Anda di halaman 1dari 5

Artikel Asli

Sindrom Klinefelter
Samuel Harmin, Bambang Tridjaja A. A. P
Divisi Endokrinologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, RS Dr. Ciptomangunkusumo, Jakarta

Sindrom Klinefelter (SK) merupakan kelainan akibat adanya kromosom seks tambahan (47,XXY) yang
menyebabkan hipergonadotropik hipogonadisme, dan infertilitas. Penampilan pasien SK hampir tidak
berbeda dengan mereka yang berkariotip normal, tanpa gejala klinis yang khas selama masa anak, sehingga
diagnosis ditegakkan setelah usia remaja atau dewasa muda. Keterlambatan dalam penegakkan diagnosis dapat
menyebabkan hilangnya kesempatan tata laksana untuk memperbaiki hipogonadisme, gangguan kognitif,
dan faktor-faktor psikososial. Dilaporkan kasus anak laki-laki 13 tahun dengan keluhan ginekomastia. Pada
pemeriksaan fisis ditemukan bentuk tubuh eunokoid, volume testis yang kecil dan teraba keras. Pemeriksaan
laboratorium menunjukkan peningkatan kadar LH dan FSH, dengan kadar testosteron yang masih dalam
rentang normal. Diagnosis SK ditegakkan melalui pemeriksaan analisis kromosom dengan hasil 47, XXY.
(Sari Pediatri 2009;10(6):373-7).

Kata kunci: sindrom Klinefelter, analisis kromosom, hipergonadotropik hipogonadisme

S
indrom Klinefelter (SK) merupakan kelainan berbeda dengan mereka yang berkariotip normal, tanpa
kromosom seks yang paling banyak terjadi, gejala klinis yang khas selama masa anak, sehingga
disebabkan adanya kromosom X tambahan diagnosis baru dapat ditegakkan saat remaja atau
pada laki-laki (47,XXY). 1,2 Pasien akan dewasa muda.3,4 Kesulitan dan keterlambatan dalam
mengalami kegagalan perkembangan testis, dengan penegakkan diagnosis dapat menyebabkan hilangnya
akibat hipogonadisme dan gangguan spermatogenesis. kesempatan tata laksana untuk memperbaiki keadaan
Gejala klinis SK yang lain adalah gangguan per­ hipogonadisme, gangguan kognitif, dan faktor-faktor
kembangan, bentuk tubuh eunukoid, ginekomastia, psikososial.3
volume testis yang kecil, dan peningkatan kadar Pendekatan diagnosis dapat dilakukan melalui
hormon gonadotropin (hipergonadotropisme). 3 analisis riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis yang
Penampilan anak laki-laki pasien SK hampir tidak teliti, dengan petunjuk penting adalah testis yang
teraba lebih kecil dan keras, sedangkan analisis
kariotip dari darah perifer merupakan baku emas
dalam menegakkan diagnosis.5 Angka kejadian SK
di dunia berkisar antara 1 dalam 500-1000 anak
Alamat Korespondensi: laki-laki. Divisi Endokrinologi Departemen Ilmu
Dr. Bambang Tridjaja AAP, Sp.A(K). Divisi Endokrinologi. Departemen
Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Jl. Salemba no. 6, Jakarta 10430.
Kesehatan Anak FKUI-RSCM melaporkan kasus
Telepon: 021-3100669. Fax.021-390 7743. SK pertama.

Sari Pediatri, Vol. 10, No. 6, April 2009 373


Samuel Harmin dkk: Sindrom Klinefelter

Kasus pubertasnya maka pasien diminta untuk melakukan


pemeriksaan analisis kromosom dengan hasil 47, XXY.
Seorang anak laki-laki usia 13 tahun datang pertama Pasien didiagnosis sebagai sindrom Klinefelter dan
kalinya ke poliklinik Endokrinologi IKA FKUI- dilakukan edukasi pada orangtua mengenai keadaan
RSCM dengan keluhan kedua payudara tampak yang diderita pasien serta pasien diminta untuk berobat
semakin membesar sejak lima bulan, disertai nyeri teratur setiap 3 bulan
ringan bila payudara ditekan. Tidak dijumpai riwayat
minum obat-obatan tertentu, penurunan berat badan,
keluarnya cairan dari kedua puting, dan riwayat Diskusi
timbulnya benjolan pada tempat lain. Cenderung
makan makanan ayam cepat saji juga disangkal. Sindrom Klinefelter merupakan suatu kelompok
Pasien berada dalam masa pubertas dan telah kelainan kromosom yaitu terdapat paling tidak
mengalami “mimpi basah” pada usia 12 tahun. Pasien satu tambahan kromosom X pada laki-laki. Sekitar
saat ini duduk di SLTP kelas 3. Pasien sudah bisa 80% kasus merupakan aberasi numerik kromosom
membaca sejak masuk sekolah dasar. Pasien tidak kongenital, yaitu kariotip 47, XXY; sedangkan sisanya
pernah tinggal kelas namun memiliki prestasi akademis adalah aneuploidi kromosom dengan derajat yang lebih
di bawah rata-rata kelas. tinggi (48,XXXY; 48,XXYY; 49,XXXXY), mosaik
Pada pemeriksaan fisis didapatkan seorang anak 46,XY/47,XXY, atau kelainan struktural kromosom
laki-laki, keadaan umum baik, sadar, dan kooperatif. X.5,6
Tanda vital dalam batas normal. Berat badan 53 kg Kromosom seks tambahan pada SK merupakan
(P75-90 NCHS CDC 2000), tinggi badan 167 cm akibat nondisfungsi pada proses meiosis (gametogenesis
(P90-97 NCHS CDC 2000), tinggi duduk 86 cm, parental), yang dapat berasal dari paternal (50-60%
panjang simfisis-tumit 89 cm, rentang tangan 165 kasus) atau maternal (meiosis maternal I menyebabkan
cm, lingkar lengan atas 23,5 cm (P25-50 Frisancho). 34,4% kasus, meiosis maternal II menyebabkan 9,3%
Tinggi potensi genetik antara 155,5-172,5 cm (P25-90 kasus). Nondisfungsi dapat juga disebabkan kegagalan
NCHS CDC 2000). Wajah tidak tampak dismorfik. pembelahan pada saat mitosis dalam zigot (3,2%
Pemeriksaan fisis lainnya tidak ada kelainan. Kedua kasus).3,7,8 Kromosom X tambahan tersebut merupakan
payudara tampak menonjol dengan diameter areola 2,5 suatu masa berkromatin, yang disebut sebagai Barr
cm, terdapat diskus mammae pada payudara kanan, body. Barr body terdapat di dalam inti sel somatik,
teraba kenyal dan tidak ada nyeri tekan. Bentuk alat namun belum diketahui dengan tepat bagaimana
kelamin normal, volume testis kanan 2 mL dan testis kromosom tambahan ini dapat menyebabkan kegagalan
kiri 3 mL. Status pubertas A1G1P2. Hasil laboratorium testikular.9
menunjukkan kadar luteinizing hormone 16,9 mIU/ Pendekatan diagnosis SK atas dasar kombinasi
mL (normal: 0,4-4,6 mIU/mL), follicle stimulating beberapa gejala klinis. Hipogonadisme sebagai
hormone 38,0 mIU/mL (normal: 0,71-6,90 mIU/mL), karakteristik SK, mempunyai berbagai bentuk kelainan
prolaktin 7,3 ng/mL (normal: 3,6-17,6 ng/mL), dan fisis, hormonal, dan perkembangan. Gambaran klinis
testosteron 250,2 ng/dL (normal: 28-1.110 ng/dL). dapat bervariasi menurut usia. Abramsky dan Chapple
Pasien didiagnosis sebagai ginekomastia pubertal dan melaporkan bahwa hanya 10% kasus SK yang dapat
diminta untuk datang ke poliklinik endokrin anak diidentifikasi pre-natal dan 26% kasus didiagnosis
setiap 3 bulan. pada masa anak atau dewasa, sedangkan sisanya (64%)
Setelah kunjungan yang kelima (1 tahun 2 bulan tidak terdiagnosis.10 Suatu studi besar di Denmark
setelah kunjungan pertama), ukuran kedua payudara menyatakan SK banyak yang tidak terdiagnosis, dan
makin mengecil, dan status pubertas A2G2P2. Pada kurang dari 10% kasus yang dapat ditegakkan sebelum
pemeriksaan fisis didapatkan volume testis 4 mL/4mL, usia pubertas.1
teraba keras, dan panjang penis 8 cm. Berat badan 56 Beberapa pasien dapat mempunyai semua gejala
kg, tinggi badan 169 cm, tinggi duduk 87 cm, panjang klinis klasik kelainan ini (diurutkan dari yang paling
kepala­simfisis 79 cm, panjang simfisis-tumit 90 cm, sering timbul) yaitu infertilitas, volume testis kecil,
dan rentang lengan 174 cm. Berdasarkan pemeriksaan kurangnya rambut-rambut pada wajah dan pubis,
fisis terakhir terutama morfologi testes dan status ginekomastia, dan ukuran penis yang lebih kecil.

374 Sari Pediatri, Vol. 10, No. 6, April 2009


Samuel Harmin dkk: Sindrom Klinefelter

Gejala klinis yang paling penting adalah volume testis (jarak simfisis pubis ke tumit) timbul sebelum pubertas
yang kecil dan teraba keras.11 Kelainan fisis pada SK dan bukan disebabkan secara primer akibat penutupan
sering muncul setelah mulainya pubertas.3 Diagnosis epifisis yang terlambat karena defisiensi androgen,
SK ditegakkan melalui analisis kariotip kromosom tetapi karena perbedaan kecepatan tumbuh secara
yang dapat dilakukan in utero dengan bahan cairan fundamental yang timbul akibat adanya kromosom X
amnion, yang biasanya dilakukan secara rutin pada tambahan.18 Akibatnya tinggi badan pasien SK sering
wanita yang hamil dalam usia yang lebih tua. Jika melebihi tinggi potensial genetiknya.3
diagnosis tidak ditegakkan sejak pre-natal, laki-laki Fungsi endokrin testikular yang sudah menurun
47, XXY dapat menunjukkan gejala klinis yang sejak janin, fungsi hipofisis-gonadal pasca-natal pasien
berkembang sesuai usia. Pada masa bayi, pasien akan SK dapat normal hingga pubertas.19 Baru setelah usia
terdiagnosis setelah analisis kromosom dilakukan pada 12-14 tahun, terjadi peningkatan kadar FSH dan LH.
bayi yang datang dengan keluhan hipospadia, phallus Kadar testosteron pada saat itu dapat berada pada
kecil, atau kriptorkidisme.4 Pada masa anak, pasien nilai batas bawah sampai di bawah normal.18,19 Pada
datang dengan keluhan keterlambatan perkembangan, kasus ini terdapat hipergonadotropik pada pasien
terutama keterlambatan berbicara. Pada usia sekolah, yang sedang mengalami pubertas. Pubertas terutama
pasien dapat terdeteksi akibat adanya keluhan ditandai oleh peningkatan kadar LH dengan rasio LH/
kesulitan belajar, gangguan tingkah laku atau sosial.12 FSH >1, sedangkan pada pasien ini FSH meningkat
Pada usia remaja, SK akan terdeteksi setelah dilakukan lebih tinggi dari pada LH dengan rasio LH/FSH
evaluasi endokrin pada keadaan pubertas terlambat 0,4. Pasien ini belum menunjukkan hipogonadisme
atau tidak sempurna dengan bentuk tubuh eunukoid, karena kadar testosteron masih normal. Pemantauan
ginekomastia, dan ukuran testis yang kecil.13 Pasien kadar testosteron berkala setiap 3-6 bulan diperlukan
yang telah dewasa biasanya datang dengan keluhan untuk memulai substitusi testosteron bila telah terjadi
infertilitas atau keganasan payudara.14 hipogonadisme.
Pasien SK dapat mengalami perkembangan seksual Beberapa laporan pengamatan jangka panjang
yang normal sebelum pubertas dan memasuki pubertas menyatakan bahwa pasien SK lebih sering mengalami
sesuai waktu dengan fungsi hipofisis-gonadal yang kesulitan akademis.20 Kepribadian pasien SK juga
normal.15 Hal ini dimungkinkan karena pada saat sangat bervariasi. Suatu studi menggambarkan laki-
mengalami spermarke (“mimpi basah”), fungsi testi­ laki 47, XXY pasif, tidak matang, tertutup, sensitif,
kular pasien SK masih relatif normal.4,15,16 Degenerasi pendiam, dan sulit bergaul dengan teman sebaya.21
testis akan terjadi dengan cepat pada saat pubertas Belum diketahui apakah terapi sulih hormon
hingga tercapai hialinisasi lengkap tubulus seminiferus, (hormonal replacement therapy) yaitu androgen, secara
degenerasi sel Sertoli, dan hiperplasia sel Leydig pada lebih dini yaitu pada onset pubertas dapat memperbaiki
saat dewasa. Testis dapat teraba lebih keras karena hipogonadisme pada pasien SK.22 Jika diberikan, maka
terjadi fibrosis tubulus seminiferus.17 Gambaran klinis terapi sulih androgen berlangsung seumur hidup.3,23,24
berupa volume testis yang lebih kecil dan teraba lebih Terapi sulih testosteron tidak memperbaiki keadaan
keras ini hampir selalu ada pada SK, karena itu semua infertilitas, ginekomastia, dan ukuran testis yang
anak laki-laki usia sekolah seharusnya pernah diperiksa kecil, namun dapat mengatasi defisiensi androgen.24
volume testisnya sebagai bagian dari pemeriksaan fisis Akan nampak peningkatan rambut-rambut di wajah
yang lengkap, terutama pada anak dengan kesulitan dan pubis, distribusi lemak tubuh menjadi lebih
belajar atau gangguan tingkah laku.4 maskulin, pemikiran yang lebih terarah, meningkatkan
Pada saat pubertas karakteristik skeletal mulai rasa percaya diri, mengurangi kelemahan tubuh
terlihat, oleh sebab itu, perhatian khusus pada dan iritabilitas, serta akan meningkatkan libido,
pemeriksaan bentuk tubuh (body habitus) sangat dan kekuatan tulang setelah mendapat terapi sulih
diperlukan dalam penegakkan diagnosis.3 Pasien testosteron. 25 Testosteron juga mempunyai efek
biasanya terlihat lebih tinggi dari rata-rata akibat jangka panjang untuk mengurangi risiko osteoporosis,
ukuran tungkai bawah yang lebih panjang dan penyakit autoimun, dan keganasan payudara.26
disertai rentang lengan lebih panjang 2 cm atau lebih Beberapa komplikasi yang sering terjadi pada
dari tinggi badan. Bentuk tubuh seperti ini disebut pasien SK adalah gangguan endokrin (diabetes
eunukoid. Peningkatan ukuran segmen bawah tubuh mellitus, hipotiroid, dan hipoparatiroid),19 keganasan

Sari Pediatri, Vol. 10, No. 6, April 2009 375


Samuel Harmin dkk: Sindrom Klinefelter

(karsinoma payudara, limfoma non-Hodgkin), 27 10. Abramsky L, Chapple J. 47,XXY (Klinefelter syndrome)
penyakit autoimun (lupus eritematosus sistemik, and 47,XYY: estimated rates of and indication for
sindrom Sjögren, dan artritis reumatoid),28 gangguan postnatal diagnosis with implications for prenatal
intelektual dan psikiatri (keterlambatan bicara dan counselling. Prenat Diagn 1997;17:363-8.
berbahasa, berkurangnya daya ingat, ansietas, neurosis, 11. Simpson JL, Graham JM Jr, Samango-Sprouse C,
psikosis dan depresi), dan tromboemboli (varises vena, Swerdloff R. Klinefelter syndrome. Dalam: Cassidy
trombosis vena dalam, dan emboli paru akibat stasis SB, Allanson JE, penyunting. Management of genetic
vena).29 syndromes. Edisi ke-2. Hoboken, NJ: Wiley & Sons,
Sindrom Klinefelter merupakan kelainan genetik 2005. h. 323-33.
yang menyebabkan defisiensi androgen, gangguan 12. Walzer S, Wolff PH, Bowen D, Silbert AR, Bashir AS,
kognitif, dan psikososial, tetapi banyak kasus yang Gerald PS, dkk. A method for longitudinal study of
tidak terdiagnosis, baik karena luasnya variasi behavioral development in infants and children: the early
gambaran klinis, pasien tidak mencari pertolongan development of XXY children. J Child Psychol Psychiat
medis, maupun karena kurangnya kewaspadaan dokter. 1978;19:213-29.
Oleh karena itu kewaspadaan terhadap kemungkinan 13. Robinson A, Bender B, Linden MG. Summary of clinical
seorang anak menderita SK, perlu ditingkatkan guna findings in children and young adults with sex chromosome
menjamin masa depan yang lebih berkualitas. anomalies. Dalam: Evans JA, Hamerton JL, penyunting.
Children and Young Adults with Sex Chromosome
Aneuploidy. Birth Defects: Original Article Series Volume
Daftar Pustaka 26. New York: Wiley-Liss.1991. h. 225-8.
14. Okada H, Fujioka H, Tatsumi N, Kanzaki M, Okuda
1. Bojesen A, Juul S, Gravholt CH. Prenatal and postnatal Y, Fujisawa M, dkk. Klinefelter’s syndrome in the male
prevalence of Klinefelter syndrome: a national registry infertility clinic. Hum Reprod 1999;14:946-52.
study. J Clin Endocrinol Metab 2003;88:622-6. 15. Salbenblatt JA, Bender BG, Puck MH, Robinson A,
2. Nielsen J, Wohlert M. Sex chromosome abnormalities Faiman C, Winter JS. Pituitary-gonadal function in
found among 34,910 newborn children: results from Klinefelter syndrome before and during puberty. Pediatr
a 13-year incidence study in Arthus, Denmark. Birth Res 1985;19:82-6.
Defects 1991;26:209-23. 16. Topper E, Dickerman Z, Prager-Lewin R, Kaufman
3. Wattendorf DJ, Muenke M. Klinefelter Syndrome. Am H, Maimon Z, Laron Z. Puberty in 24 patients with
Fam Physician 2005;72:2259-62. Klinefelter syndrome. Eur J Pediatr 1982;139:8-12.
4. Smyth CM, Bremner WJ. Klinefelter Syndrome. Arch 17. Wikstrom AM, Raivio T, Hadziselimovic F, Wikstrom S,
Intern Med 1998;158:1309-14. Tuuri T, Dunkel L. Klinefelter syndrome in adolescence:
5. Kamischke A, Baumgardt A, Horst J, Nieschlag E. onset of puberty is associated with accelerated germ cell
Clinical and diagnostic features of patients with suspected depletion. J Clin Endocrinol Metab 2004;89:2263-70.
Klinefelter syndrome. J Androl 2003;24:41-8. 18. Hsueh WA, Hsu TH, Federman DD. Endocrine
6. Nieschlag E, Behre HM, Meschede D, Kamischke A. features of Klinefelter’s syndrome. Medicine (Baltimore)
Disorders at the testicular level. Dalam: Nieschlag E, 1978;57:447-61.
Behre HM, Nieschlag S, penyunting. Andrology: male 19. Winter JS. Androgen therapy in Klinefelter syndrome
reproductive health and dysfunction. Edisi ke-2. New during adolescence. Birth Defects 1991;26:234-5.
York: Springer, 2000. h. 143-76. 20. Visootsak J, Graham JM. Klinefelter syndrome and
7. King RA, Potter JI, Motulsky AH. The Genetic Basis other sex chromosomal aneuploidies. Orphanet J Rare
of Common Disease. New York: Oxford University Dis 2006;1:42.
Press,1992. h. 876-94. 21. Bender BG, Harmon RJ, Linden MG. Psychosocial
8. Jacobs PA, Hassold TJ, Whittington E. Klinefelter’s adaptation of 39 adolescents with sex chromosome
syndrome: an analysis of the origin of the additional sex abnormalities. Pediatrics 1995;96:302-8.
chromosome using molecular probes. Ann Hum Genet 22. Aksglaede L, Petersen JH, Main KM, Skakkebæk NE,
1988;52:93-109. Juul A. High normal testosterone levels in infants with
9. Amory JK, Anawalt BD, Paulsen CA, Bremner WJ. non-mosaic Klinefelter’s syndrome. European Journal of
Klinefelter’s syndrome. Lancet 2000;356:333-5. Endocrinology 2007;157:345-50.

376 Sari Pediatri, Vol. 10, No. 6, April 2009


Samuel Harmin dkk: Sindrom Klinefelter

23. Nieschlag E, Behre HM. Clinical uses of testosterone in treatment on immunological features of patients
hypogonadism and other conditions. Dalam: Nieschlag with Klinefelter’s syndrome. Clin Exp Immunol
E, Behre HM, Nieschlag S, penyunting. Testosterone: 2000;121:448-52.
action, deficiency, substitution. Edisi ke-3. Cambridge: 27. Swerdlow AJ, Schoemaker MJ, Higgins CD, Wright AF,
Cambridge University Press; 2004. h. 375-404. Jacobs PA. Cancer Incidence and Mortality in Men with
24. Matsumoto AM. Hormonal therapy of male hypo­ Klinefelter Syndrome: A Cohort Study. J Natl Cancer
gonadism. Endocrinol Metab Clin North Am 1994; Inst 2005;97:1204-10.
23:857-75. 28. Oktenli C, Yesilova Z, Kocar IH, Musabak U,
25. Kbler A, Schulz G, Cordes U, Beyer J, Krause U. The Ozata M, Inal A dkk. Study of autoimmunity in
influence of testosterone substitution on bone mineral Klinefelter’s syndrome and idiopathic hypogonadotropic
density in patients with Klinefelter’s syndrome. Exp Clin hypogonadism. J Clin Immunol 2002;22:137-43.
Endocrinol 1992;100:129-32. 29. Campbell WA, Price WH. Venous thromboembolic
26. Kocar IH, Yesilova Z, Ozata M, Turan M, Sengul A, disease in Klinefelter’s syndrome. Clin Genet 1981;
Ozdemir I. The effect of testosterone replacement 19:275-80.

Sari Pediatri, Vol. 10, No. 6, April 2009 377

Anda mungkin juga menyukai