Anda di halaman 1dari 20

KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA

Disusun oleh :

LAILA OKTAVIA
MARCHELINO OMJ SUPIT
MEGA TRIAS KHARISMA
MOHAMMAD SYAHRIR
MUHAMMAD IRFAN
NOVRIANA DWI PUTRI

TRO D III / II B

Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi


Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat dan
karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kesehatan
dan Kesalamatan Kerja Pada Bidang Radioterapi” dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.

Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 8 Januari 2016

Penyusun

2|Page
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................................. 2

Daftar Isi ........................................................................................................................... 3

BAB I Pendahuluan .......................................................................................................... 4

BAB II Pembahasan .......................................................................................................... 5

2.1 Cobalt-60 ................................................................................................................... 9

2.2 Linac .......................................................................................................................... 12

2.3 Brakhiterapi ............................................................................................................... 14

2.4 Simulator.................................................................................................................... 17

BAB III Penutup ............................................................................................................... 19

Daftar Pustaka ................................................................................................................... 20

3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan diikuti dengan perkembangan teknologi. Dalam dunia
kesehatan, peralatan teknologi yang digunakan semakin canggih. Radiologi memegang peranan
penting dalam upaya penegakan diagnosa pada suatu penyakit dan mempelajari tentang radiasi
utama di bidang radioterapi yang bertujuan untuk penyembuhan dari sakit yang dideritanya
ataupun sekedar meningkatkan kualitas hidup pasien. Salah satunya adalah pengobatan dalam
melawan penyakit keganasan, yang dianggap mematikan yaitu kanker.
Beberapa metode dapat diterapkan dalam penanganan penyakit tumor ganas atau kanker
ini, yaitu operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Metode-metode ini dapat dilakukan secara mandiri
atau bisa dikombinasikan. Radioterapi merupakan tindakan medis yang dilakukan pada pasien
dengan menggunakan radiasi pengion untuk mematikan sel kanker semaksimal mungkin dengan
kerusakan pada sel normal seminimal mungkin. Tindakan terapi ini menggunakan sumber radiasi
tertutup. Dalam penggunaan radiasi pengion, baik untuk diagnosis maupun terapi. Perkembangan
ini harus diikuti dengan cara meningkatkan keselamatannya, sehingga paparan medik yang
diakibatkannya diketahui dengan benar.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana keselamatan dan kesehatan kerja pada penggunaan cobalt-60 ?
2. Bagaimana keselamatan dan kesehatan kerja pada akselerator linier (LINAC) ?
3. Bagaimana keselamatan dan kesehatan kerja pada brakiterapi ?
4. Bagaimana keselamatan dan kesehatan kerja pada simulator ?

1.3 TUJUAN
Tujuan Umum
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mampu menjelaskan konsep keselamatan dan
kesehatan kerja dalam bidang radioterapi baik pengunaan cobalt-60, LINAC, brakiterapi, maupun
simulator.
Tujuan Khusus
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk menambah ilmu pengetahuan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja pada bidang radioterapi dan memenuhi tugas mata kuliah keselamatan dan
kesehatan kerja (K3).

4|Page
BAB II
PEMBAHASAN

Radioterapi merupakan pengobatan terapi kanker yang menggunakan energi pengion yang
bertujuan untuk mematikan sel kanker sebanyak mungkin dengan kerusakan sel normal sekecil
mungkin. Dengan radioterapi ini diharapkan penderita dapat sembuh ataupun mengurangi rasa sakit
pasien yang mengalami kanker. Prinsip dasar radioterapi ini ialah memberikan dosis radiasi terukur
dan tepat pada volume tumor yang akan diradiasi dan meminimalkan efek radiasi pada jaringan
yang sehat di sekitar tumor. Hal-hal yang harus diingat pada radioterapi adalah efek samping yang
terjadi setelah dilakukan radioterapi tergantung dari dosis terapi, target organ dan keadaan umum
pasien.
Radioterapi dibagi menjadi dua jenis, antara lain :
1. Radiasi Eksterna (Teleterapi)
Bentuk pengobatan radiasi dengan sumber radiasi mempunyai jarak dengan target yang
dituju atau berada diluar tubuh. Sumber yang dipakai adalah sinar X atau photon yang
merupakan pancaran gelombang elektromagnetik. Contohnya : radiasi dengan pesawat
orthovolt, Cobalt 60, Caesium 137, linear accelerator (linac). Sinar yang diarahkan ke tumor
akan diberikan radiasi, besar energi yang akan diserap oleh tumor tergantung dari besarnya
energi yang dipancarkan oleh sumber energi, Jarak antara sumber energi dan tumor, dan
kepadatan massa tumor.

2. Radiasi Interna (Brakhiterapi)


Bentuk pengobatan radiasi dengan mendekatkan sumber radiasi kearah yang dituju. Sumber
radiasi yang umum digunakan antara lain I-125, Ra-226, yang dikemas dalam bentuk jarum,
dan dapat diletakkan dalam rongga tubuh (intracavitary). Brakhiterapi digunakan sebagai
sarana pengobatan primer untuk tumor yang mendapat dosis radiasi sepenuhnya dari sumber
ataupun sebagai "booster" yaitu untuk menambahkan dosis setelah radiasi eksterna dengan
tujuan untuk mengurangi efek radiasi pada jaringan sehat. Karena dengan meletakkan
sumber radiasi pada jaringan tumor, jaringan sehat sekitarnya akan menerima dosis yang
jauh lebih rendah.

Aspek keselamatan yang menyangkut penggunaan dan pemanfaatan pesawat radioterapi telah
tercantum dalm SK Ka. Bapeten no 21/Ka. BAPETEN/XII-02 tentang program jaminan kualitas
instalasi radioterapi mengatakan bahwa keluaran sumber radiasi terapi harus dikalibrasi minimal 2

5|Page
tahun sekali oleh Fasilitas Kalibrasi Tingkat Nasional <FTKN> dan perlindungan pasien dalam
paparan medik harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang telah direkomendasikan
oleh International Commission Radiological Protection (ICRP) untuk dipatuhi yaitu prinsip ALARA
(justifikasi, limitasi, dan optimasi).

1. Justifikasi
Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus didasarkan pada azas manfaat.
Dalam hal radioterapi, praktisi medik harus mempertimbangkan kesembuhan, manfaat dan
risiko dari terapi alternatif, misalnya dengan operasi pembedahan dan kemoterapi yang
dilakukan secara terpisah maupun kombinasi dengan radioterapi.

2. Limitasi
Dosis ekuivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat tidak boleh melampaui Nilai
Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan. NBD untuk pekerja radiasi adalah 50 mSv (5
rem), sedangkan untuk masyarakat umum adalah 5 mSv (500 mrem). Batas dosis bagi
pekerja radiasi berfungsi untuk mencegah munculnya efek deterministik (non stokastik) dan
mengurangi peluang terjadinya efek stokastik.

3. Optimasi
Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya (as low as reasonably achieveable -
ALARA), dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Setiap pembangkit radiasi
dan intalasi terapi harus :
a. Memiliki kelengkapan untuk pemilihan, penunjukan dan kepastian parameter operasi
berikut ini:
 jenis radiasi.
 filtrasi.
 luas berkas (FS).
 jarak penyinaran (SSD).
 titik fokus (focal spot).
 tegangan tabung (kV).
 dapat berhenti secara otomatis setelah mencapai waktu atau dosis yang
diinginkan.

6|Page
b. Memiliki sistem ‘gagal-aman’, sehingga sumber (radioaktif) secara otomatis akan
terlindung (masuk ke dalam wadahnya) apabila terjadi gangguan listrik dan akan tetap
terlindung sampai mekanisme kendali berkas diaktifkan kembali dari panel kontrol.
c. Pada peralatan radioterapi energi tinggi harus :
 Mempunyai sekurang-kurangnya dua sistem ‘gagal-aman’ yang independen untuk
menghentikan radiasi.
 Dilengkapi dengan sistem interlock atau alat lain yang didesain untuk mencegah
penggunaan klinis selain yang ditetapkan pada panel kontrol.

d. Memiliki sistem interlock yang sedemikian rupa selama prosedur perawatan, bila
interlock dimatikan hanya dapat dilaksanakan dengan pengawasan langsung oleh petugas
medis dengan menggunakan peralan atau kode/kunci tertentu.

e. Dilengkapi dengan alat pengendali sumber ke posisi aman secara manual dalam keadaan
darurat.

f. Memenuhi standar keselamatan internasional dan nasional. Misalnya alat pemantau


radiasi yang dipasang dalam ruangan terapi untuk memberi peringatan adanya keadaan/
kondisi yang tidak seharusnya.

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL

Menurut peraturan SK BAPETEN No 7 tahun 2009, Tujuan dari perancangan untuk

menentukan tebal dinding ruangan yang terdiri dari dinding primer dan dinding sekunder. Bahan

dinding direncanakan menggunakan beton. Perhitungan ketebalan berdasarkan ketentuan

keselamatan radiasi sesuai ketentuan keselamatan BAPETEN dimana ketebalan dinding tergantung

dari jarak sumber isotop ke dinding, beban kerja, faktor penggunaan dan faktor pemakaian. Dari

hasil perhitungan didapatkan tebal dinding primer 1300 mm dengan panjang 500 mm dan tebal

dinding sekunder 610 mm.

7|Page
2.1 Cobalt-60
Radioaktif Cobalt-60 ditemukan oleh Glenn T Seaborg dan Fohn livingood dari University
of California Berkeley pada akhir 1930-an. Kobalt merupakan suatu unsur kimia dalam tabel
periodik yang memiliki lambang Co dan nomor atom27. Elemen ini biasanya hanya ditemukan
dalam bentuk campuran di alam. Elemen bebasnya, diproduksi dari peleburan reduktif, yaitu
logam berwarna abu-abu perak yang keras dan berkilau. Ketersediaannya ada unsure kimia
kobalt tersedia di dalam banyak formulasi yang mencakup kertas perak, potongan, tangkai, dan
kawat.
Cobalt-60 ini merupakan artifical isotop, dimana sebagai suatu sumber sinar penting, dan
secara ekstensif digunakan sebagai agen radioterapi. Cobalt-60 dapat memancarkan sinar
gamma yang mampu membunuh virus, bakteri, dan mikroorganisme patogen lainnya tanpa
merusak produk. Cobalt-60 digunakan untuk mengiradiasi sel kanker. Dengan dosis radiasi
tertentu yang terkendali, maka sel kanker akan terbunuh, sedangkan sel normal tidak akan
terpengaruh dan akan bertahan terhadap radiasi.

Dalam radioterapi, proteksi radiasi mutlak diperlukan. Penyakit kanker dapat ditangani
dengan terapi radiasi, Salah satunya dengan menggunakan sinar gamma Cobalt-60. Radioterapi
CO-60 merupakan pesawat telelerapi yang memancarkan sinar gamma secara terus menerus
sehingga baik digunakan untuk keperluan pengobatan penyakit kanker.

1. Sumber (head source) CO-60 berada pada gantry yang dapat diatur penyudutannya dari 00 –
3600.
2. CO-60 ditempatkan dalam kontainer metal yang tebal pada alat, yang dapat diatur
sedemikian rupa sehingga sel kanker dapat diradiasi dari berbagai arah yang ditujukan
setepat mungkin dan dengan paparan yang setepat mungkin.
3. Pesawat dilengkapi dengan lampu kolimator dan fiber optic yang berfungsi untuk
mendapatkan titik sentral dari luas lapangan penyinaran, mengatur jarak sumber ke obyek
dengan mengubah ketinggian meja.

8|Page
Karakteristik Cobalt 60, yaitu :
1. CO-60 memancarkan 2 jenis sinar yang berenergi tinggi, yakni sinar beta dan gamma.
Setelah memancarkan sinar beta, CO-60 kemudian memancarkan sinar gamma.

2. Cobalt 60 memiliki paruh waktu 5,27 tahun yang artinya aktivitas dari sumber tersebut akan
berkurang 50% dari sumber setelah 5,27 tahun.

Keselamatan dan kesehatan kerja terdiri atas tiga prinsip yang harus dijalankan.
1. Radiasi digunakan jika memang benar- benar dibutuhkan. Dalam pengobatan kanker, radiasi
memang benar-benar dibutuhkan.
2. Prinsip ALARA (as low as reasonably achieveble). Dalam radioterapi pengobatan kanker,
prinsip ALARA ialah dosis yang dibutuhkan harus setepat mungkin karena jika tidak sel-sel
yang sehat juga akan rusak.
3. Pembatasan dosis. Radioterapi dengan menggunakan CO-60, radiasinya diarahkan atau
merupakan radiasi eksternal. Radioterapi CO-60 memancarkan sinar gamma yang dapat
mengionisasi dan merusak sel.

Teknik- teknik yang harus dijalankan terhadap radiasi gamma, hasil CO-60, sesuai dengan
prinsip proteksi radiasi diantaranya:
1. Meminimalkan waktu penyinaran
Pembatasan waktu penyinaran harus dibuat sedemikian rupa sehingga produk nilai
dosis dan waktu penyinaran tidak melebihi dosis total maksimum yang diperbolehkan
radioterapi tersebut dikerjakan sesuai dengan prinsip keselamatan radiasi.

2. Memaksimalkan jarak dari sumber radiasi


Secara intuitif, jelas bahwa penyinaran radiasi menurun dengan bertambahnya jarak.
Jika diubah ke dalam istilah kuantitatif, kenyataan ini menjadi sarana yang dapat
dimanfaatkan untuk keselamatan radiasi.

3. Melindungi sumber radiasi.


Proteksi radiasi yang juga harus dijalankan ialah perlindungan atau penghalang. Pada
prinsip ini, sebelum radiasi gamma sampai menuju ke objek yang akan diradiasi perlu
adanya pelindung yang dapat melemahkan atau mengurangi radiasi gamma tersebut.

9|Page
Gambar 1 : Pesawat Radioterapi Co60

Radioterapi Cobalt-60
 Perangkat Cobalt menyediakan pengobatan energi rendah (1,17 dan 1,33 MV)
menggunakan Cobalt-60 sebagai sumber radiasi.
 Nikel berlapis, pelet Cobalt-60 dengan aktivitas sangat spesifik dienkapsulasi dalam
dua lapisan stainless steel rendah karbon, disegel dengan pengelasan heliarc dalam
sebuah silinder.
 Sumber silinder, yang berdiameter sekitar 1 sampai 2 cm, sudah terpasang pada bagian
kepala; suatu laci dorong pneumatis (berisi udara) menggerakkan sumber dari
penyimpanan ke posisi eksposur (terpapar).
 Penempatan sumber yang akurat dicapai dengan pembatasan jumlah perangkat.
Sumber dikelilingi oleh lead dalam segala arah sebagai pelindung radiasi.

Komponen-komponen pesawat Cobalt 60:


 Gantry Stand, merupakan suatu tempat / wadah sumber radioaktif (radiation head)
dan yang menjamin perputaran isocentric dari wadah sumber atau peralatan pembatas
berkas.
 Source head, merupakan wadah dari sumber radioaktif yang terbuat dari baja dan
diberi pelindung timbal (pb) + depleted Uranium. Head tersebut dilengkapi dengan
sistem beam on / off dan pembatas lapangan radiasi.
 Collimator, merupakan alat pengatur pembatas ukuran lapangan radiasi yang
disesuaikan dengan kebutuhan.

10 | P a g e
 Distance indicator, adalah suatu penunjuk jarak secara optik yang ditempatkan pada
sudut 450 terhadap sumbu kontrol di dalam gantry yang menunjukkan jarak 65-130
cm.
 Control consule, merupakan sistem kontrol yang dilengkapi dengan berbagai tombol
dan ditempatkan diruang operator.
 Source (sumber), berada didalam kapsul stainless steel (welded) dengan memenuhi
standar yang telah ditetapkan oleh IAEA. Diameter sumber cobalt: 2 cm, aktivitas
nominal 8000 Ci.

2.2 Linear Accelerator (LINAC)


Linear Accelerator atau biasa disingkat LINAC adalah alat yang digunakan untuk
mengakselerasi atom atau partikel yang mengalami percepatan sepanjang lintasan lurus akibat
perbedaan potensial antara katoda di antara lintasan tersebut. Akeselerator juga mengandung
gaya listrik dan gaya magnet untuk mengontrol arah gerak dari partikel tersebut. Satuan energy
dari setiap partikel adalah elektron volt. Dalam dunia medis, alat ini menghasilkan radiasi
energy tinggi sehingga dapat digunakan untuk mengobati kanker.

Gambar 2: Pesawat Radioterapi LINAC


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar terciptanya lingkungan kerja yang sehat
aman bagi pasien dan pegawai di ruang pemeriksaan Linac diantaranya.
 Lakukan prosedur pemeriksaan sesuai SOP yang berlaku
 Penyinaran dilakukan seakurat mungkin

11 | P a g e
 Bangunan dilengkapi sistem interlock
 Ruangan harus dilengkapi tanda peringatan radiasi berupa gambar bahaya radiasi dan
lampu peringatan

 Ruang Control Berada diluar ruang pemeriksaan

 Ruang Pemeriksaan dilengkapi CCTV


 Petugas menggunakan APD
o Masker
o Hanscoon
 Petugas menggunakan alat monitor radiasi perorangan (TLD atau Film badge)
 Petugas tidak berlama-lama di dalam ruang pemeriksaan
 Jongkok terlebih dahulu ketika mengangkat beban
 Sinar primer tidak diarahkan pada ruang panel control
 Desain Ruangan sesuai syarat BAPETEN
o Dinding primer 1300 mm
o Dinding Sekunder 610 mm
o Panjang 500 mm

12 | P a g e
2.3 Brakhiterapi
Brakhiterapi adalah suatu pengobatan dengan menggunakan bahan radioaktif dengan cara
menempatkan bahan radioaktif ke dalam atau berdekatan dengan sasaran radiasi. Pada
umumnya brakhiterapi dengan sumber radiasi tertutup dengan menggunakan Ra226 , Cs137 ,
CO60, Ir192 tidak bersifat permanen. Brakhiterapi tentu berbeda dengan radiasi eksterna, pada
brakhiterapi ini jangkauan radiasi terbatas hanya pada jaringan kanker dan sedikit pada
jaringan yang sehat atau normal. Secara umum pada pemasangan sumber brakhiterapi ini
terbagi menjadi beberapa macam, antara lain:

1. Implantasi atau Intertistial


Dengan cara sumber radiasi ditanam pada jaringan kanker, seperti kanker lidah,
payudara pascalimpektomi, kanker kandung kemih, prostat, kulit.

2. Intrakaviter atau Plesioterapi


Dengan cara pemasangan sumber radiasi di sekitar organ yang mengandung tumor,
seperti kanker leher Rahim, kanker nasofaring.

13 | P a g e
3. Intraluminal
Dengan cara pemasangan sumber radiasi melalui dalam saluran, seperti kanker
usofagus, kanker bronkus.
4. Radiasi Sistemik
Dengan cara menyuntikkan sumber radioaktif melalui pembuluh darah, seperti pada
kanker tiroid, metastasis luas pada tulang bukan penunjang berat badan.

Pada pemasangan sumber radioaktif ini pada umumnya memerlukan bantuan anestesi.
Tujuan dilakukan brakhiterapi ini untuk mematikan tumor primer dengan dosis tinggi tanpa
merusak jaringan disekitarnya. Dalam brakhiterapi ini terdapat dua teknik aplikasi, yaitu :

A. Brakhiterapi secara manual


Brakhiterapi secara manual ini dilakukan di waktu masa lampau, dengan resiko operator
akan terpapar pada sinar radioaktif. Oleh karena itu, dibutuhkan peranan penting
keselamatan dan kesehatan kerja dalam melakukan brakhiterapi secara manual, yaitu :
1. Bekerja sesuai dengan SOP yang berlaku.
2. Prosedur dilakukan di ruangan khusus yang hanya digunakan brakhiterapi yaitu ruang
penyimpanan sumber, ruang persiapan, ruang penyinaran, ruang pasien.
3. Memakai Alat Pelindung Diri.
4. Operator bekerja sejauh mungkin dari sumber radiasi dan bekerja dengan cepat agar dosis
yang diterima rendah.
5. Semua peralatan digunakan untuk memasukkan sumber ke dalam tubuh pasien harus
dipersiapkan terlebih dahulu.
6. Satu ruangan tidak boleh lebih dari satu pasien.
7. Perisai dinding ruangan sudah memenuhi ketentuan keselamatan.
8. Memakai alat pemonitor radiasi.
9. Apabila digunakan sumber Ra226, ruangan harus dilengkapi dengan ventilasi untuk
mengeluarkan gas radon apabila terjadi kebocoran pembungkus Ra226.
10. Pintu diberi tanda radiasi dan dilengkapi dengan pintu terkunci untuk mengendalikan
akses dan menjaga keamanan sumber.
11. Mengguanakan peralatan khusus pada saat mengambil sumber dari wadahnya dan
menaruh kembali ke tempatnya dan tersedia tempat kereta dorong pengangkut sumber.
12. Dalam keadaan darurat, sumber yang telah terpasang di tubuh pasien harus dengan
mudah dapat diambil kembali.
13. Dilakukan uji kebocoran.

14 | P a g e
14. Pasien yang sedang dilakukan brakhiterapi tidak boleh meninggalkan ruangan tanpa
seizin petugas medis.
15. Dibuatkan catatan dan identifikasi khusus untuk semua sumber dan dievaluasi.

Gambar 3 : contoh ruangan penyinaran dalam dan ruang persiapan dalam brakhiterapi

Brakhiterapi secara afterloading

Brakhiterapi ini biasa disebut juga RCALS <Remottely Controlled After Loading System>.
Dalam teknik ini dilakukan pemasangan sumber dengan memasang aplikator yang terbuat
dari plastik, silicon atau aluminium pada daerah jaringan kanker yang nantinya akan dimuati
sumber radiasi. Aplikator ini akan dihubungkan dengan kontener yang berisi sumber radiasi
yang kedap sinar kemudian dikendalikan dengan romote control oleh petugas untuk
mengatur pengeluaran sumber radiasi dari tempatnya dan masuk ke dalam aplikator.
Keselamatan dan kesehatan kerja yang harus diperhatikan dalam brakhiterapi ini, yaitu :
1. Memakai Alat Pelindung Diri.
2. Panel kontrol harus dilengkapi dengan sistem interlock yang bisa mengembalikan sumber
pada posisi aman.
3. Ruangan harus dilengkapi dengan CCTV dan tanda bahaya radiasi
4. Memiliki satu atau lebih tombol emergency off di dalam atau diluar ruangan penyinaran
untuk menghentikan penyinaran dalam keadaan darurat.
5. Dinding ruangan terbuat dari bata merah dengan ketebalan 25 cm (dua puluh lima
sentimeter) atau beton dengan kerapatan jenis 2,2 g/cm3 (dua koma dua gram per sentimeter
kubik) dengan ketebalan 20 cm (dua puluh sentimeter) atau setara dengan 2 mm (dua
milimeter) timah hitam (Pb).

15 | P a g e
6. Tersedia alat pemadam kebakaran untuk menjamin integritas sumber apabila terjadi
kebakaran.
7. Apabila dalam keadaan darurat, sumber segera bisa dikembalikan ke wadahnya secara
manual dari panel control.
8. Tersedia alat pemonitor radiasi.
9. Tabung Saluran dan aplikator harus selalu diperiksa sebelum dilakukan untuk penyinaran.
10. Sinar tidak diarahkan pada ruang panel control dan panel control harus berada diluar
ruang penyinaran atau pemeriksaan.
11. Akses ke ruangan dilengkapi dengan tanda penunjukkan sumber on atau off yang sesuai
dengan standar atau peraturan yang berlaku di pintu ruangan.

Gambar 4 : Contoh Pemeriksaan Brakhiterapi Afterloading

2.4 Simulator
Simulator merupakan alat bantu untuk melakukan simulasi penyinaran eksterna dalam
radioterapi yang bertujuan untuk menentukan luas lapangan penyinaran, arah penyinaran, dan
blokade area yang harus dilindungi. Pada simulasi ini, proses pencitraan sinar-x seolah-olah
melakukan teknik penyinaran seperti dengan pesawat treatment radioterapi yang sesungguhnya.
Hal ini diperlukan agar teknik penyinaran yang akan diberikan pada pasien mencapai sasaran
secara optimal dan akurat.
Pesawat simulator sama seperti fluoroscopy di radiodiagnostik, yaitu dengan menembakkan
sinar-x dalam rentang waktu tertentu. Ada pula pesawat lainnya, yaitu CT-Simulator sama
seperti CT-Scan hanya saja dikhuskan untuk radioterapi. Pesawat ini digunakan untuk
mengambil potongan-potongan image dari tubuh pasien dan direkonstruksi secara 3 dimensi
sehingga membentuk gambar bagian dalam tubuh pasien.

16 | P a g e
Gambar 1 : Pesawat simulator (Fluoroscopy) Gambar 2 : CT-Simulator

Gambar 3: Ruang Simulator

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang harus diperhatikan :


a. Dalam Segi Ruangan
 Pintu ruangan pesawat sinar-X harus dilapisi dengan timah hitam dengan ketebalan 2
mm Pb yang dilengkapi dengan tanda radiasi, poster peringatan bahaya radiasi, dan
lampu indikator.
 Dinding ruangan terbuat dari bata merah ketebalan 25 cm (dua puluh lima sentimeter)
atau beton dengan kerapatan jenis 2,2 g/cm3 (dua koma dua gram per sentimeter kubik)
dengan ketebalan 20 cm (dua puluh sentimeter) atau setara dengan 2 mm (dua
milimeter) timah hitam (Pb).
 Ketebalan kaca, yaitu 2 mm Pb.
 Ruang penyinaran dilengkapi dengan perisai radiasi (shielding) sehingga orang lain yang
berada di luar ruangan akan aman.
 Memiliki tombol “emergency off” di dalam dan di luar ruang penyinaran untuk
menghentikan penyinaran dalam keadaan darurat.
 Ruangan dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dan alarm kebakaran.
17 | P a g e
b. Pekerja
 Petugas menggunakan alat pelindung diri, yaitu apron.
 Petugas menggunakan alat monitor radiasi (TLD atau Film Badge).
 Petugas melaksanakan prosedur kerja yang baik dan aman.

c. Pasien
 Pasien mengikuti instruksi petugas secara baik dan benar agar tidak terjadi kesalahan
penyinaran yang berakibat bertambahnya penerimaan dosis radiasi pada pasien.
 Pasien menggunakan gonad shield atau ovarium shield.

18 | P a g e
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsep K3 pada bidang radioterapi pada dasarnya memiliki prinsip yang sama.

Tanggung jawab dan peran seorang Radiografer menentukan besarnya dosis radiasi yang

dikeluarkan dalam suatu pemeriksaan. Menggunakan prinsip proteksi radiasi merupakan salah

satu pendukung program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam radiologi.

3.2 Saran

Sebaiknya dalam melakukan pemeriksaan para petugas tidak mengabaikan aspek-aspek

keselamatan dan kesehatan kerja yang telah ditetapkan oleh BAPETEN. Sehingga tidak

membahayakan pekerja dan pasien yang diperiksa.

19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Wiranto budi santoso, Desain dasar Perangkat Radioterapi eksternal menggunakan


Co-60, Proposal Program Insentif Peningkatan Kemampuan Penelitian dan
Perekayasaan (PI – PKPP), PRPN – BATAN, 2012.

Buku Petugas Proteksi Radiasi, Pusat pendidikan dan pelatihan bahan tenaga nuklir
nasional.

Susworo, R. 2007. Radioterapi. Jakarta: Universitas Indonesia (UIPress).

20 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai