Anda di halaman 1dari 18

JURNAL ILMIAH

VALENSI VERBA BAHASA MUNA

BERDASARKAN KAJIAN MORFOSINTAKSIS

TESIS

OLEH
MINARTI
NIM. G2O1 13 032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

1
1 2
ABSTRAK

UNIVERSITAS HALU OLEO

PROGRAM PASCA SARJANA

Minarti, NIM. G2 O1 13 032

Valensi Verba Bahasa Muna Berdasarkan Kajian Morfosintaksis

Verbs Valency of Muna Language Based on Morfosyntactics Analisys

Pembimbing 1 : Prof. Dr. H. Hanna, M.Pd

2 : Dr. La ino, M.Hum

Pembahasan proses morfologi verba Bahasa Muna dalam penelitian ini dikaji melalui
tiga proses, yakni afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan. Ketiga proses tersebut digunakan
untuk menganalisis penurunan verba intransitif dan verba transitif Bahasa Muna. Sementara
struktur dasar kalimat Bahasa Muna diuraikan berdasarkan kategori predikat, yakni struktur
dasar kalimat dengan predikat verba dan struktur dasar kalimat dengan predikat nonverba.
Melalui proses afiksasi, beberapa afiks yang dapat digunakan untuk membentuk verba
intransitif adalah prefiks {ko-} dan {ti-. Penurunan verba intransitif secara derivasional
terjadi pada bentuk dasar dengan kategori nomina, sedangkan penurunan verba intransitif
secara infleksional terjadi pada bentuk dasar verba. Pada proses reduplikasi, penurunan verba
intransitif dengan dasar verba terjadi secara infleksional, sedangkan penurunan verba
intransitif dengan dasar nomina terjadi secara derivasional. Selanjutnya, penurunan verba
intransitif Bahasa Muna melalui pemajemukan berasal dari dua bentuk dasar utuh tanpa afiks.
Penggabungan kedua kata tersebut dapat berasal dari kata dengan kategori verba dengan
verba, verba dengan nomina, verba dengan adjektiva, serta nomina dengan verba.

Untuk penurunan verba transitif juga dikaji melalui tiga proses, yakni afiksasi,
reduplikasi dan pemajemukan. Seperti halnya penurunan verba intransitif, proses penurunan
verba transitif, juga terjadi secara derivasional dan infleksional. Beberapa afiks yang dapat
digunakan dalam penurunan verba transitif adalah prefiks {fo-}, {feka-}, {poka-}, sufiks {-
ghoo}, {-ki}, {-hi}, {-wi}, simulfiks {fo-…- ghoo}, {fe-…-ghoo}, {feka-…-ghoo}, dan
{fo-…-hi}. Penurunan dengan bentuk dasar berkategori nomina, adjektiva, adverbial, dan
numeralia terjadi secara derivasional, sedangkan penurunan dengan bentuk dasar verba
terjadi secara infleksional.

Kata kunci : Penurunan verba BM, Struktur dasar BM, Valensi verba BM

3
ABSTRACT
HALU OLEO UNIVERSITY
POSTGRADUATE PROGRAM
MINARTI, NIM G2O1 13 032
Verb Valency of Muna Language Based on Morphosyntactic Analysis
Supervisor 1 : Prof. Dr. H. Hanna, M.Pd
2 : Dr. La Ino, S.Pd, M.Hum

Analyzing the morphological process of verbs in Muna language is conducted through


three processes, namely affixation, reduplication, and compounding. These three processes
are used to analyze the derivation of intransitive and transitive verbs in Muna language.
Meanwhile the basic structure of sentences on Muna language is analyzed based on the
predicate category, including the basic structure of sentences with verb predicate and the
basic structure of sentences with non-verb predicate. Through the affixation process some
affixes that can be used to form intransitive verbs are prefix {ko-}, {ti-}. The derivational
process of intransitive verbs occurs in basic form with noun, whereas the inflectional process
of intransitive verbs occurs in basic forms with verbs. In a reduplication process, derivation
of intransitive verbs on basic verbs occurs inflectionally, whereas on basic nouns it occurs
derivationally. Further, derivation of intransitive verbs of Muna language occurs through
compounding originated from two basic forms without affix. The compounding of these two
words can be made between verbs and verbs, verbs and nouns, verbs and adjectives, and noun
and verbs.
Derivation of transitive verbs can also be analyzed through three processes, namely
affixation, reduplication, and compounding. Like derivation of intransitive verbs, the
derivation of transitive verbs can also occur derivationally and inflectionally. Some affixes
that can be used in the derivation of transitive verbs are prefix {fo-}, {feka-}, {poka-}, suffix
{-ghoo}, {-ki}, {-hi}, {-wi}, simulfix {fo-…-ghoo}, {fe-…-ghoo}, {feka-…-ghoo}, and {fo-
…-hi}. Derivation with in the basic forms of noun, adjective, adverbial, and numeral occurs
derivationally, whereas in the basic form of verbs it occurs inflectionally.

Keywords : verb derivation of Muna language, basic structure of Muna language, verb
valency of Muna language

4
I. PENDAHULUAN

Verba dalam Bahasa Muna ( BM ) terbagi dalam tiga kelas utama, yaitu: kelas a-, ae-,

dan ao- (Van den Berg : 1989). Pembagian tersebut berdasarkan bentuk infleksi pada kata

ganti (KG) orang.Selanjutnya, masing-masing kelas dibagi lagi menjadi dua bentuk, realis

dan irrealis. Realis dipakai untuk waktu sekarang (present) dan waktu lampau (past),

sedangkan irrealis dipakai untuk waktu akan datang (future) serta mengungkapkan kemauan

atau keinginan. Sementara menurut kategori sintaksisnya, dalam BM terdapat verba transitif

(vt) seperti ada ‘pinjam’, verba intransitif dinamis (vd) seperti ndawu ‘jatuh’ dan verba

intransitif statis (vs) seperti bhala ‘besar’. Kata kerja transitif pada umumnya termasuk kelas

ae- , kata kerja intransitif dinamis termasuk kelas a- dan juga sebagian kelas ae- dan kata

kerja intransitif statis kelas a- dan ao- ( Van den Berg : 1989).

Bentuk irrealis (untuk masa akan datang dan sesudah kata ingkar) agak berbeda. Bagi

kelas ae- dan ao-, prefiks persona kadang-kadang sama, kadang-kadang juga tidak sama.

Bagi kelas a-, selain prefiks persona yang berbeda ada juga infiks –um- yang hadir dalam

bentuk irrealis tersebut.

Fenomena valensi verba BM diasumsikan memiliki keuniversalan yang sama dengan

bahasa-bahasa lain dalam kaitannya dengan proposisi inti dan kasus proposisi noninti.

Valensi verba BM dalam kaitannya dengan relasi gramatikal menyuguhkan kasus-kasus

argumen yang merupakan proyeksi maksimal dari kandungan makna sebuah verba.

Konstruksi kausatif dan aplikatif BM syarat dengan perubahan-perubahan morfologis verba

yang berimplikasi pada perubahan valensi (jumlah argumen) yang menyertainya. Dengan

menggunakan Teori Relasional, fenomena tersebut telah diungkap secara lebih mendalam

dalam penelitian ini. Tahap-tahap perubahan valensi (penambahan atau pengurangan jumlah

argumen) konstruksi kausatif dan aplikatif BM dapat diamati dengan jelas melalui diagram

5
relasional. Demikian juga dengan perubahan relasi gramatikal atau hierarki relasional dari

masing-masing argumen kedua konstruksi tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah:

1. Bagaimanakah proses morfologis verba BM?

2. Bagaimanakah mekanisme perubahan valensi verba dan relasi gramatikal pada

konstruksi kausatif dan aplikatif BM?

II. TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian sintaksis BM telah dilakukan oleh La Ino (1998), dengan menggunakan

teori struktural dan analisisnya sudah cukup spesifik, yakni menguraikan bentuk-bentuk

proklitik BM yang melekat pada verba. Kajian sintaksis yang telah dilakukan oleh Musrifah

(2005) tidak begitu mendalam. Penelitian tersebut belum sampai pada kajian perubahan

valensi verba BM. Uraian tentang struktur sintaksis BM, hanya sebatas menjelaskan fungsi-

fungsi sintaksis pronomina BMDG, tanpa melihat lebih jauh lagi tentang perubahan struktur

yang menyebabkan perubahan jumlah argumennya. Sementara penelitian yang dilakukan

oleh La Unsa (2001) dengan judul ‘Analisis Kategori Adverbia BM’, cukup inovatif karena

penelitian tersebut merupakan awal dari penelitian-penelitian yang bersifat fungsional dan

relasional, khususnya dalam bidang sintaksis.

Valensi verba dalam penelitian ini akan dianalisis dengan masing-masing teori

sebagai berikut.

1. Struktur dasar kalimat dianalisis dengan menggunakan Teori Struktural.

6
2. Mekanisme perubahan valensi dan relasi gramatikal pada konstruksi kausatif dan

aplikatif dianalisis dengan menggunakan Teori Relasional.

3. Karakteristik kausatif dan aplikatif dianalisis dengan menggunakan Teori Tipologi

Kausatif

Kerangka berpikir yang diuraikan di atas dapat digambarkan dalam bentuk bagan seperti

berikut ini.

7
III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang

bertujuan menggambarkan sifat, keadaan, dan gejala kebahasaan, khususnya valensi verba

BM pada suatu waktu, saat penelitian ini dilakukan (sinkronis). Penelitian ini dilaksanakan

di Kelurahan Wapunto, Kabupaten Muna, yang dipusatkan didesa Longkida.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kata dan klausa atau kalimat

dalam BM yang biasa dipakai, dikenal, dan dimengerti di antara penutur-penuturnya dalam

berkomunikasi. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data dalam

penelitian ini berupa daftar klausa dan kalimat yang digunakan sebagai pedoman dalam

wawancara. Selama wawancara berlangsung peneliti menggunakan tape recorder untuk

merekam data yang didapat dari hasil wawancara tersebut. Instrumen lain yang digunakan

adalah alat tulis, seperti balpoin dan buku.

Metode yang dianggap sesuai untuk menganalisis data penelitian ini adalah metode

agih, yakni metode analisis yang menjadikan bagian dari bahasa itu sendiri sebagai alat

analisis. Teknik dasar dari metode agih adalah teknik bagi unsur langsung (BUL), yakni

dengan membagi satuan lingual data menjadi beberapa bagian unsur yang merupakan bagian

yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud. Teknik dasar itu diikuti dengan

semua teknik lanjutan yang dikemukakan oleh Sudaryanto (1993: 31-40), yakni teknik

perluasan, permutasi, teknik subtitusi, teknik lesap, teknik sisip, dan teknik ubah wujud.

Setelah data dianalisis, hasil analisis tersebut disajikan dalam bentuk laporan. Untuk

penyajian hasil analisis digunakan dua macam metode, yaitu (i) metode penyajian formal dan

(ii) metode penyajian informal (Sudaryanto, 1993: 144).

8
HASIL ANALISIS

I. Pengurangan valensi verba dalam Bahasa Muna

Pengurangan valensi dalam Bahasa Muna terjadi pada kata kerja yang mendapat awalan po-,
fo- dan ti-. Ketika awalan po- ditambahkan pada kata kerja transitif, maka terjadi perubahan
valensi dari dua menjadi satu seperti pada contoh berikut:

tumbu ‘pukul’
po-tumbu ‘saling pukul

a. A-tumbu aiku we lambu ‘saya pukul adikku di rumah’


1T-pukul adikku pew rumah

b. Do-po-tumbu we lambu ‘mereka saling pukul di rumah’


3J-saling pukul pew rumah

Hal serupa juga terjadi ketika awalan fo- ditambahkan pada kata kerja. Contohnya:

tonda ‘tuntun’
fo-tonda ‘menuntun’

a. Wa Ima no-tonda aino ‘Ima menuntun adiknya’


ART Ima 3T-tuntun 3TPOS

b. Wa Ima no-fo-tonda ‘Ima menuntun’ (kita/orang lain)

Demikian juga dengan penambahan afiks ti-.


Lengka ‘buka’
Ti-lengka ‘terbuka’

a. O bheka ne-lengka nuuha ‘kucing membuka belanga’


KLT kucing 3T-buka belanga

b. Nuuha no-ti-lengka ‘belanga terbuka (tutupnya)’


Belanga 3T-A.PAS-buka

II. Penambahan valensi verba dalam Bahasa Muna

Penambahan valensi dalam Bahasa Muna terjadi pada kata kerja yang mendapat afiks

feka-, fo-, -ghoo,-Ci, dan fe- . Untuk kata kerja dengan awalan feka-, sebenarnya valensi

verbanya hanya satu, namun ketika diturunkan bisa berubah menjadi dua valensi verba.

Seperti contoh berikut :

9
tehi ‘takut’
feka-tehi ‘menakuti’
a. La Adi no-tehi-mo ‘Adi sudah takut’
ART Adi 3T-takut

b. La Ubi no-feka-tehi La Adi aniini ‘La Ubi menakuti Adi tadi’


ART Ubi 3T-KAUS-takut ART Adi tadi

Sementara untuk awalan fo- verba hanya terdiri atas satu valensi tetapi turunan verba
mempunyai dua valensi. Perhatikan contoh berikut :
manda ‘tobat/jera’

fo-manda ‘membuat jera’

a. Anaku no-manda-mo. ‘Anakku sudah jera.’

Anak-3TPOS 3T-jera

b. A-fo-manda-e ‘ saya membuatnya jera’

1T-KAUS-jera-SUF

c. Guru aitu no-fo-manda muri malasi-hi-no


Guru itu 3T-KAUS-jera murid malas-APL
Guru itu membuat jera murid-murid yang malas

Selain prefix feka- dan fo-, penambahan valensi verba dalam Bahasa Muna bisa terjadi

pada penggunaan sufix –ghoo. Seperti contoh berikut :

Lolu ‘bodoh’
lolu-ghoo ‘bodoh akibat’

a. No-lolu-mo. ‘Dia telah bodoh’.

3T-bodoh-Perf

b. No-lolu-ghoo kalaalambu. ‘Dia bodoh karena permainan’.

3T-bodoh-APL permainan.

Selain sufiks –ghoo, sufiks –Ci dan prefiks fe- juga menanbah valensi dalam BM. Contohnya

sebagai berikut:

kadiu ‘mandi’

Kadiu-hi ‘mandi memakai’

a. La Ane ne-kadiu ‘La Ane mandi’


ART Ane 3T-mandi

b. La Ane ne-kadiu-hi oeno gumba


ART Ane 3T-mandi-APL air-3TPOS gumbang

10
‘La ane mandi memakai airnya gumbang’

(12) gande ‘bonceng’

Fe-gande ‘minta bonceng’

a. A-gande ne motoro-no aniini ‘saya bonceng dimotornya tadi’


1T-bonceng pew motor-3TPOS tadi
b. Isa La Asi ne-fe-gande ana-no aniini
Kakak ART Asi 3T-Pref-bonceng anak-3TPOS tadi
‘Kakak La Asi minta diboncengkan anaknya tadi”.

III. Perubahan valensi dan relasi gramatikal pada konstruksi kausatif morfologis

Bahasa Muna

(5.1a) Tondo galu aitu ne-langke.

Pagar kebun itu 3T-tinggi

‘Pagar kebun itu tinggi’

(5.1b) Ama Atu no-feka-langke tondo galu aitu indewi.

Bapak Atu 3T-ADV-tinggi pagar kebun itu kemarin

‘Bapak Atu meninggikan pagar kebun itu kemarin’

(5.1c) Tondo galu aitu no-feka-langke-e ama Atu indewi.

Pagar kebun itu 3TADV-tinggi-3T/OL bapak Atu kemarin

‘Pagar kebun itu telah ditinggikan (oleh) pak Atu kemarin’

Penambahan pemarkah kausatif {nofe-}, {nofo-}, dan {afo-} pada masing-

masing contoh di atas menyebabkan terjadinya perubahan valensi, yaitu berupa

penambahan argumen penyebab, yakni ama Atu ‘bapak Atu’.

IV. Perubahan valensi dan relasi gramatikal pada konstruksi kausatif analitik BM

Penggunaan verba kausatif pada konstruksi kausatif analitik dalam BM menyebabkan

terjadinya penggambungan dua klausa menjadi satu konstruksi kausatif. Menurut Teori

Tatabahasa Relasional, relasi-relasi gramatikal pada klausa asal dimunculkan pada strata awal

dalam diagram jaringan relasional. Kemudian pada strata selanjutnya, relasi-relasi tersebut

dilebur sesuai dengan relasinya masing-masing dalam konstruksi kausatif. Contohnya:

11
(5.5a) Wa Ima ne-gholi sala aitu nefuamu.

Art Ima 3T-beli celana itu kemarin dulu

‘Si Ima membeli celana itu kemarin dulu’

(5.5b) Ode no-tudu Wa Ima ne-gholi sala aitu nefuamu.

Ode 3T-suruh ART Ima 3T-beli celana itu kemarin dulu

‘Ode menyuruh Si Ima membeli celana itu kemarin dulu’

(5.5c) Wa Ima no-tudu-e Ode nae-gholi sala aitu naewine.

ART Ima 3T-suruh-SUF Ode 3T-beli celana itu besok

‘Si Ima disuruh (oleh) Ode akan membeli baju itu besok’

(5.5d) Wa Ima no-tudu-e nae-gholi sala aitu Ode naewine.

ART Ima 3T-suruh-SUF 3T-beli celana itu Ode besok

‘Si Ima disuruh akan membeli celana itu (oleh) Ode besok’

(5.5e) Sala aitu no-tudu na-ghumoli-e Wa Ima Ode naewine.

Celana itu 3T-suruh 3T-beli-SUF ART Ima Ode besok

‘Celana itu disuruh akan dibeli Si Ima (oleh) Ode besok’

V. Perubahan valensi dan relasi gramatikal pada konstruksi kausatif leksikal BM

Perubahan valensi verba dan relasi gramatikal dalam konstruksi kausatif leksikal BM

hanya dapat diamati pada perubahan konstruksi aktif kausatif menjadi pasif kausatif. Oleh

karena itu, perubahan valensi verba yang dapat diamati pada konstruksi kausatif leksikal

adalah perubahan relasi gramatikal dan bukan penambahan jumlah argumen.

(5.6a) La Randi na-s[um]ongko imbere nasesendaitu.

ART Randi 3T-tutup ember sebentar

‘Si Randi akan menutup ember sebentar’

(5.6b) Imbere na-s[um]ongko-e La Randi nasesendaitu.

Ember 3T-tutup-SUF ART Randi sebentar

‘Ember itu akan ditutup (oleh) Si Randi sebentar’

VI. Perubahan valensi dan relasi gramatikal pada konstruksi aplikatif benefaktif BM

Konstruksi aplikatif benefaktif dalam BM ditandai oleh pemarkah {-gho} dalam

konstruksi aktif dan pemarkah {-ane} dalam konstruksi pasif. Kedua pemarkah aplikatif ini

12
dapat melekat, baik pada verba transitif maupun pada verba intransitif. Pada contoh-contoh

berikut ini pemarkah {-gho} dan {-ane} melekat pada verba transitif (konstruksi transitif).

(5.9a) La Jamin ne-gholi bhadhu so Wa Alia indewi

ART Jamin 3T-beli baju PREP ART Alia kemarin

‘Si Jamin telah membeli baju itu untuk Si Alia kemarin’

(5.9b) La Jamin ne-gholi bhadhu indewi.

ART Jamin 3T-beli baju kemarin

‘Si Jamin membeli baju kemarin’

(5.9c) La Jamin ne-gholi-gho Wa Alia bhadhu indewi.

ART Jamin 3T-beli-APL ART Alia baju kemarin

‘Si Jamin membelikan Si Alia baju kemarin’

(5.9d) Wa Alia ne-gholi-ane bhadhu La Jamin indewi.

ART Alia 3T-beli-PAS baju ART Jamin kemarin

‘Si Alia telah dibelikan baju itu (oleh) Si Jamin kemarin’

(5.9e)Bhadhu aitu no-gholi-ane so Wa Alia La Jamin indewi

Baju itu 3T-beli-PAS PREP ART Alia ART Jamin kemarin

‘Baju itu dibelikan (oleh) Si Jamin untuk Si Alia kemarin’

VII. Perubahan valensi dan relasi gramatikal pada konstruksi aplikatif instrumental

BM

Aplikatif instrumental dalam BM dimarkahi oleh pemarkah {-gho} pada konstruksi

aktif dan pemarkah {-ane} pada konstruksi pasif. Kedua pemarkah aplikatif instrumental ini

yang menyebabkan argument OBL instrumental menjadi argumen inti pada konstruksi

aplikatif. OBL instrumental dalam BM ditandai oleh preposisi nepake. Seperti halnya

pemarkah aplikatif benefaktif {-gho} dan {-ane}, pemarkah aplikatif instrumental {-gho}

dan {-ane} juga bisa melekat pada verba transitif maupun verba intransitif.

(5.13a) La Rin no-wogha Wa Nanda ne-pake kagarensi aitu indewi

ART Rin 3T-pukul ART Nanda PAS-pakai mistar itu kemarin

13
‘Si Rin memukul Si Nanda dengan mistar kemarin’

(5.13b)La Rin no-wogha-ghoo kagarensi aitu ne Wa Nanda indewi.

ART Rin 3T-pukul-APL mistar itu PREP ART Nanda kemarin

‘Si Rin memukulkan mistar ke Si Nanda kemarin’

(5.13c) *La Rin no-wogha-ghoo wa Nanda indewi.

ART Rin 3T-pukul-APL ART Nanda kemarin

‘Si Rin memukulkan Si Nanda kemarin’

(5.13d) Kagarensi aitu no-wogha-ane ne Wa Nanda La Rin indewi

Mistar itu 3T-pukul-PAS PREP ART Nanda ART Rin kemarin

‘Mistar dipukulkan ke Si Nanda (oleh) Si Rin kemarin’

(5.13e) Wa Nanda no-wogha-ane ne-pake kagarensi aitu La Rin indewi.

ART Nanda 3T-pukul-PAS 3T-pakai mistar itu ART Rin kemarin

‘Si Nanda dipukul dengan mistar itu (oleh) Si Rin kemarin’

VIII. Perubahan valensi dan relasi gramatikal pada konstruksi aplikatif resipien BM

Konstruksi aplikatif resipien dalam BM berasal dari verba dasar monotransitif,

walaupun jumlahnya sangat terbatas, yakni nofoghondogho ‘memperlihatkan’.

Pengaplikatifan dengan verba nofoghondogho ‘memperlihatkan’ cukup dengan

memposisikan argumen OBL konstruksi nonaplikatif persis setelah verba tanpa memerlukan

permarkah aplikatif. Sehingga verba nofoghondogho ‘memperlihatkan’ menuntut kehadiran

tiga argumen inti. Perhatikan contoh berikut.

(5.15a) La Udeng no-fo-omba-ghoo kasere-no ne ama-no nefuamu.

ART Udeng 3T-KAUS-muncul-APL pacar-3TPOS PREP ba pak-3TPOS kemarin dulu

‘Si Udeng memperlihatkan pacarnya kepada bapaknya kemarin dulu’

(5.15b) La Udeng no-fo-omba-ghoo kasere-no nefuamu.

ART Udeng 3T-KAUS-muncul-APL pacar-3TPOS kemarin dulu

‘Si Udeng memperlihatkan pacarnya kemarin dulu’

(5.15c) La Udeng no-fo-omba-ghoo ama-no kasere-no nefuamu.

ART Udeng 3T- muncul-APL bapak-3TPOS pacar-3TPOS kemarin dulu

‘Si Udeng memperlihatkan pacarnya kepada bapaknya kemarin dulu’

14
(5.15d) Ama-no no-fo-omba-ane La Udeng kasere-no nefuamu.

Bapak-3TPOS 3T-KAUS-muncul-PAS ART Udeng pacar-3TPOS kemarin dulu

‘Bapaknya diperlihatkan Si Udeng pacarnya kemarin dulu’

(5.15e) Kasere-no no-fo-omba-ane ama-no La Udeng nefuamu.

Pacar-3TPOS 3T-KAUS-muncul-PAS bapak-3TPOS ART Udeng kemarin dulu

‘Pacarnya diperlihatkan ke bapaknya (oleh) Si Udeng kemarin dulu’

IX. Perubahan valensi dan relasi gramatikal pada konstruksi aplikatif pasien BM

Pemarkah aplikatif {-ki}, {-fi}, dan {-i} yang melekat pada verba intransitif

tertentu, seperti di bawah ini, dalam BM dapat membentuk konstruksi aplikatif pasien.

(5.17a) O ama no-mamara ne La Sali morondo.

PEW bapak 3T-marah PREP ART Sali tadi malam

‘Bapak marah kepada Si Sali tadi malam’

(5.17b) O ama no-mamara-ki La Sali morondo.

PEW bapak 3T-marah-TR ART Sali tadi malam

‘Bapak memarahi Si Sali tadi malam’

(5.17c) La Sali no-mamara-ki-e ama morondo.

Art Sali 3T-marah-SUF bapak tadi malam

‘Si Sali dimarahi (oleh) bapak tadi malam’

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Afiks pembentuk verba intransitif adalah afiks {ko-} dan {ti-} sedangkan afiks pembentuk

verba transitif adalah {fo--}, {feka-}, {poka-}, {-ghoo}, {ki-}, {hi-}, {wi-}, {fo-…-ghoo},

{fe-…-ghoo}, {feka-…ghoo} dan {fo-…-hi}.

2. Berdasarkan valensi verbanya, struktur dasar kalimat dengan predikat verba BM terdiri

atas 3 jenis struktur yaitu struktur yang menggunakan verba intransitif, struktur yang

15
menggunakan verba monotransitif & struktur yang menggunakan verba ditransitif sbg

predikat.

3. Perubahan valensi verba dapat berupa pengurangan & penambahan argumen.Pada

konstruksi paisf dan anti pasif, terjadi pengurangan argumen sedangkan pada konstruksi

kausatif dan aplikatif terjadi penambahan.

4. Pengurangan valensi dalam BM terjadi pada kata kerja yg mendapat afiks {po-}, {fo-} dan

{ti-} sementara penambahan valensi terjadi pada kata kerja yang mendapat afiks {feka-},

{fo-}, {-ghoo}, {-Ci} dan {fe-}.

5. Ada beberapa afiks yang dapat membentuk konstruksi kausatif dalam BM yakni, gabungan

klitika {no-} dan prefiks {fe-} ({no- + fe-}), gabungan klitika {no-} dan prefiks {fo-}

({no- + fo-}), dan gabungan klitika {a-} dan prefiks {fo-} ({a- + fo-}). {no- + fe-} dan

{a- + fo} ini dapat dilekatkan pada kata dengan kategori verba intransitif murni (pure

intransitive), adjektiva, nomina, numeralia, dan pada beberapa adverbia. Sementara {no- +

fo-} hanya dapat melekat pada adverbia yang menyatakan arah.

6. Pemarkah konstruksi aplikatif dalam BM ada delapan, yakni pemarkah aplikatif {-gho},

{-ane}, {-ki}, {-kie} {-fi}, {-fie}, {-i}, dan {-ie}. Verba yang dapat diubah menjadi

verba aplikatif adalah verba transitif dan verba intransitif.

Saran

Perlu adanya pengkajian ulang terhadap kajian morfologis verba BM yang lebih menyeluruh

dan mendalam guna memberikan titik beda yang jelas antara keduanya (afiks dan klitika)

dengan menggunakan teori dan pendekatan yang mutakhir dan sesuai.

16
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H.,dkk.2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Ana, I. W. 2000. Tipologi Kausatif Bahasa Bali. Kajian Semantik Generatif. (Tesis).
Denpasar: Program Magister Linguistik Universitas Udayana.
Arka, I. W. 1993. Morpholexical Aspects of the –kan Causative in Indonesia. Sydney:
University of Sydney.
Arka, I. W.1998. From Morphosyntax to Pragmatic in Balinese: A Lexical Functional
Aproach. (Disertasi). University of Sydney.
Artawa, K. 1998. Ergativity and Balinese Syntax. Dalam Nusa, Linguistic Studiesof
Indonesian and other Languages in Indonesia, Volume 42. Jakarta: UNIKA Atma
Jaya.
Artawa, K. 2000. Alternasi Diatesis pada Beberapa Bahasa di Nusantara. Dalam: Purwo, B.
K., editor. Kajian Serba Linguistik untuk Anton Moeliono Pereksa Bahasa. Jakarta:
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dan PT. BPK Gunung Mulya.
Artawa, K. 2004. Balinese Language: A Typologycal Description. Denpasar: VC Bali Media
Adikarsa.
Berg, R. Van den. 1985. Beberapa Aspek Morfologi Kata Kerja Bahasa Muna. (Makalah).
Ujung Pandang: Universitas Hasanuddin.
Berg, R. Van den. 1989. A Grammar of the Muna Language. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Berg, R. Van den & Marafad, La Ode S. 2000. Kamus Muna-Indonesia. Kupang: Artha
Wacana Press.
Berg, R. Van den. 2013. Valency in Muna. (Makalah). Kendari: Universitas Halu Oleo.
Belum Pernah dipublikasikan.
Blake, B. J. 1990. Relational Grammar. London: Routledge.
Blake, B. J. 1993. Case. Cambridge: Cambridge University Press.
Bresnan, J. & L. Moshi. 1990. Object Asymetries in Comparative Bantu Syntax.
Chomsky, N. 1977. Essay on Form and Interpretation. Amsterdam: North Holland.
Comrie, B. 1981. Language Universal and Linguistic Typology. Oxford: Basil Blackwell.
Comrie, B. 1989. Aspect: An Introduction to the Study of Verbal Aspect and Related
Problems. London: Cambridge University Press.
Cook, V. J. 1979. Chomsky’s Universal Grammar an Introduction. Oxford: Basil Blacwell.
Dixon, R. M. W. 1994. Ergativity. Cambridge: Cambridge University Press.
Hanafi. 1968. Hubungan Kata Ganti Orang dengan Kata Kerja dalam Bahasa Muna. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Haspelmath, M. 2002. Understanding Morphology. London: Arnold.
Japa, I. W. 2000. Properti Argumen, Interpretasi Tipologis, dan Struktur Kausatif Bahasa
Lamaholot Dialek Nusa Tadon. (Tesis). Denpasar: Program Magister Linguistik
Universitas Udayana.
Katamba, F. 1993. Morphology. London: Macmilan Press Ltd.
Klingenman- Berg, L. Van den. 1985. Klausa Relatif Bahasa Indonesia dan Bahasa Muna.
(Makalah). Ujung Pandang : Universitas Hasanuddin.
Marafad, La Ode S. 1976. Perbandingan Pemakaian Kata Ganti Diri Bahasa Muna dengan
Pemakaian Kata Ganti Bahasa Indonesia. Bandung: Universitas Padjajaran.
Marafad, La Ode S. 1996. Kata Tugas Bahasa Muna (Semiotika). Kendari: Universitas
Haluoleo.
Marafad, La Ode S. 1996. Sistem Morfologi Nomina Bahasa Muna. Bandung: Universitas
Padjajaran.

17
Mosel, Ulrike. 1991. Towards a Typology of Valency, dalam Das Sprachliche Erfassen von
Sachverhalten, (ed) Hansjakob Seiler, Waldfried Premper. Tubingen: Gunter Narr
Verlag.
Palmer, F. P. 1994. Gramatical Roles and Relations. Great Britain: Cambridge University
Press.
Parera, Jos Daniel. 1994. Morfologi Bahasa (edisi kedua). Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Perlmutter & Postal. 1984a. The 1-Advancement Exclussiveness Law. In D.Perlmutter D and
Rosen C, (eds) 1984, 81-125.
Purwo, B. K. & Moeliono, A. M. 1985. Analisis Fungsi Subjek dan Objek: Sebuah Tinjauan.
Dalam Purwo B. K. (Penyunting). Untaian Teori Sintaksis 1970-1980an. Jakarta:
Arcan.
Samarin, W. J. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan (Terjemahan oleh J. S. Badudu). Yogyakarta:
Kanisius.
Sande, J. S. et al. 1986. Morfologi bahasa Muna. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Sedeng, I. Nyoman. 2000. Predikat Kompleks dan Relasi Gramatikal Bahasa Sikka. (Tesis).
Denpasar: Program Magister Linguistik Universitas Udayana.
Shibatani, M. (editor). 1976. Syntax and Semantics: The Grammar of Causatives
Construction. New York: Academic Press.
Spencer, A. 1993. Morphological Theory:An Introduction to Word Structure in Generatif
Grammar. United Kingdom: Blackwell.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Jakarta: Duta Wacana
University Press.
Sudaryanto. 1998. Metode Linguistik, Bagian pertama, Ke Arah Memahami Metode
Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Unsa. 2001. Analisis Kategori Adverbia Bahasa Muna. (Tesis). Kendari: Universitas
Haluoleo.
Van Valin Jr. & Randy Lapolla. 1997. Syntax: Structure, Function, and Meaning. Cambridge:
Cambridge University Press.
Yatim, Nurdin. 1981. Bahasa Wuna. Jakarta: Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Yatim, Nurdin. 1992. Morfologi Kata Kerja Bahasa Muna. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.

18

Anda mungkin juga menyukai