Anda di halaman 1dari 10

Periode Kritis 1000 Hari Pertama Kehidupan Dan Dampaknya

Terhadap Kehidupan
Novia Rahmawati// 1613041042 // VIA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gizi merupakan dasar dan pondasi dalam berbagai aspek yang
memberi konstribusi pembangunan suatu bangsa yang berhubungan
dengan kualitas sumber daya manusia (SDM). 1000 HPK atau the first
thousand days merupakan suatu periode didalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang di mulai sejak konsepsi
sampai anak berusia 2 tahun. Asupan makanan selama 1000 HPK
memberi konsekuensi kesehatan untuk masa depan agar anak
tumbuh sehat dan cerdas maka gizi sejak anak dini harus terpenuhi
dengan tepat dan optimal.
Early life Nutrition (ELN) adalah saat yang penting dalam
kehidupan seseorang karena asupan nutrisi selama hamil akan
mempengaruhi fungsi organ tubuh anak antara lain intelektual,
psikologis, memori, mood dan pengambilan keputusan seseorang
anak di masa depan.
Janin memiliki sifat fleksibilitas di dalam periode
perkembangannya yaitu janin akan menyesuaikan diri dengan apa
yang di alami oleh ibunya termasuk asupan nutrisi selama kehamilan,
apabila intake gizi kurang maka bayi akan mengurangi sel-el
perkembangan organ tubuhnya, dan akan bersifat permanen yang
akan menimbulkan masalah jangka panjang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa sajakah titik kritis periode 1000 hari pertama kehidupan yang
harus diperhatikan?

1
2. Apa Dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang Akibat Gangguan
Gizi Pada Masa Janin dan Usia Dini?
3. Apa saja upaya pemerintah Indonesia dalam menangani dampak
kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui titik kritis periode 1000 hari pertama kehidupan yang


harus diperhatikan.
2. Mengetahui dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang Akibat
Gangguan Gizi Pada Masa Janin dan Usia Dini
3. Mengetahui upaya pemerintah Indonesia dalam menangani
dampak kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Titik Kritis Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan


Pemenuhan asupan gizi pada 1000 HPK anak sangat penting.
Jika pada rentang usia tersebut anak mendapatkan asupan gizi yang
optimal maka penurunan status gizi anak bisa dicegah sejak awal.
Adapun titik kritis yang harus diperhatikan selama periode 1000 HPK
adalah sebagai berikut :

a. Periode dalam kandungan (280 hari)


Wanita hamil merupakan kelompok yang rawan gizi. Oleh sebab
itu penting untuk menyediakan kebutuhan gizi yang baik selama
kehamilan agar ibu hamil dapat memperoleh dan mempertahankan
status gizi yang optimal sehingga dapat menjalani kehamilan dengan
aman dan melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental yang baik,
serta memperoleh energi yang cukup untuk menyusui kelak (Arisman,
2004).

Telah diketahui bahwa kebutuhan zat gizi akan meningkat selama


kehamilan, yaitu tambahan energi sekitar 300 kkal per hari,
pertambahan energi terutama di trimester II. Penambahan konsumsi
energi ini diperlukan untuk pertumbuhan jaringan ibu, seperti
penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara, serta
penumpukan lemak. Sepanjang trimester III, energi tambahan
dipergunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta (Arisman, 2004).

Kebutuhan protein juga mengalami peningkatan selama


kehamilan yaitu hingga 68%. Protein diperlukan untuk pembentukkan
jaringan baru dan pertumbuhan organ-organ pada janin, perkembangan
kandungan ibu, pertumbuhan plasenta, cairan amnion serta
penambahan volume darah. Kekurangan asupan protein dapat
berdampak buruk terhadap janin seperti cacat bawaan, BBLR dan
keguguran (Purwitasari & Dwi, 2009).

3
Kebutuhan zat gizi mikro seperti zat besi, asam folat, dan kalsium
juga meningkat. Untuk kebutuhan zat besi selama kehamilan
mengalami peningkatan sebesar 200% sampai 300%. Hal ini diperlukan
untuk pembentukan plasenta dan pembentukan sel darah merah. Untuk
menjaga agar tidak kekurangan zat besi maka wanita hamil disarankan
untuk menelan sebanyak 90 tablet besi selama kehamilan. WHO (2006)
menegaskan bahwa semua wanita hamil di daerah prevalensi tinggi gizi
buruk harus secara rutin

b. Periode 0 6 bulan (180 hari)


Ada dua hal penting dalam periode ini yaitu melakukan inisiasi
menyusu dini (IMD) dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif.
Inisiasi menyusu dini adalah memberikan kesempatan kepada bayi
baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibunya dalam satu jam pertama
kelahirannya. Prosesnya bayi diletakkan di atas dada ibu segera
setelah lahir untuk mencari puting susu ibu dan mulai menyusu untuk
pertama kalinya. Dengan dilakukannya IMD maka kesempatan bayi
untuk mendapat kolostrum semakin besar. Kolustrum merupakan ASI
terbaik yang keluar pada hari ke 0-5 setelah bayi lahir yang
mengandung antibodi (zat kekebalan) yang melindungi bayi dari zat
yang dapat menimbulkan alergi atau infeksi.

ASI eksklusif adalah pemberian ASI setelah lahir sampai bayi


berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan lain. Tindakan ini akan
terus merangsang produksi ASI sehingga pengeluaran ASI dapat
mencukupi kebutuhan bayi dan bayi akan terhindar dari diare. WHO
(2006) menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama
hidup bayi adalah yang terbaik.

c. Periode 6 24 bulan (540 hari)


Mulai usia 6 bulan ke atas, anak mulai diberikan makanan
pendamping ASI (MP-ASI) karena sejak usia ini, ASI saja tidak
mencukupi kebutuhan anak. Pengetahuan dalam pemberian MP ASI
menjadi sangat penting mengingat banyak terjadi kesalahan dalam

4
praktek pemberiannya, seperti pemberian MP ASI yang terlalu dini
pada bayi yang usianya kurang dari 6 bulan. Hal ini dapat
menyebabkan gangguan pencernaan atau diare. Sebaliknya,
penundaan pemberian MP ASI akan menghambat pertumbuhan bayi
karena alergi dan zat-zat gizi yang dihasilkan dari ASI tidak mencukupi
kebutuhan lagi sehingga akan menyebabkan kurang gizi

Walaupun sistem pencernaan bayi usia enam bulan ke atas sudah


hampir sempurna, tetapi dalam pemberian MP ASI diberikan secara
bertahap yaitu dari bentuk encer menjadi bentuk yang lebih kental
(Arisman, 2004).

2.2 Dampak Jangka Pendek Dan Jangka Panjang Akibat Gangguan


Gizi Pada Masa Janin Dan Usia Dini
Masalah gizi adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan
perorangan dan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak
terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan.
Meningkatnya masalah gizi berkaitan erat dengan asupan makanan,
terutama pola pemberian ASI dan MP ASI (Soekirman, 2000). Mereka
yang mengalami kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan
akan mengalami beberapa hal seperti:
a. Pengaruh jangka pendek:
 Perlembangan otak terganggu
 Pertumbuhan otot dan organ organ tubuh terganggu
 Programing metabolisme glukosa,lemak,protein,hormonal yang
terjadi di dalam sel tubuh akan terganggu.
b. Pengaruh jangka panjang:
 Kognitif dan kemampuan belajar terganggu.
 Imunitas dan produktifitas kerja menurun.
 Stunting balita.
 Obesitas,diabetes,penyakit jantung, hipertensi, stroke, kanker.
Bahkan dampak kekurangan gizi pada ibu hamil akan memberikan
dampak buruk pada skor IQ buah hati. Ibu yang menderita kekurangan
zat yodium selama kehamilan akan menghambat perkembangan otak
5
dan janin dan mengakibatkan kehilangan 10 IQ poin. Kekurangan
energi protein pada ibu hamil yang di sebabkan oleh kekurangan
makanan bergizi dan infeksi akan menyebabkan gangguan fungsi
kognitif dan perkembangan bayi juga akan mengalami kehilangan skor
IQ sebesar 10 poin.

c. Dampak merugikan setiap hari yang terjadi menurut penelitian


cornell university 2003 adalah:
 300 ibu meninggal ketika melahirkan karena kekurangan zat besi.
 4.000 anak balita meninggal akibat kekurangan vitamin A.
 50.000 bayi lahir dengan kapasitas perkembangan mental dan
kecerdasan yang berkurang karena kurang yodium dan kurang zat
besi.

2.3 Upaya Pemerintah Indonesia Dalam Menangani Dampak


Kekurangan Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan
Gerakan “Scaling Up Nutrition (SUN Movement)” merupakan
gerakan global di bawah koordinasi Sekretaris Jenderal PBB. Gerakan
ini merupakan respon negara-negara di dunia terhadap kondisi status
pangan dan gizi di sebagian besar negara berkembang dan akibat
lambat dan tidak meratanya pencapaian sasaran Tujuan Pembangunan
Milenium/MDG (Pratama, dkk. 2017)

Tujuan Global SUN Movement adalah menurunkan masalah gizi,


dengan fokus pada 1000 hari pertama kehidupan (270 hari selama
kehamilan dan 730 hari dari kelahiran sampai usia 2 tahun) yaitu pada
ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0-23 bulan. Indikator Global
SUN Movement adalah penurunan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),
anak balita pendek (stunting), kurus (wasting), gizi kurang
(underweight), dan gizi lebih (overweight).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas tahun


2010), persentase BBLR di Indonesia sebesar 8,8 persen, anak balita

6
pendek sebesar 35,6 persen, anak balita kurus sebesar 13,3 persen,
anak balita gizi kurang sebesar 17,9 persen, dan anak balita gizi lebih
sebesar 12,2 persen. Dengan demikian Indonesia menghadapi
masalah gizi ganda, di satu pihak mengalami kekurangan gizi di pihak
lain mengalami kelebihan gizi.

Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi tersebut


diatas, dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak,
kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme
dalam tubuh. Sedangkan, dalam jangka panjang akibat buruk yang
dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan
prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit,
dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas
pada usia tua. Kesemuanya itu akan menurunkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia, produktifitas, dan daya saing bangsa.

Untuk mengatasi masalah ini Indonesia telah menyepakati untuk


menjadi bagian dari Gerakan SUN Movement sejak bulan Desember
2011, melalui penyampaian surat keikutsertaan dari Menteri Kesehatan
kepada Sekjen PBB. Saat ini jumlah negara yang bergabung dalam
Gerakan SUN sebanyak 28 negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia
Gerakan SUN Movement disebut dengan Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama
Kehidupan disingkat menjadi Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
Gerakan 1000 HPK. Untuk merumuskan Gerakan 1000 HPK di
Indonesia telah dilakukan serangkaian kegiatan melibatkan pemangku
kepentingan utama yang terdiri dari Kementerian dan Lembaga, dunia
usaha, mitra pembangunan internasional, lembaga sosial
kemasyarakatan, dan didukung oleh organisasi profesi, perguruan
tinggi, serta media.

Gerakan 1000 HPK terdiri dari intervensi gizi spesifik dan


intervensi gizi sensitive. Intervensi spesifik, adalah tindakan atau

7
kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan khusus untuk
kelompok 1000 HPK. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor
kesehatan, seperti imunisasi, PMT ibu hamil dan balita, monitoring
pertumbuhan balita di Posyandu, suplemen tablet besi-folat ibu hamil,
promosi ASI Eksklusif, MP-ASI dan sebagainya. Intervensi spesifik
bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif
pendek. Sedangkan intervensi Sensitif adalah berbagai kegiatan
pembangunan di luar sektor kesehatan. Sasarannya adalah
masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila
direncanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik,
dampaknya sensitif terhadap keselamatan proses pertumbuhan dan
perkembangan 1000 HPK. Dampak kombinasi dari kegiatan spesifik
dan sensitif bersifat langgeng (“sustainable”) dan jangka panjang.
Beberapa kegiatan tersebut adalah penyediaan air bersih, sarana
sanitasi, berbagai penanggulangan kemiskinan, ketahanan pangan dan
gizi, fortifikasi pangan, pendidikan dan KIE Gizi, pendidikan dan KIE
Kesehatan, kesetaraan gender, dan lain-lain (BAPPENAS, 2013).

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Adapun titik kritis yang harus diperhatikan selama periode 1000
HPK yaitu; periode dalam kandungan (280 hari), periode 0-6 bulan,
periode 6-24 bulan.
2. Mereka yang mengalami kekurangan gizi pada 1000 hari pertama
kehidupan akan mengalami dampak jangka pendek maupun jangka
panjang.
3. Indonesia telah menyepakati untuk menjadi bagian dari Gerakan
SUN Movement sejak bulan Desember 2011 yang bertujuan untuk
adalah menurunkan masalah gizi, dengan fokus pada 1000 hari
pertama kehidupan (270 hari selama kehamilan dan 730 hari dari
kelahiran sampai usia 2 tahun) yaitu pada ibu hamil, ibu menyusui
dan anak usia 0-23 bulan.
3.2 Saran
Makalah ini jauh dari kesempurnaan karena akan ditemukan
banyak kelemahan atau bahkan kekeliruan, baik dalam kepenulisan
ataupun penyajian. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik
dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan
penulisan makalah di kemudian hari.

9
DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, nuri. 2016. Food For Kids Indonesia : Pentingnya 1000 Hari
Pertama Kehidupan. Bogor : PT Media Pangan Indonesia (Buku
online) https://www.iuli.ac.id/wp-content/uploads/2016/11/Mirza-
1000-HPK-2016.pdf (diakses pada 8 Maret 2019)

Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran EGC.


Jakarta. 180- 195.

Bappenas. 2013. Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari


Pertama Kehidupan. Jakarta: Jakarta: Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional

Husnah. 2017. NUTRISI PADA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN.


Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 17 (3): 179-183, Desember 2017
(ISSN: 1412-1026)

Marchianti, A.C.N. 2017. Efektifitas penyuluhan gizi pada kelompok 1000


HPK dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap kesadaran gizi
(The effectiveness of nutrition counseling on the first thousand days
of life group in improving knowledge and attitude on nutrition
awareness). Journal of Agromedicine and Medical Sciences . Vol. 3
No.3 (2017)
Pratama, A.P. 2017. PENGARUH EDUKASI GERAKAN 1000 HPK
TERHADAP PERBAIKAN POLA MAKAN IBU HAMIL RISTI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA
SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal).
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
Purwitasari, D., 2009. Buku Ajar Gizi dalam Kesehtan Reproduksi Teori
dan Praktikum. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rahmawati, Widya. 2016. Gambaran Masalah Gizi pada 1000 HPK di


Kota dan Kabupaten Malang, Indonesia (Illustration of Nutritional
Problem in the First 1000 Days of Life in Both City and District of
Malang, Indonesia). Indonesian Journal of Human Nutrition, Juni
2016, Vol.3 No.1 Suplemen : 20 31.
Riskesdas. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta : Direktorat Jendral


Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

10

Anda mungkin juga menyukai