Anda di halaman 1dari 2

https://indonesia.ucanews.

com/2019/04/15/pater-neles-tebay-pejuang-dialog-jakarta-
papua-tutup-usia/

Pater Neles Tebay, Pejuang Dialog Jakarta-Papua Tutup Usia


April 15, 2019

Duka mendalam menyelimuti warga Papua atas meninggalnya Pastor Neles Kebadabi
Tebay, imam yang berjuang tanpa henti bagi terwujudnya dialog damai antara
pemerintah Indonesia dan penduduk Papua demi mengakhiri konflik berkepanjangan di
daerah paling timur tersebut.

Pastor Neles meninggal dunia pada 14 April di Rumah Sakit Sint Carolus Jakarta
dalam usia 54 tahun karena penyakit kanker darah.

Ungkapan duka cita disampaikan berbagai pihak, termasuk dari Presiden Joko Widodo
dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang mengirim karangan bunga ke ruang jenazah
di rumah duka Sint Carolus.

Imam yang juga Ketua Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Fajar Timur Abepura itu
dikenal luas karena komitmen bagi penyelesaian masalah Papua.

Sejak tahun 2010, ia membentuk Jaringan Damai Papua, sebuah kelompok yang terdiri
dari berbagai elemen masyarakat yang bersuara dan berupaya untuk mencari jalan
damai bagi penyelesian konflik Papua.

Pada 15 Agustus 2017, Pater Neles ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo sebagai tokoh
kunci dialog Papua-Jakarta, saat ia bergabung dengan tokoh-tokoh Papua lain bertemu
Jokowi di Jakarta.

Selain itu, Pater Neles produktif menulis artikel bertema perdamaian di media-media
terkemuka di Indonesia dan media internasional.

Ia juga menulis banyak buku, beberapa di antaranya adalah �Dialog Jakarta-Papua:


sebuah Perspektif Papua�, �Angkat Pena demi Dialog Papua� dan Reconciliation and
Peace: Interfaith Endeavour for Peace in West Papua.

Pater John Djonga, aktivis hak asasi manusia di Papua mengatakan, kepergiannya
menjadi kehilangan besar bagi warga Papua.

�Ia telah berjuang tanpa henti untuk mewujudkan solusi bermartabat bagi masalah
Papua,� kata Pater John kepada ucanews.com pada 15 April.

Pater Neles, kata dia, adalah sosok yang diterima oleh semua kalangan dan mampu
masuk ke berbagai kelompok.

Markus Haluk, direktur eksekutif United Liberation Movement for West Papua (ULMWP)
untuk urusan di dalam negeri mengatakan, sulit menerima kepergian Pater Neles.

�Ia adalah jembatan permata emas yang kami miliki untuk membangun perdamaian atas
konflik berkepanjangan di Papua.�

�Ia juga adalah seorang gembala bagi Bangsa Papua.� tambahnya.

Adriana Elisabeth, peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)


mengatakan, Pater Neles selalu merawat keyakinan semua pemangku kepentingan bahwa
suatu saat dialog Jakarta-Papua akan terwujud.

�Kegigihan dan konsistensinya membuat banyak pemangku kepentingan dalam Jaringan


Damai Papua tetap berusaha bekerja di tengah keraguan dari banyak pihak,� katanya
Mathen Goo, aktivis Papua menyebut Pater Neles adalah inspirator bagi perjuangan
mereka, yang berusaha untuk berpikir positif tentang semua orang.

�Kami akan sangat sulit mendapati sosok seperti dia lagi,� katanya.

Pater Neles lahir di Kabupaten Dogiyai, pada 13 Februari 1964. Ia menyelesaikan


studi sarjana di STFT Fajar Timur, lalu mengambil master dalam bidang pelayanan
pastoral di Universitas Ateneo de Manila, Filipina dan menyelesaikan program
doktoral dalam bidang misiologi diUniversitas Kepausan Urbaniana, Roma.

Pada 2013, ia menerima penghargaan Keadilan dan Perdamaian Tji Haksoon (The Tji
Haksoon Justice and Peace Award) di Korea Selatan yang diberikan Yayasan Keadilan
dan Perdamaian Tji Haksoon karena komitmennya bagi misi perdamaian.

Jenazah Pater Neles diberangkatkan ke Jayapura pada 15 April malam dan rencananya
dimakamkan pada 18 April di Timika.

Anda mungkin juga menyukai