Anda di halaman 1dari 3

MATERI KULIAH PNEUMONIA ASPIRASI

Djoko Trihadi, SpPD

I. Definisi
Pnemonia merupakan manifestasi klinik tersering akibat infeksi saluran nafas
bawah akut (ISNBA). Pneumonia dapat terjadi secara primer atau merupakan
tahap lanjutan ISNBA misalnya : sebagai perluasan bronkiektasi yang terinfeksi.
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkhim paru, sebelah
distal dari bronkhiolus terminalis yang mencakup bronkhiolus respiratorius dan
alveoli, dapat menimbulkan konsolidasi (pengerasan) jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat.
Pada pemeriksaan PA terdapat pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa
alveolitis dan pengumpulan eksudat karena berbagai penyebab kuman, viral, atau
parasit dalam jangka waktu bervariasi.
Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi
akut (yang merupakan penyebab tersering). Istilah pneumonitis digunakan bila
prosesnya non infeksi.
Bila infeksi teratasi, akan terjadi resolusi dan struktur paru normal lagi.
Namun pada pneumonia akibat staphilokokus atau kuman gram negatif terbentuk
jaringan parut atau fibrosis.
Diagnosis klinik pneumonia harus berdasarkan pada patogenesis yang
meliputi manifestasi beratnya infeksi dan etiologi pneumonia.
Pneumonia komuniti adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi diluar RS.
Pneumonia Nosokomial adalah pneumonia yang terjadi > 48 jam atau lebih,
setelah di rawat dirumah sakit, baik di ruang umum atau ICU, tetapi tanpa
ventilator.

PNEUMONIA ASPIRASI (PA)


- Merupakan pneumonia bentuk khusus disebabkan aspirasi (hirupan) bahan
yang ada di nasofaring pada saat respirasi ke saluran nafas bawah dan
menimbulkan kerusakan parenkim paru. Di Amerika, PA pada komuniti (PAK)
sebanyak 1200 Per 10.000 penduduk 1 tahun.
Sedangkan PA hosokomial (PAN) sebesar 800/100.000 penduduk 1 tahun
(rawat inap).

II. Patofisiologi
PA dapat disebabkan infeksi kuman, bahan toksik, cairan inert (cairan makanan,
asam lambung) edem paru, dan sumbatan (obstruksi mekanik) simpel oleh bahan
padat.

1
Faktor predisposisi PA, antara lain :
1) Penurunan kesadaran yang mengganggu proses penutupan glotis, reflek batuk
(kejang, stroke, pembiusan, cedera kepala, tumor otak).
2) Disfagia sekunder akibat penyakit esofagus atau saraf (Carc nasofaring,
skleroderma)
3) Kerusakan sfingter esofagus oleh selang NGT.
4) Higiene oral/mulut tidak baik.

Luas dan beratnya PA tergantung kepada volume dan keasaman cairan lambung,
misalnya pada intoksi kasi obat, gangguan metabolisme (koma), stroke akut.

III. Etiologi
Pada PAK; 41-46% disebabkan kuman anaerob disekitar gigi dan dikeluarkan
melalui ludah (Peptococcus) atau Klebsiella pneumonia, dan staphiloloccus.
Pada PAN, kuman berasal dari kolonisasi kuman anaerob fakultatif gram
negatif : pseudomonas, proteus, s. aureus.
Manifestasi PAN dapat berupa bronko pneumonia, pneumonia lobaris, abses
paru, empiema.

IV. Diagnosis
- Anamnesis : adanya kemungkinan aspirasi pneumonia, yaitu : pasien
mendadak batuk dan sesak nafas sesudah makan atau minum, biasanya awitan
akut, sianosis, nyeri pleuritik, dahak purulen berbau, abdominal pain.
- Laboratorium : pengecatan gram, lekositosis
- Ro thorak : infitrat unilateral lobus kanan tengah. (tersering)

V. Terapi
- Posisi ½ duduk
- Mungkin perlu NGT
- Terapi Empirik :
Pada PAK  patogen anaerob : Metronidasol
PAN  patogen gram negatif dan S aureus, kultur sputum, untuk penentuan
terapi antibiotik.
- PA pada masyarakat  penisilin atau sefalosporin generasi 3. Makrolide
:Klindamisin 600 g 3 – 4x /hari.
- Di RS  Kombinasi untuk aerob & anaerob  aminoglikoside + sefalo sporin
generasi 3 – 4.
- Perhatikan pola resistensi kuman.
- Pada empiema  pasang WSD

2
- Lama terapi : bervariasi antara 2 – 3 minggu.

VI. Kompikasi
- Empiema
- Abses paru.

Anda mungkin juga menyukai