Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengertian Etik dan Legal Penelitian Keperawatan


Etik sering disebut sebagai moral philosophy atau filsafat moral yang
memiliki pengertian akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan, sikap yang baik,
yang layak. Etik bukan ajaran moral tetapi cabang ilmu filsafat mengenai
pemikiran kritis dan mendasar dari yang baik, pantas dan benar dari ajaran
moral. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etik adalah ilmu tentang apa
yang baik dan yg buruk, tentang kewajiban dan hak moral, kumpulan asas
yang berkenaan dengan akhlak, nilai yang benar dan salah yang dianut dalam
masyarakat (Cecep Tribowo. 2014).
Riset keperawatan merupakan sebuah pelaksanaan penyelidikan
ilmiah terhadap kejadian keperawatan pada klien baik itu individu, keluarga,
masyarakat beserta pengalaman kesehatannya. Riset keperawatan merupakan
suatu sarana untuk menemukan jawaban atas permasalahan perawatan pada
pasien. Melalu proses aktif pengidentifikasian masalah, mengumpulkan,
memeriksa dan menganalisa menggunakan pengetahuan untuk memecahkan
masalah secara valid.
Sedangkan pengertian legal adalah sesuai dengan hukum yang
berlaku(KBBI, 2014). Suatu peristiwa kehidupan bisa saja legal tetapi tidak
etis, atau tidak etis juga tidak legal. Dalam penelitian sering dihadapkan pada
pemilihan keputusan etik dan legal. Apakah keputusan tersebut benar atau
salah, sesuai dengan hukum atau bertentangan dengan hukum.(Pamela Brink,
2000)
Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus
memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan prinsip-
prinsip etika penelitian. Meskipun intervensi yang dilakukan dalam penelitian
tidak memiliki risiko yang dapat merugikan atau membahayakan subyek
penelitian, namun peneliti perlu mempertimbangkan aspek sosioetika dan
menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan (Jacob, 2004).
Beberapa penelitian kesehatan mengikutsertakan subyek manusia.
Penelitian ini diwajibkan memperhatikan aspek etik dalam hal menghormati
martabat manusia. Secara hukum diatur dalam PP 39/1995 tentang penelitian
dan pengembangan kesehatan. Dalam PP tersebut, pelaksanaan penelitian dan
pengembangan kesehatan wajib dilaksanakan dengan memperhatikan
kesehatan dan keselamatan jiwa manusia, keluarga dan masyarakat yang
bersangkutan. Prinsip dasar penerapan etik penelitian kesehatan Internasional
adalah :
a. Respect for person
b. Beneficience & non maleficience
c. Justice

B. Peraturan terkait Etik Legal Riset Keperawatan


1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.17 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1995 tentang
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan secara rinci menjelaskan:
Pasal 1
1. Penelitian dan pengembangan kesehatan adalah kegiatan ilmiah yang
dilakukan menurut metode yang sistematik untuk menemukan
informasi ilmiah dan/atau teknologi yang baru, membuktikan
kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga dapat dirumuskan
teori atau suatu proses gejala alam dan/atau sosial di bidang
kesehatan, dan dilanjutkan dengan menguji penerapannya untuk
tujuan praktis di bidang kesehatan.
2. Penyelenggara peneliti dan pengembangan kesehatan adalah setiap
peneliti, lembaga atau badan hukum baik milik Negara maupun
swasta, yang menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
kesehatan.
3. Peneliti adalah setiap orang yang bertugas melakukan penelitian dan
pengembangan kesehatan.
4. Penerapan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan adalah setiap
kegiatan untuk memanfaatkan atau menggunakan hasil penelitian dan
pengembangan kesehatan bagi kepentingan praktis.

Pasal 2

Penelitian dan pengembangan kesehatan bertujuan untuk memberikan


masukan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengetahuan lain yang
diperlukan untuk menunjang pembangunan kesehatan dalam rangka
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Pasal 3

Penelitian dan pengembangan kesehatan dilaksanakan oleh


penyelenggara penelitian dan pengembangan kesehatan

Pasal 4

Penelitian dan pengembangan kesehatan dilaksanakan berdasarkan


standar profesi penelitian kesehatan.

Pasal 5

1. Penelitian dan pengembangan kesehatan dapat dilakukan terhadap


manusia atau mayat manusia, keluarga, masyarakat, hewan, tumbuh-
tumbuhan, jasad renik, atau lingkungan.
2. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan penerapannya dilakukan dengan
memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat serta upaya
pelestarian lingkungan.
Pasal 8

1. Penelitian dan pengembangan kesehatan terhadap manusia hanya dapat


dilakukan atas dasar persetujuan tertulis dari manusia yang bersangkutan.
2. Persetujuan tertulis dapat pula dilakukan oleh orang tua atauahli warisnya
apabila manusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1): a.tidak mampu
melakukan tindakan hukum; b.karena keadaan kesehatan atau jasmaninya
sama sekali tidak memungkinkan dapat menyatakan persetujuan secara
tertulis; c.telah meninggal dunia, dalam hal jasadnya akan digunakan
sebagaiobyek penelitian dan pengembangan kesehatan.
3. Persetujuan tertulis bagi penelitian dan pengembangan kesehatan
terhadap keluarga diberikan oleh kepala keluarga yang bersangkutan
danterhadap masyarakat dalam wilayah tertentu oleh
Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah yang bersangkutan.

Pasal 9

Pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 8 wajib dilakukan dengan memperhatikan kesehatan
dankeselamatan jiwa manusia, keluarga dan masyarakat yang bersangkutan.

Pasal 10

Manusia, keluarga, dan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 8 berhak mendapat informasi terlebih dahulu dari penyelenggara
penelitian dan pengembangan kesehatan mengenai:

a. tujuan penelitian dan pengembangan kesehatan serta penggunaan


hasilnya;
b. jaminan kerahasiaan tentang identitas dan data pribadi;
c. metode yang digunakan;
d. risiko yang mungkin timbul;
e. hal lain yang perlu diketahui oleh yang bersangkutan dalam rangka
penelitian dan pengembangan kesehatan.

Pasal 11

Penyelenggara penelitian dan pengembangan kesehatan berkewajiban


menjagakerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi atau keluarga atau
masyarakat yang bersangkutan.

Pasal 12

Manusia, keluarga, atau masyarakat sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 8 berhak sewaktu-waktu mengakhiri atau menghentikan keterlibatannya
dalampenelitian dan pengembangan kesehatan.

Pasal 13

Penelitian dan pengembangan kesehatan terhadap:

a. anak-anak hanya dapat dilakukan dalam rangka peningkatan derajat


kesehatan anak-anak;
b. wanita hamil atau menyusui hanya dapat dilakukan dalam rangka
pembenaran masalah kehamilan, persalinan, atau peningkatan derajat
kesehatannya;
c. penderita penyakit jiwa atau lemah ingatan hanya dapat dilakukan dalam
rangka mengetahui sebab terjadinya penyakit jiwa atau lemah ingatan,
pengobatan, atau rehabilitasi sosialnya.
C. Prinsip dasar Etik Penelitian
1. Menghormati harkat dan martabat manusia
Peneliti perlu mempertimbangkan hak – hak responden untuk;
a. Mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya
penelitian
b. Memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan penelitian
Oleh karena itu, peneliti harus mempersiapkan formulir
persetujuan responden (informed consent).

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian


Penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi individu,
termasuk informasi yang bersifat pribadi. Tidak semua orang
menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga peneliti
perlu memperhatikan privasi dan kebebasan individu tersebut. Peneliti
tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas responden, baik
nama maupun alamat dalam kuesioner/alat ukur. Peneliti dapat
menggunakan koding (inisial atau nomor identitas responden).

3. Menghormati keadilan
Prinsip keadilan mempunyai makna keterbukaan dan adil. Penelitian
harus dilakukan secara jujur, hati – hati, profesional, berperikemanusiaan,
dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan,
intimitas, psikologis, serta perasaan religius responden.
Prinsip keadilan menekankan sejauh mana kebijakan penelitian
membagikan keuntungan dan beban secara merata atau menurut
kebutuhan, kemampuan, kontribusi, dan pilihan bebas masyarakat.
Misalnya dalam prosedur penelitian, peneliti mempertimbangkan aspek
keadilan gender dan hak responden untuk mendapatkan perlakuan yang
sama, baik sebelum, selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam
penelitian.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan


Peneliti harus melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur
penelitian agar hasilnya bermanfaat semaksimal mungkin bagi responden
dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi. Peneliti juga harus
meminimalisasi dampak yang merugikan responden. Apabila intervensi
penelitian berpotensi mengakibatkan cedera atau stres tambahan, maka
responden dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya
cedera, kesakitan, stres, maupun kematian.

Daftar isi

Cecep, Tribowo. 2014. Etika dan Hukum Kesehatan.. Yogyakarta : Nuha Medika

Legal. http://kbbi.web.id/legal. diakses pada tangal 2014-10-05

Brink, Pamela. J. 2000. Langkah Dasar Dalam Perencanaan Riset Keperawatan.


Jakarta : EGC.

Brockopp, E Dorothy. Dasar-Dasar Riset Keperawatan. 1999. Jakarta, EGC.

Setyad. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. 2007. Yogyakarta, Graha Ilm

Anda mungkin juga menyukai