G2o113032 - Sitedi - ARTIKEL ILMIAH 1 PDF
G2o113032 - Sitedi - ARTIKEL ILMIAH 1 PDF
TESIS
OLEH
MINARTI
NIM. G2O1 13 032
1
1 2
ABSTRAK
Pembahasan proses morfologi verba Bahasa Muna dalam penelitian ini dikaji melalui
tiga proses, yakni afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan. Ketiga proses tersebut digunakan
untuk menganalisis penurunan verba intransitif dan verba transitif Bahasa Muna. Sementara
struktur dasar kalimat Bahasa Muna diuraikan berdasarkan kategori predikat, yakni struktur
dasar kalimat dengan predikat verba dan struktur dasar kalimat dengan predikat nonverba.
Melalui proses afiksasi, beberapa afiks yang dapat digunakan untuk membentuk verba
intransitif adalah prefiks {ko-} dan {ti-. Penurunan verba intransitif secara derivasional
terjadi pada bentuk dasar dengan kategori nomina, sedangkan penurunan verba intransitif
secara infleksional terjadi pada bentuk dasar verba. Pada proses reduplikasi, penurunan verba
intransitif dengan dasar verba terjadi secara infleksional, sedangkan penurunan verba
intransitif dengan dasar nomina terjadi secara derivasional. Selanjutnya, penurunan verba
intransitif Bahasa Muna melalui pemajemukan berasal dari dua bentuk dasar utuh tanpa afiks.
Penggabungan kedua kata tersebut dapat berasal dari kata dengan kategori verba dengan
verba, verba dengan nomina, verba dengan adjektiva, serta nomina dengan verba.
Untuk penurunan verba transitif juga dikaji melalui tiga proses, yakni afiksasi,
reduplikasi dan pemajemukan. Seperti halnya penurunan verba intransitif, proses penurunan
verba transitif, juga terjadi secara derivasional dan infleksional. Beberapa afiks yang dapat
digunakan dalam penurunan verba transitif adalah prefiks {fo-}, {feka-}, {poka-}, sufiks {-
ghoo}, {-ki}, {-hi}, {-wi}, simulfiks {fo-…- ghoo}, {fe-…-ghoo}, {feka-…-ghoo}, dan
{fo-…-hi}. Penurunan dengan bentuk dasar berkategori nomina, adjektiva, adverbial, dan
numeralia terjadi secara derivasional, sedangkan penurunan dengan bentuk dasar verba
terjadi secara infleksional.
Kata kunci : Penurunan verba BM, Struktur dasar BM, Valensi verba BM
3
ABSTRACT
HALU OLEO UNIVERSITY
POSTGRADUATE PROGRAM
MINARTI, NIM G2O1 13 032
Verb Valency of Muna Language Based on Morphosyntactic Analysis
Supervisor 1 : Prof. Dr. H. Hanna, M.Pd
2 : Dr. La Ino, S.Pd, M.Hum
Keywords : verb derivation of Muna language, basic structure of Muna language, verb
valency of Muna language
4
I. PENDAHULUAN
Verba dalam Bahasa Muna ( BM ) terbagi dalam tiga kelas utama, yaitu: kelas a-, ae-,
dan ao- (Van den Berg : 1989). Pembagian tersebut berdasarkan bentuk infleksi pada kata
ganti (KG) orang.Selanjutnya, masing-masing kelas dibagi lagi menjadi dua bentuk, realis
dan irrealis. Realis dipakai untuk waktu sekarang (present) dan waktu lampau (past),
sedangkan irrealis dipakai untuk waktu akan datang (future) serta mengungkapkan kemauan
atau keinginan. Sementara menurut kategori sintaksisnya, dalam BM terdapat verba transitif
(vt) seperti ada ‘pinjam’, verba intransitif dinamis (vd) seperti ndawu ‘jatuh’ dan verba
intransitif statis (vs) seperti bhala ‘besar’. Kata kerja transitif pada umumnya termasuk kelas
ae- , kata kerja intransitif dinamis termasuk kelas a- dan juga sebagian kelas ae- dan kata
kerja intransitif statis kelas a- dan ao- ( Van den Berg : 1989).
Bentuk irrealis (untuk masa akan datang dan sesudah kata ingkar) agak berbeda. Bagi
kelas ae- dan ao-, prefiks persona kadang-kadang sama, kadang-kadang juga tidak sama.
Bagi kelas a-, selain prefiks persona yang berbeda ada juga infiks –um- yang hadir dalam
bahasa-bahasa lain dalam kaitannya dengan proposisi inti dan kasus proposisi noninti.
argumen yang merupakan proyeksi maksimal dari kandungan makna sebuah verba.
yang berimplikasi pada perubahan valensi (jumlah argumen) yang menyertainya. Dengan
menggunakan Teori Relasional, fenomena tersebut telah diungkap secara lebih mendalam
dalam penelitian ini. Tahap-tahap perubahan valensi (penambahan atau pengurangan jumlah
argumen) konstruksi kausatif dan aplikatif BM dapat diamati dengan jelas melalui diagram
5
relasional. Demikian juga dengan perubahan relasi gramatikal atau hierarki relasional dari
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah:
teori struktural dan analisisnya sudah cukup spesifik, yakni menguraikan bentuk-bentuk
proklitik BM yang melekat pada verba. Kajian sintaksis yang telah dilakukan oleh Musrifah
(2005) tidak begitu mendalam. Penelitian tersebut belum sampai pada kajian perubahan
valensi verba BM. Uraian tentang struktur sintaksis BM, hanya sebatas menjelaskan fungsi-
fungsi sintaksis pronomina BMDG, tanpa melihat lebih jauh lagi tentang perubahan struktur
oleh La Unsa (2001) dengan judul ‘Analisis Kategori Adverbia BM’, cukup inovatif karena
penelitian tersebut merupakan awal dari penelitian-penelitian yang bersifat fungsional dan
Valensi verba dalam penelitian ini akan dianalisis dengan masing-masing teori
sebagai berikut.
6
2. Mekanisme perubahan valensi dan relasi gramatikal pada konstruksi kausatif dan
Kausatif
Kerangka berpikir yang diuraikan di atas dapat digambarkan dalam bentuk bagan seperti
berikut ini.
7
III. METODE PENELITIAN
bertujuan menggambarkan sifat, keadaan, dan gejala kebahasaan, khususnya valensi verba
BM pada suatu waktu, saat penelitian ini dilakukan (sinkronis). Penelitian ini dilaksanakan
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kata dan klausa atau kalimat
dalam BM yang biasa dipakai, dikenal, dan dimengerti di antara penutur-penuturnya dalam
penelitian ini berupa daftar klausa dan kalimat yang digunakan sebagai pedoman dalam
merekam data yang didapat dari hasil wawancara tersebut. Instrumen lain yang digunakan
Metode yang dianggap sesuai untuk menganalisis data penelitian ini adalah metode
agih, yakni metode analisis yang menjadikan bagian dari bahasa itu sendiri sebagai alat
analisis. Teknik dasar dari metode agih adalah teknik bagi unsur langsung (BUL), yakni
dengan membagi satuan lingual data menjadi beberapa bagian unsur yang merupakan bagian
yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud. Teknik dasar itu diikuti dengan
semua teknik lanjutan yang dikemukakan oleh Sudaryanto (1993: 31-40), yakni teknik
perluasan, permutasi, teknik subtitusi, teknik lesap, teknik sisip, dan teknik ubah wujud.
Setelah data dianalisis, hasil analisis tersebut disajikan dalam bentuk laporan. Untuk
penyajian hasil analisis digunakan dua macam metode, yaitu (i) metode penyajian formal dan
8
HASIL ANALISIS
Pengurangan valensi dalam Bahasa Muna terjadi pada kata kerja yang mendapat awalan po-,
fo- dan ti-. Ketika awalan po- ditambahkan pada kata kerja transitif, maka terjadi perubahan
valensi dari dua menjadi satu seperti pada contoh berikut:
tumbu ‘pukul’
po-tumbu ‘saling pukul
Hal serupa juga terjadi ketika awalan fo- ditambahkan pada kata kerja. Contohnya:
tonda ‘tuntun’
fo-tonda ‘menuntun’
Penambahan valensi dalam Bahasa Muna terjadi pada kata kerja yang mendapat afiks
feka-, fo-, -ghoo,-Ci, dan fe- . Untuk kata kerja dengan awalan feka-, sebenarnya valensi
verbanya hanya satu, namun ketika diturunkan bisa berubah menjadi dua valensi verba.
9
tehi ‘takut’
feka-tehi ‘menakuti’
a. La Adi no-tehi-mo ‘Adi sudah takut’
ART Adi 3T-takut
Sementara untuk awalan fo- verba hanya terdiri atas satu valensi tetapi turunan verba
mempunyai dua valensi. Perhatikan contoh berikut :
manda ‘tobat/jera’
Anak-3TPOS 3T-jera
1T-KAUS-jera-SUF
Selain prefix feka- dan fo-, penambahan valensi verba dalam Bahasa Muna bisa terjadi
Lolu ‘bodoh’
lolu-ghoo ‘bodoh akibat’
3T-bodoh-Perf
3T-bodoh-APL permainan.
Selain sufiks –ghoo, sufiks –Ci dan prefiks fe- juga menanbah valensi dalam BM. Contohnya
sebagai berikut:
kadiu ‘mandi’
10
‘La ane mandi memakai airnya gumbang’
III. Perubahan valensi dan relasi gramatikal pada konstruksi kausatif morfologis
Bahasa Muna
IV. Perubahan valensi dan relasi gramatikal pada konstruksi kausatif analitik BM
terjadinya penggambungan dua klausa menjadi satu konstruksi kausatif. Menurut Teori
Tatabahasa Relasional, relasi-relasi gramatikal pada klausa asal dimunculkan pada strata awal
dalam diagram jaringan relasional. Kemudian pada strata selanjutnya, relasi-relasi tersebut
11
(5.5a) Wa Ima ne-gholi sala aitu nefuamu.
‘Si Ima disuruh (oleh) Ode akan membeli baju itu besok’
‘Si Ima disuruh akan membeli celana itu (oleh) Ode besok’
Perubahan valensi verba dan relasi gramatikal dalam konstruksi kausatif leksikal BM
hanya dapat diamati pada perubahan konstruksi aktif kausatif menjadi pasif kausatif. Oleh
karena itu, perubahan valensi verba yang dapat diamati pada konstruksi kausatif leksikal
VI. Perubahan valensi dan relasi gramatikal pada konstruksi aplikatif benefaktif BM
konstruksi aktif dan pemarkah {-ane} dalam konstruksi pasif. Kedua pemarkah aplikatif ini
12
dapat melekat, baik pada verba transitif maupun pada verba intransitif. Pada contoh-contoh
berikut ini pemarkah {-gho} dan {-ane} melekat pada verba transitif (konstruksi transitif).
VII. Perubahan valensi dan relasi gramatikal pada konstruksi aplikatif instrumental
BM
aktif dan pemarkah {-ane} pada konstruksi pasif. Kedua pemarkah aplikatif instrumental ini
yang menyebabkan argument OBL instrumental menjadi argumen inti pada konstruksi
aplikatif. OBL instrumental dalam BM ditandai oleh preposisi nepake. Seperti halnya
pemarkah aplikatif benefaktif {-gho} dan {-ane}, pemarkah aplikatif instrumental {-gho}
dan {-ane} juga bisa melekat pada verba transitif maupun verba intransitif.
13
‘Si Rin memukul Si Nanda dengan mistar kemarin’
VIII. Perubahan valensi dan relasi gramatikal pada konstruksi aplikatif resipien BM
memposisikan argumen OBL konstruksi nonaplikatif persis setelah verba tanpa memerlukan
14
(5.15d) Ama-no no-fo-omba-ane La Udeng kasere-no nefuamu.
IX. Perubahan valensi dan relasi gramatikal pada konstruksi aplikatif pasien BM
Pemarkah aplikatif {-ki}, {-fi}, dan {-i} yang melekat pada verba intransitif
tertentu, seperti di bawah ini, dalam BM dapat membentuk konstruksi aplikatif pasien.
Kesimpulan
1. Afiks pembentuk verba intransitif adalah afiks {ko-} dan {ti-} sedangkan afiks pembentuk
verba transitif adalah {fo--}, {feka-}, {poka-}, {-ghoo}, {ki-}, {hi-}, {wi-}, {fo-…-ghoo},
2. Berdasarkan valensi verbanya, struktur dasar kalimat dengan predikat verba BM terdiri
atas 3 jenis struktur yaitu struktur yang menggunakan verba intransitif, struktur yang
15
menggunakan verba monotransitif & struktur yang menggunakan verba ditransitif sbg
predikat.
konstruksi paisf dan anti pasif, terjadi pengurangan argumen sedangkan pada konstruksi
4. Pengurangan valensi dalam BM terjadi pada kata kerja yg mendapat afiks {po-}, {fo-} dan
{ti-} sementara penambahan valensi terjadi pada kata kerja yang mendapat afiks {feka-},
5. Ada beberapa afiks yang dapat membentuk konstruksi kausatif dalam BM yakni, gabungan
klitika {no-} dan prefiks {fe-} ({no- + fe-}), gabungan klitika {no-} dan prefiks {fo-}
({no- + fo-}), dan gabungan klitika {a-} dan prefiks {fo-} ({a- + fo-}). {no- + fe-} dan
{a- + fo} ini dapat dilekatkan pada kata dengan kategori verba intransitif murni (pure
intransitive), adjektiva, nomina, numeralia, dan pada beberapa adverbia. Sementara {no- +
6. Pemarkah konstruksi aplikatif dalam BM ada delapan, yakni pemarkah aplikatif {-gho},
{-ane}, {-ki}, {-kie} {-fi}, {-fie}, {-i}, dan {-ie}. Verba yang dapat diubah menjadi
Saran
Perlu adanya pengkajian ulang terhadap kajian morfologis verba BM yang lebih menyeluruh
dan mendalam guna memberikan titik beda yang jelas antara keduanya (afiks dan klitika)
16
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H.,dkk.2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Ana, I. W. 2000. Tipologi Kausatif Bahasa Bali. Kajian Semantik Generatif. (Tesis).
Denpasar: Program Magister Linguistik Universitas Udayana.
Arka, I. W. 1993. Morpholexical Aspects of the –kan Causative in Indonesia. Sydney:
University of Sydney.
Arka, I. W.1998. From Morphosyntax to Pragmatic in Balinese: A Lexical Functional
Aproach. (Disertasi). University of Sydney.
Artawa, K. 1998. Ergativity and Balinese Syntax. Dalam Nusa, Linguistic Studiesof
Indonesian and other Languages in Indonesia, Volume 42. Jakarta: UNIKA Atma
Jaya.
Artawa, K. 2000. Alternasi Diatesis pada Beberapa Bahasa di Nusantara. Dalam: Purwo, B.
K., editor. Kajian Serba Linguistik untuk Anton Moeliono Pereksa Bahasa. Jakarta:
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dan PT. BPK Gunung Mulya.
Artawa, K. 2004. Balinese Language: A Typologycal Description. Denpasar: VC Bali Media
Adikarsa.
Berg, R. Van den. 1985. Beberapa Aspek Morfologi Kata Kerja Bahasa Muna. (Makalah).
Ujung Pandang: Universitas Hasanuddin.
Berg, R. Van den. 1989. A Grammar of the Muna Language. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Berg, R. Van den & Marafad, La Ode S. 2000. Kamus Muna-Indonesia. Kupang: Artha
Wacana Press.
Berg, R. Van den. 2013. Valency in Muna. (Makalah). Kendari: Universitas Halu Oleo.
Belum Pernah dipublikasikan.
Blake, B. J. 1990. Relational Grammar. London: Routledge.
Blake, B. J. 1993. Case. Cambridge: Cambridge University Press.
Bresnan, J. & L. Moshi. 1990. Object Asymetries in Comparative Bantu Syntax.
Chomsky, N. 1977. Essay on Form and Interpretation. Amsterdam: North Holland.
Comrie, B. 1981. Language Universal and Linguistic Typology. Oxford: Basil Blackwell.
Comrie, B. 1989. Aspect: An Introduction to the Study of Verbal Aspect and Related
Problems. London: Cambridge University Press.
Cook, V. J. 1979. Chomsky’s Universal Grammar an Introduction. Oxford: Basil Blacwell.
Dixon, R. M. W. 1994. Ergativity. Cambridge: Cambridge University Press.
Hanafi. 1968. Hubungan Kata Ganti Orang dengan Kata Kerja dalam Bahasa Muna. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Haspelmath, M. 2002. Understanding Morphology. London: Arnold.
Japa, I. W. 2000. Properti Argumen, Interpretasi Tipologis, dan Struktur Kausatif Bahasa
Lamaholot Dialek Nusa Tadon. (Tesis). Denpasar: Program Magister Linguistik
Universitas Udayana.
Katamba, F. 1993. Morphology. London: Macmilan Press Ltd.
Klingenman- Berg, L. Van den. 1985. Klausa Relatif Bahasa Indonesia dan Bahasa Muna.
(Makalah). Ujung Pandang : Universitas Hasanuddin.
Marafad, La Ode S. 1976. Perbandingan Pemakaian Kata Ganti Diri Bahasa Muna dengan
Pemakaian Kata Ganti Bahasa Indonesia. Bandung: Universitas Padjajaran.
Marafad, La Ode S. 1996. Kata Tugas Bahasa Muna (Semiotika). Kendari: Universitas
Haluoleo.
Marafad, La Ode S. 1996. Sistem Morfologi Nomina Bahasa Muna. Bandung: Universitas
Padjajaran.
17
Mosel, Ulrike. 1991. Towards a Typology of Valency, dalam Das Sprachliche Erfassen von
Sachverhalten, (ed) Hansjakob Seiler, Waldfried Premper. Tubingen: Gunter Narr
Verlag.
Palmer, F. P. 1994. Gramatical Roles and Relations. Great Britain: Cambridge University
Press.
Parera, Jos Daniel. 1994. Morfologi Bahasa (edisi kedua). Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Perlmutter & Postal. 1984a. The 1-Advancement Exclussiveness Law. In D.Perlmutter D and
Rosen C, (eds) 1984, 81-125.
Purwo, B. K. & Moeliono, A. M. 1985. Analisis Fungsi Subjek dan Objek: Sebuah Tinjauan.
Dalam Purwo B. K. (Penyunting). Untaian Teori Sintaksis 1970-1980an. Jakarta:
Arcan.
Samarin, W. J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan (Terjemahan oleh J. S. Badudu). Yogyakarta:
Kanisius.
Sande, J. S. et al. 1986. Morfologi bahasa Muna. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Sedeng, I. Nyoman. 2000. Predikat Kompleks dan Relasi Gramatikal Bahasa Sikka. (Tesis).
Denpasar: Program Magister Linguistik Universitas Udayana.
Shibatani, M. (editor). 1976. Syntax and Semantics: The Grammar of Causatives
Construction. New York: Academic Press.
Spencer, A. 1993. Morphological Theory:An Introduction to Word Structure in Generatif
Grammar. United Kingdom: Blackwell.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Jakarta: Duta Wacana
University Press.
Sudaryanto. 1998. Metode Linguistik, Bagian pertama, Ke Arah Memahami Metode
Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Unsa. 2001. Analisis Kategori Adverbia Bahasa Muna. (Tesis). Kendari: Universitas
Haluoleo.
Van Valin Jr. & Randy Lapolla. 1997. Syntax: Structure, Function, and Meaning. Cambridge:
Cambridge University Press.
Yatim, Nurdin. 1981. Bahasa Wuna. Jakarta: Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Yatim, Nurdin. 1992. Morfologi Kata Kerja Bahasa Muna. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
18