Anda di halaman 1dari 7

1.

Kajian Teoritis Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan salah satu


model pembelajaran untuk mengaitkan konten dengan konteks. Yang dimaksud dengan
konten adalah isi materi pelajaran, sedangkan konteks adalah situasi dunia nyata yang
dihadapi siswa sehari-hari. Konteks memberikan makna pada isi, yang semakin banyak
keterkaitan yang ditemukan siswa dalam suatu konteks yang luas, semakin bermaknalah
isinya bagi mereka. Jadi sebagaian besar tugas guru menyediakan konteks. Semakin mampu
para siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran akademis mereka dengan konteks ini, semakain
banyak makna yang akan mereka dapatkan dari pelajaran tersebut.(Johnson, 2002). Model
pembelajaran ini, dikenal juga dengan nama lain, seperti project based teaching, experience
based education, dan anchored instruction (Ibrahim dan Nur, 2004 dalam Suma,
2004), problem based instruction (Jatmiko, 2004), serta authentic learning (Nurhadi, 2005:
109). Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa untuk belajar isi akademik dan
keterampilan memecahkan masalah dengan melibatkan siswa kepada situasi masalah dalam
kehidupan nyata sehari-hari. Dengan demikian, Problem Based Learning adalah suatu
pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta
memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi. Proses berpikir merupakan seperangkat
operasi mental, yang meliputi: pembentukan konsep, pembentukan prinsip, pemahaman,
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian. Proses-proses tersebut pada
umumnya saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya. Proses-proses pembentukan
konsep, pembentukan prinsip, dan pemahaman merupakan proses-proses pengkonstruksian
pengetahuan. Proses-proses pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian
merupakan aplikasi konsep, prinsip, dan pemahaman (Santyasa, 2004). Pendekatan
pemecahan masalah merupakan suatu strategi atau pendekatan yang dirancang untuk
membantu proses pemecahan masalah sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada
pola pemecahan masalah yakni mulai dari analisis, rencana, pemecahan, dan penilaian yang
melekat pada setiap tahap
Ada 4 (empat) ciri, Problem Based Learning, yaitu 1) pengajuan pertanyaan
(masalah), dimana masalah berpusat pada pertanyaan yang bermakna untuk siswa; 2)
terintegrasi dengan disiplin ilmu lain, dalam hal ini masalah yang diselidiki dapat ditinjau
dari berbagai sudut pandang mata pelajaran; 3) penyelidikan otentik, dimana siswa
menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat
ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat
inferensi, dan merumuskan kesimpulan; dan 4) menghasilkan produk atau karya dan
memamerkannya (Nurhadi, 2005: 110). Oleh karena itu, diperlukan keterlibatan guru secara
optimal mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian, sehingga Problem Based
Learning dapat berlangsung dengan efektif dan efesien.
Peran guru dalam Problem Based Learning adalah menyajikan masalah, mengajukan
pertanyaan, serta memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Problem Based Learning tidak dapat
dilaksanakan jika guru tidak mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan
terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Perilaku guru dalam Problem Based
Learning terlihat dari sintaks pembelajaran yang dilaksanakannya.

1. Langkah-langkah Pembelajaran

Terdapat 5 (lima) tahapan utama pada Problem Based Learning, yang dimulai dari
guru memperkenalkan siswa dengan suatu masalah dan diakhiri dengan penyajian dan
analisis hasil kerja siswa (Suma, 2004), seperti pada tabel berikut:
TAHAP TINGKAH LAKU GURU
Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
Orientasi siswa menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa
pada masalah terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Guru mendiskusikan rubrik asesmen yang akan digunakan
dalam menilai kegiatan/ hasil karya siswa
Tahap 2 Guru membantu siswa mendefinisikan dan
Mengorganisasi mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
siswa untuk belajar masalah tersebut
Tahap 3 Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
Membimbing informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
penyelidikan individu mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
maupun kelompok
TAHAP TINGKAH LAKU GURU
Tahap 4 Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
Mengembangka menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,
n dan menyajikan hasil model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
karya temannya
Tahap 5 Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
Menganalisis atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-
dan mengevaluasi proses yang mereka gunakan
proses pemecahan
masalah

1. 5. Pengkajian Puisi

Puisi sebagai salah satu karya sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya.
Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur
yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. (Pradopo, 2005)
Dapat pula dikaji jenis-jenis atau ragam-ragamnya, mengingat bahwa ada beragam puisi.
Begitu juga puisi dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang
sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi selalu ditulis dan selalu di baca orang.
Meskipun demikian, orang tidak akan dapat memahami puisi secara sepnuhnya tanpa
mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna, yang mempunyai
arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna. Oleh karena itu, sebelum pengkajian
aspek-aspek yang lain, perlu lebih dahulu puisi dikaji sebagai sebuah struktur yang bemakna
dan bernilai estetis.
Dalam proses pembelajaran berbasis masalah pengkajian puisi pada tulisan ini penulis
mencoba menekankan pada pengkajian puisi pada tataran bahasa figuratif yang terkandung
pada setiap puisi, antara lain; Metafora, Hiperbola, personifikasi, Eufimisme, klise, Irony,
Sarkasme, Satire, Paradok, dan simile.

1. 6. Rancangan Program Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran Puisi berbasis masalah ini, diterapkan untuk Mahasiswa semester 4


pada Jurusan Pendidkan Bahasa Inggis. Materi pokok pada mata kuliah Poetry adalah
mengkaji pusi. Dalam tulisan ini secara khusus terfokus pada analisis bahasa figurative yang
ada pada puisi
Perencanaan
Sebelum pembelajaran puisi berbasis masalah dilaksanakan, maka terlebih dahulu,
dibuat perencanaan, yang langkah-langkahnya, meliputi 1) memilih dan mengkaji materi
pokok atau bahan ajar, pada mata kuliah ini topik yang akan di berikan adalah “bahasa
figurative”, 2) mencari dan memilih masalah yang aktual dan faktual, serta relevan dengan
bahan kajian dari berbagai sumber, seperti surat kabar, majalah, artikel, atau internet, 3)
mempersiapkan satuan acara perkuliahan (SAP) dan lembar kerja mahasiswa yang
berorientasi masalah kontekstual, 3) mempersiapkan dan mengkaji penerapan evaluasi yang
terdiri dari pretest dan tes akhir pembelajaran, dan 4) mempersiapkan dan memfasilitasi
pembentukan kelompok belajar.
Penyusunan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam pembelajaran bahasa figuratif dalam sebuah puisi
berbasis masalah, meliputi tes, artikel yang berkaitan dengan masalah dikaji, dan lembar
kerja siswa berorientasi masalah kontekstual yang aktual dan relevan. Artikel diterapkan
dalam pembelajaran di dalam kelas dalam rangka mengembangkan kemampuan mahasiswa
dalam pemecahan masalah. Sedangkan lembar kerja mahasiswa merupakan homework yang
diharapkan dapat dikerjakan secara berkelompok. Tes yang digunakan berupa pretest untuk
menggali pengetahuan awal siswa dan posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tes
yang digunakan berbentuk uraian terbuka sehingga dapat menggali kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran bahasa figurative puisi berbasis masalah, dilakukan dengan secara
konsisten dan konsekuen menerapkan sintaks pembelajaran berbasis masalah. Sintaks
pembelajaran Puisi berbasis masalah, terdiri dari lima tahap, yaitu 1) Orientasi siswa pada
masalah, 2) Mengorganisasi siswa untuk belajar, 3) Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya, dan 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Berkaitan dengan topik bahasa figuratif , maka akan dilakukan dengan 2 kali tatap
muka. Uraian kegiatan setiap tatap adalah, sebagai berikut:
Tatap Muka I (2 jam pelajaran atau 2 x 45 menit)
Kegiatan pembelajaran kimia berbasis masalah untuk materi pokok bahasa figuratif
pada tatap muka I, sebagai berikut:
TAHAP P TINGKAH LAKU GURU/SISWA
BL
Tahap 1 – Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dengan
Orientasi menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan hasil
siswa pada belajar
masalah – Melaksanakan pretest untuk mengetahui pengetahuan
(30 menit) awal siswa terhadap bahan kajian yang akan dibahas
– Menjelaskan logistic yang dibutuhkan, seperti
pembentukan kelompok belajar dan tugas dari masing-masing
kelompok, serta mengarahkan siswa untuk berkumpul dengan
kelompoknya masing-masing
– Dosen mendistribusikan puisi berjudul The Road Not
Taken
Tahap 2 – Guru membantu siswa mendefinisikan dan
Mengorgan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
isasi siswa untuk masalah tersebut
belajar – Guru mengarahkan siswa untuk melakukan kajian
(60 menit) teori yang relevan dengan masalah
– Siswa diarahkan juga untuk mencari nara sumber
lainnya, baik dari siswa atau guru yang relevan
– Guru mengarahkan siswa untuk membuat laporan
hasil diskusi dan menyempurnakannya di rumah dengan
kelompoknya masing-masing
Kegiatan pembelajaran Bahasa Figuratif puisi berbasis masalah pada tatap muka I
ditutup dengan menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan berikutnya (tatap muka II).
Untuk itu, diinformasikan kepada siswa dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik dengan
menyiapkan sumber belajar dan saran pendukung lainnya.
Puisi yang di berikan pada mahasiswa adalah pusi yang sekiranya memunculkan
banyak penafsiran dan bisa saja sesuai dengan realita yang ada pada kehidupan kita sehari-
hari, seperti The Road Not Taken karya Robert Frost.
The Road Not Taken
Two roads diverged in yellow wood,
And sorry I could not travel both
and be one, long I stood
and look down one as far as I could
to where it bent in the undergrowth
Then took the other, as just as fair,
and having perhaps the better claim,
because it was grassy and wanted wear.
Though as forthat passing there
Had worn them really about the same,
And both that morning equally lay
In leaves no step had trodden black,
Oh, I kept the first for another day!
Yet knowing how way leads on to way
I doubted if I should over come back.
I shall be telling this a sign
Somewhere ages and ages ence;
Two roads diverged in a wood, and I-
I took the one les travelled by,
And that has made all the difference.
(http://agutie.homestead.com/files/roadnot_1.html)
Dengan mencermati puisi di atas, lakukan hal-hal, sebagai berikut!
1) Kumpulkanlah informasi, dengan menerapkan table berikut:
Apa yang Apa yang ingin Bagaimana
diketahui diketahui cara mengetahui
Bentuk-bentuk bahasa figuratif apa saja yang anda temukan dalam puisi diatas
2) Menganalisis makna dari puisi tersebut
3) Temukan suatu masalah yang sekiranya mirip dengan apa yang anda temukan
dalam puisi tersebut di kehidupan nyata!
Tatap Muka II (2 jam pelajaran atau 2 x 45 menit)
Kegiatan pembelajaran bahasa figurative puisi berbasis masalah pada tatap muka II,
sebagai berikut:
TAHAP P TINGKAH LAKU Dosen/Mahasiswa
BL
Tahap 1 – Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran dan
Orientasi memberikan komentar terhadap pembelajaran sebelumnya;
mahasiswa pada – Memberikan arahan terhadap strategi pembelajaran
masalah sehingga pembelajaran efektif, efesien, dan bermakna;
(10 menit) – Dosen memberikan penegasan terhadap analisis
puisi The road Not Taken dengan kehidupan nyata (penegasan
masalah).
Tahap 2 – Dosen mengarahkan mahasiswa untuk berkumpul
Mengorgan dalam kelompoknya, kemudian membimbing mahasiswa
isasi mahasiswa melakukan kajian masalah dan diskusi kelompok;
untuk belajar – Mahasiswa diarahkan untuk disiplin dengan tugasnya
(50 menit) masing-masing agar tugas dapat diselesaiakan efektif dan
efesien;
– Dosen membimbing dan memotivasi mahasiswa
dalam mencari bahasa igurative.
– Dosen membimbing mahasiswa dalam menemukan
fenomena yang mungkin terjadi pada kehidupan nyata terkait
dengan puisi tersebut
Tahap 3 – Dosen memberikan bimbingan kepada masing-
Membimbi masing kelompok dalam menganalisis puisi
ng penyelidikan – mahasiswa menyusun analisis puisi yang disertai
individu maupun dengan contoh masalah yang nyata terjadi di kehidupan sehari-
kelompok hari dalam bentuk laporan dan diarahkan agar mencakup latar
(30 menit) belakang masalah, perumusan masalah, kajian pusaka, dan
metode analisis;
– Dosen memberikan informasi, agar laporan tersebut
dapat dituntaskan di rumah dengan kelompoknya masing-
masing. Dan dipresentasikan pada pertemuan berikutnya.
Kegiatan pembelajaran Puisi berbasis masalah pada tatap muka II ditutup dengan
menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan berikutnya (tatap muka III), yang meliputi
presentasi hasil analisis.
Observasi, Evaluasi, dan Refleksi
Selama pembelajaran berlangsung, guru melakukan observasi terhadap strategi
pembelajaran yang diterapkan dan melakukan perekaman terhadap proses belajar mengajar
yang berlangsung.
Berdasarkan observasi dan evaluasi tersebut, maka dilakukan refleksi untuk melihat
seberapa besar keberhasilan dan kegagalan

Anda mungkin juga menyukai