Anda di halaman 1dari 88

Laporan Kasus Bedah

URETEROLITIASIS DAN
HIPERPLASIA PROSTAT

Pembimbing :
dr. Isdiyanto S, Sp.U

Disusun oleh :
Reiny Mayawati / 07120100032

Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan


Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
Rumah Sakit Marinir Cilandak
Periode 23 Maret 2015 – 30 Mei 2015
Identitas Pasien
 Nama : Tn.S

 Jenis Kelamin : Laki-laki

 No. rekam medis : 32 78 **

 Tempat/Tanggal lahir : Aceh, 01/11/1965

 Usia : 50 tahun

 Alamat : Jatim Padang No. 25

 Pekerjaan : Supir

 Agama : Islam

 Status : Menikah

 Tanggal Masuk RS : 7 April 2015

 Tanggal Pemeriksaan : 10 April 2015


Pemeriksaan Subjektif
(Anamnesis)
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 10 April 2015
Keluhan Utama

Kesulitan dan nyeri saat buang air kecil


sejak 3 bulan smrs.
Riwayat Penyakit Sekarang
 Nyeri yang dirasakan pasien awalnya hilang timbul
dari bagian pinggang kanan dan kiri menjalar hingga ke
daerah kemaluan.

 Buang air kecil yang sulit terkadang perlu menunggu


hingga mengejan.

 Nyeri juga kemudian dirasakan pasien sepanjang


berkemih
 Pasien juga sering merasa tidak puas dan merasa
tindak tuntas dalam buang air kecil.
 Pancaran urin saat buang air menurut pasien
melemah, terkadang tersendat atau terputus dan
menetes-netes di akhir buang air.
 Menjadi sering merasa ingin buang air kecil yang
terkadang tidak dapat ditahan baik saat siang hari
ataupun malam hari.
 Menyangkal sering terbangun malam hari untuk buang
air kecil.
 Keluhan ini diakui pasien bersifat progresif tanpa
adanya perbaikan sejak onset.

 Pasien menyangkal adanya buang air kecil berpasir,


perubahan warna air seni, maupun keluar batu dan
darah saat buang air kecil.

 Telah berobat ke RS Kecamatan dan diberikan Urispas


2x1, dan biasanya kontrol 1-2 kali dalam sebulan
 Pada tahun 1989 :
Mengalami keluhan nyeri dan sulit berkemih dan
keluarnya batu saat buang air kecil sebesar biji
jagung, pasien tidak ingat ciri batunya. Namun pasien
mengatakan keluhan berkemihnya kemudian hilang
setelah batu tersebut keluar.
 Pada tahun 2013 :
Sering menahan buang air akibat pekerjaannya sebagai
supir, kemudian pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman
saat buang air kecil, terasa seperti sangat ingin buang
air kecil namun hanya sedikit yang keluar dan terasa
perih. Pasien juga sering merasa tidak puas dan tuntas
setelah buang air kecil.
 Tahun lalu (2014) :
Frekuensi buang air kecilnya bertambah bisa sampai
10 kali sehari dan terkadang terasa tak tertahankan,
disertai nyeri saat berkemih dan perasaan tidak puas.
Pasien juga mengatakan terkadang kedua pinggang dan
perut bawah terasa tidak nyaman hingga menjadi nyeri
yang hilang timbul hingga menjalar ke daerah
kemaluan saat ingin buang air kecil.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat hipertensi, dikontrol dengan Amlodipine 5 mg
1x1. (Pasien menyatakan dirinya tidak rutin berobat
untuk darah tingginya)

 Riwayat Fraktur Femur (tahun 1980), dioperasi dan


dirawat.

 Riwayat diabetes mellitus, serta tinggi kadar kolesterol


disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat hipertensi,menurut pasien ada pada Ayah
pasien.

 Riwayat diabetes mellitus, dan tinggi kadar kolesterol


pada keluarga disangkal

 Riwayat penyakit ginjal pada keluarga disangkal


Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
 Kesan: ekonomi menengah, hygiene dan sanitasi
lingkungan diakui cukup baik
Riwayat Kebiasaan
 Pasien mengaku tidak memiliki kebiasaan merokok maupun
mengkonsumsi minuman beralkohol.
 Riwayat penggunaan obat rutin lain kecuali Amlodipine
disangkal oleh pasien.
 Alergi terhadap zat makanan maupun obat-obatan disangkal
oleh pasien.
 Pasien mengaku banyak minum air putih (± 3 liter) namun
terbiasa mengkonsumsi teh setiap harinya terkadang
sebagai pengganti air putih.
Pemeriksaan Fisik
dilakukan pada tanggal 9 April 2015
 Keadaan Umum : Sakit Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis (GCS15 E4V5M6)

Tanda – Tanda Vital


 Tekanan darah : 140/80 mmHg
 Nadi : 80x /menit
 Laju nafas : 20x /menit
 Suhu : 36,5oC
Status Generalisata :
Status Urologi
Regio Costo Vertebrae Angle (CVA) dextra:

Inspeksi : Bulging (-) Jejas (-)


Palpasi : Nyeri Tekan (-)
Ballotement (-)
Nyeri Ketok (-)

Regio Costo Vertebrae Angle (CVA) sinistra:

Inspeksi : Bulging (-) Jejas (-)


Palpasi : Nyeri Tekan (-)
Ballotement (-)
Nyeri Ketok (-)
Regio Suprapubik

Inspeksi : Bulging (-) Jejas (-)


Palpasi : Nyeri Tekan (-)
Massa berkonsistensi padat teraba (-)

Regio Genitalia

Inspeksi : Luka (-) Bengkak (-) Kemerahan (-) Discharge (-) OUE
letak normal
Palpasi : Nyeri tekan (-) Hernia (-)
Pemeriksaan Rectal Touche
(Tidak dilakukan pada 9 April 2015. Didapatkan data pada tanggal 20 April
2015)

RT : Tonus sfingter ani baik, ampula tidak kolaps, prostat teraba


membesar (konsistensi kenyal, permukaan licin, batas tidak
teraba) , nyeri tekan (-), darah (-), feses (-).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Foto BNO (Tanggal 24 Maret 2015)
 Preperitoneal fat line baik
 Distribusi udara usus normal sampai ke distal di cavum pelvis
 Hepar dan lien tidak membesar
 Kontur ginjal kanan dan kiri tampak jelas
 Osteofit pada VL 3, 4, 5
 Tampak bayangan radiopaque setinggi VL 2 kiri

Kesan : Suspek Ureterolitiasis Proksimal Kiri dd/ Nephrolitiasis


Kiri
USG Abdomen (Ginjal dan Buli) pada tanggal 18 Februari 2015
 Ginjal Kanan: ukuran normal, tampak dilatasi berat sistem
pelviocalyceal, echogenisitas cortex baik, cortex menipis, tak
tampak batu/kista.

 Ginjal Kiri : ukuran normal, tampak dilatasi sedang


sistem pelviocalyceal, echogenisitas cortex baik, tampak batu di
pelvis renalis uk. 1,7 cm.

 Buli : ukuran normal, dinding tak menebal, terdesak


prostat di bagian posterior, tak tampak batu.

 Prostat : Membesar dengan vol. 63,3 cm3,


echoparenkim homogen, lesi fokal (-), tak tampak ascites

Kesan :

Hydronephrosis berat kanan suspek ureterolithiasis kanan.

Hydronephosis sedang kiri karena batu di pelvis renalis kiri.

BPH
Hasil Urinalisa Lengkap pada tanggal 20 April 2015
Diagnosis

 Ureterolitiasis Proksimal Sinistra


 Hiperplasia Prostat Jinak
Pemeriksaan Anjuran
 Pemeriksaan ureum, kreatinin, laju filtrasi glomerulus

 Kadar kalsium, fosfat dan asam urat dalam urin 24 jam

 Pemeriksaan jaringan prostat (FNAB)

 Pemeriksaan kadar PSA


Penatalaksanaan
 Konsul Bedah Urologi
 Persiapan Operasi :
 Diet = Puasa 8 jam
 IVFD RL 30 tpm
 Ceftriaxone 2 x 1 gram IV drip dalam NaCl 0,9% 100cc
 Katapres 1 Amp IV diencerkan 3 cc IV pelan (per 15 menit
hingga tensi normal.)
 Tramadol 3 x 50 mg IV
 Ranitidin 2 x 50 mg IV
 Kalnex 3 x 500 mg IV
 Dilakukan tindakan pembedahan Ureterolitotomi pada
tanggal 9 April 2015 pukul 14:00 – 16:00 di OK RS
Marinir Cilandak :
Berikut adalah dokumentasi selama proses operasi dilaksanakan :
Follow-Up
10-4-2015 (10:00)

S: Pasien masih merasakan nyeri pada Dada/Thorax: gerak nafas simetris, retraksi
luka bekas operasi. Mual (-), muntah (- (-)
)Kepala terasa berat (-), pusing berputar (- Jantung: S1-S2 reguler, murmur (-), gallop
), buang angin (-), BAB belum, BAK (-)
(terpasang selang kateter, prod.(+)) Paru: suara nafas vesikuler +/+, wheezing
-/-, ronchi -/-
O: Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien
KU: tampak sakit ringan tidak teraba, BU (-), NT (-)
Kesadaran: compos mentis Ekstrimitas: akral hangat, edema (-),
TTV: CRT<2”
TD: 130/80 mmHg
HR: 80 x/min IVFD baik, terpasang DC & Drain baik,
RR: 18 x/min terpasang Kateter produksi urine (+)
Suhu: 37 C kuning 1000 cc
Kepala : normocephali
Mata: CA -/-, SI -/-, RCL +/+, RCTL +/+ St. Lokalis Regio Suprapubik
THT, leher: faring dan tonsil tenang Tampak luka operasi tertutup kasa,
rembesan darah (-)
Drain : Cairan darah 20 cc
A: Post-Op Urolitotomi Hari-1
Gangguan rasa nyaman nyeri.

P:
Puasa
IVFD RL 30tpm
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gram IV drip dalam
NaCl 0,9% 100cc
Inj. Tramadol 3 x 1 Amp IV
Inj. Ranitidin 2 x 1 Amp IV
Inj. Kalnex 3 x 500 mg IV
Follow-Up
10-4-2015 (22:00)

S: Pasien masih merasakan nyeri pada Dada/Thorax: gerak nafas simetris, retraksi
luka bekas operasi. Mual (-), muntah (- (-)
)Kepala terasa berat (-), pusing berputar (- Jantung: S1-S2 reguler, murmur (-), gallop
), buang angin (+), BAB belum, BAK (-)
(terpasang selang kateter, prod.(+)) Paru: suara nafas vesikuler +/+, wheezing
-/-, ronchi -/-
O: Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien
KU: tampak sakit ringan tidak teraba, BU (+), NT (-)
Kesadaran: compos mentis Ekstrimitas: akral hangat, edema (-),
TTV: CRT<2”
TD: 140/90 mmHg
HR: 80 x/min IVFD baik, terpasang DC & Drain baik,
RR: 20 x/min terpasang Kateter produksi urine (+)
Suhu: 36 C kuning 2000 cc
Kepala : normocephali
Mata: CA -/-, SI -/-, RCL +/+, RCTL +/+ St. Lokalis Regio Suprapubik
THT, leher: faring dan tonsil tenang Tampak luka operasi tertutup kasa,
rembesan darah (-)
Drain : Cairan darah 20 cc
A: Post-Op Urolitotomi Hari-1
Gangguan rasa nyaman nyeri.

P:
Diet bertahap (biasa)
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gram IV drip dalam
NaCl 0,9% 100cc
Inj. Tramadol 3 x 1 Amp IV
Inj. Ranitidin 2 x 1 Amp IV
Inj. Kalnex 3 x 500 mg IV
Rencana pulang besok jika tidak ada
keluhan
 Dilakukan operasi TURP (Reseksi Prostat Transuretra)
pada tanggal 7 Mei 2015 :

 Persiapan Operasi :
 Diet = Puasa 8 jam
 IVFD RL 30 tpm
 Ceftriaxone 2 x 1 gram IV drip dalam NaCl 0,9% 100cc
 Tramadol 3 x 50 mg IV
 Ranitidin 2 x 50 mg IV
 Kalnex 3 x 500 mg IV
Follow-Up
8-5-2015 (11:00)

S: Pasien menyatakan tidak ada keluhan. Dada/Thorax: gerak nafas simetris, retraksi
Mual (-), muntah (-)Kepala terasa berat (-), (-)
pusing berputar (-), buang angin (-), BAB Jantung: S1-S2 reguler, murmur (-), gallop
belum, BAK (terpasang selang kateter, (-)
prod.(+)) Paru: suara nafas vesikuler +/+, wheezing
-/-, ronchi -/-
O: Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien
KU: tampak sakit ringan tidak teraba, BU (-), NT (-)
Kesadaran: compos mentis Ekstrimitas: akral hangat, edema (-),
TTV: CRT<2”
TD: 130/80 mmHg
HR: 88 x/min IVFD baik, terpasang DC & Drain baik,
RR: 20 x/min terpasang Kateter produksi urine (+)
Suhu: 36 C kuning 1000 cc
Kepala : normocephali
Mata: CA -/-, SI -/-, RCL +/+, RCTL +/+ St. Lokalis Genitourinaria
THT, leher: faring dan tonsil tenang Terpasang DC (+) Urin kuning 1000 cc
A: Post-Op TURP Hari-1

P:
IVFD RL 30tpm
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gram IV drip dalam
NaCl 0,9% 100cc
Inj. Tramadol 3 x 1 Amp IV
Inj. Ranitidin 2 x 1 Amp IV
Inj. Kalnex 3 x 500 mg IV
 Prognosis
 Quo ad Vitam : dubia at bonam
 Quo ad Functionam : dubia at bonam
 Quo ad Sanationam : dubia at bonam
TINJAUAN PUSTAKA
UROLITIASIS
Batu pada Saluran Kemih
Definisi
 Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus
urinarius (Brunner and Suddarth, 2002, hal. 1460).

 Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari


kalkuli, seringkali disebut batu ginjal. Batu dapat
berpindah ke ureter dan kandung kemih (Black, Joyce,
1997, hal. 1595).
Klasifikasi
 Bedasarkan Lokasi Terbentuknya Batu :

 Batu Pelvis Ginjal


 Batu Ureter
 Batu Vesika Urinaria
 Batu Uretra
 Bedasarkan Jenis Komposisi Batu :

 Batu Kalsium
 Batu Asam Urat
 Batu Struvit
 Batu Cystine
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius
bergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema.
 Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi,
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi
piala ginjal serta ureter proksimal.
 Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil,
demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus
menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala
namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron)
ginjal.
 Nyeri yang luar biasa dan ketidaknyamanan.
Batu di ginjal

 Nyeri dalam dan terus-menerus di area kostovertebral.


 Hematuria dan piuria.
 Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan
pada wanita nyeri ke bawah mendekati kandung kemih
sedangkan pada pria mendekati testis.

 Mual dan muntah.


 Diare.
Batu di ureter

 Nyeri kolik menyebar ke paha dan genitalia.


 Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang
keluar.

 Hematuria akibat aksi abrasi batu.


 Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan
diameter batu < 0,5cm .
Batu di kandung kemih

 Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan


dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria.

 Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung


kemih akan terjadi retensi urine.
Pemeriksaan Radiologis
Penatalaksanaan
1. Terapi Konservatif
 Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter <5
mm. Seperti disebutkan sebelumnya, batu ureter <5
mm bisa keluar spontan. Terapi bertujuan untuk
mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan
pemberian diuretikum, berupa :
a. Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
b. α1 – blocker (Medical Expulsive Therapy) ; Tamsulosin 0,5
mg/hari
c. NSAID ; Ketolorac 30 mg IV ~ 15 mg IV
d. Diuretik ; Thiazide 20-50 mg/hari
2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
 Indikasi : Fungsi ginjal baik,batu tampak pada X-Ray,
batu ginjal uk. 5-20 mm/ ureter 5-10 mm.
3. Endourologi
 Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas
memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari
saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke
dalam saluran kemih.
 Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil
pada kulit (perkutan).
 Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik,
dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara,
atau dengan energi laser.
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy)
b. Litotripsi
c. Ureteroskopi atau Uretero-Renoskopi
d. Ekstraksi Dormia
4. Bedah Terbuka
Komplikasi
 Komplikasi jangka panjang adalah striktur ureter.
Striktur tidak hanya disebabkan oleh intervensi, tetapi
juga dipicu oleh reaksi inflamasi dari batu, terutama
yang melekat.
Prognosis
 Makin besar ukuran suatu batu, makin buruk
prognosisnya.

 Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat


mempermudah terjadinya infeksi.

 Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi


karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan
penurunan fungsi ginjal.
Hiperplasia Prostat Jinak
Benign Prostat Hyperplasia
Definisi
 Perubahan histologis yang ditandai dengan hiperplasia
(jumlah sel bertambah) kelenjar prostat pada zona
periurethral yang sifatnya perlahan dalam jangka
waktu yang lama dan progresif
Faktor Resiko
 Faktor risiko berkembangnya BPH masih sedikit
diketahui, beberapa studi menyatakan adanya
presdisposisi genetik dan bertambahnya usia pada
kaum laki-laki.
Teori Etiologi
 Teori dihidrotestosteron (Meningkatnya aktivitas
reseptor sel stroma terhadap DHT)

 Adanya ketidak seimbangan antara estrogen-


testosteron (Meningkatnya esterogen sebagai primer
androgen)

 Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat


 Berkurangnya kematian sel (apoptosis)
 Teori stem sel
Manifestasi Klinis
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS)
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
 nyeri pinggang
 benjolan di pinggang (yang merupakan tanda dari
hidronefrosis)
 gagal ginjal atau demam yang merupakan tanda dari
infeksi atau urosepsis.
3. Gejala di luar saluran kemih
 Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena
mengeluh adanya hernia inguinalis atau hemoroid.
Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan
pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan
tekanan intraabdominal.
Pemeriksaan Penunjang
 Foto Radiologi
 USG
 Volume Urin Residual
 Uroflometri
 Urinalisis
 Faal Ginjal
Penatalaksanaan
Komplikasi
TURP
Thank You 

Anda mungkin juga menyukai