Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“MENAJEMEN GIZI BURUK


KWASHIORKOR DAN GONDOK ENDEMIC”

KELOMPOK 1 :
FRISTA NEVRILAUDRI (18130091)
NI KADEK PIPIT PUSPITA (18130092)
IVAN BUDI PRASETYA (18130094)
DARMA MALATI SUKMA (18130095)
ANITA MOLISA (18130097)
LINDA (18130099)
RISTI EKA WULANDARI (18130101)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Menajemen Gizi Buruk Kwashiorkor
Dan Gondok Endemic ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterima kasih kepada ibu Zenny Puspitarini, S.Kep,Ns. M.Kep selaku Dosen pembimbing mata
kuliah Menajemen Gizi Buruk yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai penyakit kwashiorkor dan gondok endemic. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kwarsiorkor merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Kwarsiorkor disebabkan
karena defisiensi makronutrient (zat gizi makro). Meskipun sekarang ini terjadi permasalahan pada
status gizi dari defisiensi makronutrient kwarsiorkorada defisiensi mikronutrient, tetapi beberapa
daerah di indonesia prevalensi kwarsiorkormasih tinggi (> 30%) sehingga memerlukan penanganan
intensif dalam upaya penurunan prevalensi kwarsiorkor. Kwashiorkor atau yang biasa
disebut busung lapar adalah sindrom klnis akibat dari defisiensi protein berat dan masukan kalori
tidak cukup. Akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat menimbulkan tanda dan gejala seperti tinggi
dan berat bedan tidak sesuai dengan anak seusianya dari kekurangan masukan atau dari kehilangan
yang berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik. Walaupun
penambahan tinggi dan berat dipercepat dengan pengobatan, ukuran ini tidak akan pernah sama
dengan tinggi dan berat badan anak yang secara tetap bergizi baik.
Penyakit akibat kwarsiorkor ini dikenal dengan kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan karena
kurang protein. Adapun yang menjadi penyebab langsung terjadinya kwarsiorkor adalah konsumsi
yang kurang dalam jangka waktu yang lama. Pada orang dewasa, kwarsiorkor timbul pada anggota
keluarga rumahtangga miskin olek karena kelaparan akibat gagal panen atau hilangnya mata
pencaharian. Bentuk berat dari kwarsiorkor di beberapa daerah di Indonsia kwarsiorkor pernah
dikenal sebagai penyakit busung lapar atau ho (honger oedeem). Oleh karena itu, penting bagi
perawat untuk mempelajari penyakit kwashiorkor pada anak.

B. Rumusan Masalah
1. Definisi kwarshiorkor dan gondok endemic?
2. Bagaimana etiologi kwarshiorkor dan gondok endemic?
3. Bagaimana tanda dan gejala kwarshiorkor dan gondok endemic?
4. Bagaimana manifestasi klinis kwarshiorkor dan gondok endemic?
5. Bagaimana patofisiologi kwarshiorkor dan gondok endemic?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang kwarshiorkor dan gondok endemic?
7. Bagaimana penatalaksanaan kwarshiorkor dan gondok endemic?
8. Bagaimana pencegahan kwarshiorkor dan gondok endemic?

C. Tujuan dan Manfaat


Dari rumusan masalah yang telah disebutkan, penulis kembali menetapkan tujuan dan
manfaat penulisan makalah ini di antaranya:
1. Untuk mengetahui pengertian kwarshiorkor dan gondok endemic.
2. Untuk mengetahui etiologi kwarshiorkor dan gondok endemic.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala kwarshiorkor dan gondok endemic.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis kwarshiorkor dan gondok endemic.
5. Untuk mengetahui patofisiologi kwarshiorkor dan gondok endemic.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang kwarshiorkor dan gondok endemic.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan kwarshiorkor dan gondok endemic.
8. Untuk mengetahui pencegahan kwarshiorkor dan gondok endemic.
BAB II
DASAR TEORI

KWASHIORKOR
A. Pengertian Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah sindrom klnis akibat dari defisiensi protein berat dan masukan kalori tidak
cukup. Akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat menimbulkan tanda dan gejala seperti tinggi dan
berat bedan tidak sesuai dengan anak seusianya dari kekurangan masukan atau dari kehilangan yang
berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik. Walaupun
penambahan tinggi dan berat dipercepat dengan pengobatan, ukuran ini tidak akan pernah sama
dengan tinggi dan berat badan anak yang secara tetap bergizi baik (Behrman et
all, 2000). Kwashiorkor ialah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein (Ratna Indrawati,
1994). Kwashiorkor juga disebut sebagai defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya
yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita) (Ngastiyah, 1997).
Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari gangguan yang dikenali
sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP).
Kwashiorkor atau biasa lebih dikenal “busung lapar", pertama kali diperkenalkan oleh Dr Cecile
Williams pada tahun 1933 ketika ia berada di Gold Coast, Afrika. Saat itu, Dr Cecile Williams
banyak menemui anak-anak mengalami gejala busung lapar atau kwashiorkor. Istilah kwashiorkor
berasal dari bahasa setempat yang artinya “penyakit anak pertama yang timbul begitu anak kedua
muncul". Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kwashiorkor adalah satu
bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi protein yang berat akibat mengkonsumsi energi
dan kalori tubuh yang tidak mencukupi kebutuhan. Defisiensi protein sangat parah meskipun
konsumsi energi atau kalori tubuh mencukupi kebutuhan.

B. Etiologi
Kwashiorkor terjadi karena adanya defisiensi protein pada anak karena kandungan karbohidrat
makanan tersebut tinggi, tapi mutu dan kandungan proteinnya sangat rendah.Faktor yang paling
mungkin adalah menyusui, ketika ASI digantikan oleh asupan yang tidak adekuat atau tidak
seimbang. Selain makanan yang tidak mengandung protein, penyakit kwashiorkor juga dapat
ditimbulkan karena gangguan penyerapan protein, misalnya pada keadaan diare kronik, kehilangan
protein secara tidak normal pada proteinuria (nefrosis), infeksi, perdarahan atau luka-luka bakar, serta
kegagalan melakukan sintesis protein pada penyakit hati yang kronis. Kompartemen protein visceral
akan mengalami deplesi yang lebih parah pada kwashiorkor. Kehilangan kompartemenprotein visceral
yang nyata pada kwashiorkor akan menimbulkan hipoalbuminemia sehingga terjadi edema yang
menyeluruh atau edema dependen.
Faktor yang dapat menyebabkan inadekuatnya intake protein antara lain sebagai berikut.
a. Pola makan
Protein (asam amino) sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Kurangnya
pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nurisi anak akan berperan penting terhadap terjadinya
Kwashiorkor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
b. Faktor sosial
Negara dengan tingkat penduduk tinggi, keadaan sosial dan politik yang tidak stabil, atau adanya
pantangan untuk makan makanan tertentu dapat menyebabkan terjadinya Kwashiorkor.
c. Faktor ekonomi
Penghasilan yang rendah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan
nutrisi anak yang tidak terpenuhi.
d. Faktor infeksi dan penyakit lain
Infeksi dan MEP saling berhubungan. Infeksi dapat memperburuk keadaan gizi. MEP akan
menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi. Misalnya, gangguan penyerapan protein karena diare.

C. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang terjadi pada anak dengan Kwashiorkor antara lain sebagai berikut.

a. Edema, umunya seluruh tubuh terutama pada punggung kaki (dorsum pedis).

b. Wajah membulat dan sembab.

c. Pandangan mata sayu.

d. Rambut tipis kemerahan seperti warna jagung, mudah di cabut tanpa rasa sakit dan rontok. Anak

yang rambutnya keriting dapat menjadi lurus.

e. Perubahan status mental, apatis, dan rewel.

f. Tidak nafsu makan.

g. Pembesaran Hati.

h. Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata diperiksa pada posisi berdiri atau duduk.

i. i.Warna kulit pucat.

j. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat

kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis).

k. Sering disertai: penyakit infeksi, umumnya akut; anemia; dan diare.

D. Manifestasi Klinis
Pada awalnya, bukti klinik awal malutrisi protein tidak jelas tetapi meliputi letargi, apatis, atau
iritabilitas. Hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan tidak cukup, kurang stamina, kehilangan
jaringan muskuler, bertambahnya kerentanan terhadap infeksi, dan udem. Salah satu manifestasi yang
paling serius dan konstan adalah imunodefisiensi sekunder. Misalnya, campak dapat memburuk dan
mematikan pada anak malnutrisi. Pada anak dapat terjadi anoreksia, kekenduran jaringan subkutan,
dan kehilangan tonus otot. Hati membesar dapat terjadi awal atau lambat serta sering terjadi infiltrasi
lemak. Udem biasanya terjadi di awal, penurunan berat badan yang dapa dilihat pada muka dan
tungkai. Aliran plasma ginjal, angka filtrasi glomerulus, dan fungsi tubuler ginjal menurun.
Manifestasi klinis yang lain adalah dermatitis. Penggelapan kulit tampak pada daerah yang
teriritasitetapi tidak ada pada daerah yang terpapar sinar matahari. Penyebaran rambut jarang dan tipis
serta kehilangan sifat elastisitasnya. Pada anakyang berambut hitam, dispigmentasi menyebabkan
warna merah atau abu-abu seperti coretan pada rambut (hipokromtrichia). Rambur menjadi kasar pada
fase kronik. Anak juga mengalami anoreksi, muntah, dan diare terus menerus. Otot menadi lemah,
tipis dan atrofi, tetapi kadang-kadang mungkin ada kelebihan lemak subkutan. Perubahan mental
tertama iritabilitas dan apati sering terjadi.
Perubahan-perubahan pada kwashiorkor sebagai berikut.
a. Wujud umum: secara umum, penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas,
adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita seperti moon faceakibat terjadinya
edema.
b. Retardasi pertumbuhan: gejala yang paling penting adalah pertumbuhan yang terganggu. Selain
berat badan, tinggi badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.
c. Perubahan mental: biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan, dan rewel. Pada stadium
lanjut bisa menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun dan anak menjadi pasif.
d. Edema: sebagian besar anak dengan Kwashiorkor ditemukan edema, baik ringan maupun berat.
Edemanya bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding
kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.
e. Kelainan rambut: perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture) maupun
warnanya. Rambut kepala mudah tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut
akan tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih.
f. Kelainan kulit: kulit biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam
dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada sebagian besar penderita
ditemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor, yaitu crazy pavement
dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada
bagian tubuh yang sering mendapat tekanan, terutama bila tekanan terus-menerus dan disertai
kelembapan oleh keringat atau ekskreta, seperti pada fosa politea, lutut, buku kaki, paha, lipat paha,
pantat, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak kecil merah yang
dalam waktu singkat bertambah dan menjadi hitam. Pada suatu saat, bercak-bercak ini akan
mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen dibatasi oleh tepi
yang masih hitam oleh hiperpigmentasi.
g. Kelainan gigi dan tulang: pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi,
osteoporosis, dan hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
h. Kelainan hati: pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan semua sela hati
mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda fibrosis, nekrosis, dan infiltrasi sel
mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor lipotropic.
i. Kelainan darah dan sumsum tulang: anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor.
Bila disertai penyakit lain, terutama infestasi parasit (ankilostomiasis dan amoebiasis) maka dapat
dijumpai anemia berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk
pembentukan darah seperti ferum dan vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari
pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi protein dan
infeksi menahun. Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan
tubuh, akibatnya terjadi defek umunitas seluler dan gangguan sistem komplimen.
j. Kelainan pankreas dan kelenjar lain: di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis,
lakrimal, saliva, dan usus halus terjadi perlemakan.
k. Kelainan jantung: bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan
hipokalemi dan hipmagnesemia.
l. Kelainan gastrointestinal: terjadi anoreksia sampai semua pemberian makanan ditolak dan
makanan hanya dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita.
Hal ini terjadi karena tiga masalah utama, yaitu berupa infeksi atau infestasi usus, intoleransi laktosa,
dan malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase. Malabsorbsi lemak terjadi
akibat defisiensi garam empedu, konjugasi hati, defisiensi lipase pankreas, dan atrofi villi mukosa
usus halus.

E. Patofisiologi
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan karena
persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainanan yang mencolok adalah
gangguan metabolik dan perubahan sel yang meyebabkan edema dan lemak dalam hati. Kekurangan
protein dalam diet akan terjadi karena kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang
diperlukan untuk sentesis dan metabolisme yang akan disalurkan ke jaringan otot. Semakin asam
amino berkurang dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang
kemudian berakibat edema. Lemak dalam hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-
lipoprotein sehingga transport lemak dari hati terganggu dan berakibat terjadinya penimbunan
lemak dalam hati.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada anak dengan Kwashiorkor antara lain sebagai
berikut.
a. Pemeriksaan laboratorium: 1) penurunan kadar albumin serum merupakan perubahan yang paling
khas. Pada stadium awal kekurangan makan sering terdapat ketonuria tetapi sering menghilang pada
stadium akhir; 2) glukosa dalam darah rendah; 3) ekskresi hidroksiprolin urin yang berhubungan
dengan kreatinin dapat turun; 4) asam amino esensial plasma turun terhadap angka asam amino non
esensial dan dapat menambah aminoasiduria; 5) defisiensi kalium dan magnesium; 6) kadar kolesterol
serum rendah; 7) angka amilase, esterase, kolinesterase, transaminase, lipase, dan alkalin fosfatase
serum turun; 8) penurunan aktivitas enzim pankreas dan sanhin oksidase; 9) pertumbuhan tulang
biasanya lambat; serta 10) sekresi hormon pertumbuhan mungkin bertambah.
b. Pemeriksaan air kemih menunjukkan peningkatan ekskresi hidroksiprolin dan adanya amino
asidulia.
c. Pada biopsi hati ditemukan perlemakan ringan sampai berat, fibrosis, nekrosis, dan infiltrasi sel
mononuklear. Pada perlemakan berat hampir semua sel hati mengandung vakuol lemak yang besar.
d. Pemeriksaan autopsi penderita kwashiorkor menunjukkan kelainan pada hampir semua organ
tubuh, seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang, atrofi vilus usus, atrofi sistem limfoid, dan
atrofi kelenjar timus.

G. Penatalaksanaan
Dalam mengatasi kwashiorkor adalah dengan memberikan makanan bergizi secara bertahap. Bila
bayi menderita kwashiorkor, maka bayi tersebut diberi susu yang diencerkan. Secara bertahap
keenceran susu dikurangi, sehingga suatu saat mencapai konsistensi yang normal seperti susu biasa
kembali. Jika anak sudah agak besar, bisa mulai dengan makanan encer, kemudian makanan lunak
(bubur) dan bila keadaan membaik, maka baru diberikan makanan padat biasa. Dalam melaksanakan
hal ini selalu diberikan pengobatan sesuai dengan penyakit yang diderita. Bila keadaan kesehatan dan
gizi sudah mencapai normal, perlu diteruskan dengan imunisasi. Makanan yang dihidangkan diet
tinggi kalori, protein, cairan, vitamin, dan mineral. Bila diperlukan dilakukan pemberian cairan dan
elektrolit.

H. Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah anak terkena Kwashiorkor adalah mencukupi

kebutuhan protein yang lengkap dengan mengkonsumsi sumber protein yang dikombinasikan antara

sumber protein hewani dan sumber protein nabati sehingga saling melengkapi jumlah protein yang

harus dikonsumsi bayi setiap hari. Hal ini bergantung pada umur, berat badan, jenis kelamin, mutu

protein yang dikonsumsi, serta keadaan tertentu, misalnya sedang sakit atau baru sembuh dari sakit,

yang mengharuskan anak untuk mengkonsumsi protein dalam jumlah yang lebih besar. Umumnya

tingkat kebutuhan protein anak dalam keadaan sehat normal membutuhkan sekitar 40-60 gram protein
tiap hari. Ada pula ahli yang menyebutkan konsumsi protein 1 gr/kgBB perhari. Anak diterapkan diet

yang seimbang dengan cukup karbohidrat, cukup lemak, dan protein untuk mencegah terjadinya

kwashiorkor. Untuk mendapatkan sumber protein yang bernilai tinggi bisa didapatkan dari protein

hewan seperti susu, keju, daging, telur dan ikan dan protein nabati seperti kacang hijau dan kacang

kedelai.
GONDOK ENDEMIC

A. Definisi Penyakit Gondok


Penyakit Gondok (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang
terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara
telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian
bawah.

Penyakit gondok tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau epidemik, Gangguan
ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa
menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya.

B. Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh virus Mumps yaitu virus berjenis RNA virus yang merupakan
anggota famii Paramyxoviridae dan genus Paramyxovirus. Terdapat dua permukaan glikoprotein yang
terdiri dari hemagglutinin-neuraminidase dan fusion protein. Virus Mumps sensitive terhadap panas
dan sinar ultraviolet.

C. Gejala
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar
30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama
dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit
tersebut.

Masa tunas (masa inkubasi) penyakit gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun
tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan
sdebagai berikut :

1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38.5 –
40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian

2. belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).
3. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan
pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan.
4. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
5. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di
bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis)
karena penyebaran melalui aliran darah.
D. Penularan
Penyakit Gondok (Mumps atau Parotitis) penyebaran virus dapat ditularkan melalui kontak
langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin. Virus dapat ditemukan dalam urin
dari hari pertama sampai hari keempat belas setelah terjadi pembesaran kelenjar.

Penyakit gondok sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun, hal tersebut
karena umumnya mereka masih memiliki atau dilindungi oleh anti bodi yang baik. Seseorang yang
pernah menderita penyakit gondongan, maka dia akan memiliki kekebalan seumur hidupnya.

E. Diagnosis
Diagnosis dtegakkan hanya secara klinis. Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi
parotitis epidemika pada pemeirksaan fisis, termasuk keterangan adanya kontak dengan penderita
penyakit gondok (Mumps atau Parotitis) 2-3 minggu sebelumnya. Selain itu adalah dengan tindakan
pemeriksaan hasil laboratorium air kencing (urin) dan darah.

1. Pemeriksaan Laboratorium
Mengingat penegakan diagnosis hanya secara klinis, maka pemeriksaan laboratorium tidak
terlalu bermanfaat. Pemeriksaan laboratorium didapatkan leucopenia dengan limfosiotsis relative,
didapatkan pula kenaikan kadar amylase dengan serum yang mencapai puncaknya setelah satu
minggu dan kemudian menjadi normal kembali dalam dua minggu.
Jika penderita tidak menampakkan pembengkakan kelenjar dibawah telinga, namun tanda dan gejala
lainnya mengarah ke penyakit gondok sehingga meragukan diagnosa. Dokter akan memberikan
anjuran pemeriksaan lebih lanjut seperti serum darah. Sekurang-kurang ada 3 uji serum (serologic)
untuk membuktikan spesifik mumps antibodies: Complement fixation antibodies (CF),
Hemagglutination inhibitor antibodies (HI), Virus neutralizing antibodies (NT).
Hampir semua anak yang menderita gondok akan pulih total tanpa penyulit, tetapi kadang gejalanya
kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi,
dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika
infeksi terjadi setelah masa pubertas.

2. Komplikasi yang dapat terjadi adalah:


1. Orkitis : peradangan pada salah satu atau kedua testis dilaporkan terjadi pada 10-20%
penerita.. Setelah sembuh, testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi
kerusakan testis yang permanen sehingga terjadi kemandulan.
2. Ovoritis : peradangan pada salah satu atau kedua indung telus. Timbul nyeri perut
yang ringan dan jarang menyebabkan kemandulan.

3. Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak. Meningitis lebih
sering terjadi daripada ensefalitis. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk,
koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh
total. Gejala yang dapat terjadi adalah sakit kepala, demam, mual, muntah, dan meningismus.
Ditandai perubahan kesadaran atau gangguan kesadaran. Pleocytosis yang terjadi pada cairan
sumsum tulang. Dalam klinis didiagnosis meningoencephalitis, yaitu gambaran cairan
sumsum tulang mononuclear pleocytosis yang terjadi, gukosa tidak normal dan
hypoglycorrhachia. Virus gondok mungkin terisolasi dari cairan sumsum tulang pada awal
penyakit. Gondok meningoencephalitis membawakan prognosa yang baik dan biasanya
dikaitkan dengan pemulihan yang baik. Tetapi 1 diantara 400-6.000 penderita yang
mengalami enserfalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen,
seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
4. Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita
merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1
minggu dan penderita akan sembuh total.
5. Nefritis atau Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita mengeluarkan air kemih
yang kental dalam jumlah yang banyak.
6. Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau beberapa sendi:

 Transient myelitis
 Polineuritis
 Infeksi otot jantung atau miokarditis
 Infeksi kelenjar tiroid
 Thrombocytopenia purpura
 Mastitis atau peradangan payudara
 Pnemonia atau Infeksi paru-paru ini juga pernah dilaporkan sebagai komplikasi pada penderita
penyakit gondong.

 Gangguan sensorineural telinga dan gangguan pendengaran


F. Pengobatan
Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama penderita
panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas dan nyeri (antipiretik
dan analgesik) misalnya Parasetamol dan sejenisnya, Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak
karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye (bisa karena pengaruh aspirin pada anak-anak).
Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani istirahat
tirah baring ditempat tidur. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan kompres Es pada area testis
yang membengkak tersebut.
Penderita yang mengalami serangan virus apada organ pancreas (pankreatitis), dimana
menimbulkan gejala mual dan muntah sebaiknya diberikan cairan melalui infus.
Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin diperkirakan
dapat mencegah terjadinya orkitis. Terhadap virus itu sendiri tidak dapat dipengaruhi oleh anti
mikroba, sehingga Pengobatan hanya berorientasi untuk menghilangkan gejala sampai penderita
kembali baik dengan sendirinya.
Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam “self limiting disease” (penyakit yg sembuh
sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan makanan atau
minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan diet makanan cair dan
lunak. Pemberian imunomodulator belum terdapat laporan penelitian yang menunjukkan
efektifitasnya.

Selain berbagai jenis pengobatan di atas, penderita penyakit gondok juga disarankan untuk
mengikuti pola makan khusus, antara lain:

 Diet tinggi yodium. Pada penderita penyakit gondok yang disebabkan oleh rendahnya kadar
yodium, konsumsi garam yang tinggi yodium dapat membantu mengecilkan ukuran gondok.
Selain itu, suplemen yodium atau obat levotiroksin dapat diresepkan untuk mengatasi masalah ini.
 Diet rendah cyanoglucoside. Cyanoglucoside adalah senyawa alami yang mampu menghambat
transportasi yodium pada kelenjar tiroid. Oleh karenanya, batasi konsumsi makanan yang banyak
mengandung cyanoglucoside seperti singkong, maizena (jagung-jagungan), rebung, dan kentang
manis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kwashiorkor adalah sindrom klnis akibat dari defisiensi protein berat dan masukan kalori tidak
cukup. Akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat menimbulkan tanda dan gejala seperti tinggi dan
berat bedan tidak sesuai dengan anak seusianya dari kekurangan masukan atau dari kehilangan yang
berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik. Kwashiorkor paling
sering terjadi di negara yang belum berkembang atau masih dalam garis kemiskinan.Biasanya,
kwashiorkor ini lebih banyak menyerang bayi dan balita pada usia enam bulan sampai tiga tahun.
Usia paling rawan terkena defisiensi ini adalah dua tahun. Pada usia itu berlangsung masa peralihan
dari ASI ke pengganti ASI atau makanan sapihan.

Mumps atau gondok disebabkan oleh paramyxovirus. Sebelum vaksin sekitar 50% anak-anak
mengalami gondok. Sekitar 200.000 kasus yang dilaporkan pada tahun 1964 sebelum pengenalan
vaksin dibandingkan dengan 291 kasus pada tahun 2005. Gejala yang terjadi pada penyakit Mumps
adalah meningkatnya suhu tubuh dan rasa ketidaknyamanan pada rahang, kemudian disertai dengan
pembengkakan kelenjar parotis. Seringkali terjadi pembengkakan yang tidak merata, satu sisi wajah
dahulu sebelum sisi yang lainnya. Suhu tubuh akan naik menjadi 40°C dan bengkaknya terasa nyeri.
Pencegahan penyakit gondok yang terbaik adalah dengan vaksin yang biasanya terdapat dalam
bentuk kombinasi dengan measles dan rubella (MMR). Cara lain yang dapat dilakukan yaitu :
mencuci tangan dengan baik dan menggunakan sabun, mengajarkan pola hidup bersih kepada anak,
tidak membagi peralatan makan, membersihkan permukaan meja, gagang pintu, mainan yang sering
disentuh secara teratur dengan menggunakan sabun dan air, atau dengan menggunakan tisu
pembersih. Tidak ada pengobatan khusus untuk gondong. Demam dapat dikurangi dengan pemberian
acetaminophen/paracetamol (thylenol).

B. Saran
Perawat harus mengetahui tanda dan gejala, komplikasi, pengobatan serta asuhan keperawatan
terhadap pasien yang menderita kwarshiorkor. Hal ini sangat penting untuk diketahui oleh perawat
dalam menjalankan asuhan keperawatan. Karena jika nantinya salah dalam memberi penanganan,
pasien akan mengalami beberapa perubahan, diantaranya perubahan mental.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Behrman, et all. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 1. E/15. Alih bahasa oleh Wahab. Jakarta:
EGC.

Brashers, Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan dan Manajemen. Jakarta:
EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC.

Dongoes, M.E., Mary F.M., dan Alice C. G. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.

Gupte, Suraj. 2004. Panduan Perawatan Anak. Pustaka Populer Obor: Jakarta.

Kee, Joyce LeFever. 1997. Buku saku pemeriksaan laboratorium dan diagnostik dengan implikasi
keperawatan. Alih bahasa Easter Nurses. Editor Monica Ester. Jakarta: EGC.

Mitchell, Richard N, dkk. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins & Cotran. EGC: Jakarta.

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-1014. Jakarta:
EGC.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan,Edisi Empat. Vol.1. Jakarta:EGC.

Schwartz, M. William. 2005. Pedoman Klinis Pediatri.EGC: Jakarta.

Wong, Donna, L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi Enam. Vol.1. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai