Anda di halaman 1dari 34

Risma Mustika

Pembimbing
Dr. Zuhirman, Sp. U
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi
Batu saluran kemih (BSK) adalah massa keras seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih.
Anatomi
Epidemiologi
Prevalensi BSK (urolitiasis) di dunia berkisar 1-5%, di
negara maju 2-15%, dan di negara berkembang
sebanyak 0.5-1%.

Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih


menempati posisi terbesar dari jumlah pasien di
klinik urologi. Insidensi dan prevalensi yang pasti dari
penyakit ini di Indonesia belum dapat ditetapkan
secara pasti.
Klasifikasi
Batu ginjal (nefrolitiasis)
Batu pyelum
Batu kaliks
Batu cetak (stoghorn stone)
Batu ureter (ureterolitiasis)
Batu buli-buli (vesikolitiasis)
Batu uretra (uretrolitiasis)
Batu prostat (corpora amylasea).
Etiologi
Gangguan aliran urin
Gangguan metabolik
Infeksi saluran kemih oleh bakteri
Dehidrasi
Benda asing
Patogenesis
Batu terdiri atas Kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-
bahan organic maupun anorganik yang terlarut di dalam
urin.

Kristal-kristal tersebut tetap larut dalam urin jika tida ada


keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi
kristal.

Kristal-kristal yang mengalami presipitasi membentu inti


batu yang kemudian akan mengadaan agregasi dan
menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi Kristal yang
lebih besar.
Kristal menempel pada epitel saluran kemih
(membentuk retensi Kristal), dan dari sini bahan-
bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga
membentuk batu yang cukup besar untuk
menyumbat saluran kemih.
Komposisi batu
Batu Kalsium
Batu Struvit
Batu asam urat
Batu jenis lain (Batu sistin, batu xanthin, batu
triamteren, dan batu silikat)
Batu ureter
Batu yang terletak pada ureter maupun system
pelvikalises mampu menimbulan obstruksi saluran
kemih dan menimbulkan kelainan struktur saluran
kemih sebelah atas.

Batu yang terletak disebelah distal ureter dirasakan


oleh pasien sebagai nyeri pada saat kencing atau
sering kencing.
Batu dengan ukuran kecil mungin dapat dikeluarkan
spontan setelah melalui hambatan pada pembatasan
uteropelvik, saat ureter menyilang vasa iliaka, dan
saat ureter masuk ke dalam buli-buli.
Batu Buli-buli
Vesikolitiasis sering terjadi pada pasien yang menderita
gangguan miksi atau terdapat benda asing di buli-buli.
Selain itu batu buli-buli dapat berasal dari batu ginjal
atau batu ureter yang turun ke buli-buli.

Gejala khas batu buli-buli adalah berupa gejala iritasi


antara lain: nyeri kencing/disuria, perasaan tidak enak
sewaktu kencing, dan kencing tiba-tiba terhenti
kemudian menjadi lancar kembali dengan perubahan
posisi tubuh. Nyeri pada
saat miksi sering kali dirasakan pada ujung penis,
skrotum, perineum, pinggang sampai kaki. Seringkali
komposisi batu buli-buli terdiri atas asam urat atau
struvit, sehingga tidak jarang pada foto polos
abdomen tidak tampak sebagai bayangan opak pada
cavum pelvis.

Batu buli-buli dapat dipecahkan dengan litotripsi


ataupun jika terlalu besar memerlukan pembedahan
terbuka.
Kasus
Identitas
Nama : Tn E
Umur : 41 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : petani sawit
Status : menikah
Alamat : Arengka 2 KM.21 Rimbo Panjang
Kampar
Masuk RS : 18 Oktober 2011
Rekam medis : 739076
Anamnesis
Autoanamnesa
Keluhan Utama: Tidak bisa buang air kecil sejak satu hari
SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang:


Dua bulan SMRS pasien mengeluhkan tidak puas BAK, saat
BAK terasa berhenti mendadak, kemudian dengan perubahan
posisi BAK keluar lagi. Pasien duduk saat BAK. Setiap BAK
keluar menetes sebanyak 4-6 tetes. Tidak ada darah, tidak ada
nanah. Pasien mengeluhan nyeri perut bawah saat setelah BAK.
Pasien juga mengeluhkan nyeri pada kedua pinggang, nyeri
bersifat hebat hingga pasien duduk membungkuk, nyeri hilang
timbul, dan menjalar ke depan.. Pasien tidak pernah
mengeluhkan keluar batu atau pasir dari BAK. Pasien tidak
pernah mengeluhkan BAB tidak lancar.
Dua minggu SMRS, pasien mengeluhkan demam selama
tiga hari, demam dirasakan naik turun. Pasien tidak
merasa mual ataupun muntah, tidak ada mencret.

Satu hari SMRS, pasien tidak bisa BAK walaupun sudah


mengejan. Perut pasien terasa membengkak. Sesampainya
di IGD RSUS AA pasien dipasang kateter, namun tidak
bisa masuk, kemudian di lubang penis ditarik batu dengan
pingset, dan keluar beberapa batu dari saluran kencing,
ukuran sebesar kacang kedelai. Kemudian dipasang
kateter no.16, pada urin yang pertama keluar darah,
kemudian urin warna kuning kembali.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat hipertensi (-).
Riwayat trauma (-)
 
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada penyakit yang berhubungan
 
Riwayat Kebiasaan
Kebiasaan minum yang kurang (+)
Sering mengkonsumsi jeroan (-)
Mengkonsumsi kopi 1 tidak rutin
Merokok dua bungkus sehari selama 21 tahun
PEMERIKSAAN FISIK
 Status generalis
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Komposmentis
 Keadaan gizi : baik (BB=50kg, TB=160cm, IMT=19,5)
 Vital sign :
 Tekanan darah : 150/90 mmHg
 Nadi : 70x/menit, reguler, isi cukup
 \Suhu : 36,5 ºC
 Frek. Napas : 20x/menit
 Pemeriksaan kepala dan leher : Konjunctiva anemis, sklera tidak
ikterik, pupil isokhor diameter 3 mm
 Pemeriksaan thoraks : Dalam Batas Normal (DBN)
 Pemeriksaan abdomen : status lokalis
 Pemeriksaan ekstremitas : DBN
Pemeriksaan kelenjar limfe : DBN
Pemeriksaan genitourinarius : DBN
Pemeriksaan rektal toucher : Tonus sphingter ani
baik, massa (-), mukosa licin, Prostat
permukaan rata, nodul (-), simetris, sulcus
interlobularis (-),
Sarung tangan : feses (-), lendir (-), darah (-)
STATUS LOKALIS
Pemeriksaan abdomen :
Inspeksi: perut tampak cembung di daerah supra
pubik
Palpasi: teraba kandung kemih penuh, nyeri tekan
supra pubik (+)
Perkusi: redup di suprapubik
Auskultasi: bising usus (+) normal
 Status Urologikus
 Regio Flank/CVA kanan kiri
 Tanda radang (-) (-)
 Ballotement (-) (-)
 Nyeri tekan (-) (-)
 Nyeri ketok (-) (-)
 Massa (-) (-)
 Jaringan parut/ bekas operasi (-) (-)
 
 Suprapubis
 Inspeksi : Buli- buli tampak membengkak
 Palpasi : Buli penuh, nyeri tekan (+), Massa (-)
 
Genetalia Eksterna
Penis
Kulit normal , MUE (+) di glans penis, kateter (+) ukuran
16, produksi urine kuning jernih.
Scrotum
Kulit normal, testis (+/+) konsistensi kenyal. OUE :
terpasang folley catheher
 
Diagnosis kerja
Retensio urin ec sup vesikolitiasis dan ureterolitiasis
Diagnosis Banding
Retensio urin ec gumpalan darah di vesika urinaria
Pemeriksaan anjuran:
Darah rutin:
Kimia darah
Urin
BNO IVP
 
Pemeriksaan Penunjang (18-10-2011)
Darah rutin:
Hb : 8,3 gr %
Ht : 32 %
Leukosit : 36000/mm3
Trombosit : 488.000/mm3
 Kimia darah : Urin:
 Glukosa: 99 mg/dl  Makroskopik:
 BUN: 18  warna: kuning
 CRS: 1,17 mg/dl  Kejernihan: jernih
 AST: 43 IU/L  Kimia urin:
 ALT: 20 IU/L  protein (-)
 Ureum: 38,5 mg/dl  glukosa (-)
 bilirubin (-)
 urobilinogen : normal
 pH: 6
 Bj: 1,005
 Darah: (-)
 Keton: (-)
 Nitrit: (-)
BNO
Rencana pemeriksaan lanjutan
Kultur bakteri urin
IVP ulang
 
Diagnosis : vesikolitiasis dan ureterolitiasis dextra
Rawat inap
IVFD NaCL 20 tpm
Ketorolac 1x 30 mg
Ceftriaxon 2x1 gr
 
Prognosis : Bonam
Usulan Penatalaksanaan: Rencana Litotripsi endoskopik
Follow up :
 Tanggal 19-10-2011
 S : nyeri(-). demam(-)
 O : TD : 130/90 mmHg, Nadi : 80x/i, RR : 22x/i, T : 36,6 oC
 A : vesikolitiasis dan ureterolitiasis dextra
 P : Th/ lanjut
  
 Tanggal 20-10-2011
 S : nyeri pada lubang kemaluan(+). demam(-)
 O : TD : 130/90 mmHg, Nadi : 82x/i, RR : 21x/i, T : 36,5 oC
 A : vesikolitiasis dan ureterolitiasis dextra
 P : Th/ lanjut
  
 Tanggal 21-10-2011
 S : nyeri pada lubang kemaluan(+). demam(-)
 O : TD : 130/90 mmHg, Nadi : 79x/i, RR : 22x/i, T : 36,5 oC
 A : vesikolitiasis dan ureterolitiasis dextra
 P : Th/ lanjut, IVP
 Tanggal 22-10-2011
 S : nyeri pada lubang kemaluan(+). demam(-)
 O : TD : 120/90 mmHg, Nadi : 78x/i, RR : 20x/i, T : 36,7oC
 A : vesikolitiasis dan ureterolitiasis dextra
 P : Th/ lanjut
  
 Tanggal 23-10-2011
 S : nyeri pada lubang kemaluan(-). demam(-)
 O : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80x/i, RR : 20x/i, T : 36,6oC
 A : vesikolitiasis dan ureterolitiasis dextra
 P : Th/ lanjut
  
 Tanggal 24-10-2011
 S : badan terasa hangat, terasa panas di perut bawah
 O : TD : 120/70 mmHg, Nadi : 78x/i, RR : 20x/i, T : 36,7oC
 A : vesikolitiasis dan ureterolitiasis dextra
 P : Th/ lanjut
  
 Tanggal 25-10-2011
S : badan terasa hangat,
O : konjungtiva anemis, TD : 120/70 mmHg, Nadi : 80x/i, RR : 20x/i, T :
36,7oC
A : vesikolitiasis dan ureterolitiasis dextra
P : Th/ lanjut
 
 Tanggal 26-10-2011
S : nyeri di perut bawah
O : konjungtiva anemis, TD : 120/70 mmHg, Nadi : 78x/i, RR : 20x/i, T :
36,7 C
o

A : vesikolitiasis dan ureterolitiasis dextra


P : Th/ lanjut
 PEMBAHASAN
 

Anda mungkin juga menyukai