“HEPATITIS A”
DISUSUN OLEH :
HASDAR (K011171049)
STEFANI (K011171051)
Segala puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya lah sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Pada kesempatan kali ini kami berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan tentang “Penyakit Hepatitis A”.
Semoga makalah sederhana ini dapat menambah wawasan baik untuk kami
(Kelompok) dan siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami meminta maaf
apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan kata serta penulisan yang
tidak benar, maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca agar makalah ini dapat berguna bagi semua orang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
PEMBAHASAN
Virus hepatitis A ini menyebar terutama melalui makanan atau air yang
terkontaminasi dengan tinja orang yang terinfeksi. Penyakit ini sangat erat
kaitannya dengan kurangnya penggunaan air bersih, sanitasi yang tidak memadai
dan kebersihan pribadi yang buruk. Infeksi hepatitis A tidak menyebabkan
penyakit hati kronis dan jarang berakibat fatal, tetapi penyakit ini dapat
berpotensi Kejadian Luar Biasa atau KLB.
2. Etiologi Hepatitis A
Virus hepatitis A merupakan partikel dengan ukuran diameter 27
nanometer dengan bentuk kubus simetrik tergolong virus hepatitis terkecil,
termasuk golongan pikornavirus. Ternyata hanya terdapat satu serotype
yang dapat menimbulkan hepatitis pada manusia. Dengan mikroskop
electron terlihat virus tidak memiliki mantel, hanya memiliki suatu
nukleokapsid yang merupakan ciri khas dari antigen virus hepatitis A.
Seuntai molekul RNA terdapat dalam kapsid, satu ujung dari RNA ini
disebut viral protein genomik (VPg) yang berfungsi menyerang ribosom
sitoplasma sel hati. Virus hepatitis A bisa dibiak dalam kultur jaringan.
Replikasi dalam tubuh dapat terjadi dalam sel epitel usus dan epitel hati.
Virus hepatitis A yang ditemukan di tinja berasal dari empedu yang
dieksresikan dari sel-sel hati setelah replikasinya, melalui sel saluran
empedu dan dari sel epitel usus. Virus hepatitis A sangat stabil dan tidak
rusak dengan perebusan singkat dan tahan terhadap panas pada suhu 600C
selama ± 1 jam. Stabil pada suhu udara dan pH yang rendah. Tahan
terhadap pH asam dan asam empedu memungkinkan VHA melalui
lambung dan dikeluarkan dari tubuh melalui saluran empedu.
Timbulnya Ikterus
Adanya gangguan intra hepatik akan berdampak pada ekskresi
bilirubin yang telah terkonyugasi ini kedalam usus. Bilirubin terkonjugasi
akan kembali ke dalam peredaran darah, dan bila sudah mencapai kadar
>2,5 mg/dL, mulai memunculkan gejala ikterus pada kulit dan sklera
mata. Ikterus akan tampak lebih jelas secara klinis apabila kadar bilirubin
>3 mg/dL. Selanjutnya, bilirubin terkonjugasi akan dialirkan ke ginjal dan
diekskresikan melalui urine, sehingga tampak urine berwarna coklat
gelap. Bilirubin terkonjugasi dan cairan empedu yang gagal disalurkan ke
usus, menjadikan feses berwarna pucat.
Ekskresi Virus HA
Selanjutnya, virus HA akan dibuang dari sel-sel hati ke sinusoid-
sinusoid dan kanal-kanal kecil empedu, kemudian mengalir kedalam usus
halus bersama dengan pengeluaran empedu, dan dikeluarkan bersama
feses. Ekskresi virus HA di feses mencapai puncaknya sebelum timbulnya
gejala atau kenaikan enzim hati. Ekskresi virus ini dapat berlangsung lama
hingga berbulan-bulan kemudian.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat disimpulkan:
1. Hepatitis adalah proses peradangan difus pada sel hati. Hepatitis A
adalah hepatitis yang disebabkan oleh infeksi Hepatitis A Virus. Infeksi
virus hepatitis A dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi.
2. Hepatitis A disebabkan oleh Hepatitis-A Virus (HAV). Umumnya tidak
sampai menyebabkan kerusakan jaringan hati. Mereka yang terinfeksi
oleh virus ini, 99% dapat pulih sepenuhnya. Virus HAV ini menular
dengan cara fecal-oral (fecal: kotoran,/feses, oral: mulut). Artinya
penyebaran dan penularan virus ini terjadi melalui kontaminasi makanan
atau air oleh virus HAV yang terdapat pada kotoran/feses penderita
Hepatitis.
3. Gambaran epidemiologi penyakit hepatitis A adalah kelompok berisiko
meliputi orang yang berkunjung ke negara dimana Hepatitis A umum
terjadi (kebayakan negara berkembang), pria yang berhubungan kelamin
dengan pria, penyandang cacat intelektual dan penjaganya, beberapa
petugas kesehatan yang berkerja dalam atau dengan masyarakat pribumi,
petugas salinan, pengguna narkoba suntik, pasien yang menderita
penyakit hati kronis, dan penderita hemofilia yang mungkin menerima
konsetrat plasma terkumpul. Hepatitis A sering terjadi di negara dengan
endemisitas sedang seperti Korea, Indonesia, Thailand, Srilanka, dan
Malaysia.
4. Orang yang terinfeksi dapat menularkan virus ini kepada orang lain dari
dua minggu sebelum timbulnya gejala sampai seminggu setelah
timbulnya penyakit kuning. Hepatitis A biasanya ditularkan sewaktu
virus dari orang yang terinfeksi tertelan oleh orang lain melalui makanan
dan air tercemar, menyentuh peralatan yang dikotori tinja dari orang yang
dapat menularkan penyakit, serta hubungan langsung (termasuk seksual)
dengan orang yang terinfeksi.
5. Gejala dan manifestasi klinis penyakit hepatitis A adalah yang pertama
fase inkubasi. Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya
gejala atau ikterus, kedua fase prodromal (pra ikterik). Fase diantara
timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus ditandai
dengan malaise umum, nyeri otot, nyeri sendi, mudah lelah, gejala
saluran napas atas dan anorexia. Ketiga, fase Ikterus. Fase ini pada
awalnya disadari oleh penderita, biasanya setelah demam turun penderita
menyadari bahwa urinnya berwarna kuning pekat seperti air teh ataupun
tanpa disadari, orang lain yang melihat sclera mata dan kulitnya berwarna
kekuning-kuningan. Ke-empat, fasse konvalesen (penyembuhan).
Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi
hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada.
6. Pencegahan hepatitis A yang utama adalah dengan menjaga kebersihan,
juga dapat dicegah melalui vaksinasi yang dilakukan sebanyak dua kali
dengan selang waktu 6-12 bulan
B. Saran
Rezende, G., et al., Viral and clinical factors associated with the fulminant course
of hepatitis A infection. Hepatology, 2003. 38(3): p. 613-8.
Ropiah, Andri Dwi Hernawan, dan Selviana. 2013. Faktor Lingkungan dan
Perilaku Yang Berhubungan dengan Kejadian Hepatitis A di Kecamatan
Sintang Kabupaten Sintang.
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/berbagai-cara-penularan-hepatitis-a/
https://www.alodokter.com/waspadai-penularan-hepatitis-a-dan-kenali-gejalanya