Anda di halaman 1dari 39

RETENSI URINE EC BPH

Shinta Ayu 012106277

IDENTITAS

Nama : Tn. T
Usia
: 59 thn
Status : Menikah
Alamat : Ds, patigesik, Blora
NO RM : 01-28-08-14
MRS
: 25-03-2016

KELUHAN UTAMA

Tidak bisa kencing

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke RS Islam Sultan Agung Semarang dengan


keluhan tidak bisa kencing selama 1 hari. Sebelumnya pasien
merasakan ketika buang air kecil tidak lancar sejak 1 tahun
terakhir. Pasien sering mengejan saat pertama akan buang air
kecil, tetapi air kencing yang keluar tidak lancar dan
pancaran air kencing lemah. pasien merasakan ingin segera
buang air kecil dan seperti tidak dapat ditahan tetapi saat
awal buang air kecil pasien sering merasa tidak puas dan
pancaran air kencing saat akhir menetes. Beberapa saat
setelah buang air kecil pasien sering merasakan untuk ingin
buang air kecil kembali. Pasien mengatakan sering terbangun
tengah malam untuk buang air kecil. Pasien juga
mengeluhkan nyeri pada saat buang air kecil. Riwayat
demam, keluar kencing berpasir, kencingbercampur darah,
nyeri di pinggang disangkal oleh pasien.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Belum pernah mengeluhkan hal serupa


sebelumnya
Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit
kencing manis, penyakit jantung, dan paru

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Keluhan yang sama dikeluarga ,disangkal

Riwayat kebiasaan :
alkohol/obat : (-)
Merokok (+)

Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah melakukan pengobatan
apapun untuk keluhan tersebut

Riwayat Alergi
pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap
obat obatan, makanan, dan cuaca.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum :
Tampak sakit sedang

Kesadaran :
Composmentis, GCS 15 (E4M6V5)

Tanda Vital :
TD : 130/80 mmHg
Suhu : 35,9 C
Nadi : 83 x/menit
RR : 22 x/ menit

STATUS GENERALIS
Kepala :
Normocephal, rambut hitam, tidak rontok

Mata :
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung :
Tidak ada deformitas, epistaksis (-)

Leher :
Pembesaran KGB (-), pembesaran thypoid (-)

THORAX

Jantung
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
Palpasi : teraba ictus cordis di ICS V linea mid clavicula
sin
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler
Paru
Inspeksi : bentuk dan gerak simetris
Palpasi : vocal fremitus sama kanan kiri
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler di kedua lapang paru, ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)

ABDOMEN

Inspeksi :
Tidak terdapat jaringan parut dan pelebaran
vena, distensi abdomen (-)
Auskultasi :
Bising usus (+) normal
Perkusi :
timpani diseluruh kuadran
Palpasi :
Nyeri tekan (-), tidak ada pembesaran hepar
dan spleen, terasa penuh pada supra pubic

EKSTREMITAS
Akral
RCT
Edema
Sianosis

Superior
Hangat
<2 detik
-

Inferior
Hangat
<2 detik
-

STATUS UROLOGI

Regio costovertebralis :
Inspeksi :
Warna kulit sama dengan sekitar, peradangan (-)
Palpasi :
massa tumor (-), ballotment ginjal (-), nyeri tekan costovertebra (-)
Perkusi :
nyeri ketok (-)
Regio suprapubic :
Inspeksi :
kesan datar, massa tumor (-)
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
vu teraba penuh

STATUS UROLOGI

Regio genitalis eksterna

PENIS
Inspeksi :
Warna lebih gelap disekitarnya (+), sunat (+)
Palpasi :
Massa tumor (-), nyeri tekan (-)
SCROTUM
Inspeksi :
Warna lebih gelap dari sekitarnya (+), massa (-)
Palpasi :
Nyeri tekan (-)

RECTAL TOUCHER

Sphincter ani baik, mukosa rectum licin,


rectum tidak kolaps, massa pada recti (-)
Pemeriksaan prostat :
Teraba massa arah jam 11 sampai 2, sulcus
prostat tidak teraba, permukaan rata,
konsistensi padat kenyal, nyeri tekan (-).
Sarung tangan : tidak ada lendir/ darah yang
menempel.

DIAGNOSIS BANDING

BPH
Ca Prostat
Batu buli
Striktur uretra

PEMERIKSAAN PENUNJANG
(LABORATORIUM )
Hematologi
Darah rutin 1
Hemoglobin

13.4

13.2-17.3

g/dL

Hematokrit

39.0

33-45

Leukosit

8.40

3.8-10.6

ribu/uL

Trombosit

229

150-440

ribu/uL

Gol darah / Rh

B/positif

APTT/PTTK

25.7

21.8-28.0

Detik

Kontrol

26.7

20.9-28.3

Detik

PPT

9.4

9.3-11.4

Detik

Kontrol

10.5

8.8-12.0

Detik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
(LABORATORIUM )

Imunoserologi

HBsAg kualitatif

Non reaktif

Non reaktif

Kimia

Gula darah sewaktu 84

75-110

mg/dL

Ureum

35

10-50

mg/dL

Creatinin darah

0.78

0.6-1.1

mg/dL

Natrium

146.1

135-147

mmol/L

Kalium

4.03

3.5-5

mmol/L

Chloride

107.5

95-105

mmol/L

Na, K, Cl

PEMERIKSAAN PENUNJANG
(LABORATORIUM )

Tumor Marker

PSA

8.36

<4

mg/ml

PEMERIKSAAN PENUNJANG
(USG UROLOGI)

Ren dextra : ukuran dan struktur normal, batas cortex dan


medulla tegas, SPC tidak melebar, tidak tampak massa/batu
Ren sinistra : ukuran dan struktur normal, batas cortex dan
medulla tegas, SPC tidak melebar, tidak tampak massa/batu
VU : terisi cairan dinding menebal, tampak batu dengan
ukuran 0,97 x 1,23 cm
Prostat : ukuran 3,44 x 34,05 x 3,48 cm. volume 25,39 ml,
struktur normal
Kesan :
Pembesaran prostat dengan vol. 25,39 ml
Tak tampak kelainan pada kedua ren

DIAGNOSA KERJA
retensi urin ec. BPH

PENATALAKSANAAN
Kateter urin
Medikamentosa :
Ceftriaxon 2x1
Ranitidin 2x1
Infus RL 20 tpm

Program :
TURP (Trans Urethral Resection of the
Prostate ) 28-03-2016

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

BPH merupakan pembesaran kelenjar prostat


yang bersifat jinak yang hanya timbul pada
laki-laki
yang
biasanya
pada
usia
pertengahan atau lanjut.

Pada usia 40-50 tahun, pria memiliki


kemungkinan terkena BPH sebesar 25%.
Emnginjak usia 60-70 tahun kemungkinan
menjadi 50 %. Dan pada usia diatas 80 tahun
menjadi 90 %.

EPIDIEMOLOGI

Di indonesia, penyakit pembesaran prostat jinak


menjadi urutan kedua setelah penyakit batu
saluran kemih, dan jika dilihat secara umumnya,
diperkirakan hampir 50 persen pria Indonesia yang
berusia di atas 50 tahun dengan kini usia harapan
hidup mencapai 65 tahun ditemukan menderita
penyakit BPH ini.

EPIDIEMOLOGI

Selanjutnya, 5 persen pria Indonesia sudah


masuk ke dalam lingkungan usia di atas 60
tahun. Oleh itu, jika dilihat, dari 200 juta
lebih bilangan rakyat indonesia, maka dapat
diperkirakan 100 juta adalah pria, dan yang
berusia 60 tahun dan ke atas adalah kira-kira
seramai 5 juta, maka dapat secara umumnya
dinyatakan bahwa kira-kira 2.5 juta pria
Indonesia menderita penyakit BPH

KLASIFIKASI
Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidajat (2005) dibedakan menjadi 4
stadium :

Stadium I
Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine
sampai habis.

Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine
walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa
tidak enak BAK atau disuria dan menjadi nocturia.

Stadium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.

Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine
menetes secara periodik (over flowin kontinen).

KLASIFIKASI

Rectal Gradding

Dilakukan pada waktu vesika urinaria kosong :

Grade
Grade
Grade
Grade
Grade

0:
1:
2:
3:
4:

Penonjolan prostat
Penonjolan prostat
Penonjolan prostat
Penonjolan prostat
Penonjolan prostat

0-1 cm
1-2 cm
2-3 cm
3-4 cm
4-5 cm

ke
ke
ke
ke
ke

dalam rectum.
dalam rectum.
dalam rectum.
dalam rectum.
dalam rectum.

KLASIFIKASI

Clinical Gradding
Banyaknya sisa urine diukur tiap pagi hari
setelah bangun tidur, disuruh kencing dahulu
kemudian dipasang kateter.

Normal : Tidak ada sisa


Grade I : sisa 0-50 cc
Grade II : sisa 50-150 cc
Grade III : sisa > 150 cc
Grade IV : pasien sama sekali tidak bisa kencing

MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis pada hiperplasi prostat digolongkan


dua tanda gejala yaitu obstruksi dan iritasi.

Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal


berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga
mengakibatkan:

Menunggu pada permulaan miksi


Pancaran miksi terputus-tupus (intermitten)
Rasa tidak puas sehabis miksi
Urin menetes pada akhir miksi (terminal dribling)
Pancaran urin jadi lemah

MANIFESTASI KLINIS

Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang


tidak sempurna atau pembesaran prostat akan
merangsang kandung kemih, sehingga sering
berkontraksi walaupun belum penuh atau
dikatakan sebagai hipersenitivita sotot detrusor
dengan tanda dan gejala antara lain:

Rasa tidak dapat menahan kencing (urgensi)


Terbangun untuk kencing pada saat tidur malam
hari (nocturia)
Bertambahnya frekuensi miksi
Nyeri pada waktu miksi (disuria)

DIAGNOSA

Anamnesis : gejala obstruktif dan gejala iritatif


Pemeriksaan fisik : terutama colok dubur ; hiperplasia prostat
teraba sebagai prostat yang membesar, konsistensi kenyal,
permukaan rata, asimetri dan menonjol ke dalam rektum. Semakin
berat derajat hiperplasia prostat batas atas semakin sulit untuk
diraba.
Pemeriksaan laboratorium : berperan dalam menentukan ada
tidaknya komplikasi.
Pemeriksaan pencitraan :
Pada pielografi intravena terlihat
adanya lesi defek isian kontras pada dasar kandung kemih atau
ujung distal ureter membelok ke atas berbentuk seperti mata kail.
Dengan trans rectal ultra sonography (TRUS), dapat terlihat
prostat yang membesar.
Uroflowmetri : tampak laju pancaran urin berkurang.
Mengukur volume residu urin : Pada hiperplasi prostat terdapat
volume residu urin yang meningkat sesuai dengan beratnya
obstruksi (lebih dari 150 ml dianggap sebagai batas indikasi untuk
melakukan intervensi).

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium

Sedimen Urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses
infeksi atau inflamasi saluran kemih.

Kultur Urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan
infeksi atau sekaligus menentukan sensitifitas
kuman terhadap beberapa antimikroba yang
diujikan.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pencitraan
Foto polos abdomen
Mencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa prostat dan
kadang menunjukan bayangan buii-buli yang penuh terisi urin yang merupakan
tanda dari retensi urin.

IVP (Intra Vena Pielografi)


pemeriksaan sinar rontgen pada saluran kemih. Pada tes ini kontras
disuntikkan melalui vena dan kemudian difoto menggunakan sinar x. pada IVP
biasanya ditemukan : indentasi caudal buli buli. Elevasi pada intraureter
menghasilkan bentuk J-Ureter (fish-hook). Divertikulasi dan trabekulasi vesika
urinaria.

Ultrasonografi (trans abdominal dan trans rektal)


jika ada kecendrungan ke arah keganasan / kanker prostat maka pemeriksaan
dengan USG ini dianjurkan. Pada USG ditemukan pembesaran kelenjar prostat
pada zona sentral. Nodul hipoechoid atau campuran echogenic. Kalsifikasi
antara zona sentral. Volume prostat > 30 ml.

TERAPI

Watchfull Waiting

Tatalaksana pada penderita BPH saat ini tergantung pada LUTS yang diukur
dengan sistem skor IPSS. Pada pasien dengan skor ringan (IPSS 7 atau Madsen
Iversen 9), dilakukan watchful waiting atau observasi yang mencakup
edukasi, reasuransi, kontrol periodik, dan pengaturan gaya hidup. Bahkan bagi
pasien dengan LUTS sedang yang tidak terlalu terganggu dengan gejala LUTS
yang dirasakan juga dapat memulai terapi dengan malakukan watchful waiting.

Saran yang diberikan antara lain :

Mengurangi minum setelah makan malam (mengurangi nokturia).


Menghindari obat dekongestan (parasimpatolitik).
Mengurangi minum kopi dan larang minum alkohol (mengurangi frekuensi miksi).
Setiap 3 bulan mengontrol keluhan.

TERAPI

Tatalaksana invasif pada BPH, Indikasi absolut


untuk melakukan tatalaksana invasif :

Sisa kencing yang banyak


Infeksi saluran kemih berulang
Batu vesika
Hematuria
Retensi urin berulang
Penurunan fungsi ginjal

Gold standar untuk tatalaksana invasif BPH


adalah Trans Urethral Resection of the
Prostate (TURP) yang dilakukan untuk gejala
sedang sampai berat, volume prostat kurang
dari 90 gram, dan kondisi pasien memenuhi
toleransi operasi.

Komplikasi jangka pendek pada TURP antara


lain perdarahan, infeksi, hiponatremi, retensi
karena bekuan darah. Komplikasi jangka
panjang TURP adalah striktur uretra, ejakulasi
retrograd, dan impotensi.

ANATOMI

Anda mungkin juga menyukai