Anda di halaman 1dari 7

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

DALAM ERA TRANSISI KEARAH GLOBALISASI

Fashbir Noor Sidin

Abstract: All regions in Indonesia are facing changes transitionally as an effect of the change
of governmental management system from centralistic to de-centralistic followed by switchover
in development paradigm. More ever, economic globalization with all its implications need a
relevant local development plan and policy and depend to local reinforcement resources,
network development and also the economic of regional integration.

Keywords: autonomy, globalization, emulation, cooperation, economic integration of area

Pembangunan dan Perencanaan Perencanaan pembangunan


Pembangunan ialah sebuah proses menyangkut peluang dan pilihan.
yang berkelanjutan untuk mewujudkan Perencanaan mengintegrasikan seluruh
berbagai kehendak manusia yang kekuatan dan mengorganisasikan
diupayakan secara tertib dan teratur. berbagai peluang untuk memperbesar
Berdasarkan konsep hierarki kebutuhan pilihan-pilihan yang bermakna bahwa
manusia maka pembangunan dapat perencanaan merupakan ‘karya
dikatakan sebagai upaya yang dilakukan imajinatif-aspiratif’. Perencanaan terkait
secara bertahap untuk meningkatkan dengan proses alokasi-distribusi
kesejahteraan manusia. Tanpa dorongan sumberdaya selaras dengan politik
bagi pemuasan kehendak maka tiada pembangunan untuk peng-agihan yang
keinginan untuk berubah dalam kerangka berkeadilan. Perencanaan juga
peningkatan taraf kehidupan menuju berhubungan proses interaksi yang
kemantapan dan kesempurnaan. Ini menyangkut keterkaitan (linkage) dan
bermakna bahwa persoalan pembangun- keterikatan (interdependency) antar
an sangat kompleks karena terkait ruang beserta kegiatan ekonomi-sosial.
dengan sikap dan perilaku manusia untuk Dengan demikian, perencanaan
mewujudkan kehendaknya. Perencanaan memerlukan suatu pemahaman tentang
ialah sebuah proses yang berkaitan hakikat sebuah kehendak yang
dengan alokasi dan distribusi sumber- dihubungkan dengan ketersediaan
sumber supaya tercapai optimalitas sumberdaya. Perencanaan bersifat
dalam pemanfaatan sumberdaya ‘realistik-obyektif’ karena berhubungan
(Fashbir Noor Sidin, 2000a). dengan upaya penyelarasan antara

*) Fakultas Ekonomi Universitas


Andalas, Padang.

876 Jurnal Industri dan Perkotaan Volume IX Nomor 15/Februari 2005


kehendak dan kemampuan. Apabila universal. Pembangunan ekonomi di
perencanaan pembangunan ekonomi negara berkembang pada umumnya
dihubungkan dengan upaya untuk menempatkan dimensi nasionalisme
meningkatkan kesejahteraan sosial maka pada satu sisi dan dimensi kerakyatan di
strategi-kebijakan pembangunan harus sisi lainnya yang mengisyaratkan tentang
dihubungkan dengan proses transformasi demokrasi ekonomi sebagai laluan
sosial. Wawasan perencanaan kepada keadilan. Pembangunan ekonomi
(planning vision) berdasarkan berkaitan dengan upaya akumulasi
‘keseimbangan dan keberlanjutan’ kapital dan mobilisasi tabungan.
sebagai asas dalam perumusan kebijakan Pembangunan ekonomi dianggap dapat
pembangunan yang berdimensi sosial meninggikan harkat dan martabat
agar terwujud ‘pembangunan yang masyarakat supaya dapat diwujudkan
berkeadilan’ (Fashbir Noor Sidin, 2000b.) keadilan sosial melalui cara perbesaran
Kesejahteraan terbangun oleh dua peluang-peluang dan pilihan-pilihan serta
kata kunci yaitu ‘kemakmuran’ dan pengagihannya yang saksama secara
‘keadilan’. Pembangunan ekonomi bertahap dan bertingkat. Dengan
menempatkan dimensi keadilan sebagai demikian, peran dan kedudukan
bagian yang tak terpisahkan. pemerintah dalam sistem ekonomi
Pembangunan ekonomi yang tidak sosialistik amat penting namun bukan
berdimensi keadilan dapat dikategorikan yang terutama untuk mewujudkan
sebagai anti-pembangunan sebab keseimbangan dan keberlanjutan
mengabaikan hak-hak manusia yang pembangunan.

Bagan 1. Pembangunan dan Perencanaan

PERUBAHAN
PEMBANGUNAN PERENCANAAN

PERTUMBUHAN

FISIK- LINGKUNGAN PELUANG- PILIHAN

PEMANTAPAN
EKONOMI - KEUANGAN ALOKASI - DISTRIBUSI

SOSIAL- BUDAYA- POLITIK PENYEMPURNAAN KOORDINASI- INTEGRASI

877 Jurnal Industri dan Perkotaan Volume IX Nomor 15/Februari 2005


Bagan 2.Sistem Ekonomi Sosialistik dan Kapitalistik
AN T I
N A SIO N ALIS

KO M UN IS K A PIT A LIS

AN T I
EG A LIT ER EG A LIT ER

SO SIA LIS F ASIS

N A SIO N ALIS

Pembangunan Ekonomi keunggulan (comparative) dan daya


dan Penataan Ruang saing (competitive).
Pembangunan ekonomi berkait erat Penataan ruang dalam konteks
dengan penataan ruang karena pembangunan ekonomi berkait dengan
menyangkut kebijakan dan strategi dalam pengembangan sistem kota-kota yang
pengembangan potensi dan kapasitas mengintegrasikan ruang melalui alokasi-
untuk keseimbangan pembangunan antar distribusi sumberdaya dengan dukungan
ruang wilayah dan kawasan. Penataan sistem transportasi dan komunikasi.
ruang dalam konteks pembangunan Sistem kota-kota (urban system)
ekonomi berkaitan dengan penentuan memacu perkembangan seluruh
kawasan andalan dan potensial serta kawasan yang terkait dan terikat dengan
sektor strategis dan prioritas sehingga sistem berdasarkan keunggulan dan daya
penataan ruang dan pengembangan saing yang relatif berbeda sehingga
kegiatan ekonomi terpadu dalam integrasi ekonomi wilayah dapat
kebijakan pengembangan wilayah diwujudkan berdasarkan potensi dan
pedesaan dan kawasan perkotaan. kapasitas. Sistem kota-kota akan
Penataan ruang merujuk kepada mendorong pengembangan kota-kota
keserasian, keselarasan dan secara bertahap dan bertingkat sehingga
keseimbangan yaitu menyangkut alokasi- terbentuk satu kota utama dan beberapa
distribusi sumberdaya dalam wilayah dan kota kedua dan ketiga. Kota-kota
kawasan yang direncanakan pengem- tersebut sangat strategis dalam proses
bangan potensi dan kapasitasnya. pembangunan wilayah dan kawasan
Penataan ruang menyangkut upaya sesuai dengan kecenderungan per-
optimalitas fungsi lahan melalui kembangannya dari waktu ke waktu. Di
penetapan kawasan andalan dan Sumatera Barat ada sebuah sistem kota-
potensial sehingga dapat ditentukan kota dengan satu kota utama yaitu
sektor strategis dan prioritas. Penataan Padang dan dua kota kedua yaitu
ruang berkaitan dengan visi Bukittinggi dan Solok serta beberapa
pembangunan ekonomi tentang kota ketiga yang terkait dan terikat

878 Jurnal Industri dan Perkotaan Volume IX Nomor 15/Februari 2005


dengan sistem kota-kota tersebut. landasan pemikiran pembangunan
daerah dari political base atau
berorientasi kekuasaan kepada
Paradigma Pembangunan Daerah
economical base atau berorientasi
Otonom
pasar. Pemerintah perlu merumuskan
Sistem pemerintahan berubah dari
kebijakan dasar beserta mekanisme
sentralistik kepada desentralistik dan
kontrolnya yang relevan dengan
membawa peralihan paradigma yang
operasionalisasi dari mekanisme
relevan dengan ketiga dimensi
pasar.
pembangunan dan perencanaan.
Peralihan itu selaras dengan perubahan  Sifat manajemen pemerintahan
sistem untuk mendukung operasionalisasi berubah dari otoriter kepada egaliter
sistem tersebut. Kebijakan pembangunan dimana demokrasi dan demokratisasi
daerah dalam era otonomi yang relevan sebagai pijakan dalam proses
dengan paradigma tersebut adalah: pengambilan keputusan. Pengurang-
an bahkan penghapusan konsentrasi
 Orientasi manajemen pemerintahan kekuasaan pada satu tangan atau
berubah dari berorientasi kepada meletakkan kembali kedaulatan di
kepentingan negara menjadi tangan rakyat termasuk penguatan
kepentingan rakyat. Ini berarti bahwa demokrasi ekonomi. Pemerintah perlu
Bagan 3. Pembangunan Ekonomi dan Penataan Ruang

UU 22/1999 
32/2005
pemeritah daerah

citra pemerintah
potensi sosial- sektor strategis
budaya-politik dan prioritas
pengembangan
kapasitas daerah

kewenangan & penataan ruang ekonomi dan sistem kota &


perimbangan wilayah-kawasan keuangan daerah kota strategis

pemberdayaan ekonomi
lokal
potensi ekonomi- kawasan andalan
keuangan dan potensial
pendapatan daerah

uu 25/1999 
33/2005
keuangan daerah

879 Jurnal Industri dan Perkotaan Volume IX Nomor 15/Februari 2005


merumuskan kebijakan dasar tentang kesadaran dan kerelaan sosial (social
operasionalisasi konsep ‘ekonomi consciousness and awareness)
kerakyatan’.
 Sikap manajemen pemerintah yang Peralihan paradigma terkait erat
berpikir dan bertindak secara dengan reformasi internal dalam
terkotak-kotak (boundary) harus organisasi pemerintah selaras dengan
berubah menjadi terintegrasi
penegakan supremasi hukum untuk
(boundaryless). Kemampuan
aparatur perlu ditingkatkan dengan
kebenaran dan keadilan. Selain itu,
berorientasi kepada mutu dan keamanan dan ketertiban merupakan
relevansi, daya tanggap, kerjasama prasyarat utama disamping stabilitas
dan usaha, efektif dan efisien yang politik dalam negeri. Oleh sebab itu,
didukung oleh kebebasan berkreasi perubahan itu harus direncanakan dan
berdasarkan konsep capacity dikendalikan berasaskan konsep
building. Pengembangan organisasi m a n a j e m management
e n p e r u b a h a n (

kaya fungsi diselaraskan dengan pola of change). Perubahan dimulai oleh


manajemen partisipatif. individu dan kelompok terutama
 Pola kerja manajemen pemerintahan pemimpin karena amalan paternalistik
berubah dari mendayung (rowing) dan feodalistik masih sangat kuat. Ini
kepada mengarahkan (steering). bermakna, perubahan dimulai dari
Pemerintah perlu melepaskan
pemerintah dengan mengamalkan
sebagian dari fungsi dan peran kepada
secara sadar konsep dasar ‘Good
dunia usaha dan masyarakat dengan
menetapkan standar kinerja. Fungsi Governance’. ketiga dimensi utama
dan peran pemerintah ditekankan dalam pembangunan dan perencanaan
kepada administrasi dan pelayanan. yaitu ekonomi, sosial-politik, lingkungan
Pembangunan prasarana dan sarana menjadi landasan kepada perumusan
yang strategis diupayakan melalui kebijakan pemerintah. Ketiga dimensi
kerjasama dengan dunia usaha dan tersebut menunjuk kepada peranan
masyarakat. pemerintah dalam meningkatkan
 Penilaian terhadap manajemen kesejahteraan rakyat dari segi mikro
pemerintahan harus berubah dari low maupun makro (Kam and Shing,
trust kepada high trust melalui 1997).
perbaikan citra pemerintah. Proses
sosialisasi dan persuasi dilakukan Transisi Dalam Era Otonomi Daerah
dalam rangka perubahan yang Otonomi daerah telah dicanangkan
mendasar untuk meningkatkan pada tanggal 1 Januari 2001. Berbagai
kepercayaan rakyat kepada perubahan mengikut peralihan paradigma
pemerintah dan bertujuan untuk telah dimulai dalam organisasi
mencapai kadar peran serta pemerintah, dunia usaha dan masyarakat
masyarakat yang optimal. walaupun dalam intensitas relatif terbatas
Kepercayaan berkait dengan dengan kecenderungan ‘wait and see’.

880 Jurnal Industri dan Perkotaan Volume IX Nomor 15/Februari 2005


Bagan 4. Prinsip Dasar Good Governance

RULEOFLAW
STRATEGICVISION TRANSPARENCY

ACCOUNTABILITY PUBLIC RESPONSIVENESS


PARTICIPATION

EFFECTIVENESS CONSENSUS
EFFICIENCY ORIENTATION
EQUITY

Otonomi telah memasuki masa transisi rehabilitasi bergantung kepada proses


dimulai dari proses penyelamatan transformasi sosial dan pengembangan
(rescue), rehabilitasi (rehabilitation), kapasitas ekonomi dan sosial dengan
pemulihan (recovery), pemantapan merehabilitasi prasarana - sarana
(stabilization). Masa transisi meliputi ekonomi dan sosial sehingga secara
periode penyesuaian (initialization), bertahap dan bertingkat akan meningkat
pembentukan (formation) dan perekonomian rakyat. Periode pemulihan
pemasangan (instalation) menyangkut bergantung kepada interaksi pelaku-
kesesuaian dengan pengguna (users). pelaku ekonomi dan sosial antar ruang
Dalam masa transisi tersebut perlu yang berkaitan dengan perbesaran
dilakukan penyelarasan antara konsep pilihan dan peluang sehingga terbangun
dan pelaksanaan dengan menemukan basis ekonomi dan sosial yang kuat
metoda yang relevan dengan ruang dan melalui pengembangan kegiatan yang
waktu. relevan dengan potensi wilayah dan
Setiap periode saling bergantung kawasan. Periode stabilisasi bergantung
satu dan lainnya. Periode penyelamatan kepada proses integrasi ekonomi antar
(rescue) bergantung kepada reformasi regional yang berkait dengan peningkatan
internal dalam organisasi pemerintah pendapatan daerah sehingga mampu
berupa pengembangan kapasitas serta melaksanakan keseluruhan kewenangan
penegakan supremasi hukum untuk dan tanggungjawab pembangunan
kebenaran dan keadilan. Periode daerah.

881 Jurnal Industri dan Perkotaan Volume IX Nomor 15/Februari 2005


Bagan 5 Orientasi Pembangunan Dalam Era Transisi

C IT R A PEN YELA M ATAN K E LE M B A G A A N ,


P E M E R IN T A H (R E S C U E ) APARATUR

PENDAPATAN PE M U L IH A N E K O N O M I-
DAERAH (R E C O V E R Y ) KEUANGAN

UNGGUL , PEM A NTAPAN L IN G K U N G A N


B E R S A IN G (S T A B I L I Z A T I O N ) K E H ID U P A N

V ISI D A N M ISI ST R AT EG I PE M B AN G U N AN B ID A N G P R IO R IT A S

Transisi Ke Arah Globalisasi sehingga mampu mengoptimalkan


Ekonomi dayaguna dan nilaiguna sumberdaya.
Globalisasi artinya ‘mendunia’. Masyarakat madani berpeluang men-
Proses globalisasi berupaya membangun capai kemakmuran yang lebih tinggi dan
masyarakat ekonomi dunia yang unggul lebih cepat dimana unsur masyarakat
dan bersaing sehingga semua prasyarat yang belajar (learning society) sebagai
yang relevan dengan mekanisme pasar penggeraknya. Masyarakat madani
perlu dikembangkan. Proses globalisasi menjadi umat yang religius sebab rizki
memerlukan sumberdaya dan faktor disyukuri dengan ikhlas berdasarkan
pendukung yang selaras dengan pemahaman tentang makna kehidupan.
karakteristik global yaitu sistem ekonomi Masyarakat madani mengamalkan
dan kelembagaan, bahasa dan budaya ajaran agama berdasarkan ilmu dan iman
serta ilmu pengetahuan dan teknologi. untuk membina akhlak mulia.
Sistem politik (dan pemerintahan) yang Masyarakat madani suka membaca dan
demokratis yaitu mentolerir keaneka- menulis dan mau serta mampu
ragaman dengan dukungan sistem hukum mengkomunikasikan pemikirannya.
yang independen dan transparan adalah Profil masyarakat madani amat relevan
suatu upaya untuk mewujudkan dengan bangsa Indonesia yang sosialis-
masyarakat madani melalui proses religius. Karakteristik madani itu sesuai
institusionalisasi dan penegakan dengan prasyarat untuk memasuki
supremasi hukum (Fashbir Noor Sidin, proses globalisasi (Fashbir Noor Sidin,
2001a). Masyarakat madani menjadi 2001b).
idaman sebab madani menggambarkan Manusia yang unggul dibangun
keberdayaan insan. Masyarakat madani melalui pengembangan sistem
sering disebut sebagai civil society yang pendidikan yang relevan dengan
berlandaskan kebebasan dan demokrasi kebutuhan dunia. Indonesia telah

882 Jurnal Industri dan Perkotaan Volume IX Nomor 15/Februari 2005

Anda mungkin juga menyukai