Adi
x. Rahmat Yusuf Arifin
xi. Yusril Firzatullah
xii. Shalahudin Al AyubiPeserta
f. Peserta
Warga yang mengikuti Posyandu Lansia Desa Langgongsari Kecamatan
Cilongok
g. Penyampaian Materi
i. Pelaksanaan konseling terhadap warga Desa Banteran
ii. Edukasi dengan menggunakan leaflet mengenai hipertensi, dengan materi
penyebab terjadinya hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, faktor risiko
hipertensi, komplikasi hipertensi, serta penanggulangan hipertensi
dengan cara mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat
iii. Screening pasien dan anggota keluarga yang memiliki risiko hipertensi
B. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah melakukan evaluasi mengenai 3 hal, yaitu evaluasi sumber
daya, evaluasi proses, evaluasi hasil. Berikut ini akan dijelaskan mengenai hasil evaluasi
masing-masing aspek.
1. Evaluasi sumber daya
Evaluasi sumber daya meliputi evaluasi terhadap 5 M yaitu man, money,
method, material, machine.
a. Man
1) Antusiasme warga yang ingin menambah wawasan terkait hiprtensi cukup
tinggi dengan jumlah warga yaitu 70 orang.
2) Secara keseluruhan dalam pelaksanaan konseling sudah termasuk baik
karena warga memiliki pengetahuan yang cukup memadai mengenai materi
yang disampaikan.
3) Screening pasien resiko hipertensi dilakukan oleh mahasiswa. Pelaksana
sudah cukup baik dan cukup belajar tentang bagaimana cara pemeriksaan
serta mengetahui kadar normalnya sehingga dapat memberikan konseling
kepada warga tentang hasil yang diperiksa.
b. Money
Sumber pembiayaan yang digunakan cukup untuk menunjang terlaksananya
kegiatan. Anggaran yang dihabiskan adalah sejumlah Rp. 30.000, 00.
c. Method
1) Metode konseling yang digunakan adalah melalui pemberian materi secara
lisan dan tulisan dengan pembagian leaflet.
2) Metode screening yang digunakan adalah melalui pemeriksaan tekanan
darah pada warga Desa Banteran. Sasaran menyambut antusias kegiatan ini
karena mengaku ingin tahu kesehatan mereka masing-masing. Sebagian
besar warga sudah memiliki kesadaran untuk rajin memeriksakan diri dan
memonitor kondisi kesehatan mereka.
d. Material
1) Materi yang diberikan pada konseling telah dipersiapkan dengan baik,
materi konseling berupa lisan dan tulisan dengan pembagian leaflet.
e. Machine
Kegiatan ini diikuti oleh 70 warga Desa Banteran. Hal ini karena warga
cukup antusias terhadap kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana serta peran
kader Desa Banteran yang aktif.
2. Evaluasi Proses
a. Sasaran
Target kegiatan yaitu 56 orang, Target tersebut sudah tercapai sesuai harapan
karena warga yang menerima konseling pada kegiatan yaitu sebanyak 70 orang.
b. Waktu
Dilakukan hari Kamis, 03 Januari 2019 pukul 08.00 s.d. selesai. Tidak ada
hambatan berarti selama jalan acara.
c. Tempat
Rumah warga Desa Banteran, Kecamatan Sumbang.
d. Kegiatan
Kegiatan pada hari Kamis, 03 Januari pukul 08.00 WIB berjalan sesuai dengan
waktu yang sudah dijadwalkan. Proses kegiatan berlangsung kurang lebih 4
jam, dengan kegiatan pengukuran tensi, pengukuran berat badan, tinngi badan,
lingkar perut serta edukasi terkait hipertensi.
1) Metode konseling yang digunakan adalah melalui pemberian edukasi materi
secara lisan dan tulisan dengan pembagian leaflet. Evaluasi pada metode ini
termasuk cukup baik dan sasaran konseling tertarik untuk mengikuti dan
mendengarkan penjelasan mahasiswa. Melalui hasil tanya jawab didapatkan
warga sudah cukup mengerti tentang materi yang disampaikan oleh
mahasiswa.

3. Evaluasi hasil
Peserta sudah cukup mengerti tentang materi yang disampaikan mahasiswa
terkait hipertensi, dibuktikan dengan tanya jawab.
X. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Hasil analisis permasalahan kesehatan komunitas yang terjadi di wilayah kerja
Puskesmas I Sumbang yaitu hipertensi, yang difokuskan kepada faktor risiko
penyebab hipertensi.
2. Hasil analisis statistik untuk faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas I Sumbang yaitu faktor riwayat keturunan,
kebiasaan aktivitas fisik, serta konsumsi asin dan lemak.
3. Alternatif pemecahan masalah yang diprioritaskan untuk masalah tersebut adalah
kegiatan konseling terhadap warga Desa Banteran.
4. Intervensi yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan motivasi warga di
wilayah kerja Puskesmas I Sumbang untuk melakukan gaya hidup yang sehat

B. Saran
1. Bagi warga diharapkan lebih berperan aktif dalam melakukan pencegahan hipertensi
dengan melakukan perubahan pola hidup menjadi lebih sehat.
2. Bagi puskesmas perlu diadakannya penyuluhan secara periodik dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas I Sumbang tentang pentingnya pengendalian
hipertensi serta komplikasi yang dapat ditimbulkan apabila hipertensi tidak
terkendali.
3. Bagi petugas kesehatan setempat sebaiknya lebih aktif dalam melakukan screening,
follow-up pasien hipertensi, serta pencatatan kejadian hipertensi di masyarakat
terutama keluarga pasien yang sudah menderita hipertensi.
4. Bagi kader setempat perlu menjaga keteraturan senam di posyandu lansia dan
pengaktifan warga desa yang menderita hipertensi untuk turut serta dalam senam
lansia.
5. Bagi warga yang memiliki faktor keturunan keluarga hipertensi sebaiknya segera
memeriksakan diri sejak dini serta menjaga pola hidup sehat.
6. Bagi warga yang memiliki penyakit kronis dan belum mengikuti Prolanis diharapkan
mendaftar program ini untuk menghindari kejadian komplikasi yang mungkin
terjadi.

Anda mungkin juga menyukai