Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO), setiap

tahun ada 2 juta kematian di seluruh dunia karena penyebab yang terkait

pekerjaan. Sekitar 354.000 disebabkan oleh kecelakaan fatal, lebih dari 270

juta kecelakaan kerja, dan ada 160 juta terjangkit penyakit akibat kerja dalam

setiap tahun. Kerugian secara finansial yang harus ditanggung oleh

perusahaan akibat hal tersebut lebih dari $1,25 triliun (Maharani dan

Wahyuningsih, 2017). Pada tahun 2013 ada 1 pekerja yang meninggal dunia

setiap 15 detik diakibatkan oleh kecelakaan kerja dan ada sekitar 160 pekerja

yang mengalami penyakit akibat kerja, sedangkan pada tahun sebelumnya

tercatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja

(PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun (Adriyanto, 2017).

Laporan International Labour Organization (ILO) memasukkan

Indonesia sebagai negara negara terendah kedua dalam program Kesehatan

dan Keselamatan Kerja. Angka kecelakaan kerja di Indonesia lima tahun

terakhir masih sangat tinggi. Menurut International Labour Organization

(ILO) tahun 2009 terdapat 96.314 kasus, di tahun 2010 meningkat menjadi

98.711 kasus (2,5%). Selanjutnya periode 2011 terjadi 99.491 kasus, apabila

dibandingkan periode sebelumnya meningkat 0,8%. Tahun 2012 peningkatan

kasus tertinggi yaitu 103.074 kasus (3,6%). Tahun 2013 terjadi 103.285 kasus

atau meningkat 0,2%. Angka kecelakaan kerja di Indonesia lima tahun

terakhir masih sangat tinggi (Maharani dan Wahyuningsih, 2017).

1
Berdasrkan data Dinas Tenaga Kerja Sulawesi Selatan, angka kecelakaan

kerja pada tahun 2010 sebanyak 531 kasus, tahun 2011 sebanyak 501 kasus,

tahun 2012 mengalami peningkatan mencapai angka 912 kasus dan tahun

2013 sebanyak 632 kasus (tidak termasuk kasus yang tidak dilaporkan)

(Ibrahim, dkk., 2017). Dalam kaitannya dengan penggunaan APD, penelitian

yang dilakukan oleh Fatmawati tahun 2012 menemukan sebanyak 58,5%

operator percetakan di Kecamatan Rappocini Kota Makassar yang tidak

menggunakan APD saat bekerja dan mengalami gangguan dermatitis

(Sumarna, dkk., 2013). Tingginya angka kecelakaan kerja disebabkan masih

rendahnya kesadaran akan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3). Misalnya dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja.

Alat Pelindung Diri (APD) berguna untuk meminimalisir terjadinya

kecelakaan kerja, oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui Alat

Pelindung Diri (APD).

B. Tujuan Praktikum

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan yang ingin dicapai ialah untuk mengetahui Alat Pelindung

Diri (APD).

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai:

a. Untuk mengetahui tentang definisi dan tujuan K3

b. Untuk mengetahui tentang kecelakaan kerja

c. Untuk mengetahui tentang teori-teori kecelakaan

2
d. Untuk mengetahui tentang PAK (Penyakit Akibat Kerja) dan PAHK

(Penyakit Akibat Hubungan Kerja)

e. Untuk mengetahui tentang Hirarki Pengendalian

f. Untuk mengetahui tentang APD (Alat Pelindung Diri)

g. Untuk mengetahui tentang tempat praktikum

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang K3

Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) adalah segala upaya atau

pemikiran yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik

jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada kususnya dan manusia pada

umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga

kerja menuju masyarakat adil dan makmur. Jadi, kecelakaan kerja adalah

kecelakaan yang terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melakukan

pekerjaan. Sedangkan keselamatan kerja (safety) adalah bebas dari bahaya atau

membebaskan diri sendiri atau orang lain dari bahaya kecelakaan (Wiratmani,

2010).

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang

dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di

tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di

tempat kerja dengan mematuhi/ taat pada hukum dan aturan keselamatan dan

kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di

tempat kerja. Menurut Rizky Argama (2006), program Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja

maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya

kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja

dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan

penyakit kerja akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal

demikian (Kusuma, 2011).

4
Tujuan K3 pada tingkat perusahaan secara khusus ialah bahwa perusahaan

harus menjujung tinggi kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan para pekerja,

bekerja dengan selamat lebih diutamakan daripada hasil produksi. Tujuan

keselamatan kerja adalah sebagai berikut: 1) Melindungi tenaga kerja atas hak

keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan

meningkatkan poduksi serta produktivitas nasiaonal. 2) Menjamin keselamatan

setiap orang lain yang berada di tempat kerja dan 3) Melindungi sumber

produksi agar terpelihara dan dapat digunakan secar aman dan efisien Tujuan

penerapan keselamatan kerja pada tingkat perusahaan adalah: 1) Mencegah dan

atau mengurangi kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran

peledakaan, dan pencemaran lingkungan. 2) Mengamankan mesin, pesawat,

instalasi, peralatan kerja, bahan baku, dan hasil produksi. 3) Menciptakan

lingkungan dan tempat kerja yang bersih, sehat, nyaman dan aman dan 4)

Meningkatkan produktifitas kerja atas dasar tingkat keselamatan kerja yang

tinggi (Wiratmani, 2010).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disebut SMK3

adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi

struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur,

proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,

pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka

pengendalian resiko yang berkaitan dengan kerja guna terciptanya tempat kerja

yang aman, efisien dan produktif (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor.09/PER/M/2008).

5
Pemahaman tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) yang benar dari semua aspek sangat berguna untuk pencegahan

kecelakaan dalam kegiatan konstruksi dimana diharapkan produksi meningkat

dengan meminimalkan atau mengurangi kecelakaan bahkan meniadakan

kecelakaan (Zero Accident). Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik

Indonesia No: PER.05/MEN/1996: Sesuai dengan Bab III pasal Peraturan

Menteri Tenaga Kerja No. PER. 05/MEN/1996, penerapan SMK3 diwajibkan

kepada perusahaan dengan tingkat pelaksanaan sebagai berikut :

1. Perusahaan kecil atau perusahaan yang tingkat resiko rendah harus

menerapkan sebanyak 64 elemen.

2. Perusahaan sedang atau perusahaan yang tingkat resiko menengah harus

menerapkan sebanyak 122 elemen.

3. Perusahaan besar atau perusahaan yang tingkat resiko tinggi harus

menerapkan sebanyak 166 elemen.

Keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) ditempat kerja dapat diukur menurut Permenaker 05/MEN/1996

sebagai berikut:

1. Untuk tingkat pencapaian 0-59% dan pelanggaran peraturan perundangan (

nonconformance ) dikenai tindakan hukum.

2. Untuk tingkat pencapaian 60-84% diberikan sertifikat dan bendera perak.

3. Untuk tingkat pencapaian 85-100% diberikan sertifikatt dan bendera emas

(Nurcahyo, dkk., 2016).

B. Tinjauan Umum Tentang Kecelakaan Kerja

6
Menurut Word Health Organization (WHO) mendefinisikan

kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan

penanggulangan sebelumnya sehingga menghasilkan cedera yang riil.

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak

diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda

(Peraturan Mentri Tenaga Kerja Nomor: 03/Maret/1998). Menurut

OHSAS, (1801, 1999) (dalam Shariff, 2007), kecelakaan kerja adalah

suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan

kematian, luka-luka, kerusakan harta benda atau kerugian waktu (Naibaho,

2016).

Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang

ditimbulkan membuat perusahaan melakukan pengklasifikasian jenis

cidera akibat kecelakaan. Tujuan pengklasifikasian ini adalah untuk

pencatatan dan pelaporan statistik kecelakaan kerja. Banyak standar

referensi penerapan yang digunakan berbagai oleh perusahaan, salah

satunya adalah standar Australia AS 1885-1 (1990)1. Berikut adalah

pengelompokan jenis cidera dan keparahannya:

1. Cidera fatal (fatality) adalah kematian yang disebabkan oleh cidera

atau penyakit akibat kerja.

2. Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury)

adalah suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen,

atau kehilangan hari kerja selama satu hari kerja atau lebih. Hari pada

7
saat kecelakaan kerja tersebut terjadi tidak dihitung sebagai

kehilangan hari kerja.

3. Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day)

adalah semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa

masuk kerja karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi

kecelakaan. Juga termasuk hilang hari kerja karena cidera yang

kambuh dari periode sebelumnya. Kehilangan hari kerja juga

termasuk hari pada saat kerja alternatif setelah kembali ke tempat

kerja. Cidera fatal dihitung sebagai 220 kehilangan hari kerja dimulai

dengan hari kerja pada saat kejadian tersebut terjadi.

4. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas

(Restrictedduty) adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu

untuk mengerjakan pekerjaan rutinnya dan ditempatkan pada

pekerjaan lain sementara atau yang sudah di modifikasi. Pekerjaan

alternatif termasuk perubahan lingungan kerja pola atau jadwal kerja.

5. Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury).

Kecelakaan kerja ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi

kecelakaan kerja yang ditangani oleh dokter, perawat, atau orang yang

memiliki kualifikasi untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan.

6. Cidera ringan (first aid injury) adalah cidera ringan akibat kecelakaan

kerja yang ditangani menggunakan alat pertolongan pertama pada

kecelakaan setempat, contoh luka lecet, mata kemasukan debu, dan

lain-lain.

8
7. Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident)

adalah suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan

kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran,

peledakan dan bahaya pembuangan limbah (TIM K3 FT UNY, 2014).

C. Tinjauan Umum Tentang Teori-Teori Kecelakaan

Adapun teori-teori penyebab kecelakaan adalah sebagai berikut :

1. Teori domino

Teori ini diperkenalkan oleh H.W. Heinrich pada tahun 1931. Menurut

Heinrich, 88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan/tindakan tidak aman

dari manusia (unsafe act), sedangkan sisanya disebabkan oleh hal-hal yang

tidak berkaitan dengan kesalahan manusia, yaitu 10 % disebabkan kondisi

yang tidak aman (unsafe condition) dan 2% disebabkan takdir Tuhan.

Heinrich menekankan bahwa kecelakaan lebih banyak disebabkan oleh

kekeliruan atau kesalahan yang dilakukan oleh manusia. Menurutnya,

tindakan dan kondisi yang tidak aman akan terjadi bila manusia berbuat suatu

kekeliruan. Hal ini lebih jauh disebabkan karena faktor karakteristik manusia

itu sendiri yang dipengaruhi oleh keturunan (ancestry) dan lingkungannya

(environment).

Apabila terdapat suatu kesalahan manusia, maka akan tercipta tindakan

dan kondisi tidak aman serta kecelakaan serta kerugian akan timbul. Heinrich

menyatakan bahwa rantai batu tersebut diputus pada batu ketiga sehingga

kecelakaan dapat dihindari. Konsep dasar pada model ini adalah:

a) Kecelakaan adalah sebagai suatu hasil dari serangkaian kejadian yang

9
berurutan. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya.

b) Penyebabnya adalah faktor manusia dan faktor fisik.

c) Kecelakaan tergantung kepada lingkungan fisik dan sosial kerja.

d) Kecelakaan terjadi karena kesalahan manusia.

2. Teori Bird & Loftus

Kunci kejadian masih tetap sama seperti yang dikatakan oleh Heinrich,

yaitu adanya tindakan dan kondisi tidak aman. Bird dan Loftus tidak lagi

melihat kesalahan terjadi pada manusia/pekerja semata, melainkan lebih

menyoroti pada bagaimana manajemen lebih mengambil peran dalam

melakukan pengendalian agar tidak terjadi kecelakaan.

3. Teori Swiss Cheese

Kecelakaan terjadi ketika terjadi kegagalan interaksi pada setiap

komponen yang terlibat dalam suatu sistem produksi. Kegagalan suatu proses

dapat dilukiskan sebagai “lubang” dalam setiap lapisan sistem yang berbeda.

Dengan demikian menjelaskan apa dari tahapan suatu proses produksi

tersebut yang gagal (TIM K3 FT UNY, 2014).

D. Tinjauan Umum Tentang PAK dan PAHK

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,

alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian,

penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisual atau man made

disease. Sejalan dengan hal tersebut terdapat pendapat lain yang menyatakan

bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani

maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas kerja

10
atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan (Hebbie Ilma Adzim,2013).

Tedapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi di tempat kerja,

berikut beberapa jenisyang digolongkan berdasarkan penyebab dari penyakit

yang ada di tempat kerja.

1. Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara,

vibrasi, penerangan. Efek pencahayaan pada mata, kekuatan pencahayaan

beraneka ragam, yaitu berkisar 2.000-100.000 lux di tempat terbuka

sepanjang hari dan pada malam hari dengan pencahayaan buatan 50-500lux.

Upaya perbaikan penggunaan pencahayaan di tempat kerja. Grandjean (1980)

menyarankan sistem desain pencahayaan di tempat kerja sebagai berikut:

a) Hindari sumber pencahayaan lokal langsung dalam penglihatan

pekerja.

b) Hindari penggunaan cat mengkilap terhadap mesin-mesin,meja, kursi,

dan tempat kerja.

c) Hindari pemasangan lampu FL yang tegak lurus dalam garis

penglihatan.

2. Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas,

larutan,kabut

3. Golongan biologik: bakteri, virus, jamur, dll

4. Golongan fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja.

5. Golongan psikososial: stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjan

(TIM K3 FT UNY, 2014).

WHO mengelompokkan PAHK yang bersumber multifaktor. Penyakit-

11
penyakit ini dalam faktor - faktor tempat kerja dapat dihubungkan

kejadiannya tetapi tidak membutuhkan faktor resiko pada tiap kasus.

Penyakit- penyakit ini sering terlihat dalam komunitas biasa. Penyakit akibat

hubungan kerja adalah :

1. Hipertensi

2. Penyakit jantung ischaemik

3. Penyakit psikosomatik

4. Musculoskeletal disarder (MSD)

5. Chronic non spesifik reproductive disease / bronchitis chronic

Pada penyakit- penyakit ini, pekerjaan dapat dihubungkan dengan

penyebabnya atau dengan mempelihatkan kondisi kesehatan sebelumnya

(yang sudah ada) (Buraena, 2015).

E. Tinjauan Umum Tentang Hirarki Pengendalian

Pengendalian resiko dapat mengikuti Pendekatan Hirarki Pengendalian

(Hirarchy of Control). Hirarki pengedalian resiko adalah suatu urutan-urutan

dalam pencegahan dan pengendalian resiko yang mungkin timbul yang terdiri

dari beberapa tingkatan secara berurutan. Di dalam hirarki pengendalian

resiko terdapat 2 (dua) pendekatan, yaitu :

1. Pendekatan ”Long Term Gain” yaitu pengendalian berorientasi jangka

panjang dan bersifat permanen dimulai dari pengendalian substitusi,

eliminasi, rekayasa teknik, isolasi atau pembatasan, administrasi dan

terakhir jatuh pada pilihan penggunaan alat pelindung diri.

2. Pendekatan ”Short Term Gain”, yaitu pengendalian berorientasi jangka

12
pendek dan bersifat temporari atau sementara. Pendekatan pengendalian

ini diimplementasikan selama pengendalian yag bersifat lebih permanen

belum dapat diterapkan. Pilihan pengendalian resiko ini dimulai dari

penggunaan alat pelindung diri menuju ke atas sampai dengan substitusi

(Tarwaka, 2008).

Hirarki Pengendalian Resiko merupakan suatu urutan-urutan dalam

pencegahan dan pengendalian resiko yang mungkin timbul yang terdiri dari

beberapa tingkatan secara berurutan. Salah satunya dengan membuat rencana

pengendalian antara lain :

1. Eliminasi (Elimination)

Eliminasi merupakan suatu pengendalian resiko yang bersifat permanen

dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas utama. Eliminasi

dapat dicapai dengan memindahkan obyek kerja atau sistem kerja yang

berhubungan dengan tempat kerja yang tidak dapat diterima oleh ketentuan,

peraturan atau standar baku K3 atau kadarnya melebihi Nilai Ambang Batas

(NAB) yang diperkenankan. Cara pengendalian yang baik dilakukan adalah

dengan eliminasi karena potensi bahaya dapat ditiadakan.

2. Substitusi (Substitution)

Cara pengendalian substitusi adalah dengan menggantikan bahan- bahan

dan peralatan yang lebih berbahaya dengan bahanbahan dan peralatan yang

kurang berbahaya atau yang lebih aman.

3. Rekayasa Teknik (Engineering Control)

Pengendalian rekayasa teknik termasuk merubah struktur obyek kerja

13
untuk mencegah seseorang terpapar potensi bahaya. Cara pengendalian yang

dilakukan adalah dengan pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan,

pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor beton, pemberian alat bantu

mekanik, pemberian absorber suara pada dinding ruang mesin yang

menghasilkan kebisingan tinggi, dan lain-lain.

4. Isolasi (Isolation)

Cara pengendalian yang dilakukan dengan memisahkan seseorang dari

obyek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin produksi dari tempat tertutup

(control room) menggunakan remote control.

5. Pengendalian Administrasi (Admistration Control)

Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menyediakan suatu sistem

kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya

yang tergantung dari perilaku pekerjanya dan memerlukan pengawasan yang

teratur untuk dipatuhinya pengendalian administrasi ini. Metode ini meliputi

penerimaan tenaga kerja baru sesuai jenis pekerjaan yang akan ditangani,

pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi

kebosanan dan kejenuhan, penerapan prosedur kerja, pengaturan kembali

jadwal kerja, training keahlian dan training K3.

6. Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri yang digunakan untuk membatasi antara terpaparnya

tubuh dengan potensi bahaya yang diterima oleh tubuh.

F. Tinjauan Umum Tentang APD

Alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja

14
sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di

sekelilingnya. Pada umumnya alat-alat tersebut terdiri dari:

1. Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa

mengenai kepala secara langsung.

2. Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketika

menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil,

pesawat, alat berat, dan lain-lain).

3. Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja

di tempat yang becek ataupun berlumpur.

4. Sepatu Pelindung (Safety Shoes), berfungsi untuk mencegah kecelakaan

fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda

panas, cairan kimia, dan sebagainya.

5. Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja

di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan.

6. Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai pengaman saat bekerja

di ketinggian.

7. Penutup Telinga (Ear Plug/ Ear Muff), berfungsi sebagai pelindung

telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.

8. Kacamata Pengaman (Safety Glasses), berfungsi sebagai pelindung mata

ketika bekerja (misal mengelas).

9. Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat

bekerja di tempat dengan kualitas udara yang buruk (misal berdebu,

beracun, berasap, dan sebagainya).

15
10. Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai pelindung wajah dari

percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda).

11. Jas Hujan (Rain Coat), berfungsi melindungi diri dari percikan air saat

bekerja (missal bekerja pada saat hujan atau sedang mencuci alat)

(Muhammad Sabir, 2009).

Pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai

dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, prinsip yang

dianut dan juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan

agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari (Harahap, 2001:10).

G. Tinjauan Umum Tentang Tempat Praktikum

Adapun gambaran umum tentang lokasi praktikum adalah sebagai berikut :

1. Waktu Pengoperasian

Pukul 08.00-17.00 WITA.

2. Jumlah Pekerja

Berjumlah sebanyak 4 orang.

16
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan di Cuci Mobil Tiga Satu Jl. Batua Raya pada

tanggal 2 April 2019 jam 11.07-11.45 WITA.

B. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu:

1. Alat tulis-menulis

2. Handphone

C. Prinsip Kerja

Pada praktikum ini, praktikan melakukan survey di salah satu tempat

pencucian mobil yaitu Cuci Mobil Tiga Satu. Adapun alat yang digunakan

dalam praktikum ini yaitu alat tulis-menulis yang digunakan sebagai media

pencatatan selama survey jalan sepintas. Handphone berfungsi sebagai alat

untuk memotret kegiatan dan lingkungan pencucian mobil.

D. Prosedur Kerja

1. Menggunakan produk khusus mobil dan alat pencuci mobil. Mulai dari

spons, lap, hingga sampo khusus mobil sangat dianjurkan. Lap mobil

seharusnya sangat lembut dan tidak menyebabkan kotoran atau pasir

menempel di lap sehingga tidak menggores cat.

2. Basahi seluruh bodi mobil sebelum mencucinya. Diamkan beberapa saat

agar kotoran yang menempel lebih mudah diangkat, ibarat merendamnya.

Gunakan semprotan bertekanan tinggi jika anda punya. Air akan

17
membantu melunakkan lumpur kering sehingga lebih mudah dibersihkan

tanpa perlu menggosok mobil.

3. Siapkan dua ember, satu untuk air bersabun dan satu lagi untuk membilas

spons atau lap mobil. Sering-seringlah membilas spons atau lap dengan air

bersih untuk meluruhkan kotoran dan pasir yang menempel, kemudian

celupkan lagi ke air bersabun untuk memcuci bagian berikutnya.

4. Cuci dari atas ke bawah. Bagian bawah mobil tentu paling kotor karena

lumpur dan tanah. Mulailah mencuci dan mengelap mobil dari atap mobil

atau bagian yang terbersih. Biarkan air sabun mengalir ke bawah sekalian

melunakkan lumpur kering sehingga nantinya mudah dibersihkan ketika

mencuci bagian bawah mobil.

5. Bilas bodi mobil dengan air bersih. Semprotkan air ke celah-celah da

bagian yang tersembunyi di bodi mobil.

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Jumlah pekerja pada tempat pencucian mobil Tiga Satu di Jl. Batua raya

yaitu 9 orang.

2. Tempat pencucian mobil Tiga Satu dibuka pada jam 09.00-17.00 setiap

hari.

3. Pekerja yang bekerja di tempat pencucian mobil Tiga Satu tidak

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

4. Adapun bahaya dan risiko penyakit yang ada pada pekerja yaitu:

a.) Penyakit Kutu Air (Tinea Pedis), adalah penyakit yang disebabkan

oleh infeksi jamur yang terdapat pada sela-sela jari kaki. Salah

satunya disebabkan karena kaki yang selalu terkena air secara terus-

menerus. Pekerja yang tidak memakai safety booth akan terkena

penyakit kutu air karena kakinya yang keseringan terkena air.

b.) Kulit Keriput atau Melepuh, adalah penyakit yang disebabkan karena

kulit yang terkena air secara terus-menerus, biasanya terjadi pada

tangan. Penyakit ini dapat menyebabkan kulit tangan menjadi tipis.

c.) Lantai yang licin yang disebabkan oleh air sabun dapat

membahayakan bagi pekerja yang tidak memakai safety booth seperti

terjatuh atau terpeleset.

d.) Dalam jangka panjang, dapat terjadi penyakit paru-paru basah pada

pekerja karena tidak menggunakan baju pelindung diri seperti baju

mantel yang dapat mencegah kedinginan.

19
B. PEMBAHASAN

Alat pelindung diri (APD) merupakan peralatan pengaman pekerja yang harus

dipakai saat bekerja. Berikut ini adalah jenis-jenis APD menurut bagian tubuh

yang dilindungi (Suma’mur, 1989).

1. Kepala: topi, helm, penutup rambut

2. Mata: kacamata dari berbagai jenis kaca, googles

3. Muka: topeng (mask) las

4. Telinga: sumbat telinga, tutup telinga

5. Alat pernafasan: masker khusus, respirator

6. Tangan dan jari: sarung tangan

7. Kaki: sepatu, boot

8. Tubuh: apron, overall

International Labour Organitation (ILO) mengungkapkan bahwa setiap

tahun terjadi 2,2 juta kematian yang disebabkan karena penyakit atau kecelakaan

akibat hubungan tenaga kerjaan. Sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja dimana

diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan tenaga kerja baru setiap

tahunnya. Laporan International Labour Organization (ILO) memasukkan

Indonesia sebagai negara negara terendah kedua dalam program Kesehatan dan

Keselamatan Kerja. Laporan itu didasarkan pada survei terhadap 53 negara tahun

lalu (Raodhah Gemely, 2014).

Adapun hazard yang dapat tejadi pada lingkungan kerja yaitu tempat

pencucian mobil yaitu: potensi pekerja terpeleset sehingga dibuat lantai agak

kasar dan bergerigi. Potensi pekerja tersandung akibat pekerja melewati selang air

20
yang terlilit. Potensi pekerja terkena pajanan sabun krim dan shampoo khusus

untuk mobil seperti gatal-gatal dan merah pada kulit. Potensi pekerja terkena

sengatan listrik akibat pada saat proses finishing pekerja biasanya

menyambungkan steker dalam kondisi tangan yang basah sehingga berpotensi

untuk terjadi kecelakaan (Junita dan Kurniawidjaja, 2012). Oleh karena itu untuk

meminimalisir kejadian Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Penyakit Akibat

Hubungan Kerja (PAHK), sebaiknya digunakan APD pada pekerja pencucian

mobil. Karena APD dapat digunakan sebagai pengendalian bahaya di lingkungan

kerja dan berguna untuk meningkatkan safety behaviour para tenaga kerja masing-

masing.

21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Pada praktikum ini dilakukan pengamatan pada pencucian mobil. Adapun

hasil dari pengamatan tersebut yaitu terdapat 9 pekerja pada tempat pencucian

mobil Tiga Satu dan para pekerja tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD).

Karena tidak menggunakan APD pada saat bekerja sehingga pekerja sering

terpapar air yang dapat menyebabkan penyakit kutu air, kulit terkelupas atau

melepuh, paru-paru basah, dan lain-lain.

B. SARAN

1. Untuk Dosen

Sebaiknya dosen dalam praktikum mendampingi asisten untuk

mengawasi jalannya praktikum sehingga praktikum dapat berjalan lebih

optimal dalam hal penjelasan materi.

2. Untuk Asisten

Diharapkan agar setiap asisten memperhatikan dan mendampingi

praktikannya saat melakukan praktikum, tidak langsung pergi setelah

mencontohkan cara kerja, agar dapat meminimalisir kesalahan yang dibuat

praktikan.

3. Untuk Laboratorium

Diharapkan agar menyediakan ruangan yang lebih besar lagi karena

tidak sebanding dengan jumlah praktikan agar praktikum dapat dilakukan

secara efektif dan efisien. Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan untuk

praktikum agar diperbanyak sehingga dapat lebih menghemat waktu tanpa

22
melakukan praktikum yang bergiliran setiap kelompok yang akan

memakan banyak waktu.

4. Untuk Kegiatan Praktikum

Kegiatan praktikum seharusnya dilakukan tepat pada waktunya sesuai

dengan jadwal yang ada dan selesai tepat pada waktunya agar tidak

mengganggu mata kuliah selanjutnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Adriyanto, Muhammad Rizky, 2017. Hubungan Predisposing Factor Dengan


Perilaku Penggunaan Apd Pada Pekerja Unit Produksi I Pt Petrokimia
Gresik. The Indonesian Journal Of Occupational Safety And Health, Vol. 6
No. 1, Hal 37-47.
Buraena, Sultan. 2015. Modul 3 Penyakit Akibat Kerja. Universitas
Hasanuddin.https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=
web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi8u_vW0LbhAhVSWysKHU
T0B6EQFjAAegQIBhAC&url=https%3A%2F%2Fmed.unhas.ac.id%2Fked
okteran%2Fwp-content%2Fuploads%2F2015%2F11%2FMODUL-3-
MAHASISWA-PAK.doc&usg=AOvVaw2jl5SRJ4CVMe-BvJKiDnwN.
(Diakses pada tanggal 4 April 2019).
Hendriani, Susi, Mangapul Sitanggang. 2014. Pengaruh Pelatihan Dan
Pengawasan Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dan
Prestasi Karyawan PT Truba Jaya Engineering di Pangkalan Kerinci.
Repository University of Riau.
https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/6507/ARTI
KEL.pdf?sequence=3. (Diakses pada tangal 4 April 2019).
Ibrahim, Hasbi, Dkk., 2017. Gambaran Penerapan Standar Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum
Daerah Haji Makassar. Public Health Science Journal, Vol. 9 No.2.
Junita, Fadriati, L. Meily Kurniawidjaja., 2012. Manajemen Risiko Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pada Proses Pencucian Mobil Di FJM Jakarta Tahun
2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat, [Online]
http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-08/S43948-Fatdriati%20Junita
[diakses 5 April 2019]
Kusuma, Ibrahim Jati. 2011. Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Karyawan Pt. Bitratex Industries Semarang.
https://core.ac.uk/download/pdf/11725555.pdf. (Diakses pada tanggal 4 April
2019).

24
Maharani D. P, Anik S. W., 2017. Pengetahuan, Sikap, Kebijakan K3 dengan
Penggunaan Alat Pelindung Diri Di bagian Ring Spinning Unit 1. Jurnal of
Health Education. Vol 2 (1). Hal 33-38.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/article/view/18823
(Diakses pada tanggal 4 april 2019).
Muslimin., 2018. Analisis Kemampuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Karyawan Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Dunisa Usaha
dan Dunia Industri. Universitas Negeri Makassar. Makassar.
http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/10489 (Diakses pada tanggal 4 april 2019).
Naibaho, E., 2016. Analisis Safety Procedure dan Perancangan Sistem K3
Menggunakan Metode Hazard Identification Risk Assessment And Risk
Control dan Job Safety Analysis (Studi Kasus Pada Pt. Kuala Pelabuhan
Indonesia). Skripsi Sarjana. Fakultas Teknik. Universitas Widyatama,
Bandung.
[https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/8408] [Diakses
pada tanggal 05 April 2019].
Nurcahyo, Widyat, dkk. 2016. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (SMK3) Pada Proyek Gedung (Studi Kasus di Ibukota DKI Jakarta).
Jurnal Sains Dan Teknologi. Vol. 11(2). Hal 1-132.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&
cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiSr_SYwrbhAhXY6nMBHQjVBsUQFjA
AegQICRAC&url=http%3A%2F%2Fjagakarsa.ac.id%2Fdownload.php%3
Ffile%3Dimg%2Ffiles%2FSistem%2520Manajemen%2520Keselamatan%2
520Dan%2520Kesehatan%2520Kerja%2520(Smk3)%2520Pada%2520Proy
ek%2520Gedung.pdf&usg=AOvVaw0iaPixtcwUufi6hbPqxS9P. (Diakses
pada tanggal 4 April 2019).
Piri, Sovian,. 2012. Pengaruh Kesehatan, Pelatihan dan Penggunaan Alat
Pelindung Diri Terhadap Kecelakaan Kerja pada Pekerja Konstruksi di Kota
Tomohon. Jurnal Ilmiah Media Engineering. Vol 2 (4). Hal 219-231.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jss/article/view/1392/1101 (diakses
pada tanggal 3 april 2019).

25
Raodhah S, Delfani Gemely., 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan Bagian Packer PT
Semen Bosowa Maros Tahun 2014. Al-Sihah : Public Health Science
Journal. Vol 6 (2). Hal 437- 449. http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/Al-Sihah/article/view/1967/1896 (Diakses pada
tanggal 4 april 2019).
Sumarna, dkk., 2013. Determinan Penggunaan Alat Pelindung Diri APD) pada
Karyawan Percetakan. Fakultas Kesehatan Universitas Hasanuddin.
Makassar. https://core.ac.uk/download/pdf/25490867.pdf [diakses pada
tanggal 4 maret 2019].
Solichin, dkk., 2014. Penerapan Personal Protective Equipment (Alat Pelindung
Diri) Pada Laboratorium Pengelasan. Jurnal Teknik Mesin, [Online] 22 (1).
Hal 89-103 http://journal.um.ac.id/index.php/teknik mesin/article/view/4490
[diakses 5 April 2019].
Soputan, Gabby E. M., 2013. Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K) (Study Kasus Pembangunan Gedung SMA Eben Haezar). Jurnal
Ilmiah Media Engineering. Vol 4 (4). Hal 229-238.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jime/article/view/7135/6646 (
Diakses pada tanggal 3 april 2019).
TIM K3 FT UNY. 2014. Buku Ajar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3).
Yogyakarta.
Tjakra, dkk., 2013. Manajemn Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
pada Proyek Pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado. Jurnal Sipil
Statik. Vol 1 (4). Hal 282-288.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jss/article/view/1392/1101 (Diakses
pada tanggal 3 april 2019).
Wiratmani, Elfitria. 2010. Analisis Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (K–3) Pada Bagian Pressing di Pt. X. Jurnal Ilmiah Faktor Exacta.
Vol 3 (1). Hal 95-110.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&
cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjVlv7jz7XhAhXA8XMBHfV-

26
ASsQFjAGegQICBAC&url=https%3A%2F%2Fjournal.lppmunindra.ac.id
%2Findex.php%2FFaktor_Exacta%2Farticle%2Fdownload%2F11%2F10&
usg=AOvVaw2WcVLncQ5lrD4WzhxqjzX6. (Diakses pada tanggal 4 April
2019).

27

Anda mungkin juga menyukai