Anda di halaman 1dari 2

DEN HAAG, KOMPAS.

com - Presiden Direktur LPDP Rionald Silaban


mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan pembagian persentase
beasiswa bagi pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan studi di luar negeri,
terutama anggapan mengenai sedikitnya kuota untuk program beasiswa reguler
dibandingkan afirmasi. Disampaikan pada diskusi dengan 15 perguruan tinggi
Belanda di kantor Nuffic di Den Haag, Senin (29/11/2018), Rio mengatakan bahwa
pemerintah baru saja menata ulang program beasiswa LPDP. Jika dulu hampir
seluruhnya kuota beasiswa untuk program reguler, kini hal itu sudah berubah.
"Jadi, sudah ada adjusment terhadap bisnis model LPDP. Kalau dulu hampir
seluruhnya reguler yang kompetisinya terbuka, sekarang kita punya istilah reguler
dan targeted.
Sekarang, program reguler itu hanya untuk pilihan beasiswa di 20
universitas dan beberapa universitas lain dengan program studi terbaik di terbaik
dunia. Khusus di Belanda contohnya adalah Wageningen University untuk
program studi agrikultur. Di luar Belanda ada Harvard, MIT, dan lainnya," kata
Rio. Tahun ini, lanjut Rio, dana pengelolaan LPDP diharapkan mencapai Rp 46
triliun. Jumlah dana untuk beasiswa itu akan dicairkan untuk dua kategori
beasiswa. Kategori pertama adalah reguler, afirmasi daerah 3T, alumni bidikmisi
berprestasi, individu berprestasi dari keluarga miskin atau prasejahtera, serta
prestasi olahraga, seni, kebudayaan, serta keagamaan. Adapun kategori kedua
adalah beasiswa PNS/TNI/POLRI, Beasiswa Santri, serta Beasiswa Prestasi
Olimpiade Bidang Sains, Teknologi, dan Keterampilan atau talent scouting. "Pada
dasarnya kita tak membuat alokasi atau persentase. Secara garis besar 20-30 persen
itu untuk reguler, kemudian 70 sampai 80 persen untuk targeted atau afirmasi.
Yang afirmasi itu nanti dialokasikan berdasarkan hasil tes atau aplikasinya. Kita
sadar, kalau kita luncurkan belum tentu semua terpakai. Kita lihat dalam dua atau
tiga tahun nanti hasilnya seperti apa, yang betul-betul terpakai alokasinya seberapa,
kita evaluasi lagi," ujar Rio.
Terkait perguruan tinggi Belanda, lanjut Rio, pemerintah tetap menjadikan
negara ini sebagai negara potensi tujuan. Program unggulannya adalah agrikultur,
yakni Universitas Wageningen dan TU Delft untuk program studi teknik. "Tapi, di
saat bersaman kita tak akan membatasi. Kalau dilihat dari program afirmasi,
perguruan tinggi Belanda masih masuk kok. Jadi, sebetulnya, baik reguler atau
afirmasi seharusnya tidak ada atau terlalu berubah pilihan universitasnya, yang
berubah itu recipient atau penerimanya. Intinya, semua terbuka," papar Rio. Karin
Paardenkooper dari University of Twente (UTwente) mengaku puas dengan
hubungan kerjasama LPDP yang berlangsung sejak 2014 lalu. Menurut dia, sudah
banyak mahasiswa Indonesia di Twente yang terbantu dengan pendanaan beasiswa
tersebut. "Hubungan ini menjadi pengantar pelajar masuk ke dalam kolaborasi
internasional di sektor pendidikan," ujar Karin.
Han Dommers, Manajer/Member of Board Nuffic, mengakui bahwa upaya
LPDP sangat positif untuk memberikan kesempatan terbuka kepada mahasiswa
Indonesia masuk ke kancah pendidikan global. Han mengatakan bahwa sejauh ini
tidak ada pertentangan dalam kontribusi LPDP menyalurkan biaya pendidikan
untuk anak-anak Indonesia. "Bisa dilihat sendiri ungkapan pendapat para wakil
perguruan tinggi Belanda di sini positif semua, dan menyampaikan kepuasannya
dan malah ada yang akan membuka kerjasama baru dengan LPDP. Mereka punya
interest tinggi, dan akan blak-blakan kalau memang tidak memuaskan," ujar Han.
Ke depan, lanjut Han, Nuffic sendiri akan terus menjaga hubungan baik dengan
LPDP. Kedua lembaga tersebut memang baru saja menandatangani perjanjian
kerjasama terkait kolaborasi beasiswa pendidikan tinggi. "Ada beasiswa untuk area
3T yaitu Terdepan, Terluar, dan Tertinggal yang masih harus didorong dan kami
akan support untuk itu," kata Han.

Anda mungkin juga menyukai