Disusun oleh :
Andriardus Mujur
22010111200030
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
1
HALAMAN PENGESAHAN
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah dan
rahmat-Nya, sehingga laporan kasus besar ini dapat penulis selesaikan.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas dan syarat dalam
menempuh kepaniteraan senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah dan
rahmat-Nya, sehingga laporan kasus besar ini dapat penulis selesaikan.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas dan syarat dalam
menempuh kepaniteraan senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
4
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) adalah penyakit infeksi akut oleh virus Dengue yang sering mematikan.
Virus Dengue termasuk kelompok Arbovirus yang dapat ditularkan kepada
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus,
Aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain dapat juga menularkan virus ini,
namun merupakan vector yang kurang berperan. Jenis nyamuk ini terdapat
hampir diseluruh pelosok Indonesia, kecuali ditempat-tempat ketinggian lebih
dari 1000 meter di atas permukaan air laut. 1,2,3
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spektrum
manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit yang paling ringan (mild
undifferentiated febrile illness), demam dengue, demam berdarah dengue
(DBD), dan demam berdarah dengue disertai syok (dengue shock syndrome =
DSS). Variasi manifestasi klinis ini memperlihatkan sebuah fenomena gunung
es, DBD dan DSS sebagai puncak gunung es yang kelihatan di permukaan laut,
3,4
sedangkan kasus dengue ringan merupakan dasarnya.
Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan
kematian terutama pada anak, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa
atau wabah. Indonesia merupakan daerah endemis penyakit ini. DBD pertama
kali dilaporkan di Surabaya pada tahun 1968. Sejak itu penyakit tersebut sudah
menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di
Indonesia telah terjangkit penyakit. Insidensinya cenderung meningkat dari
tahun ke tahun dengan puncaknya pada bulan Desember sampai Februari, saat
datangnya musim hujan. 2,3 Pada tahun 2000 jumlah kasus DBD sebanyak
33.443 orang (Incidence Rate (IR) = 15,99), tahun 2001 sebanyak 45.904 orng
(IR=21,66), tahun 2002 sebanyak 40.377 (IR=19,24), tahun 2003 sebanyak
50.131 (IR=23,87), tahun 2004 (sampai dengan Maret 2004) jumlah kasus
mencapai 76.015 orang dengan jumlah kematian 389 orang. Menurut laporan
yang dilansir oleh situs Ikatan Dokter Indonesia, sampai tangal 8 Agustus 2005
5
terdapat 36.500 kasus demam berdarah di 31 propinsi. Kasus tertinggi terjadi
di DKI Jakarta dengan lebih dari 10.000 kasus dimana 57 orang diantaranya
meninggal 5,6
Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi berbagai
faktor antara lain status imunitas pejamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi
virus dengue, virulensi virus dengue, prevalensi serotipe virus dengue, dan
kondisi geografis setempat. 3,5,6
Keberhasilan dalam upaya penanganan kasus DBD ini terutama
ditentukan oleh kecermatan dalam mendiagnosa secara dini, penatalaksanaan,
dan perawatan termasuk ketrampilan untuk dapat mengatasi masa peralihan
dari fase demam ke fase penurunan suhu (fase krisis, fase syok) dengan baik. 2
Tidak ada perawatan spesifik untuk penanganan DBD. Pengobatan DBD
bersifat simptomatik dan suportif. Tatalaksana didasarkan atas adanya
perubahan fisiologi berupa perembesan plasma dan perdarahan. Pemilihan
jenis cairan dan jumlah yang akan diberikan merupakan kunci keberhasilan
pengobatan. 1,2,3
B. Tujuan
Pada laporan kasus ini disajikan satu kasus anak dengan Demam
Berdarah Dengue derajat I dengan gizi baik yang dirawat di RS dr. Kariadi
Semarang. Penyajian kasus ini bertujuan untuk mempelajari tentang cara
mendiagnosis, mengelola, dan mengetahui prognosis penderita DBD derajat I.
C. Manfaat
Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat membantu mahasiswa
kedokteran untuk belajar menegakkan diagnosis, melakukan pengelolaan dan
mengetahui prognosis penderita DBD Derajat I.
6
BAB II
PENYAJIAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. L.E
Umur : 11 tahun/25 november 2002
Jenis kelamin :Perempuan
Alamat : Ngeling Rt/Rw 03/05 pecangan
Agama : Islam
Bangsal : Anggrek
Tanggal Masuk : 4 Februari 2014
B. DATA DASAR
1. Anamnesis
Anamnesis tanggal : Alloanamnesis dengan ibu penderita tanggal 4
Februari 2014, pukul 16.00 di bangsal Anggrek
a. Keluhan utama : demam
b. Riwayat penyakit sekarang :
7
5 hari anak demam tinggi tanpa sebab, mendadak terus
menerus,tidak menggigil, tidak kejang, ada batuk, tidak ada pilek,
tidak nyeri telan, tidak ada bintik – bintik merah seperti digigit
nyamuk tidak, mimisan, tidak pendarahan gusi, tidak muntah ,buang
air besar tidak seperti petis, tidak mencret,tidak nyeri sendi, buang
air kecil lancar, tidak sakit, jumlah cukup, warna kuning jernih,
tidak berbuih. Dibawa berobat ke dokter,diberi puyer,tetapi
disarankan untuk periksa lab dan kemungkinan mondok bila tak ada
perbaikan. Panas anak turun bila diberi obat.
1 hari yang lalu obat habis,karena tidak ada perbaikan Anak dibawa
ke Puskesmas Pecangaan.
Sejak sakit anak sulit disuruh minum dan makan.
Buang air besar tidak ada keluhan, buang air kecil 5 jam yang lalu
warna kuning jernih jumlah teperempat gelas belimbing.
Tetangga disamping rumah ada yang mondok di rumah sakit karena
demam berdarah 1 minggu yang lalu
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Batuk (+) pilek (+) diare (+)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
d. Tidak ada anggota keluarga lain yang sakit Demam Berdarah
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pendataan sosial ekonomi menurut Balai Pusat Statistik (BPS),
didapatkan skor 10.
Kesan : tidak miskin
8
Anak laki-laki lahir dari ibu G 2 P 2 A 0 hamil aterm ( dalam
kandungan selama 9 bulan), lahir secara spontan, di RSDK, ditolong
oleh bidan, anak lahir langsung menangis, berat lahir 4000 gram,
panjang badan saat lahir 50 cm.
h. Riwayat Kelahiran
No Kehamilan dan kelahiran Umur/ tanggal lahir
1 ♂, aterm, spontan, bidan, 4000 gram 13 th
2 ♀ aterm, spontan, bidan, 3600 gram 3 th
9
6 bulan – 8 bulan : anak diberi asi semau anak dan susu SGM I
3xsehari @ 3sendok takar susu dalam 90 cc
air pemberian dengan botol, habis.
Anak mendapat bubur susu nestle diberikan
3xsehari@3 sendok makan, habis. Sesudah
makan siang, anak diberikan buah pisang atau
pepaya yang dihaluskan, ½ potong, 1xsehari,
habis.
9 bulan-1 thn anak diberi asi semau anak dan susu SGM II
3xsehari @ 3sendok takar susu dalam 90 cc
air pemberian dengan botol, habis.Anak
mendapat nasi tim halus dengan sayur
(bayam, wortel, sup) dan lauk (tahu, tempe,
kadang-kadang telur, ayam, ati atau ikan),
tidak ditambah dengan minyak atau mentega,
diberikan 2xsehari @ 1/2 piring kecil, habis.
1 tahun-2 thn : Sudah diberikan makanan keluarga 3xsehari
@ 1 piring kecil dengan sayur ( bayam,
wortel, kangkung, sawi, sup) dan lauk (tahu,
tempe, kadang-kadang telur, ayam, ati atau
ikan), habis. Kadang-kadang diberikan buah
pepaya atau pisang 2x1/2potong, habis.
Sekarang : Anak diberi susu Dancow 2xsehari @ 3
sendok takar dalam 120 cc air pemberian
dengan botol, habis. Sudah diberikan
makanan keluarga 3xsehari @ 1 piring dengan
sayur ( bayam, wortel, kangkung, sawi, sup)
dan lauk (tahu, tempe, kadang-kadang telur,
ayam, ati atau ikan), habis. Kadang-kadang
mendapat buah buahan 2-3x/bulan, habis
10
Kesan : kualitas makanan cukup dan kuantitas makanan cukup.
m. Riwayat Kontrasepsi Orang Tua
Ibu penderita saat ini ikut KB suntik selama 1 tahun, sikap terhadap KB
yang dipilih adalah yakin dan percaya.
2. Pemeriksaan Fisik
3. tanggal 4 Februari 2014, pukul 16.00 di bangsal Anggrek.
Seorang anak wanita, umur 11 tahun, berat badan 40 kg, panjang badan
150 cm.
Keadaan Umum : sadar, kurang aktif, perdarahan spontan (-)
Tanda Vital : TD : 100/70
HR : 96 x/mnt
N : isi dan tegangan cukup
RR : 24 x/mnt, reguler
t : 38,50c (rektal)
Keadaan Tubuh
Kepala
Rambut : warna hitam, tidak mudah dicabut
Kulit : pucat (-), petechiae (-)
Mata : conjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-), udema palpebra (-/-)
Hidung : nafas cuping (-), epistaksis (-)
Telinga : discharge (-)
Mulut : sianosis (-), gusi berdarah (-)
Tenggorok : T 1-1 faring hiperemis (-)
Leher : simetris, pembesaran nnll (-)
Dada :
Paru : I : simetris, statis, dinamis
Pa : stem fremitus kanan = kiri
Pe : sonor seluruh lapangan paru
Aus : suara dasar : vesikuler
Suara tambahan : ronkhi -/-
11
Hantaran -/-
Wheezing -/-
Jantung : I : iktus kordis tidak tampak
Pa : iktus kordis teraba di sela iga V 2 cm medial linea
medioclavicula sinistra, tidak kuat angkat, tidak
melebar
Pe : Batas kiri : SIC V 2 cm medial LMCS
Batas atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas kanan : SIC IV linea parasternalis dextra
Kesan : konfigurasi jantung dalam batas normal
Aus: BJ I-II normal, bising (-), thrill(-), gallop (-)
Abdomen : I : datar, venektasi (-)
Aus : bising usus (+) N
Pe : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Pa : supel, turgor cepat kembali, nyeri tekan
epigastrium (+)
hepar : tak teraba
lien : S 0
Ekstremitas : Superior Inferior
Capillary refill <2” <2”
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Oedema -/- -/-
Petechiae -/- -/-
Refleks fisiologis +N/+N +N/+N
Refleks patologis -/- -/-
Gerak +/+ +/+
Tonus N/N N/N
RL +
Alat kelamin : wanita, dalam batas normal
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Pemeriksaan hematologi tanggal 5 Februari 2014
12
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan
Hemoglobin 13,20 gr% 11-14,00
Hematokrit 36,20 % 37,0-43,0 L
Eritrosit 4,15 juta/mmk 4,00 -5,20 juta
Lekosit 12,90 ribu/mmk 5-10 ribu H
Trombosit 96,0 ribu/mmk 150-400 ribu
Widal Typh O 0/80 (-)
Widal typh H 0/80 (-)
8. Pemeriksaan antropometri
Anak wanita 11 tahun, BB 40 kg; PB : 150 cm, t : 38,5 0 C
BB
BMI
TB 2
40
BMI 17.7
1,52
C. DIAGNOSIS
13
a. Diagnosa Banding
1. Demam Berdarah Dengue
Derajat I
DD = - Demam Chikungunya
- Demam Dengue
- Demam Berdarah Dengue Derajat I
2. Gizi baik
b. Diagnosis Sementara
1. Demam Berdarah Dengue Derajat I
2. Gizi baik
D. DAFTAR MASALAH
No Masalah aktif Tanggal No Masalah Pasif Tanggal
1. Demam Berdarah 5-2-2006 1. Imunisasi ulangan 5-2-2006
Dengue Derajat I tidak lengkap
E. RENCANA PENATALAKSANAAN
1. Assesment : Demam Berdarah Dengue Derajat I
a. Diagnosis : - S :-
- O : Sediaan apus darah tepi, Dengue Blot , Hb Ht
Trombosit serial
b. Terapi :
- Infus RL 7cc/kgbb/jam (70 tetes/menit)
- Parasetamol 500 mg (bila panas)
- Vitamin C 3x 100 mg
c. Diet : 3 x lunak
14
4x susu 100 cc
d. Monitoring
Keadaan umum, tanda vital, tanda perdarahan spontan baru,
diuresis, tanda syok
e. Edukasi
Menjelaskan kepada keluarga tentang pengobatan yang
diberikan
Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit yang diderita dan
penularan Demam Berdarah Dengue
Menjelaskan rencana dan tujuan pemeriksaan darah serial
Menjelaskan kepada keluarga mengenai tanda syok demam
berdarah pada anak yaitu kaki dan tangan dingin,nadi kecil
Menjelaskan tentang tanda perdarahan spontan dan segera
melaporkannya ke tenaga kesehatan
Memberitahu untuk menampung urin anak
Memberikan edukasi tentang 3 M untuk memberantas sarang
nyamuk di lingkungan rumah.
15
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
A.DIAGNOSIS
1. DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT II
16
07.00, 11.00 dan 17.00. Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40
meter, maksimal 100 meter. Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada
musim hujan, dimana banyak genangan air bersih. 1,3,4
Pada lingkungan penderita ini didapatkan adanya tempat
penampungan air yang dapat menjadi sarang nyamuk Aedes, yaitu bak
mandi yang terbuka, dan tempat penampungan air (tendon) di halaman
rumah yang saat pemeriksaan didapatkan jentik. Hal tersebut di atas dapat
menjadi faktor penyebab tingginya jumlah vektor yang dapat menularkan
virus dengue di lingkungan tempat tinggal penderita
b.Patogenesis 1,2,3
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi
virus dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, Aedes
albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga
menularkan virus ini, namun merupakan faktor yang kurang berperan.
Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat
menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Virus kemudian
berkembang biak dalam tubuh nyamuk yang terutama ditemukan pada
kelenjar liurnya dalam waktu 8-10 hari ( extrinsic incubation period )
sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan
berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina juga dapat ditularkan kepada
telurnya (transovarian transmission ), namun peranannya dalam penularan
virus kepada manusia masih dalam penelitian. Sekali virus dapat masuk
dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat
menularkan virus selama hidupnya (infektif). Pada manusia, virus
memerlukan waktu 4-6 hari (intrinsic incubation period) sebelum
menimbulkan sakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat
terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia,
yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.terdapat
kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai
berikut :
17
Kompleks virus-antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen yang
berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a.C5a akan
menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut,suatu keadaan
yang amat berperan pada terjadinya renjatan.
Timbulnya agregasi trombosit yang melepaskan ADP akan menimbulkan
metamorfosis .Trombosit yang mengalami kerusakan metamorfosis akan
dimusnahkan oleh sistem retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia
dan hebat dan perdarahan.
Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir
terjadinya pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi
ini ,plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan
anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi fibrin degradation product.
Disamping itu aktivasi akan merangsang sistem kinin yang berperan dalam
proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah.
18
Secondary heterelogous dengue
infection
Komplek virus
antibodi
Gangguan fungsi
trombosit FDP
19
1-9
c. Diagnosis Demam Berdarah Dengue
20
d. Syok , manifestasinya berupa:
- Nadi cepat, lemah, tekanan nadi menurun ( 20 mmHg), tekanan
darah
turun, kulit dingin dan lembab.
- Penderita kelihatan lesu, gelisah dan lambat laun kesadarannya
menurun
menjadi apatis, sopor dan koma,
Kriteria Laboratoris :
a. Trombositopeni (100.000/L atau kurang)
b. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20 % atau lebih
dibandingkan nilai hematokrit pada masa konvalesen).
Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan
hemokonsentrasi cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. Efusi pleura
dan atau hipoalbuminemia dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien
anemi dan atau terjadi perdarahan.
Derajat penyakit DBD menurut WHO tahun 1997 diklasifikasikan
dalam 4 derajat:
21
2. Manifestasi perdarahan ditandai dengan tes torniquet (+)
Hasil laboratorium pada kasus ini :
1. Trombositopenia (Trombosit : 78.000/mm 3 )
2. Pada pasien didapatkan hemokonsentrasi
Pada kasus ini didapatkan 2 kriteria klinis dan 2 kriteria laboratoris
sehingga penderita didiagnosis dengan Demam Berdarah Dengue. Dengan
adanya perdarahan provokatif diklasifikasikan sebagai Demam Berdarah
Dengue derajat I.
Diagnosis definitif infeksi virus dengue hanya dapat dilakukan dengan
cara isolasi virus, deteksi antigen virus dan deteksi antibodi spesifik dalam
serum atau jaringan tubuh pasien. Dikenal 5 uji serologis yang biasa dipakai
untuk menentukan adanya infeksi virus dengue, yaitu:
1. Uji hemoglutinasi inhibisi (Haemagglutination Inhibiton test : HI test)
2. Uji komplemen fiksasi (Complement Fixation test : CF test)
3. Uji neutralisasi (Neutralization test : NT test)
4. IgM Elisa dan
5. IgG Elisa
Pada pasien Demam Berdarah Dengue terjadi vaskulopati, trombositopeni,
trombositopati dan koagulasi intravaskular yang menyeluruh yang
menyebabkan terjadinya perdarahan. Pada uji torniquet positif, menunjukkan
fragilitas kapiler yang meningkat. Pada penderita ini ditemukan Rumple leed
positif.
1,3,4
d. Diagnosis Banding
1. Demam Chikungunya
Serangan demam pada demam Chikungunya mendadak dengan nyeri
yang sangat pada satu sendi atau lebih. Masa demam lebih pendek, berakhir
dalam 3-10 hari. Pada demam Chikungunya khas ditemukan selaput lendir
mata yang merah, ruam makulopapuler dan nyeri pada sendi. Perbedaan
yang mendasar dari keduanya adalah pada demam Chikungunya tidak
terdapat perdarahan gastrointestinal dan syok, selain itu biasanya seluruh
22
anggota keluarga dapat terserang. Adanya trombositopenia yang jelas dan
hemokonsentrasi dapat membedakan antara DBD dengan penyakit yang
lain.
Pada penderita ini didapatkan trombositopenia dan tidak ditemukan
ruam makulo papular, injeksi konjungtiva dan rasa nyeri sendi, sehingga
diagnosis Demam Chikungunya dapat disingkirkan.
2. Demam Dengue
Pada Demam Dengue dapat disertai dengan perdarahan seperti:
petekie, epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna, hematuri
dan menoragi. Demam dengue dengan perdarahan harus dibedakan dengan
Demam Berdarah Dengue. Pada DBD ditemukan adanya kebocoran plasma
yang ditandai dengan hemokonsentrasi, efusi pleura dan asites. Pada
penderita ini terdapat perdarahan provokatif dan disertai kebocoran plasma
yang ditandai dengan hematokrit meningkat sehingga diagnosis Demam
Dengue dapat disingkirkan.
e. Komplikasi 1,3
Komplikasi Demam Berdarah Dengue dapat berupa
1. Ensefalopati
Umumnya terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan
perdarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok
Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan dapat
menyebabkan ensefalopati. Pada ensefalopati dengue tampak adanya
penurunan kesadaran dari apatis atau somnolen, dapat disertai kejang. Pada
ensefalopati dapat ditemukan peningkatan kadar transaminase (SGOT/SGPT),
studi koagulasi memanjang, kadar gula darah menurun, alkalosis pada analisa
gas darah, dan hiponatremi.
2. Kelainan ginjal.
Pada fase terminal akibat syok yang tidak teratasi dapat terjadi gagal
ginjal akut. Diuresis merupakan parameter yang penting untuk mengetahui
23
apakah syok sudah teratasi. Diuresis diusahakan >1 ml/kgBB/jam. Pada syok
yang berat seringkali dijumpai acute tubular necrosis, ditandai dengan
penurunan jumlah urin, dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.
3. Udem paru
Udem paru dapat terjadi akibat pemberian cairan berlebih. Pemberian
cairan yang terus berlangsung pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang
ekstravaskular, akan mengakibatkan distres pernapasan, disertai sembab pada
kelopak mata, dan adanya gambaran udem paru pada foto dada.
2. GIZI BAIK
Dalam menilai status gizi seseorang dapat ditentukan dengan melakukan anamnesis
untuk menilai riwayat diet yang tepat, Klinis dengan melihat adanya tanda-tanda
malnutrisi, serta penilaian antropometri dengan menggunakan Body mass index
yang disesuaikan dengan kurva CDC
Tabel 1. Klasifikasi status gizi
Persentil
<5 Mildweight
5-85 Normoweight
86-95 Mild overweight
>95 Overweight
Pada pasien ini nilai BMI 17,7;selain itu dari klinis anak tidak ditemukan tanda-tanda
mal nutrisi sehingga didapatkan kesan gizi baik
24
a. Aspek Keperawatan
Pengawasan keadaan umum penderita, tanda vital (tensi, nadi, RR, dan suhu),
tanda-tanda perdarahan seperti melena, epistaksis, nyeri epigastrial, dan tanda-
tanda syok dan diuresis. Dilakukan pemantauan kadar hematokrit dan
hemoglobin untuk memantau hasil terapi. Hematokrit, hemoglobin dan
trombosit diperiksa tiap 6 jam sampai keadaan klinis pasien stabil
. b. Aspek Medikamentosa
Pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan
plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat
DBD II dengan hemokonsentrasi 20 %
perdarahan. Pemilihan cairan untuk penderita DBD derajat I dengan
Cairan awal
peningkatan hematokrit,RL/Na CL pedoman
0,9 % atautatalaksana
RLD 5 % dari WHO diberikan
menurut
Na Cl 0,9 % : 6 – 7 ml/kg BB/jam
infus RL/NaCl 0,9 % atau Dekstrosa 5 % dalam RL/NaCl 0,9 % sejumlah 6-7
ml/kgBB/Jam. Setiap 6 jam dimonitor tanda vital dan kadar hematokrit serta
Monitor TV, Hb, Ht &
trombosit. Kemudian di evaluasi 12-24tiap
trombosit jam. Jika selama observasi keadaan
6 jam
umum membaik yaitu anak nampak tenang, tekanan nadi kuat, tekanan darah
Perbaikan Tak ada Perbaikan
stabil, diuresis cukup, dan kadar Ht cenderung turun minimal dalam 2 kali
Tidak gelisah Gelisah
Nadiberturut-turut,
pemeriksaan kuat Distress
maka tetesan dikurangi pernafasan
menjadi 5 ml/kgBB/jam.
Tekanan darah stabil Frekuensi nadi naik
Apabila dalam observasi selanjutnya tanda vital tetap stabil, tetesan dikurangi
Diuresis cukup Ht tetap tinggi / naik
menjadi 3(1-2 ml/kgBB/jam)
ml/kgBB/jam Tek. Nadi
dan akhirnya cairan dihentikan < 20 24-48
setelah mmHgjam
Ht turun (2 Diuresis kurang/tidak ada
pemeriksaan)
Koloid Transfusi
20-30 ml/kg darah segar
10 ml/kg 25
Perbaikan
Sumber : DHF, diagnosis, treatment, prevention and control, 2 nd , Geneva, WHO, 1999
26
infus RL 7 ml/kg BB/jam selama 6 jam, kemudian dievaluasi. Dari hasil
evaluasi menunjukkan adanya perbaikan yaitu anak tampak tenang, tanda vital
baik.
d. Aspek Edukasi
27
Pada kedua orang tua pasien dijelaskan tentang penyakit DBD serta
cara-cara yang dapat dilakukan dalam rangka pemberantasan dan pencegahan
penyakit tersebut.
PROGNOSIS
Prognosis pada pasien ini untuk kehidupan (quo ad vitam) adalah baik
(ad bonam) oleh karena tidak ada komplikasi yang berat dan tidak ada penyulit
lain, segera mendapatkan pengelolaan yang tepat dan adekuat serta dapat
terdeteksinya fase kritis seawal mungkin, meskipun demikian anak tetap dapat
28
Prognosis untuk kesembuhan (quo ad sanam) adalah baik (ad bonam)
yang nampak dari keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan berkala dari Hb,
fungsi tubuh (quo ad fungsionum) adalah baik (ad bonam) karena pada
29
BAB IV
RINGKASAN
Telah dilaporkan kasus seorang anak dengan demam berdarah dengue,
dengan gizi baik,dibangsal CIL2 ruang kelas 3 Anak Rumah Sakit DR. Kariadi
Semarang.
ditegakkan dari riwayat demam 5 hari dimana tidak ada penyebab lainnya,dari
hemokonsentrasi dan trombositopeni. Gizi baik pada pasien ini karena asupan
30
Hematokrit stabil
3 hari setelah syok teratasi
Jumlah trombosit ≥ 50,000/mm 3
Tidak ada distress respirasi akibat efusi pleura atau asites.
Pasien ini diizinkan pulang pada hari ke-3 perawatan (hari ke-8 sakit)
karena pasien sudah bebas demam selama 3x24 jam tanpa antipiretik,
tampak perbaikan secara klinis, hematokrit stabil, dan jumlah trombosit
126.000/mm 3 (≥ 50,000/mm 3 ), tidak ada distress respirasi.
31
DAFTAR PUSTAKA
32