Anda di halaman 1dari 14

POLRI DAERAH JAWA TIMUR

BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


RS BHAYANGKARA WAHYU TUTUKO BOJONEGORO

PANDUAN PELAYANAN PASIEN TAHAP TERMINAL


DI RS BHAYANGKARA WAHYU TUTUKO BOJONEGORO

Bojonegoro, 29 Desember 2015


PANDUAN PELAYANAN PASIEN TAHAP TERMINAL
DI RS BHAYANGKARA WAHYU TUTUKO BOJONEGORO

A. Latar Belakang
Kehilangan dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang
bersifat universal dan unik secara individual.Hidup adalah seragkaian kehilangan
dan pencapaian.Dukacita adalah respon alamiah terhadap kehilangan. Penting
artinya untuk diperhatikan bahwa apapun yang dikatakan disini tentang proses
dukacita dan kehilangan yang terdapat dalam perspektif social dan historis mungkin
berubah sepanjang waktu dan situasi. Menjadi tua adalah proses alamiah yang
akan dihadapi oleh setiap mahluk hidup dan meninggal dengan tenang adalah
dambaan setiap insan. Namun sering kali harapan dan dambaan tersebut tidak
tercapai. Kondisi terminal merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami
sakit atau penyakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh dan menuju pada
proses kematian dalam 6 (enam) bulan atau kurang. Dalam masyarakat kita, umur
harapan hidup semakin bertambah dan kematian semakin banyak disebabkan oleh
penyakit-penyakit degeneratif seperti kanker dan stroke. Pasien dengan penyakit
kronis seperti ini akan melalui suatu proses pengobatan dan perawatan yang
panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat akan dicapai stadium terminal
yang ditandai dengan oleh kelemahan umum, penderitaan, ketidak berdayaan, dan
akhirnya kematian.
Psoses terjadinya kematian diawali dengan munculnya tanda-tanda yaitu
sakaratul maut dalam istilah disebut dying. Untuk itu perlu adanya pendampingan
terhadap pasien yang menghadapi sakatarul maut ( Dying).
Pada tahap pelayanan terhadap pasien dalam kondisi terminal juga bisa
dikondisikan pasien dalam kondisi sakaratul maut sehingga seluruh aspek
pelayanan dan perawatan pada pasien berada dalam kondisi seperti ini dapat
disamakan. “ Bimbinglah orang yang hendak mati mengucapkan (
kalimat/perkataan) : “ Tiada Tuhan Selain Allah” (HR. Muslim).
Angat penting diketahui untuk kita, sebagai tenaga kesehatan tentang
bagaimana cara menangani pasien yang menghadapi sakaratul maut. Inti dari
penanganan pasien yang menghadapi sakaratul maut adalah dengan memberikan
perawatan yang tepat seperti memberikan perhatian yang lebih terhadap pasien
sehingga pasien dan keluaga lebih sabar dan ikhlas dalam menghadapi kondisi
sakaratul maut.
Untuk meningkatkan pelayanan akan kebutuhan yang unik ini rumah Sakit
diperlukan suatu Panduan. Buku panduan tersebut diharapkan dapat menjadi
pegangan atau acuan dalam memberikan pelayanan terhadap pasien tahap
terminal secara komprehensip dan juga terhadap pasien dalam kondisi sakaratul
maut di RS Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro.

B. Tujuan
1. Menghargai nilai yang dianut pasien, agama, dan preferensi budaya.
2. Mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam aspek pelayanan kesehatan.
3. Memberikan respon pada hal psikologis, emosional, spiritual, dan budaya dari
pasien dan keluarganya.
4. Diharapkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam kaitannya
dengan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
5. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “ Cara
Menangani Pasien Yang Sakaratul Maut atau Hampir Meninggal”.

C. Pengertian
1. Pelayanan pada tahap terminal adalah pelayanan yang diberikan untuk pasien
yang mengalami sakit / penyakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh
dan menuju pada proses kematian dalam 6 (enam) bulan atau kurang. Pasien
yang berada pada tingkat akhir hidupnya memerlukan pelayanan yang berfokus
akan kebutuhannya yang unik. Pasien dalam tahap ini dapat menderita gejala
lain yang berhubungan dengan proses penyakit atau terapi kuratif atau
memerlukan bantuan berhubungan dengan faktor psikososial, agama , dan
budaya yang berhubungan dengan proses kematian. Keluarga dan pemberi
layanan dapat diberikan kelonggaran melayani pasien tahap terminal dan
membantu meringankan rasa sedih dan kehilangan.
2. Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan
lagi.Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba
tanpa peringatan atau mengikuti priode sakit yang panjang . Terkadang
kematian menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang tua.
3. Kondisi terminal adalah: Suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik , psikososial dan spiritual bagi
individu. (Carpenito ,1995 )
4. Pasien Terminal adalah pasien – pasien yang dirawat , yang sudah jelas bahwa
mereka akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk.
(P.J.M. Stevens, dkk ,hal 282, 1999 )
5. Pendampingan dalam proses kematian adalah Suatu pendampingan dalam
kehidupan karena mati itu termasuk bagian dari kehidupan .Manusia dilahirkan,
hidup beberapa tahun, dan akhirnya mati. Manusia akan menerima bahwa itu
adalah kehidupan, dan itu memang akan terjadi, kematian adalah akhir dari
kehidupan ( P.J.M. Stevens, dkk, 282,1999 ).
6. Sakaratul Maut (Dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi
kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.
7. Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernafasan, nadi, dan tekanan
darah serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan
terhentinya aktifitas otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara
menetap.
8. Selain itu, dr.H.Ahmadi NH,Sp.KJ juga mendefininisikan Death :
a. Hilangnya fase sirkulasi dan respirasi yang irreversible.
b. Hilangnya fase keseluruhan otak, termasuk batang otak.
9. Dying dan death merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta
merupakan suatu fenomena tersendiri. Dying lebih ke arah suatu proses,
sedangkan death merupakan dari hidup. ( Eny Retna Ambarawati, 2010).
D. TATA LAKSANA
Pada tata laksana pelayanan pada pasien yang mengalami tahap terminal dan
sakaratul maut ini dapat dilihat hal-hal yang berkaitan seperti :
1. Diskripsi Rentang Pola Hidup Sampai Menjelang Kematian
Pandangan pengetahuan tentang kematian yang dipahami oleh seseorang
berbeda-beda. Adapun seorang ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang
deskripsi rentang pola hidup sampai menjelang kematian adalah Martocchio.
Menurut Martocchio, rentang pola hidup sampai menjelang kematian sebagai
berikut :
a. Pola Puncak dan lembah
Pola ini karakteristik periodik yang sangat tinggi (puncak) dan periode krisis
(lemah). Pada kondisi puncak, pasien benar-benar merasakan harapan yang
tinggi atau besar. Sebaliknya pada periode lemah, klien merasa sebagai
kondisi yang menakutkan sampai bisa menimbulkan depresi.
b. Pola dataran yang turun
Karakteristik dari pola ini adalah adanya sejumlah tahapan dari kemunduran
yang terus bertambah dan tidak terduga, yang terjadi selama atau setelah
periode kesehatan yang stabil serta berlangsung pada waktu yang tidak bisa
di pastikan.
c. Pola tebing yang menurun
Karakteristik dari pola ini adalah adanya kondisi penurunan yang menetap
atau stabil, yang menggambarkan semakin buruknya kondisi. Kondisi ini
dapat diramalkan dalam waktu yang bisa diperkirakan baik dalam ukuran
jam atau hari. Kondisi ini lazim ditemui di unit Khusus (Intensive Care Unit).
d. Pola landai yang turun sedikit-sedikit
Karakteristik dari pola ini kehidupan yang mulai surut dan hampir tidak
teramati sampai akhirnya mengebat menuju maut.
2. Perkembangan Persepsi Tentang Kematian
Didalam kehidupan masyarakat dewasa, kematian adalah sesuatu yang
sangat menakutkan. Sebaliknya, pada anak-anak usia 0-7 tahun kematian itu
adalah sesuatu hal yang biasa saja, yang ada dipikirannya kematian adalah
sesuatu hal yang hanya terjadi pada orang tua yang sakit. Mereka sangat acuh
sekali dengan kematian.
Seiring dengan perkembangan usianya menuju kedewasaan, mereka
mengerti tentang apa itu kematian. Karena itu berkembanglah klasifikasi tentang
kematian menurut umur yang didefinisikan oleh Eny Retna Ambarwati, yaitu :
a. Bayi – 5 tahun
Tidak mengerti tentang kematian, keyakinan bahwa mati adalah tidur atau
pergi yang temporer.
b. 5-9 tahun
Mengerti bahwa titik akhir orang yang mati dapat dihindari.
c. 9-12 tahun
Mengerti bahwa mati adalah akhir dari kehidupan dan tidak dapat dihindari,
dapat mengekspresikan ide-ide tentang kematian yang diperoleh dari orang
tua atau dewasa lainnya.
d. 12-18 tahun
Mereka takut dengan kematian yang menetap, kadang-kadang memikirkan
tentang kematian yang dikaitkan dengan sikap religi.
e. 18-45 tahun
Memiliki sikap terhadap kematian yang dipengaruhi oleh religi dan keyakinan
f. 45-65 tahun
Menerima tentang kematian terhadap dirinya. Kematian merupakan puncak
kecemasan
g. 65- tahun ke atas
Takut kesakitan yang lama. Kematian mengandung beberapa makna :
terbebasnya dari rasa sakit dan reuni dengan anggota keluarga yang telah
meninggal.
3. Ciri-ciri pokok pasien yang akan meninggal
Pasien yang menghadapi sakaratul maut akan memperlihatkan tingkah laku
yang khas antara lain :
a. Penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur angsur yang
dimulai pada gerakan paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung
hidung, yang terasa dingin dan lembab.
b. Kulit nampak kebiru biruan kelabu atau pucat
c. nadi mulai tak teratur lemah dan pucat
d. terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene nokes
e. menurunnya tekanan darah peredaran darah perifer menjadi terhenti dan
rasa nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan
ingatan bervariasi dari individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah
pasien yang tadinya kelihatan cemas tampak lebih pasrah menerima.

4. Tatalaksana kegiatan pelayanan pada tahap terminal akhir hidup di rumah


sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro terdiri antara lain :
a. menghormati keputusan dokter untuk tidak melanjutkan pengobatan dengan
persetujuan pasien dan atau keluarganya
b. melakukan asesmen dan pengelolaan yang sesuai terhadap pasien dalam
tahap terminal. Problem yang berkaitan dengan kematian antara lain:
1) problem fisik berkaitan dengan kondisi atau penyakit terminalnya
2) problem psychology, ketidakberdayaan, kehilangan kontrol,
ketergantungan, dan kehilangan diri dan harapan.
3) Problem sosial isolasi dan perpisahan
4) problem spiritual
5) ketidak sesuaian antara kebutuhan dan harapan dengan perlakuan yang
didapat ( dokter, perawat, keluarga dan sebagainya )
c. memberikan pelayanan dan perawatan pada pasien tahap terminal dengan
hormat dan respect
d. melakukan intervensi untuk mengurangi rasa nyeri, secara primer atau
sekunder serta memberikan pengobatan sesuai permintaan pasien dan
keluarga
e. menyediakan akses terapi lainnya yang secara realistis diharapkan dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien, yang mencakup terapi alternatif atau
terapi non tradisional
f. melakukan intervensi dalam masalah keagamaan dan aspek budaya pasien
dan keluarga.
g. Melakukan asesmen status mental terhadap keluarga yang ditinggalkan serta
edukasi terhadap mekanisme penanganannya.
h. Peka dan tanggap terhadap harapan keluarganya
i. menghormati hak pasien untuk menolak pengobatan atau tindakan medis
lainnya.
j. Mengikutsertakan keluarga dalam pemberian pelayanan

Layanan tahap akhir di rumah sakit dilakukan di instalasi gawat darurat dan di
unit rawat inap. Adapun proses operasional pelayanan ini atau asesmen pasien
tahap terminal dilakukan oleh perawat /bidan dengan kualifikasi lulusan D3 / D4 /
S1 keperawatan atau kebidanan yang mempunyai surat tanda registrasi ( STR )
dan bekerja di rumah sakit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro minimal 6
bulan, yang meliputi intervensi atau mengurangi rasa sakit, gejala primer, dan
atau sekunder, mencegah gejala dan komplikasi sedapat mungkin intensitas
dalam hal masalah psikologis, pasien dan keluarga, masalah emosional dan
kebutuhan spiritual mengenai kematian dan kesusuhan, intervensi dalam
masalah keagamaan dan aspek budaya pasien dan keluarga, serta
mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam pemberian pelayanan.
a. Instalasi Gawat Darurat Fasilitas Pelayanan pada tahap terminal
meliputi :
Fasilitas yang ada :
1) Monitor
2) ECG
3) Defibrilator
4) Ambubag (VSM)
5) Masker oksigen & Tabung Oksigen
6) Suction set
7) Endoctracheal tube
8) Kateter
9) Pipa endotracheal
10) Nasogastric tube (NGT)
11) Disposible Spuit
12) Alkohol swab
13) Injeksi Plug
14) Wing niddle
15) Infus set
16) Injeksi analgesic
17) Obat-obatan resusitasi (adrenalin, dopamin, sulfas atropin, dan lain-lain)
b. Unit Rawat Inap (termasuk ICU)
Fasilitas yang ada :
1) Monitor (ICU)
2) ECG
3) Defibrilator
4) Ventilator (ICU)
5) Ambubag (VSM)
6) Masker oksigen dan tabung oksigen
7) Suction set
8) Endotrakeal tube
9) Kateter
10) Pipa endotracheal
11) Nasogastric tube (NGT)
12) Disposible spuit
13) Alkohol swab
14) Injeksi Plug
15) Wing niddle
16) Infus set
17) Injeksi Analgesik
18) Obat-obatan resusitasi (adrenalin, dopamin, sulfas atropin, dan lain-lain).
c. Unit rawat inap lainnya :
Bila kondisi pasien yang terminal atau sakratul maut menempati ruang biasa
seperti zaal, maka pasien ditempatkan pada bagian pinggir dekat jendela,
dan ditemani oleh keluarga dan dimonitor oleh perawat sebagai penanggung
jawab untuk mengontrol kondisi pasien, dan bila sewaktu-waktu mengalami
perubahan kondisi dan melaporkan pada Dokter Penanggung Jawab Pasien
atau dokter jaga IGD untuk memastikan kondisi pasien.
Bila pasien meninggal dunia, maka dilakukan tindakan perawatan pasien
setelah meninggal dunia atau perawatan jenazah, dengan tujuan :
Membersihkan dan merapikan jenazah, memberikan penghormatan terakhir
dan rasa puas kepada sesama insani.
Peralatan yang diperlukan :
1) Celemek atau Skort
2) Verban atau kassa gulung
3) Pinset
4) Sarung tangan
5) Gunting perban
6) Bengkok atau piala ginjal 1
7) Baskom 2
8) Waslap 2
9) Kantong plastik kecil (tempat perhiasan)
10) Kartu identitas pasien atau gelang identitas
11) Kain Kafan
12) Kapas lipat lembab dalam koran
13) Kasa berminyak dalam kom
14) Kapas lipat kering dalam kom
15) Kapas berminyak (Baby oil) dalam kom
16) Kapas alkohol dalam kom
17) Lysol 2-4%
18) Ember bertutup I

Prosedur :
1. Memberitahukan pada keluarga pasien
2. Mempersiapkan peralatan dan dekatkan ke jenazah
3. Mencuci tangan
4. Memakai celemek atau skort
5. Memakai hands scoon
6. Melepas perhiasan dan benda-benda berharga lain diberikan kepada
keluarga pasien (dimasukkan dalam kantong plastik).
7. Melepaskan peralatan invasif (selang, kateter, NGT tube dan lain-lain)
8. Membersihkan mata pasien dengan kassa, dan ditutup dengan kapas
berminyak.
9. Membersihkan bagian hidung kassa, dan ditutup dengan kapas
berminyak.
10. Membersihkan bagian telingan dengan kassa, dan ditutup dengan kapas
berminyak.
11. Membersihkan bagian mulut dengan kassa
12. Merapikan rambut jenazah dengan sisir.
13. Mengikat dagu dari bawah dagu sampai ke atas kepala dengan verban
gulung.
14. Menurunkan selimut sampai ke bawah kaki
15. Membuka pakaian bagian atas jenazah, taruh dalam ember
16. Melipat tangan dan mengikat pada pergelangan tangan dengan verban
gulung
17. Membuka pakaian bagaian bawah, taruh dalam ember
18. Membersihkan genetalia dengan kassa kering dan waslap
19. Membersihkan bagian anus dengan cara memiringkan jenazah ke arah
kiri dengan meminta bantuan keluarga.
20. Memasukkan kassa berminyak ke dalam anus jenazah
21. Melepaskan stick laken dan perlak bersamaan dengan membentangkan
kain kafan, lipat stick laken dan taruh dalam ember.
22. Mengembalikan ke posisi semula
23. Mengikat kaki dibagian lutut jenazah, pergelangan kaki, dan jari-jari
jempol dengan menggunakan verban gulung
24. Mengikatkan identitas jenazah, pada jempol kaki
25. Membuka boven laken bersamaan dengan pemasangan kain kafan
26. Jenazah di rapikan dan dipindahkan ke brankart
27. Alat-alat tenun dilepas dan dimasukkan ke dalam ember serta melipat
kasur
28. Merapikan alat
29. Melepas hand scoon
30. Melepaskan celemek
31. Mencuci tangan
Setelah selesai perawatan jenazah, kemudian jenazah dibawa ke kamar
jenazah dan setelah mencapai 2 jam, boleh dibawa pulang oleh keluarga,
dengan serah terima antar perawat dan keluarga, gelang identitas dilepas.
E. DOKUMENTASI
1. Status rawat jalan emergency (Instalasi Gawat Darurat) RM ……
2. Status rawat inap RM …. / Catatan Pelayanan antar profesi kesehatan
3. Format asesmen pasien tahap terminal
4. Format pelayanan kerohanian
5. Buku catatan pelayanan kerohanian
6. Surat kematian.

F. PENUTUP
Pelayanan tahap terminal merupakan bagian dari pelayanan kesehatan paripurna di
rumah sakit, yang terkait dengan keenam dasar fungsi RS, yaitu peningkatan,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, pendidikan, dan penelitian.
Dengan pelayanan Tahap terminal yang tepat dan berhasil guna akan membantu
pasien dan keluarganya dalam melewati fase kritisnya.
Perawatan kepada pasien yang menghadapi sakaratul maut (dying) oleh petugas
kesehatan dilakukan dengan cara memberi pelayanan khusus jasmaniah dan
rohaniah sebelum pasien meninggal. Perawat memiliki peran untuk memenuhi
kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual pasien sakaratul maut
dengan memperhatikan moral, etika serta menumbuhkan sikap empati dan caring
kepada pasien. Penanganan pasien perlu dukungan semua pihak yang terkait,
terutama keluarga pasien dan perlu tindakan yang tepat dari perawat.
Panduan Pelayanan Tahap Terminal ini merupakan panduan bagi pelaksana
pelayanan pada tahap terminal yang diselenggarakan di RS Bhayangkara Wahyu
Tutuko Bojonegoro Dengan ini , diharapkan pelayanan pada tahap terminal yang
diselenggarakan dapat terlaksana dengan baik dan dapat ditingkatkan seiring
dengan kemajuan Rumah Sakit.

Bojonegoro, 29 Desember 2015


KARUMKIT BHAY. WAHYU TUTUKO BOJONEGORO

Dr. BAYU DHARMA SHANTI,Sp.PD


KOMISARIS POLISI NRP 75081283
DAFTAR PUSTAKA
1. Sharon, Brehm. Sharon Saul Kassin (1991). Social Psychology : Understanding
Human Interaction.
2. Gladding T. Samuel (2000). Conseling L a Comprehensive Professio. New Jersey :
Prentice hall. Inc.
3. Kubler-Rose, E. (1998). On Death and Dying (Kematian sebagai bagian dari
kehidupan). Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama.
4. Herlin Megawe. (1998). Addult Development Psychology and Aging. USA : Mc.
Graw Hill Company.

Anda mungkin juga menyukai