Anda di halaman 1dari 57

1 BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Didalam sebuah dunia perindustrian, mesin-mesin perkakas sangat


berperan penting dalam mendukung keberhasilannya suatu proses produksi.
Dari beberapa mesin perkakas yang ada salah satunya adalah mesin bubut.
Dimana proses bubut termasuk kedalam proses pemesinan yang menggunakan
pahat bermata tunggal (single point cutting tool) (Paridawati, 2015).

Proses turning adalah proses pemesinan pada permukaan benda kerja


yang menghasilkan geometri silinder. Kenaikan Temperatur pada kontak pahat
dan benda kerja adalah salah satu parameter penting pada analisa proses
turning. Temperatur pemotongan timbul akibat panas yang dihasilkan oleh
deformasi material dari perautan benda kerja, gesekan antara pahat dan benda
kerja dan gesekan antara pahat dan geram.(Kalpakjian, S, R. Schmid, 2014)

Menurut (Dwijana et al., 2009) pada dasarnya suatu proses pemesinan


dapat dinamakan sebagai suatu proses yang dilakukan untuk mengubah benda
kerja dengan cara memotong atau meraut dengan menggunakan peralatan
tertentu yaitu mesin perkakas.pada proses pemesinan ini dapat terjadi akibat
adanya suatu gerak relatif pahat dengan benda kerja sehingga terbentuk geram
dan secara bertahap benda kerja tersebut dikerjakan secara berulang-ulang
sehingga merubah benda kerja menjadi suatu bentuk dan dimensi yang di
inginkan.

Sesuai prinsip dari proses pemakanan bubut yaitu pahat menyayat benda
kerja untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Pada saat proses tersebut
maka terjadilah gesekkan antara pahat dan benda kerja itu dapat menimbulkan
perpindahan panas. Perpindahan panas dari benda kerja suatu pemesinan

1
2

memiliki pengaruh yang signifikan pada bagian temperatur dan akibat dari
gaya pemotongan.(Attia et al., 2016)

Secara umum industri pemesinan untuk melakukan suatu pemotongan


logam dengan melakukan proses pemesinan kering. Pemesinan kering atau
(dry machining) merupakan suatu proses pemesinan yang tidak menggunakan
cairan atau fluida pendingin dalam proses pemotongan benda tersebut. Dimana
fenomena kegagalan pahat dari pengunaan cairan merupakan salah satu
masalah yang banyak dikaji dan mendapat perhatian dalam pengaitannya yang
sangat berpengaruh terhadap kekasaran permukaan, keteliatian geometri pahat,
produk dan mekanisme keausan pahat serta umur pahat.

Dengan melakukan proses suatu pemesinan kering ini agar dapat


menghindari suatu pengaruh buruk cairan pemotongan terhadap benda kerja
maupun pahat potong akibat dari cairan pemotongan yang dihasilkan oleh
pemesinan basah. Secara kuantitatif menyangkut pengaruh buruknya
pemesinan basah dengan anggapan pada pemesinan kering tidak akan
dihasilkan terhadapt pencemaran lingkungan kerja. Oleh karena itu proses dari
suatu pemesinan kering ini berarti tidak menghasilkan kabut asap partikel
cairan dari pemotongan. Maka dari itu perlu diketahui bahwa pentingnya
pemesinan kering dilakukan dalam suatu proses pemesinan. (Arumugam et al.,
2003)

Pada saat ini penggunaan paduan titanium di industri pesawat terbang


sangatlah keharusan dikarenakan paduan titanium ini merupakan bahan yang
memiliki karakteristik istimewa sebagaimana sangat diperlukan oleh pesawat
terbang, paduan titanium ini memiliki sifat ketangguhan mekanik pada saat
suhu tinggi dan massa bahan yang baik. Namun demikian, dari seluruh bahan
pahat yang tersedia di pemesinan, bahan yang cukup baik digunakan untuk
paduan titanium adalah pahat karbida (WC+Co). Akan tetapi harus dicatat
bahwa pahat karbida tersebut digunakan pada saat keadaan pemesinan basah
yaitu dengan menggunakan cairan pemotongan yang kualitas besar.(Ginting,
2006)

Universitas Sriwijaya
3

Titanium alloy Ti6Al4V adalah salah satu bahan material yang sangat
sulit dilakukan pada proses pemesinan, titanium ini banyak sekali digunakan
dalam industri militer, pesawat, medikal dan otomotif karena memiliki
kemampuan ketahanan terhadap korosi yang baik, rendah konduktifitas termal
dan memiliki ratio kekuatan yang baik terhadap beban berat. Titanium alloy ini
memiliki sifat modulus elastisitas yang rendah apabila dibandingkan dengan
baja maka lebih cenderung ke elastis. Material jenis ini sangat sulit dilakukan
pada proses pemesinan, dikarenakan chip yang dihasilkan pada proses
pemesinan berlangsung lebih cenderung melekat ke mata potong (tool) dan
bereaksi kimia pada saat temperatur tinggi, pada kondisi ini sangat
berpengaruh pada pemukaan, umur pakai pahat dan mengakibatkan keausan
terhadap pahat.(Mohruni et al., 2017)

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka peneliti akan membuat


judul skripsi tentang” Analisis Pengaruh Keausan Pahat Karbida pada Proses
Pembubutan Titanium Ti-6Al-4V Dengan Menggunakan Software DEFORM
Integrate 2D3D

Rumusan Masalah

Berdasakan dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka


disimulasi ini akan membuat rumusan masalah tentang keausan pahat pada alat
potong dalam proses pemesinan bubut dengan menggunakan FEM (finite
element method) pada aplikasi DEFORM Integrated 2D3D.

Universitas Sriwijaya
4

Batasan Masalah

Batasan masalah dari suatu penelitian ini dilakukan karena banyaknya


masalah yang timbul, maka dari itu penulis melakukan pembatasan masalah.
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini, antara lain:
1. Aplikasi yang digunakan pada proses penelitian tugas akhir ini adalah
DEFORM Integrated 2D3D, untuk mengetahui nilai dari keausan
pahat potong.
2. Penelitian ini dilakukan hanya sebatas simulasi pembubutan dengan
bantuan FEM (Finite Element Method) simulation dengan
pemograman DEFORM Integrated 2D3D.
3. Alat potong yang digunakan adalah Pahat Karbida WC+CO.
4. Dan material benda kerja yang digunakan adalah Titanium Ti-6Al-4V.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian yang hendak dicapai dalam pembahasan ini
adalah untuk menganalisis keausan pahat potong karbida pada saat proses
pemesinan titanium Ti6Al4V dengan menggunakan simulasi software FEM
DEFORM-2D

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan dapat diambil dan memberikan


manfaat dari tugas akhir ini adalah:
1. Dapat menganalisis pengaruh keausan pahat pada saat proses mesin
bubut beroperasi.

Universitas Sriwijaya
5

2. Sebagai bahan referensi bagi penelitian sejenisnya dalam rangka


untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang pengaruh keausan
pahat pada pembubutan titanium Ti6Al4V.

Sistematika Penulisan

Pada penulisan tugas akhir ini, sistematika penulisan terdiri dari beberapa
bab, dimana pada setiap bab terdapat uraian-uraian yang mencangkup
pembahasan tugas akhir ini secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN

Adalah pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah,


batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Yang berisikan dasar teori yang berhubungan dengan penelitian ini.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Yang membahas tentang metode penelitian, peralatan dan bahan


penelitian, prosedur penelitian dan hasil yang didapatkan.

Universitas Sriwijaya
2 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Proses Pemesinan Bubut (Turning Process)

Proses pembubutan adalah suatu proses pemesinan dengan cara


memotong atau menyayat suatu benda kerja untuk menghasilkan bagian-bagian
benda kerja yang berbentuk silindris akan dikerjakan dengan menggunakan
mesin bubut.

Pada dasarnya proses ini dapat didefinisikan sebagai proses pemesinan


permukaan luar benda silindris atau bubut rata:
1. Dengan benda kerja yang berputar.
2. Menggunakan dengan satu pahat atau mata potong tunggal (with a
single- point cutting tool)
3. Dengan gerakkan pahat yang sejajar terhadap sumbu benda kerja
pada jarak yang tertentu sehingga akan membuang suatu permukaan
luar benda kerja.(Rahdiyanta, 2010)

Elemen Dasar Pemesinan

Berdasarkan gambar teknik, dimana dinyatakan spesifikasi geometrik


suatu produk komponen mesin, beberapa dari jenis pemesinan harus dipilih dan
sesuai dengan urutan yang akan digunakan untuk membuat benda kerja yang di
harapkan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara menentukan penampang
geram. Selain dari itu, setelah berbagai aspek teknologi ditinjau, kecepatan
pembuangan sebuah geram dapat dipilih supaya waktu pemotongan sesuai.
Pekerjaan seperti ini akan ditemui dalam setiap perencanaan suatu dari proses
pemesinan. Maka dari itu elemen dasar proses bubut dapat dihitung dengan
menggunakan rumus-rumus dana Gambar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.1
berikut.: (Hamdhani and Hamsi, 2014)

7
Gambar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.1 Parameter proses pemesinan
(Hamdhani and Hamsi, 2014)

1. Kecepatan pemotongan (cutting speed)

Kecepatan potong merupakan kemampuan dari alat potong menyayat


suatu benda kerja hingga dapat menghasilkan tatal dalam satuan panjang dan
dapat menghasilkan bentuk geram atau chip. Rumus yang biasanya digunakan
untuk menghitung kecepatan potong adalah sebagai beriku:

(2.1)

(2.2)

Dimana :

v : kecepatan potong (m/min)

d : diameter rata-rata (mm)

n : putaran poros utama (rpm)

8
9

2. Kecepatan gerak makan (feeding speed)

Kecepatan gerak pemakanan adalah jarak yang ditempuh oleh pahat


untuk menyayat setiap benda kerja berputar satu kali dan dihitung tiap per
menit. Untuk menghitung suatu kecepatan gerak pemakanan adalah sebagai
berikut:

(2.3)

Dimana :

: kecepatan makan (mm/min)

f : gerak makan (mm/rev)

n : putaran poros utama (rpm)

3. Kedalaman potong (Defth of Cut)

Kedalaman potong adalah tebal suatu bagian benda kerja yang dibuang
dari benda kerja, atau jarak antara permukaan yang dipotong terhadap
permukaan yang belum terpotong. Maka dari itu, semakin besar kedalaman
potong akan semakin kecil kecepatan potong yang terjadi. Rumus yang
digunakan untuk menghitung kedalaman potong adalah sebagai berikut:

(2.4)

Dimana :

a : kedalaman pemakanan (mm)

Universitas Sriwijaya
10

:diameter awal (mm)

: diameter akhir (mm)

4. Waktu pemotongan (Cutting Time)

Waktu pemotongan bisa diartikan dengan panjang pemesinan tiap


kecepatan gerak pemakanan. Satuan waktu pemesinan adalah mm. Panjang
pemesinan sendiri adalah panjang pemotongan benda kerja ditambah langkah
pengawalan dan ditambah dengan langkah pengakhiran, waktu pemotongan
dapat dirumuskan dengan :

(2.5)

Dimana :

:waktu pemotongan (min)

:panjang pemesinan (mm)

: kecepatan pemotongan (mm/min)

5. Kecepatan penghasil geram (Rate of Metal Removal )

Kecepatan penghasil geram dapat dihitung dengan formula:

Universitas Sriwijaya
11

(2.6)

Dimana penampang geram sebelum dipotong:

(2.7)

(2.8)

Dimana :

Z : kecepatan penghasil gram ( / min)

f : gerak makan (mm/rev)

a : kedalaman potong (mm)

v : kecepatan potong (mm/min)

Maka, elemen dasar proses pemesinan tersebut (v, vf, a, tc, Z) dapat
dihitung berdasarkan dengan dimensi benda kerja dan pahat serta besaran dari
mesin perkakas.Variabel mesin perkakas yang dapat diatur ada bermacam-
macam tergantung pada jenis mesin perkakas itu sendiri. Oleh sebab itu rumus
yang dipakai dalam setiap proses suatu pemesinan dapat berbeda.(Paridawati,
2015)

Universitas Sriwijaya
12

Alat Potong (Cutting Tool)

Alat potong (cutting tool) adalah suatu alat pemotong biasa dikenal
dengan sebutan mata pahat, yang berfungsi untuk membuat suatu benda.
Cutting tool ini bergerak secara linier atau benda kerja yang berputar pada
angka putaran tertentu kemudian alat potong bergerak maju dengan kecepatan
tertentu sehingga terjadi pemotongan yang menghasilkan geram.(Susila et al.,
2013)

Menurut (Rao et al., 2013) Pahat merupakan sebuah alat pemotong yang
tajam dan mampu memberikan lebih banyak kemampuan pemotongan dengan
waktu yang lama secara yang efektif dan halus. Jika tidak memberikan
pekerjaan yang memuaskan maka dapat dikatakan sebagai suatu kegagalan alat
potong atau keausan pahat. Salah satu kegagalan alat terjadi karena hilangnya
suatu massa atau berat dalam memotong pada permukaan logam dan sisi benda
kerja.

Geometri pahat

Geometri pahat merupakan salah satu faktor terpenting yang dapat


menentukan keberhasilan suatu proses pemesinan. Geometri pahat harus dipilih
sesuai dengan jenis material benda kerja, material pahat dan kondisi
pemotongan sehingga salah satu objektif dapat tercapai. Sudut pahat yang
paling pokok adalah sudut geram (rake angle), sudut bebas (clerence angle),
dan sudut sisi potong (cutting edge angle). Adapun tujuan dari pemotongan
tersebut antara lain : rendahnya gaya potong, tingginya umur pahat, halusnya
permukaan benda kerja dan ketelitian geometri benda kerja. Tiga hal yang
perlu dibedakan dalam geometri pahat adalah :
1. Elemen pahat : Badan (body) : Bagian pahat yang dibentuk menjadi
mata potong atau tempat untuk sisipan pahat (dari karbida atau
keramik). Pemegang (shank) : Bagian pahat untuk dipasangkan pada
mesin perkakas. Bila bagian ini tidak ada maka fungsinya diganti

Universitas Sriwijaya
13

oleh lubang pahat. Lubang pahat (tool bore) : Lubang pada pahat
melalui mana pahat dapat dipasangkan pada poros utama (spindel)
atau poros pemegang pada mesin perkakas. Sumbu pahat (tool axis) :
Garis maya yang digunakan untuk mendefinisikan geometri pahat.
Umumnya merupakan garis tengah dari punggung atau lubang pahat.
Dasar (base) : Bidang rata pada pemegang untuk meletakkan pahat
sehingga mempermudah proses pembuatan, pengukuran ataupun
pengasahan pahat.
2. Bidang pahat : Merupakan permukaan aktif pahat. Setiap pahat
mempunyai bidang aktif ini sesuai dengan jumlah mata potongnya
(tunggal/jamak). Bidang aktif pahat yang dimaksud, bidang geram
(Aγ , face), bidang utama/mayor (Aα , Principal/Mayor Flank),
bidang bantu/minor (Aα 1, Auxiliary/Minor Flank).
3. Mata potong pahat : Tepi dari bidang geram yang terpotong aktif
memotong benda kerja. Ada dua jenis mata potong, yaitu Mata
potong utama / Mayor (S, Principal/Mayor Cutting Edge); garis
perpotongan antara bidang geram (Aγ) dengan bidang utama (Aα).
Mata potong bantu / Minor (S1, Auxiliary/Minor Cutting Edge); garis
perpotongan antara bidang geram (Aγ) dengan bidang utama.
(Paridawati, 2015)

Bentuk sudut pahat ditampilkan pada Gambar BAB 2 TINJAUAN


PUSTAKA.2 Geometri Pahat Tunggaldibawah ini

Universitas Sriwijaya
14

Gambar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.2 Geometri Pahat Tunggal (Zhang and


Guo, 2015)

Bahan Pahat

Dalam pembentukan suatu geram dengan proses pemesinan yang


berlangsung, maka dengan cara mempertemukan dua jenis material, yaitu
benda kerja dengan pahat. Untuk menjamin kelangsungan proses ini maka jelas
diperlukan material pahat yang lebih unggul dari pada material benda kerja.
Bahan pemotong yang dibutuhkan saat sedang beroperasi harus di bawah suhu
yang tinggi. Dimana kemampuan suatu jenis material pahat sangat perlu
diperhitungkan.(Waluyo, 2012)
1. Baja karbon tinggi (High Carbon Steel, Carbon Tool Steels,CTS)
2. HSS (High Speed Steels, ToolSteels)
3. Paduan Cor Nonfero (Cast Nonferous Alloys, Cast carbides)
4. Karbida (Cermeted Carbides,Harmetals)
5. Keramik(Ceramic)
6. CBN (Cubic BoronNitride)
7. Intan (Sintered Diamons & Natural Diamonds)

Universitas Sriwijaya
15

Pahat Karbida

Pahat carbide dengan jenis karbida adalah salah satu jenis alat potong
yang banyak digunakan untuk berbagai jenis pada saat proses pemesinan pada
industi pemotongan logam. Pada umumnya material dasar dari pahat karbida
adalah Karbida Tungsten (WC+Co) yang dilapisi dengan bahan pelapis berupa
Titanium Nitrida (TiN), Titanium Karbida (TiC), Titanium Carbonitrida
(TiCN) dan Aluminium Oxida (Al2O3). Lapisan dibuat dengan dua cara yaitu
dengan proses PVD (Physical Vapour Deposition) dan proses CVD (Chemical
Vapour Deposition). Pelapisan secara CVD (Chemical Vapour Deposition)
menghasilkan ikatan yang lebih kuat dari pada PVD (Physical Vapour
Deposition).

Lapisan yang dibuat pada pahat ini karbida adalah lapisan dari bahan
Titanium Aluminium Nitrida dan Titanium Nitrida (TiAlN/TiN) memiliki
kekerasan yang tinggi, tahan aus, lebih tangguh dalam pemotongan bila
dibandingkan dengan lapisan yang dibuat monolayer berbahan pelapis
Titanium Aluminium Nitrida (TiAlN). Dimana penyebab dari kerusakan pahat
karbida adalah Bentuk kerusakan alat potong diantaranya adalah aus sisi (Vb),
aus kawah (Kt), pengepingan serta pengelupasan pelapis (coating
delamination) merupakan hilangnya bahan lapisan dari permukaan pahat.
(Mawarni, 2017).

Pelapisan (Coating) Pahat

Pelapisan TiAlN ini merupakan pelapisan single-layer. Karena dalam


penggunaan pelapisan ini pahat akan lebih dapat meningkatkan umur terhadap
pahat tersebut. Telah diamati bahwa dengan menggunakan pelapisan TiAlN ini
memberikan nilai kekerasan yang sangat tinggi terhadap pahat tersebut.
Lapisan TiAlN merupakan lapisan yang sangat baik dibandingkan dengan

Universitas Sriwijaya
16

menggunakan pelapisan Altin, karena pelapisan TiAlN ini mampu


mempertahankan suhu pemotongan yang tinggi. Maka tingkat keausan
terhadap pahat lebih rendah dibandingkan dengan pelapisan Altin. TiAlN ini
merupakan senyawa kimia dari tiga elemen yaitu titanium, Aluminium dan
Nitrogen. TiAlN ini memiliki ketebalan lapisan 1-4 (µm). Pada Gambar BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA.3 tentang bentuk pahat karbida di lapisi dan tidak
dilapisi. (Kulkarni and Sargade, 2015)

Gambar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.3 Pahat Karbida (a) Coated (b)


Uncoated (Lubis et al., 2016)

Teknik Pelapisan

Pada dasarnya proses pemesinan menggunakan pahat yang dilapisi


(coated) maupun yang tidak dilapisi (uncoated), proes perlapilasn ini ditujukan
untuk mengurangi keausan pada pahat guna untuk meningkatkan umur pakai
(life time) pahat.

Adapun proses pelapisan ini pada umumnya menggunakan teknik


pelapisan CVD dan PVD. Dimana untuk teknik pelapisan Physical Vapor
Deposition (PVD) adalah teknologi pelapisan yang dilakukan dengan cara
penguapan terhadap pahat. Dimana material coating berbentuk padat (Solid)

Universitas Sriwijaya
17

dengan ruangan hampa, dan pengerjaan pelapisan ini dengan temperatur 500ºC
atau biasanya disebut dengan Cold Process. Ada beberapa sistem PVD untuk
menghasilkan metal ion thermochemical untuk membentuk lapisan
diantaranya:
1. Electron Gun, mengarahkan suatu arus energy electron yang tinggi ke
arah material deposisi dalam suatu tempat dan penguapan diruang
hampa tinggi dari sistem deposition.
2. Sputtering, dimana argon yang diionisasi membom target deposisi
metal dan atom yang diperlukan untuk reaksi pembentukan pelapisan.
3. Arc,Evaporasi material deposisi dan melempar dengan cepat ke arah
tool surface, bersama-sama dengan gas reaktif (Nitrogen dan Carbon
gas)

Dimana teknik pelapis PVD ini menunjukkan bahwa adhesion yang baik
dari substrat karbida yang telah ditandai oleh mekanisme adhesive-deffusion.
Maka dari itu dalam kasus pelapisan PVD ini adalah hasil dari implantation ion
energy tinggi yang jatuh pada substrat terpolarisasi negatif (Staszuk et al.,
2017).

Chemical Vapor Deposition (CVD) adalah proses kimia untuk memberi


lapisan tipis pada permukaan wafer yang digunakan dalam pembuatan
microsystem.dalam proses ini, aplikasinya pada pelapisan titanium nitride.
Komponen gas bereaksi dipermukaan wafer dan membentuk lapisan tipis.
Untuk proses CVD ini biasanya dilakukan pada suhu tinggi lebih dari 1000ºC,
menyebabkan dekarbonisasi karbida yang disemen, sehingga menghasilkan
signifikan ketangguhan dan kekuatan pada pahat tersebut. Pelapisan CVD
biasanya lebih tebal dibandingkan dengan pelapisan PVD. Dimana CVD ini
memiliki kekuatan ikatan yang berubah-ubah. Mampu menghasilkan pelapisan
berlian tanpa pengikat. (Konyashin, 1995)

Universitas Sriwijaya
18

Cairan Pendingin dan Pelumas

Pada dasarnya pemesinan dilakukan tanpa menggunakan pelumas atau


pendingin (dry cutting), dimana pada proses ini memiliki tingkat keausan dan
kekasaran permukaan yang tinggi. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan
mencoba mengurangi permasalahan sebuah cairan pendinginan dan pelumaas.
Maka beberapa penjelasan tentang pelumasan dan pendingin yang biasanya
digunakan untuk meningkatkan benda kerja yaitu. flood, dry,cyogenic dan
MQL. Cryogenics adalah bidang yang berkaitan dengan teknologi pada suhu
pembekuan. Bidang cryogenics diambil untuk memulai pada suhu di bawah
120 K (~ 150 ° C).Bahkan istilah"kriogenik" tampak seperti medan esoteris,
memainkan peran utama dalam industri modern dan ilmu pengetahuan.
Beberapa aplikasi lain:tanaman pemisahan udara untuk memecahnya menjadi
komponennya untuk keperluan industri dan medis, cair helium telah menjadi
tak terhindarkan pendinginan unsur sistem pencitraan resonansi magnetik
dirumah sakit modern. Nitrogen cair (LN2) merupakan unsur kimia yang
paling sering digunakan dalam suatu proses pemesinan cryogenic. Pemesinan
cryogenic menunjukan ketahanan terhadap keausan dan meningkatkan umur
pada mata pahat.(Pušavec et al., 2009).

Flood Coolant (banjir) adalah fitur yang sering tersedia pada mesin CNC
kelas atas. Dimana dalam proses ini sebuah nozzle ditujkan pada benda kerja
atau diujung pahat pemotong dan cairan pendingin yang stabil diaplikasikan.
Guna dari pengunaan pendingin ini adalah menjaga agar temperatur terhadap
pahat tetap dingin dan terlumasi dengan baik, serta untuk menghilangkan
serpihan pada chip.(Pervaiz, 2015)

MQL (Minimum Quantity Lubrication) merupakan salah satu teknik


lubrikasi dimana lubrication dan udara bertekanan ditembakkan ke kontak
antara pahat dan benda kerja. Dengan menggunakan teknik MQL ini dapat
mengurangi temperatur yang terjadi akibat gesekan antara pahat dan benda
kerja sehingga akan mengurangi laju kenaikan temperatur terhadap pahat dan
akhirnya dapat menaikkan umur pahat.(Yacaranda and Iv, 2014)

Universitas Sriwijaya
19

Dry Cutting (pemotongan kering) merupakan proses pemesinan yang


dilakukan tanpa menggunakan cairan, dikarenakan untuk menghindari
pengaruh buruk akibat cairan pemotongan yang dihasilkan oleh pemesinan
basah. Pemesinan kering ini memiliki beberapa masalah antara lain, gesekan
antara permukaan benda kerja dan pahat potong, kecepatan keluar serpihan,
serta temperatur potong yang tinggi dan hal tersebut semuanya terkait dengan
parameter pemesinan.(Mawarni, 2017)

Benda Kerja Titanium Ti-6Al-4V

Titanium merupakan elemen low-density ( densitasnya sekitar 60% dari


baja dan superalloy) yang dapat diperkuat dengan paduan dan proses
pembentukan. Titanium merupakan logam non-magnetik dan memiliki sifat
perpindahan panas yang baik dengan koefisien ekspansi panas yang lebih
rendah dari baja serta tidak sampai setengah koefisien ekspansi termal
aluminium, akan tetapi titanium dan paduannya memiliki titik leleh yang lebih
tinggi dari baja. Suhu operasional Titanium dalam aplikasi strukturalnya
berkisar kurang dari 427o C (800o F) sedangkan untuk aplikasi dengan
temperatur 538o C hingga 595oC (1000oF –1100oF) tergantung pada komposisi
paduanya.

Titanium mampu bertahan dari sebagian besar asam mineral dan klorida
karena sifat tidak reaktif yang dimiliki. Titanium murni tidak beracun, titanium
murni yang komersial dan beberapa titanium paduan memiliki biokompatibel
dengan jaringan dan tulang manusia. Ketahanan korosi yang baik dan kekuatan
yang baik membuat Titanium dan paduannya berguna untuk aplikasi kimia dan
petrokimia, lingkungan laut, dan aplikasi biomaterial. Dengan kombinasi
kekuatan yang tinggi, kekakuan, ketangguhan yang baik, densitas yang rendah
sehingga mengurangi massa komponen dan ketahanan korosi yang baik dari
titanium dan paduannya memungkinkan untuk aplikasi aerospace.(Matthew, no
date)

Universitas Sriwijaya
20

Menurut (Ramana et al., 2014) Titanium (Ti-6Al-4V) adalah Alpha-Beta


Paduan Titanium. Kesulitan yang lebih tinggi diharapkan ketika pemesinan
paduan Titanium karena sifat mekaniknya terutama kekerasan dan tegangan
tarik pada tinggi suhu, perbedaan struktur dengan variabel kuantitas fase alfa,
morfologi yang berubah fase beta, konduktivitas termal sangat rendah, relatif
rendah modulus elastisitas dan reaktivitas kimia yang tinggi dengan alat bahan.
Ti-6Al-4V adalah yang paling banyak digunakan dalam berbagai aplikasi
pengurangan berat badan seperti aerospace dan jet komponen mesin; peralatan
otomotif dan kelautan; aplikasi medis seperti implan, bilah turbin, dll.
Keuntungan dari paduan Ti-6Al-4V adalah lebih ringan, tinggi kekuatan tarik,
bio-kompatibilitas, panas rendah dan konduktivitas listrik, ketahanan korosi,
dll. Pemotongan cairan diperkenalkan di zona pemesinan untuk meningkatkan
karakteristik tribologis dari proses pemesinan untuk menghilangkan panas yang
dihasilkan, meningkatkan usia pakai alat, mengurangi deformasi termal benda
kerja, meningkatkan permukaan kekasaran dan membuang chip dari zona
pemotongan.

Tipe Pemotongan

Tipe pemotongan merupakan suatu metode posisi arah antara alat kerja
(cutting tool) dengan benda kerja yang akan digunakan selama proses
pemesinan. Gaya pemotongan sendiri ada 2 macam, yaitu pemotongan tegak
(Orthogonal Cutting), dan pemotongan Obligue (Boothroyd, Geoffrey, 1989)

Pemotongan Tegak (Orthogonal Cutting)

Pemotongan tegak (orthogonal cutting) adalah pemotongan yang tidak


memiliki sudut buang tatal (chip). Pemotongan tersebut menggunakan alat
potong berbentuk baji. Dimana tepi pemotong tegak lurus terhadap arah
kecepatan pemotongan atau membuat sudut 90˚

Universitas Sriwijaya
21

Gambar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.4 Pemotongan Tegak (Orthogonal


Cutting)

Pemotongan Obligue

Pemotongan obligue adalah pemotongan yang memiliki sudut buang


tatal. Pemotongan tersebut menggunakan alat potong berbentuk baji (wedge
shaped tool) dimana tepi pemotong tidak tegak lurus atau kurang dari 90˚
terhadap arah kecepatan pemotongan. Pemotongan obligue memiliki beberapa
keunggulan. Berikut keunggulan dari pemotongan Mampu memotong lebih
tebal, Umur pahat lebih panjang, Geometries lebih baik.

Universitas Sriwijaya
22

Gambar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.5 Pemotongan Oblige (Boothroyd,


Geoffrey, 1989)

Finite Element Method (FEM)

Finite elemen method merupakan salah satu metode pendekatan dengan


cara mengganti domain dari masalah dengan koleksi dari subdomain sederhana
yang biasa disebut dengan elemen hingga. Bentuk dan ukuran dari subdomain
dapat bervariasi hingga menggambarkan bentuk yang kompleks. Finite elemen
method(FEM) adalah sebuah teknik numerik yang sering digunakan dalam
proses pemesinan logam. Finite elemen methods biasanya dapat digunakan
untuk menyelesaikan permasalahan fisik dengan menggunakan pengoperasian
matrix.

Didalam metode ini terdapat keuntungan dan kerugian. Dimana


Keuntungan dari Metode ini adalah jumlah elemen untuk pemodelan benda
kerja dan chip digunakan untuk analisis yang memiliki kecil kemungkinan
pengurangan total waktu analisis dan fakta bahwa mereka tidak mengalami
distorsi yang parah sejak mesh dan dengan demikian bentuk chip yang
diproduksi adalah yang dikenal priori.

Dimana kerugian dari metode ini adalah bahwa hal itu memerlukan
pemrograman yang rumit dan data eksperimen harus diketahui sebelum
pembangunan model untuk menentukan geometri chip. Metode ini masih
dimanfaatkan oleh beberapa peneliti untuk simulasi keadaan mapan dan
kondisi proses pemotongan. Ada dua karakteristik yang membedakan finite
elemen methods dengan metoda numerik yaitu:
1. Metoda ini menggunakan formulasi integral untuk menghasilkan
system persamaan aljabar.
2. Metoda ini menggunakan fungsi-fungsi kontinu untuk pendekatan
parameter-parameter yang belum diketahui
3. Untuk menyelesaikan suatu permasalahan fisik finite elemen methods
dapat menggunakan operasi matrix.

Universitas Sriwijaya
23

Terdapat empat langkah untuk menyelesaikan permasalahan fisik dengan


finite elemen methods antara lain (Markopoulos and Manolakos, 2010)
1. Kesalahan fisik dibuat elemen-elemen kecil.
2. Elemen-elemen tersebut ditandai dengan nomor elemen dan nomor
titik nodal, termasuk juga harga koordinat.
3. Tentukan persamaan pendekatan linier atau kuadratik
4. Persamaan-persamaan tersebut harus ditulis dalam bentuk harga-
harga nodal yang belum diketahui.

Software DEFORM Integrated 2D3D

DEFORM Integrated 2D3D adalah suatu perangkat lunak simulasi untuk


merekayasa pekerjaan yang biasanya digunakan oleh para perancang untuk
menganalisis pembentukan logam atau benda kerja. Deform merupakan alat
yang efektif untuk penelitian dan aplikasi industri, banyak penelitian telah
melakukan analisis FEM untuk mempelajari efek parameter proses pemesinan
dengan material yang berbeda. Berdasarkan survei yang dilakukan, bahwa
tidak ada peneliti yang melakukan analisis FEM dengan menggabungkan
kedua parameter pemesinan dan geometri.(Tamizharasan and Kumar Senthil,
2014)

Keausan Pahat (Tool Waer)

Keausan pahat adalah suatu peristiwa terlepasnya suatu material.atau


atom dari permukaan material akibat deformasi plastis dan gaya mekanik.
Keausan pada pahat potong akan menyababkan perubahan bentuk benda kerja
sehingga akan mengakibatkan geometri dan kualitas permukaan material akan
mengalami penurunan. Dimana keausan pahat ini dapat terbagi menjadi dua

Universitas Sriwijaya
24

ditunjukkan pada Gambar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.6 Bentuk Crate


Wear dan Flank Wear (Corlett, 2013) yaitu:

Gambar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.6 Bentuk Crate Wear dan Flank Wear
(Corlett, 2013)

1. keausan tepi (flank wear) yaitu disebabkan gesekan antara sisi sayap
alat dan benda kerja terjadi akibat partikel pahat menempel pada
benda kerja terhadap permukaan yang berkala terpotong.
2. keausan kawah (crater wear), yaitu terjadi pada area kontak pahat
dan chip tempat pada ujung pahat. Gaya gesekkan chip yang bergerak
di bawah beban berat dan suhu tinggi. Suhu yang terjadi pada saat
permukaan menyapu pahat karbida dapat mencapai lebih dari
1.000ºC, pada saat suhu tinggi ini atom-atom terus menerus berdifusi
ke chip yang bergerak. Suhu terbesar didekat titik tengah panjang alat
dengan chip, di mana jumlah terbesar dari keausan kawah terjadi
karena difusi intensif.

Selama proses pembentukan geram berlangsung pahat dapat mengalami


kegagalan fungsi yang normal yang diakibatkan oleh beberapa hal berikut:
(Teknik et al., 2010)

Universitas Sriwijaya
25

1. Keausan yang semakin besar pada bidang aktif pahat.


2. Keretakan yang menjalar dan menyebaban patah pada mata pahat
3. Deformasi plastik yang dapat merubah bentuk geometri pahat.

Dimana dalam keausan pahat ini terbadapat berbagai macam bentuk


seperti Gambar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.7 dibawah ini. (a) keausan
flank, (b) keausan crater, (c) keausan notch, (d) keausan nose radius, (e)
patahan thermal, (f) patahan parallel, (g) Built-Up Edge (BUE), (h) deformasi
plastis nyata, (i) edge chipping, (j) chip hammering dan (k) perpatahan nyata.
Tempat dan bentuk sebenarnya dari keausan akan bervariasi tergantung pada
operasi pemesinan.

Gambar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.7 Macam-macam keausan pahat


(Teknik et al., 2010)

Penelitian Sebelumnya

(Özel et al., 2010) pernah melakukan penelitian tentang Investigation on


the effects of multi-layered coated insert in machining Ti-6Al-4V alloy with
experiments and finite element simulation dimana dalam penelitian ini telah
menyelidiki pelapisan terhadap pahat carbide Tungsten dengan pelapis TiAlN
dan pahat karbida yang tidak dilapisi. Dalam penelitian ini, meneliti empat
sisipan yang berbeda pada kondisi pemotong yang sama dan telah diuji.
Uncoated / Unalloyed karbida tungsten (WC+Co), Tungsten Carbide(WC+Co)

Universitas Sriwijaya
26

PVD yang dilapisi dengan TiAlN, carbide ( WC+Co) PVD yang dilapisi
dengan CBN, karbida tungsten Multi-layer PVD yang dilapisi CBN dan
pelapisan TiAlN. Model ini divalidasi dengan elasto-viscoplastic. Keausan
pahat yang dihasilkan dalam penelitian ini dengan menggunakan pahat yang
dilapisi TiAlN lebih kecil dibandingkan dengan pahat karbida yang tidak
dilapisi dengan TiAlN.

Universitas Sriwijaya
3 BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

Diagram Alir Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah simulasi proses


permesinan dengan didukung literature-literature terkait. untuk mengetahui
Keausan Pahat pada proses pemesinan titanium Gambar BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN.8 dibawah ini

27
Gambar BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.8 Diagram alir

Tahapan Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yang bertujuan agar


penelitian tersebut dapat berjalam baik dan lancar dimulai dari tahap persiapan,
pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis hasil penelitian. Tahapan-
tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Studi literatur, mempelajari maksud dan tujuan dari penelitian ini
agar pada tahap selanjutnya akan lebih effisien serta tidak terjadi
kebingungan saat menganalisa dengan cara memanfaatkan penelitian-
penelitaian yang pernah dilaksanakan sebelumya.
2. Pada tahap pengumpulan data yang berhubungan dengan keausan
pada pahat karbida WC dengan FEM Simulation, data-data yang
diperlukan meliput penentuan jenis pahat yang digunakan , jenis
material benda kerja, dan kondisi peermesinan.
3. Simulasi proses permesinan, setelah pembuatan model proses
pemesinan bubut titanium dilakukan simulasi dengan DEFROM
Integrated 2D3D untuk mengetahui keausan pada pahat saat proses
bubut.
4. Hasil yang didapat pada penelitian ini berupa nilai dan grafik keausan
pahat saat proses pembubutan.titanium
5. Tahapan terakhir adalah penyimpulan hasil simulasi dengan hasil
eksperimen yang sudah ada.

Pengumpulan Data Eksperimen

Pengumpulan data adalah proses mencari data-data penelitian baik dari


jurnal, maupun penelitian-penelitian sebelumnya untuk melengkapi kondisi
penelitian dan komposisi material pahat dan benda kerja.

28
29

Data Eksperimen

Data eksperimen yang digunakan pada penelitian ini yang meliputi sifat
mekanik dari cutting tool dan workpiece serta kondisi batas pemesinan.

Tabel BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.1 Kondisi Batas Pemesinan


(Özel et al., 2010)

Kondisi Batas Penelitian Deskripsi


Parameter Pemesinan Cutting Speed, Vc (m/min) = 100 m/min
Feed Rate, Fr (mm/rev) = 0.1 mm/rev
Depth Of Cut, αₚ (mm)= 2 mm.
Kondisi Pemesinan Dry
Pahat Potong Uncoated WC+CO
Coated 0.005 mm WC +CO TiAlN
Material Benda Kerja Titanium Ti-6Al-4V
Aplikasi DEFORM-3D

Tabel BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.2 Sifat Mekanik dari Pahat


Potong (Xi et al., 2014)

Density 14.5 x kg/


Young’s modulus 640 Gpa
Poisson’s ratio 0.22
Specific heat 229 J(kg.ºC)

Tabel BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.3 Geometri Pahat Potong (Özel


et al., 2010)

Relief angel 11º


Rake angle 4.6º
Tool nose radius 0.05mm

Universitas Sriwijaya
30

Tabel BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.4 Sifat Mekanik Titanium Ti-


6Al-4V(Pontevedra et al., 2018)

Melting point (ºC) 1668

Density (kg/ ) 4430


7.3
Thermal conductivity (W/m/ºC)
950
Ultimate stength (Mpa)
0.342
Poisson’s ratio
526
Specific heat [J(kg/ºC)]
820
Yield strengh (MPa)
113.8
Young’s modulus (Gpa)

Perangkat Lunak (Software )

Pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak (software) untuk


mempermudah menganalisa hal-hal atau vibrasi pada keausan pahat dan benda
kerja pada saat proses pemesinan bubut beroperasi.

Software DEFORM Integrated-2D3D

Perangkat lunak (software) yang akan digunakan selama proses


penelitian dari tugas akhir ini adalah DEFORM Integrated 2D3D. DEFORM
Integrated 2D3D adalah permodelan solid CAD (Computer Aided Design)
merupakan perangkat lunak yang berjalan pada Microsoft Office. DEFORM
Integrated 2D3D adalah alat yang praktis dan sangat efektif untuk
memprediksi aliran material dalam suatu operasi pembentukan industri tanpa
biaya dan penundaan pada saat uji coba.

Universitas Sriwijaya
31

Pemilihan Bahan Material

Pada proses simulasi ini bahan material yang digunakan untuk proses
pembubutan adalah jenis titanium (Ti6Al4V). Karena titanium Ti6Al4V ini
memiliki sifat mekanik ketahanan terhadap panas, tahan terhadap korosi dan
memiliki specific strength yang tinggi. Maka titanium ini sulit dilakukan pada
proses pemesinan, karena cenderung melekat dan bereaksi kimia saat kondisi
suhu yang tinggi.

Alat Potong (Cutting Tool)

Alat potong yang dipilih dalam penelitian dari tugas akhir ini adalah
pahat potong Karbida (WC+CO). Karena pahat potong karbida ini memiliki
sifat kekerasan pada saat temperatur tinggi, memiliki ketahanan aus yang
tinggi, lebih keras 30% sampai 50% dari material benda kerja yang dipotong
dan tahan terhadap tumbukkan (impact). Maka pahat potong jenis karbida
(WC+CO) digunakan untuk menjalankan suatu proses simulasi FEM pada
penelitian ini.

Langkah Simulasi Software DEFORM-2D

FEM (Finite Element Method) merupakan suatu cara untuk mendapatkan


nilai hasil dari suatu pemodelan yang sangat mendekati keadaan yang
sebenarnya dengan bantuan dari komputer, dimana dalam melakukan suatu
penelitian ini dengan menggunakan Software DEFORM Integrated 2D3D.
Adapun langkah-langkah untuk melakukan simulasi DEFORM-2D sebagai
berikut:

Universitas Sriwijaya
32

Tampilan Awal dari Simulasi DEFORM-2D

Pada Gambar BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.9 merupakan


tampilan awal saat membuka dari software DEFORM-2D/3D.

Gambar BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.9 Tampilan Awal Software


DEFORM-2D/3D

Pada gambar diatas terdapat beberapa sub menu program antara lain.
1. Tool Bar
Tool bar merupakan kolom dialog yang digunakan untuk menyimpan,
membuka atau membuat file baru. Merefresh dan menjalankan
simulasi
2. Menu Bar
Menu bar merupakan suatu elemen yang berisikan perintah-perintah
untuk menjalankan beberapa fitur seperti, file, simulation, tool, view,
option dan help yang terdapat pada DEFORM 2D3D.
3. File Directory Window
File directory window berisikan sebuah perintah yang telah
dijalankan atau dibuat pada directory window
4. Directory Window

Universitas Sriwijaya
33

Directory Window merupakan tempat penyimpanan awal yang


sebelumnya dibuat di new pada menu tool bar.
5. Monitor Window
Monitor window berfungsi untuk melihat suatu progres simulasi yang
dijalankan.
6. Database Window
Database window merupakan database yang dibuat untuk dilakukan
simulasi.
7. Simulator
Simulator adalah sebuah kolom yang digunakan untuk menjalankan
beberapa perintah simulasi.
8. Pre-processor Window
Pre-processor window merupakan sebuah tempat untuk membuat
workpiece yang akan disimulasikan.
9. Post Processor
Post processor merupakan hasil simulasi yang telah dibuat pada
proses simulator.

Setelah masuk dari tampilan awal maka dilanjutkan dengan klik yang
bertuliskan 2D cutting terdapat pada bagian pre processor setelah itu akan
masuk yang telah ditampilkan dengan tampilan pada Gambar BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN.10.

Universitas Sriwijaya
34

Pre-Processor Setup

Gambar BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.10 Tampilan dari Pre-


Processor DEFORM-2D Cutting

Pada tampilan Pre-processor ini digunakan untuk menginput objek


terhadap cutting speed (kecepatan potong) dan feed rate (kedalaman
pemakanan) dengan diberi nilai sesuai yang ingin disimulasikan. Apabila telah
selesai dengan pemberian nilai maka tahapan selanjutnya dengan cara
mengeklik yang bertulikan next dan akan muncul tampilan pada Gambar BAB
3 METODOLOGI PENELITIAN.11.

Universitas Sriwijaya
35

Gambar BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.11 Tampilan jendela Process


Condition pada DEFORM-2D Cutting

Tampilan Gambar BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.11 jendela


Process condition ini merupakan tampilan yang digunakan untuk mengatur
suhu terhadap ruangan dan pemberian nilai pada saat pahat dan benda kerja
terjadinya kontak. Setelah semua nilai sudah diatur dan sesuai yang akan
disimulasikan, maka selanjutnya pemberian pada ukuran pahat pototng (insert
geometry) pada Gambar BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.12.

Universitas Sriwijaya
36

Gambar BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.12 Tampilan Insert Geometry


pada Aplikasi DEFORM-2D Cutting

Pada Gambar BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.12 merupakan


tampilan dari untuk menentukan suatu bentuk dan ukuran pada pahat potong
(Tool geometry). Apabila telah selesai menentukan geometri pada pahat potong
maka selanjutnya ke tahap berikut pada tampilan Gambar BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN.13.

Universitas Sriwijaya
37

Gambar BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.13 Tampilan Insert Coating


Mesh pada DEFORM 2D Cutting

Dari tampilan pada Gambar BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.13


dimana untuk menentukan pelapisan terhadap pahat yang akan digunakan pada
saat proses simulasi. Tahapan selanjutnya dengan menentukan workpiece
geometry ( geometry benda kerja) pada gambar dibawah ini.

Gambar BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.14 Tampilan Workpiece


Geometry pada Software DEFORM-2D Cutting

Gambar BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.14 Tampilan Workpiece


Geometry pada Software DEFORM-2Dmerupakan tampilan untuk menentukan
ukuran tinggi (Hight) dan lebar (witdh) dari benda kerja. Pada tampilan gambar
ini terdapat parameter pemesinan yang akan digunakan yaitu depth of cut,
surface speed dan feed.

Universitas Sriwijaya
38

Simulator

Simulator ini berfungsi sebagai untuk melakukan perhitungan numerik


yang diperlukan dan menganalisa proses, dan menulis hasil ke file database.
Simulator ini juga dapat digunakan dalam sisterm (AMG) Automatic Mesh
Generation dipakai untuk menghasilkan mesh FEM baru pada benda kerja
apabila diperlukan. Pada saat proses simulator bekerja, simulator akan
menyampaikan pesan error, dalam bentuk file pesan (MSG) serta log (LOG).

Gambar BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.15 Tampilan dari Simulator


DEFORM-2D Cutting

Pada tampilan Gambar BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.15 ini


merupakan suatu proses dari (simulator), dimana pada tampilan awal ini
sebelumnya dengan cara klik yang bertuliskan Run (option) lalu pilih 64 bit,
Full parallel FEM dan Start. Untuk multi processor dan lainnya dibiarkan
kosong. Tampilan jendela ini bertujuan untuk menjalankan fungsi kerja dari
pre-processor dan sebagai output (keluaran) dari tampilan kerja proses
simulator yang berupa hasil yang akan ditampilkan dilayar Post-Processor.

Universitas Sriwijaya
39

Post-Processor

Dimana setelah melakukan proses simulator maka selanjutnya dengan


melanjutkan ke langkah pada post-processor. Post-processor ini berfungsi
sebagai membaca file database dari proses simulator dan menampilkan
hasilnya sebagai bentuk grafis serta berfungsi sebagai pengekstraksi data
numerik. Tahapan awal untuk membuka dari proses post-processor adalah
dengan mengklik pada menu bar DEFORM-2D/3D Post pada Gambar BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN.16 sebagai berikut.

Gambar BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.16 Tampilan dari Post-


Processor Software DEFORM-2D/3D

Setelah mengklik DEFORM-2D/3D Post, maka akan muncul tampilan


jendela awal dari Post Processor seperti Gambar BAB 3 METODOLOGI
PENELITIAN.17 sebagai berikut.

Universitas Sriwijaya
40

Gambar BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.17 Tampilan Jendela Awal


DEFORM-2D/3D Post

Setelah tampilan dari jendela awal post-processor muncul maka

selanjutnya dengan klik yang berfungsi untuk mentukan state variable


yang akan di prediksi.

Universitas Sriwijaya
41

Gambar BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.18 Tampilan Contoh Tool


Wear setelah didapat pediksinya

Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

Dapat menganalisa nilai dari suatu keausan pahat karbida WC+CO pada
proses pembubutan titanium Ti-6Al-4V beroperasi.

Universitas Sriwijaya
4 BAB 4
ANALISA PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian ini berupa simulasi FEM pada proses pembubutan
dengan menggunakan software DEFORM-2D untuk menghasilkan nilai
simulasi tentang keausan pahat (WC+CO) pada proses titanium Ti6Al4V, serta
validasi dari simulasi FEM dengan menggunakan data dari penelitian
sebelumnya.

Parameter Pemesinan

Parameter pemesinan yang digunakan pada proses simulasi ini mengacu


pada penelitian yang telah dilakukan oleh Özel et al., (2010) terlampir pada
Tabel BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.1 Kondisi Batas Pemesinan
(Özel et al., 2010)

Tahapan Simulasi FEM DEFORM-2D

Sebelum melakukan pada tahapan simulasi FEM ini terlebih dahulu


menginput data parameter yang akan disimulasikan terdapat di penelitian
sebelumnya oleh Özel et al., (2010). Pada tahapan simulasi FEM ini dengan
menggunakan software DEFORM-2D.

43
Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.19 Tampilan Awal Setup Process
DEFORM-2D

Tampilan Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.19 merupakan


tampilan awal untuk penginputan data atau pengaturan proses dari tahapan
yang ingin disimulasikan. Untuk menginput nilai data dari Process Setup ini
dapat dilihat pada Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.20.

Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.20 Tampilan Penginputan Data


DEFORM-2D

44
45

Pada Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.20 ditunjukkan untuk


proses pengaturan (setup process) atau penginputan data nilai pada kecepatan
potong (cutting speed) dan (feed rate) yang di ambil dari Özel et al., (2010)
pada penelitian sebelumnya. Setelah selesai menginput data maka tahapan
selanjutnya ditampilkan pada Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.21.

Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.21 Tampilan Process Condition


pada DEFORM-2D jurnal kosaraju

Pada tampilan Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.21


menunjukkan dari Process Condition, dan untuk penginputan atau menentukan
kondisi suhu pada saat pahat potong terjadi kontak antara benda kerja. Untuk
proses simulasi FEM selanjutnya ditunjukkan pada Gambar BAB 4 ANALISA
PEMBAHASAN.22 berikut.

Universitas Sriwijaya
46

Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.22 Tampilan Insert Geometry


DEFORM-2D

Tampilan Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.22 diatas


merupakan dengan penentuan nilai dari bentuk pahat potong (insert geometry)
yang akan disimulasikan dan data diatas dilihat dari Özel et al., (2010)
penelitian sebelumnya. Untuk menampilkan gambar diatas dengan cara
mengklik tulisan Define Primitive Geometry. setelah penginputan selesai maka
tahapan simulasi FEM selanjutnya akan ditampilkan pada Gambar BAB 4
ANALISA PEMBAHASAN.23 berikut.

Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.23 Tampilan Insert Material


Setup DEFORM-2D

Universitas Sriwijaya
47

Pada Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.23 ini menjukkan


untuk menentukan material pahat (insert material setup) potong yang akan
digunakan pada simulasi FEM. Untuk memilih material pahat potong adalah
WC yang ditentukan dari Özel et al., (2010) pada penelitian sebelumnya.

Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.24 Tampilan dari Workpiece


Geometry DEFORM-2D

Tampilan dari Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.24 diatas


adalah untuk menentukan bentuk atau tinggi dan panjang dari benda kerja
(workpiece geometry) yang ingin disimulasikan, untuk nilai data diatas
ditentukan dari Özel et al., (2010) penelitian sebelumnya. Setelah selesai,
untuk tahapan berikutnya dapat dilihat pada Gambar BAB 4 ANALISA
PEMBAHASAN.25 sebagai berikut

Universitas Sriwijaya
48

Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.25 Tampilan Workpiece Material


Setup DEFORM-2D

Tampilan dari Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.25


merupakan untuk memilih suatu material dari benda kerja (workpiece material
setup) yang akan dijalankan pada simulasi FEM dengan software DEFORM-
2D yang telah ditentukan pada penelitian sebelumnya (Özel et al., 2010)
sebagai acuan. Untuk tahapan simulasi FEM selanjutnya ditunjukkan pada
gambar berikut ini.

Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.26 Tampilan dari Database


Generation DEFORM-2D

Universitas Sriwijaya
49

Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.26 adalah tampilan akhir


dari tahapan simulasi FEM (Database Generation) bahwa proses simulasi FEM
telah selesai untuk disimulasikan atau Running, dengan cara klik yang
bertuliskan Generate Database. Dimana Generate Database ini merupakan
untuk menghasilkan basis data yang siap untuk disimulasikan.

Simulasi FEM DEFORM-2D

Setelah dengan melakukan boundry condition tahapan dari simulasi


FEM, dimana nilai hasil keausan pahat yang didapat akan divalidasi dengan
Özel et al., (2010) penelitian sebelumnya.

Validasi Hasil Simulasi FEM

Penelitian sebelumnya telah melakukan simulasi dengan menggunakan


software DEFORM-3D dan meneliti pengaruh dari keausan pahat yang dilapisi
TiAlN dengan yang tidak dilapisi.

Universitas Sriwijaya
50

Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.27 Keausan Pahat dengan Pelapis


dan tidak dilapis Hasil Simulasi pada Jurnal Acuan.(Özel et al.,
2010)

Tampilan dari Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.27 adalah


dimana penelitian sebelumnya Özel et al., (2010) telah melakukan proses
simulasi dengan menggunakan software DEFOM-3D jenis pahat potong
karbida WC+CO coated TiAlN dan benda kerja titanium Ti-6Al-4V dengan
parameter nilai yang konstan pada cutting speed ( vc = 100 m/min), feed (f =
0.1 mm/rev).

Hasil Simulasi FEM DEFORM-2D

Setelah melakukan simulasi FEM dengan menggunakan parameter yang


sama dengan penelitian sebelumnya Özel et al., (2010) untuk dapat
perbandingan nilai dari keausan pahat wear rate (mm/s), dimana pada
penelitian sebelumnya untuk mengeluarkan nilai dengan menggunakan aplikasi

Universitas Sriwijaya
51

DEFORM-3D. Maka untuk menentukan nilai keausan pahat terdapat pada


Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.28.

Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.28 Tampilan Prediksi Nilai Wear


Rate Uncoated (mm/s) DEFORM-2D

Tampilan Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.28 merupakan


tampilan dari nilai prediksi dari keausan pahat tidak menggunakan pelapisan
TiAlN dengan parameter pemesinan kecepatan potong vc 100 m/menit dan
feed 0.1 mm/rev, pahat potong karbida WC+CO dan benda kerja titanium Ti-
6Al-4V. Maka nilai prediksi keausan pahat yang didapat ialah 16.3 mm/s untuk
pahat yang tidak dilapisi pada waktu pemotongan 0.0012(sec) dan panjang
pemakan 2(mm). Dimana untuk melihat nilai prediksi keausan pahat potong
dengan menggunakan pelapisan TiAlN terdapat pada Gambar BAB 4
ANALISA PEMBAHASAN.29.

Universitas Sriwijaya
52

Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.29 Tampilan Tool Wear-Wear


Rate Coated (mm/s)

Pada Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.29 adalah tampilan


dari nilai keausan pahat karbida pada Wear Rate yang menggunakan pelapisan
pahat TiAlN dengan parameter pemesinan, kecepatan potong vc 100 (m/menit)
dan feed 0.1 (mm/rev). Dimana nilai prediksi pada keausan pahat wear rate
yang didapat adalah 12.7 (mm/s). Untuk panjang pemotongan 2 (mm) dan
waktu dari pemotongan 0.001 (sec), dengan menggunakan pahat karbida
WC+CO yang dilapisi TiAlN dan untuk benda kerja titanium Ti-6Al-4V. Dapat
dilihat bahwa nilai dari keausan pahat untuk penggunaan pelapisan TiAlN ialah
nilai yang didapat dari simulasi FEM lebih kecil dibandingkan pahat yang tidak
menggunakan pelapisan TiAlN.

Hasil Simulasi FEM Temperatur Pahat

Dimana setelah melakukan simulasi FEM dan mendapatkan nilai hasil


keausan pada pahat maka selanjutnya melihat nilai dari hasil temperature pada
pahat karbida WC+CO tanpa pelapisan. Maka dapat dilihat dari tampilan pada
Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.30.

Universitas Sriwijaya
53

Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.30 Tampilan Temperature Pahat


karbida (Uncoated)

Dimana pada Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.30 merupakan


tampilan dari temperature atau suhu pada pahat potong karbida saat proses
pemesinan bubut beroperasi dengan menggunakan parameter vc=100 m/menit
dan feed=0.1 mm/rev pada waktu pemotongan 0.0012 sec dengan panjang
pemotongan 2 mm. Maka nilai yang didapat dari hasil simulasi FEM untuk
temperatur pada pahat potong yaitu 298°C. Dimana pada proses simulasi FEM
ini mengunakan aplikasi DEFORM-2D, selanjutnya untuk melihat
Temperature pada pahat menggunakan pelapisan TiAlN pada Gambar BAB 4
ANALISA PEMBAHASAN.31.

Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.31 Tampilan Temperature Pahat


Potong (Coated)

Universitas Sriwijaya
54

Pada Gambar BAB 4 ANALISA PEMBAHASAN.31 merupakan


tampilan nilai dari temperatur pada pahat potong karbida WC+CO yang
menggunakan pelapisan TiAlN dengan ketebalan 5 (thickness) dan
menggunakan parameter pemesinan yaitu kedalaman pemakanan feed=0.1
mm/rev dan vc=100 m/menit. Untuk panjang dari pemotongan 2 mm maka
waktu yang didapat 0.0012 s, nilai temperatur pada pahat yang menggunakan
pelapis TiAlN maka hasil dari simulasi FEM ini adalah 279°C.

Universitas Sriwijaya
5 BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian dan pembahasan mengenai


analisis keausan pahat karbida WC+CO pada proses titanium Ti6Al4V dengan
menggunakan aplikasi DEFORM-2D. Berdasarkan dari hasil simulasi FEM
yang didapat nilai keausan pada pahat karbida WC+CO yang dilapisi TiAlN
maupun yang tidak dilapisi pada proses pembubutan titanium Ti6Al4V, maka
nilai dari hasil keausan pahat yang tidak menggunakan pelapisan mengalami
peningkatan dibandingkan dengan nilai keausan pahat yang menggunakan
pelapisan TiAlN, untuk nilai keausan pahat yang tidak menggunakan pelapisan
adalah 16.3 mm/s dan nilai keausan pahat karbida dengan menggunakan
pelapisan ialah 12.mm/s. Dimana perbandingan nilai keausan pahat karbida
berjenis WC+CO pada Özel et al., (2010) sebagai acuan dan analisis program
mengalami perbedaan yang jauh, karena Özel et al., (2010) menganalisis
simulasi FEM menggunakan software DEFORM-3D sedangkan penelitian ini
menggunakan software DEFORM-2D.

Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya, peneliti disarankan dapat


menggunakan variasi jenis pahat potong yang digunakan untuk mendapatkan
nilai keausan pada pahat tidak menggunakan pelapisan maupun yang
menggunakan pelapisan TiAlN, sehingga bisa menambah wawasan dan sebagai
bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

55
6 DAFTAR RUJUKAN

Arumugam, P. U., Malshe, A. P., Batzer, S. A. and Bhat, D. G. (2003)


‘Study of Airborne Dust Emission and Process Performance during Dry
Machining of Aluminum-Silicon Alloy with PCD and CVD Diamond-Coated
Tools’, Journal of Manufacturing Processes, 5(2), pp. 163–169. doi:
10.1016/S1526-6125(03)70051-6.

Attia, M. H., Joseph, P. M. and M’Saoubi, R. (2016) ‘Determination of


convective heat transfer from rotating workpieces in dry and laser-assisted
turning processes’, Advances in Materials and Processing Technologies, 2(2),
pp. 324–338. doi: 10.1080/2374068X.2016.1184048.

Boothroyd, Geoffrey, A. K. W. (1989) Fundamentals Of Machining And


Machine Toold. New York.

Corlett, E. N. (2013) Manufacturing automation, Health, Safety and


Ergonomics. doi: 10.1016/b978-0-408-02386-3.50016-0.

Dwijana, I. G. K., Mesin, J. T., Udayana, U., Bukit, K. and Badung, J.


(2009) ‘Analisa Pengaruh Modifikasi Pahat Bubut Terhadap Gaya , Daya dan
Temperatur Pemotongan pada Pembubutan Material St 42 Analysis of Cutting
Tool Modification Effect toward Force , Power and Temperature at Cutting of
Material St 42’, 3(2), pp. 105–113.

Ginting, A. (2006) ‘Karakteristik Pemotongan Ortogonal Kering Paduan


Titanium Ti6Al4V Menggunakan Pahat Karbida’, p. 7.

Hamdhani, F. and Hamsi, A. (2014) ‘Optimasi Pemesinan Pada Mesin


Bubut Tipe M-300’, Jurnal E-Dinamis, 8(Maret), pp. 184–193.

Kalpakjian, S, R. Schmid, S. (2014) Manufacturing Engineering and


Technology. Seventh. Singapore.

57
Konyashin, I. Y. (1995) ‘PVD/CVD technology for coating cemented
carbides’, Surface and Coatings Technology, 71(3), pp. 277–283. doi:
10.1016/0257-8972(94)02325-K.

Kulkarni, A. P. and Sargade, V. G. (2015) ‘Characterization and


performance of AlTiN, AlTiCrN, TiN/TiAlN PVD coated carbide tools while
turning SS 304’, Materials and Manufacturing Processes, 30(6), pp. 748–755.
doi: 10.1080/10426914.2014.984217.

Lubis, S., Darmawan, S. and Tanuwijaya, T. (2016) ‘Analisa


pertumbuhan keausan pahat karbida coated dan uncoated pada alloy steel AISI
4340’, 9(2), pp. 114–118.

Markopoulos, A. P. and Manolakos, D. E. (2010) ‘Finite element analysis


of micromachining’, Journal of Manufacturing Technology Research, 2(1–2),
pp. 17–30.

Matthew, J. donachi. (no date) Titanium A Technical Guide. 2nd edn. doi:
10.1361/tatg2000p001.

Mawarni, S. (2017) ‘Studi Pahat Karbida Berlapis ( TiAlN / TiN ) pada


Pembubutan Kering Kecepatan Potong Tinggi Bahan Paduan Aluminium
6061’, 07(2).

Mohruni, A. S., Yanis, M., Sharif, S., Yani, I., Yuliwati, E., Ismail, A. F.
and Shayfull, Z. (2017) ‘A comparison RSM and ANN surface roughness
models in thin-wall machining of Ti6Al4V using vegetable oils under MQL-
condition’, AIP Conference Proceedings, 1885(September). doi:
10.1063/1.5002355.

Özel, T., Sima, M., Srivastava, A. K. and Kaftanoglu, B. (2010)


‘Investigations on the effects of multi-layered coated inserts in machining Ti-
6Al-4V alloy with experiments and finite element simulations’, CIRP Annals -
Manufacturing Technology. CIRP, 59(1), pp. 77–82. doi:
10.1016/j.cirp.2010.03.055.

58
59

Paridawati (2015) ‘Pengaruh kecepatan dan sudut potong terhadap


kekasaran benda kerja pada mesin bubut’, Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, 3(1),
pp. 53–67.

Pervaiz, S. (2015) Investigation Cooling and Lubrication Strategies for


Sustainable Machining of Titanium Alloys Salman Pervaiz Licentiate Thesis
School of Indust.

Pontevedra, V., North, S. M. E., Manufacturing, A., Khatri, A., Jahan, M.


P., Khatri, A. and Jahan, M. P. (2018) ‘ScienceDirect ScienceDirect
ScienceDirect ScienceDirect Investigating tool wear mechanisms in machining
of Ti-6Al-4V in Investigating tool wear mechanisms in machining of Ti-6Al-
4V in flood coolant , dry and Conference MQL conditions dry MQL Costing
model’, Procedia Manufacturing. Elsevier B.V., 26, pp. 434–445. doi:
10.1016/j.promfg.2018.07.051.

Pušavec, F., Stoić, A. and Kopač, J. (2009) ‘The role of cryogenics in


machining processes’, Tehnički vjesnik, 16(4), pp. 3–10. Available at:
http://hrcak.srce.hr/index.php?
show=clanak&id_clanak_jezik=70680%5Cnhttp://hrcak.srce.hr/file/70680.

Rahdiyanta, D. (2010) ‘Buku 2 proses bubut(turning)’, pp. 1–49.

Ramana, M. V., Rao, G. K. M. and Rao, D. H. (2014) ‘Optimization and


Effect of Process Parameters on Tool Wear in Turning of Titanium Alloy under
Different Machining Conditions’, 2(4). doi: 10.7763/IJMMM.2014.V2.141.

Rao, K. V., Murthy, B. S. N. and Rao, N. M. (2013) ‘Cutting tool


condition monitoring by analyzing surface roughness , work piece vibration
and volume of metal removed for AISI 1040 steel in boring’,
MEASUREMENT. Elsevier Ltd, 46(10), pp. 4075–4084. doi:
10.1016/j.measurement.2013.07.021.

Staszuk, M., Pakuła, D., Pancielejko, M., Tański, T. and Dobrzański, L.


A. (2017) ‘Investigations on wear mechanisms of PVD coatings on carbides

Universitas Sriwijaya
60

and sialons’, Archives of Metallurgy and Materials, 62(4), pp. 2095–2100. doi:
10.1515/amm-2017-0310.

Susila, I. N., Arifin, Z. and Susilo, D. D. (2013) ‘Pemotongan Pada


Proses Bubut Beberapa Material Dengan Pahat HSS’, 12(September), pp. 28–
33.

Tamizharasan, T. and Kumar Senthil, N. (2014) ‘Numerical simulation of


effects of machining parameters and tool geometry using DEFORM-3D:
Optimization and experimental validation’, World Journal of Modelling and
Simulation, 10(1), pp. 49–59. doi: 10.1016/j.ceramint.2014.01.095.

Teknik, J., Politeknik, M., Semarang, N. and Pos, K. (2010) ‘Mekanisme


Keausan Pahat Pada Proses Pemesinan’, 6(1), pp. 9–16.

Waluyo, J. (2012) ‘1_8_Joko_Waluyo_Oke.Pdf’, Optimalisasi


Pemanfaatan Baja Konstruksi dan Kikir Bekas Sebagai Bahan Pahat, pp. 1–8.

Xi, Y., Bermingham, M., Wang, G. and Dargusch, M. (2014) ‘SPH/FE


modeling of cutting force and chip formation during thermally assisted
machining of Ti6Al4V alloy’, Computational Materials Science,
84(December), pp. 188–197. doi: 10.1016/j.commatsci.2013.12.018.

Yacaranda, J. and Iv, S. U. (2014) ‘Pengaruh Metode Minimum


Lubrication Keausan Pahat dan Kekasaran Permukaan Benda Kerja AISI
4340’, 7, pp. 112–117.

Zhang, G. and Guo, C. (2015) ‘Modeling of Cutting Force Distribution


on Tool Edge in Turning Process 2 Turning Model Development’, Procedia
Manufacturing. Elsevier B.V., 1, pp. 454–465. doi:
10.1016/j.promfg.2015.09.001.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai