Praktikum Teknologi Minyak Atsiri, Rempah F34160057
Dan Fitofarmaka P2/Kel. 4
Kromatografi merupakan teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
perambatan komponen dalam medium tertentu. Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-komponen dalam fase diam dan fase bergerak berdsarkan sifat fisik komponen yang akan dipisahkan. Salah satu jenis teknik kromatografi adalah High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Ciri dari teknik HPLC adalah penggunaan tekanan tinggi untuk mengirim fase gerak ke dalam kolo,. Dengan memberikan tekanan tinggi, laju dan efisiensi pemisahan dapat ditingkatkan dengan besar. Kelemahan penggunaan teknik HPLC pada suatu pemisahan antara lain harga sebuah alat HPLC cukup mahal, sering ada larutan standar yang tertinggal diinjektor, pada kolom dengan diameter rata-rata partikel fase diam dengan ukuran 5 dan 3 mikrometer sela-sela partikel lebih mudah tertutup oleh kotoran. Sementara kelebihan teknik kromatografi jenis ini adalah memiliki kecepatan, selektifitas, dan sensitifitas analisis yang tinggi, pendeteksian yang serempak, mudah untuk dioperasikan, memiliki resolusi yang baik, dan kestabilan pada kolom pemisah (Ardianingsih 2009). Kromatografi Lapis Tipis merupakan metode pemisahaan fisikokimia, lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan dalam penyangga berupa pelat gelas, logam atau lapisan lain yang cocok. Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan teknik yang paling cocok untuk analisis obat di laboratorium farmasi. KLT digunakan untuk memisahkan berbagai senyawa seperti ion-ion organic, kompleks senyawa-senyawa organik maupun anorganik, dan senyawa-senyawa organic baik yang terdapat di alam maupun sintetik. KLT memiliki prinsip yaitu melakukan pemisahan secara kromatografi adsorbsi dan adsorben bertindak sebagai fase stasioner. Adsorben yang banyak digunakan antara lain silica gel, alumina, kieselguh dan selulosa. Sementara itu fase gerak dari KLT adalah merupakan medium angkut yang terdiri dari satu atau beberapa pelarut (Hastomo 2008). Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan yang ditotolkan sebagai bercak / pita (awal). Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (deteksi). Kekurangan penggunaan metode ini adalah dibutuhkan waktu yang lama untuk satu kali proses pemisahan, sementara kelebihan penggunaan kromatrografi lapis tipis adalah dapat dihasilkan pemisahan yang lebih sernpurna dan kepekaan yang lebih tinggi (Mukaromah dan Maharani 2008). Ektsraksi dari suatu bahan biasanya membutuhkan pelarut sebagai media pembawa senyawa yang diinginkan dari dalam bahan agar dapat diekstrak keluar. Sementara kloroform merupakan pelarut semipolar. Adanya sifat polar dengan menyebabkan kloroform dapat membentuk ikatan dipol-dipol dengan senyawa polar yang terdapat pada sampel (Pranata 2014). Etanol, adalah pelarut volatile bagi senyawa organik, bersifat semipolar karena dapat melarutkan baik senyawa polar maupun nonpolar sehingga dapat saling larut dengan air. Kepolaran ini diakibatkan adanya gugus polar –OH dan nonpolar yaitu etil (CH3CH2-). Pemilihan pelarut etanol sebagai pelarut yang berpotensi menghasilkan persen yield terbesar diantar pelarut heksana dan air karena etanol merupakan pelarut yang dapat digunakan dalam mengekstraksi bahan kering, daun – daunan, batang, dan akar (Handayani 2010). Semakin tinggi konsentrasi etanol maka akan semakin rendah tingkat kepolaran pelarut yang digunakan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan pelarut dalam mengekstrak kandungan minyak atsiri dan alkaloid yang juga bersifat kurang polar (Phaza 2010). Heksana, adalah suatu hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14. Heksana merupakan hasil refining minyak mentah. Komposisi dan fraksinya dipengaruhi oleh sumber minyak. Umumnya berkisar 50% dari berat rantai isomer dan mendidih pada 60 – 70˚C. pelarut ini bersifat inert karena non-polarnya. Banyak dipakai untuk ekstraksi minyak dari biji, misal kacang-kacangan dan flax. Rentang kondisi distilasi yang sempit, maka tidak perlu panas dan energy tinggi untuk proses ekstraksi minyak. Dalam industri, heksana digunakan dalam formulasi lem untuk sepatu, produk kulit, dan pengatapan serta untuk pembersihan. nheksana juga dipakai sebagai agen pembersih produk tekstil, meubeler, sepatu dan percetakan (Atkins 1987 dalam Utomo 2016). Lengkuas (Alpinia galanga L.,) memiliki kandungan kimia antara lain minyak atsiri, dimana komponen utama adalah 0,5-1% sesquiterpene hydrocarbon dan sesquiterpene alcohol. Disamping itu terdapat 5,6% cineol, 2,6% methylcinnamate, eugenol (dalam jumlah kecil), galangol (diaryl heptanoid atau senyawa berasa pedas). Selain minyak atsiri terdapat pula flavonoid dan glikosida sterol (Soedarsono dkk 1996 dalam Kusumawardani 2009). Secara farmakologis, ekstrak lengkuas mempunyai aktivitas sebagai anti jamur, anti kanker, anti tumor, antioksidan yang cukup tinggi, sitotoksik, karminatif, anti gatal (Hernani et.al 2007). Rimpang lengkuas putih yang berumur 6-12 bulan asal Thailand diperoleh kadar minyak esensial sebesar 3 % (Prakatthagomol et.al 2011). Sirih merah (Piper crocatum) merupakan salah satu tanaman obat potensial di Indonesia. Bagian bawah daun P. crocatum berwarna merah hati dan bagian atas daun berwarna hijau dengan corak keperakan. Daun P. crocatum memiliki aroma yang khas, yakni menyengat dan tajam. Hasil kromatografi diketahui daun P. crocatum mengandung flavonoid, senyawa polifenol, tanin, alkaloid dan minyak atsiri. Daun P. crocatum juga mengandung saponin. Ekstrak etanol daun P. crocatum telah diketahui memiliki aktivitas antibakteri.3 Hal ini disebabkan adanya kandungan alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan minyak atsiri dalam P. crocatum yang diperkirakan berperan sebagai antibakteri (Rahmawati et.al 2009). Hasil ekstraksi daun sirih merah yaitu berwarna merah kecoklatan (Nisa et.al 2014). Ardianingsih R. 2009. Penggunaan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) dalam proses analisa deteksi ion. Berita Dirgantara .10(4): 101-104. Hastomo AE. 2008. Analisis Rhodamin B dan Metanil Yellow dalam Jelly di Pasar Kecamatan Jebres Kotamadya Surakarta dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis. [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hernani, Marwati T dan Winarti C. 2007. Pemilihan pelarut pada pemurnian ekstrak lengkuas (Alpinia galanga) secara ekstraksi. J.Pascapanen. 4(1): 1-8. Kusumawardani NF. 2009. Formulasi Salep Minyak Atsiri Rimpang Lengkuas [Alpinia Galanga (L.) Swartz] Basis Lemak Dan Peg 4000 Dengan Uji Sifat Fisik Dan Uji Aktivitas Antijamur Candida Albicans [Skripsi]. Surakarta(ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta. Mukaromah AH dan Maharani ET. 2008. Identifikasi Zat Warna Rhodamine B pada Lipstik Berwarna Merah. JURNAL KESEHATAN 1(1): 34-40. Nisa GK, Nugroho WA, dan Hendrawan Y. 2014. Ekstraksi daun sirih merah (Piper crocatum ) dengan metode microwave assisted extraction (MAE). Jurnal Bioproses Komoditas Tropis .Vol 2 (1):72- 78. Prakatthagomol W, Klayraung S, dan Okonogi S. 2011. Bactericidal action of Alpinia galanga essential oil on food-borne Bacteria. Drug Discoveries and Therapeutics 5: 84-89. Pranata R. 2014. Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Kloroform Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus lemairei Britton dan Rose) Menggunakan Metode DPPH (1, 1-Difenil-2-Pikrilhidrazil). Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN 1(1). Rachmawaty FJ, Citra DA, Nirwani B, Nurmasitoh T, Bowo ET. 2009. Manfaat sirih merah (Piper crocatum) sebagai agen antibakterial terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. JKKI. 1 (1): 1-10. Utomo S. 2016. Pengaruh Konsentrasi Pelarut (n-Heksana) Terhadap Rendemen Hasil Ekstraksi Minyak Biji Alpukat Untuk Pembuatan Krim Pelembab Kulit. Jakarta(ID): UMJ.