Anda di halaman 1dari 25

KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA Presentasi Kasus : Hernia Scrotalis Reponible Dextra Residif

SMF ILMU PENYAKIT BEDAH RUMAH SAKIT IMANUEL Nama Mahasiswa NIM : Rinaldy Teja Setiawan : 11-2011-083 . Dokter Pembimbing : Dr. Budi Suanto Sp. B Tanda Tangan .. IDENTITAS PASIEN Nama Umur Pekerjaan Alamat Cm : Tn. S : 48 Tahun : Karyawan : Jl. Kota karang sinar laut Teluk Betung Selatan : 106159 I. ANAMNESIS Dilakukan secara Autoanamnesis dengan pasien tanggal 28 Januari 2012 Keluhan Utama : Buah zakar sebelah kanan membesar. Jenis Kelamin Bangsa Agama : Laki-Laki : Indonesia : Islam Tanda Tangan

Tanggal Masuk : 28 Januari 2013 Tanngal Keluar : 30 januari 2013

Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke poli bedah RS. Imanuel d engan keluhan buah zakar di sebelah kanan membesar semenjak 7 tahun SMRS, sehingga pasien merasa kesulitan untuk berjalan. Sejak 7 tahun SMRS, pasien mengeluh buah zakar sebelah kanan membesar. Pasien dapat mengembalikan ke posisi awal dengan cara memijatnya ke tukang pijat. Namun, hanya bertahan sebentar, benjolan tersebut muncul kembali. Munculnya benjolan sama seperti dulu, yaitu ketika pasien mengedan saat BAB karena pasien memiliki kesulitan BAB. Oleh karena itu pasien memutuskan untuk operasi hernia di rumah sakit BW. Namun pasien tidak pernah

control lagi. Pasien mengaku 1 tahun kemudian buah zakarnya kembali membesar dan pasien merasa trauma saat operasi hernia yang lalu, oleh sebab itu pasien memutuskan untuk tidak di operasi lagi. Pasien tidak mengeluh nyeri, hanya rasa mengganjal pada buah zakarnya. Pasien dapat memasukkannya lagi dengan memijatnya. Sejak 3 bulan SMRS, pasien mengaku ambeyen dan BAB berdarah. Pasien mengaku bahwa tidak suka makan buah dan sayur oleh karena itu pasien seringkali mengedan saat BAB. Dan buah zakar sebelah kanan makin membesar. frekuensi BAB pasien dari sehari sekali menjadi 2-3 hari sekali, buang air besar pasien juga kadang menjadi kecil-kecil, konsistensi lunak, warnanya kuning kecokelatan, tidak ada darah dan lendir. Selain itu, pasien mengeluh kesulitan untuk berjalan maupun duduk karena merasa ganjal dan tidak nyaman di sekitar buah zakar sebelah kanan. BAK 3-5 x/ hari, warna kuning jernih, tidak sakit, lancar. Oleh karena itu os datang ke RS Imanuel untuk operasi hernia yang kedua kalinya. Riwayat penyakit dahulu Pasien pernah menderita penyakit yang sama dan sudah dioperasi namun penyakit timbul lagi 1 tahun setelah operasi. Riwayat Hidup Riwayat kelahiran ( ) Di rumah Ditolong oleh ( ) Dokter ( x ) Bidan ( ) Dukun ( ) lainnya...... ( ) Rumah Sakit ( x ) Rumah Bersalin

Kehidupan berkeluarga dan perkawinan : Os sudah berkeluarga mempunyai 2 orang anak. Adakah kesulitan Pekerjaan Keuangan Keluarga Riwayat Makanan : Karyawan : Tidak ada : Tidak ada

Frekuensi/ hari Jumlah/hari Variasi/hari Nafsu makan Riwayat Imunisasi Tidak diketahui Penyakit Dahulu (+) Wasir

: 3 kali/ hari : + 1 piring : nasi, lauk pauk. : baik

(-) Appendisitis

(-) Struma Tiroid (-) Penyakit Jantung Bawaan (-) Perdarahan Otak (-) Gastritis (-) Hipertensi (-) Penyakit Pembuluh darah (-) ISK (-) Volvulus (-) Abses Hati (-) Patah Tulang (-) Kecelakaan

(-) Batu Ginjal/Sal kemih (-) Tumor (+) Hernia (-) Typhoid (-) Batu empedu (-) Tifus abdominal (-) Ulkus Ventrikuli (-) Tuberculosis (-) Invaginasi (-) Penyakit degeneratif Lain-lain : (-) Penyakit Prostat (-) Diare kronis (-) DM (-) Kelainan kongenital (-) Colitis (-) Tetanus (-) Hepatitis (-) Fistel (-) Operasi

Riwayat Keluarga Hubungan Umur (Tahun) Jenis Kelamin Keadaan Kesehatan Istri 43 tahun Perempuan Sehat Penyebab Meninggal

Anak Anak

24 tahun 19 tahun

Laki-laki Perempuan

Sehat Sehat

Adakah Keluarga/Kerabat yang Menderita Riwayat penyakit keluarga Penyakit Alergi Asma Tuberculosis Hipertensi Diabetes Jantung Ginjal Lambung Ya Tidak + + + + + + + + Hubungan

ANAMNESIS SISTEM (Review of System) Kulit (-) Bisul (-) Kuku Kepala (-) Trauma Mata (-) Merah (-) Sekret (-) Trauma Telinga (-) Nyeri (-) Sekret Hidung (-) Rhinnorhea (-) Nyeri (-) Sekret (-) Trauma Mulut (-) Bibir (-) Gusi (-) Lidah (-) Mukosa (-) Tersumbat (-) Gangguan penciuman (-) Epistaksis (-) Benda asing/foreign body (-) Gangguan pendengaran (-) Tinnitus (-) Nyeri (-) Kuning/Ikterus (-) Ketajaman penglihatan (-) Sakit kepala (-) Nyeri pada sinus (-) Rambut (-) Kuning/Ikterus (-) Keringat Malam (-) Sianosis

Tenggorokan (-) Nyeri tengorokan Leher (-) Benjolan Thorax (Jantung dan Paru-paru) (-) Sesak napas (-) Batuk (-) Nyeri dada Abdomen (-) Mual (-) Diare (-) Nyeri epigastrium (-) Tinja berdarah (-) Benjolan Saluran Kemih/Alat kelamin (-) Disuria (-) Hesistancy (-) Kencing batu Ketamenia (-) Leukorea Saraf dan Otot (-) Riwayat trauma Ekstremitas (-) Bengkak (-) Nyeri Berat Badan Berat badan rata-rata : 75 kg Berat badan tertinggi : Tidak diketahui Berat badan sekarang (X) Tetap II. PEMERIKSAAN FISIK Tanggal 28 Januari 2013 Status Generalis ( ) Naik ( ) Turun (-) Deformitas (-) Sianosis (-) Nyeri (-) Bengkak (-) Perdarahan (-) Lain lain (-) Hematuria (-) Nokturia (-) Urgency (-) Kolik (-) Retensio urin (-) Muntah (-) Konstipasi (-) Nyeri kolik (-) Tinja berwarna dempul (-) Mengi (-) Batuk darah (-) Berdebar-debar (-) Nyeri leher (-) Perubahan suara

Keadaan umum Kesadaran Tanda vital

: Baik : Compos mentis : - TD - Nadi - Suhu - Pernapasan : 130/80 mmHg : 78 x/menit : 36,7 0C : 22 x/menit

Kepala : normocephali, distribusi rambut merata. Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor . Telinga : normotia, tidak ada darah, tidak ada pus, terdapat sedikit serumen dan ada refleks cahaya di kedua liang telinga. Hidung : normocepta, tidak ada darah, tidak ada pus, tidak ada sekret Tenggorokan : T1 T1 tenang, hiperemis. Leher : KGB tidak teraba membesar Paru-paru :
Inspeksi : kiri dan kanan paru simetris,

Palpasi Perkusi

: tidak teraba benjolan, sela iga normal (kanan dan kiri) : sonor

Auskultasi : vesikuler, ronki -/-, wheezing -/Jantung : Inspeksi Palpasi Perkusi Abdomen Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi Hati : tidak ada lesi, datar, supel : bising usus (+), 10x / menit :tidak ada nyeri ketuk : : tidak teraba Limpa : tidak teraba Ginjal : tidak teraba : tidak terlihat ictus cordis, tidak ada lesi kulit atau bekas operasi : ictus cordis tidak teraba, tidak ada massa : redup

Auskultasi : BJ I dan BJ II regular, murmur -, gallop

Colok Dubur (tidak dilakukan) Benjolan : teraba pembesaran benjolan di anus Mukosa : Darah Lendir Tonus Massa Sendi Kekuatan : ::: normotonus : Normal : Normal +5 +5 Edema : _ _ +5 +5 _ _ Cyanosis: Sensori : 100% 100% 100% 100% -

Extremitas (lengan dan tungkai):

Lain-lain : Turgor kulit baik, bulu rambut halus ada, pitting edema III. STATUS LOKALIS

Region inguinalis dextra: Inspeksi Tampak luka bekas operasi hernia kurang lebih 5 cm. Tidak tampak benjolan massa. Palpasi Tidak teraba massa, nyeri tekan tidak ada.

Auskultasi Bising usus (-)

Scrotum: Inspeksi Tampak benjolan berbentuk bulat pada testis dextra, tidak merah Palpasi Teraba massa konsistensi kenyal, tidak ada nyeri tekan, batas massa tidak tegas, bisa dimasukan kembali. Tes transiluminasi : negatif (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan laboratorium Hitung Jenis Sel Hemoglobin Leukosit Trombosit Hematokrit Eritrosit PT APTT MCV MCH MCHC Leukosit Basofil Eosinofil Neutrofil Batang Neutrofil Segmen Limfosit Monosit 0% 1% 4% 34 % 0-1 % 1-3 % 3-5 % 50-70 % 15,7 7000 345000 47 % 5.9 11 detik 35,8 detik 79 27 34 85-95 fl 28-32 pg 32-36 g/dL Jumlah Tanggal 28 Januari 2013 Nilai normal 12-16 g/ dL 4.0-10.0 x 103/ uL 140-400 x 103/ uL 35-45 % 4.0-5.5 x 106/ uL

Gula Darah Sewaktu Urea BUN Creatinin SGOT SGPT Radiologi Foto Polos Thorax Kesan

88 mg/dl 24 mg/dl 11 mg/dl 0,69 mg/dl 18 u/l 21 u/l Tanggal 28 Jan 2013

: Paru dan Jantung dalam batas normal

EKG Kesan : Sinus Rythm

V. RESUME Anamnesis
Pasien laki-laki umur 48 tahun datang ke poli bedah umum dengan keluhan buah zakarnya membesar semenjak 7 tahun belakangan ini. Benjolan tidak terasa sakit. Buah zakar membesar juga disertai rasa mengganjal. Os sudah operasi 8 tahun lalu di RS BW namun setahun kemudian kembali membesar dan os tidak pernah control. Selama ini benjolan masih bisa di masukan lagi dengan cara dipijat. Buang air besar sulit os harus mengedan, volume sedikit (kecil kecil), lunak, cokelat kekuningan, lendir (-), darah (+), mual (-), muntah (-).Os memiliki riwayat hemoroid sejak 3 bulan lalu. Hemoroid masih bisa dimasukan lagi. . Tanda-tanda vital (+) 8x/menit. Status lokalis Region inguinalis dextra: Inspeksi Tampak luka bekas operasi hernia kurang lebih 5 cm. Tidak tampak benjolan massa. Palpasi Tidak teraba massa, nyeri tekan tidak ada. : TD:130/80; N: 78x/menit; RR: 22x/menit; S: 36,7 oC. Palpasi abdomen: supel,nyeri tekan abdomen (-) Pada auskultasi : bising usus

Auskultasi Bising usus (-)

Scrotum: Inspeksi Tampak benjolan berbentuk bulat pada testis dextra, tidak merah. Palpasi Teraba massa konsistensi kenyal, tidak ada nyeri tekan, batas massa tidak tegas, bisa dimasukan kembali. Tes transiluminasi : negatif (-)

Hail Lab tanggal 28 jan 2013, Hb : 15,7 g/dL, Ht : 47%, PT 11,3 detik, APTT 35,8 detik. Radiologi thorax cor dan pulmo dalam batas normal. EKG sinus rythm

VI. DIAGNOSIS KERJA Hernia Scrotalis Reponible Dextra Residif Dasar Diagnosis : - Riwayat operasi hernia 7 tahun yang lalu di RS BW - Adanya benjolan di scrotum dextra yang timbul setelah berdiri lama, mengedan saat BAB, konsistensi padat kenyal, tidak ada tanda radang. - Palpasi testis masih teraba. - Benjolan ini masih dapat dimasukan kembali dengan pijatan. Pada auskultasi benjolan tidak terdengar bising usus. Sedangkan pada auskultasi abdomen didapatkan bising usus 8x/menit. - Riwayat hemoroid 3 bulan lalu dan masih dapat dimasukan kembali. BAB darah (+) - Tes transiluminasi (-), hasil cek lab darah dalam batas normal. VIII. DIAGNOSIS BANDING Hidrocele Dasar Diagnosis :

Adanya benjolan di scrotum dengan batas yang tegas. Benjolan tidak bisa dimasukan kembali. Testis tidak teraba. Tes transluminasi (+)

Tumor Testis Dasar Diagnosis : adanya benjolan di testis konsistensi padat keras dan tidak nyeri tekan Tes transluminasi (-) Biasanya ada massa diabdomen, kelenjar supraklavikuler, dan ginekomasti karena peningkatan beta HCG. Varikokel Dasar Diagnosis : Benjolan diatas testis yang terasa nyeri. Dalam posisi berdiri, pasien disuru mengedan, makan akan tampak gambaran seperti kumpulan cacing di kranial testis. IX. PENATALAKSANAN Medikamentosa :
o o o o IVFD RL 10 tetes per menit Inj ondansentron 2 x 4mg Inj farfain 3 x 1g Inj Ceftriaxon 1 x 1 gr diganti inj stabactam 2 x 1g

Non-medikamentosa: Operasi Hernia repair + pasang mesh Laporan Operasi pasien tidur terlentang di meja operasi dengan SAB.

Aseptik dan antiseptic daerah sekitar inguinal kanan Insisi 2 jari medial BAS kearah tub pubic, menembus cutis, subcutis, dan facia Kantong hernia di buka ; isi kantung : omentum dilakukan reseksi omentum Dilakukan hernioraphe dengan pasang mesh luka op di jahit lapis demi lapis operasi selesai. Edukasi: o o Puasa sampai bising usus (+) Tidak banyak mengejan (mengurangi peninggian tekanan interaabdomen)

X. RENCANA PEMERIKSAAN LANJUTAN : (-)

XI. PROGNOSIS Ad Vitam Ad Fungsionam Ad Sanationam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam

XII. FOLLOW UP Tanggal 29 Jan 2013 Pukul 6.00 S O: TD Nadi RR : 120/80 mmHg : 80x/menit : 20x/menit : os mengeluh nyeri ringan di bekas operasi, benjolan di buah zakar sudah tidak membesar, mual (-), merasa gatal di badan, BAB (-), Flatus (+), bising usus (+).

Suhu : 360C A : Post operasi hernia repair Hernia Scrotalis Reponible dextra residif hari ke-1. P: IVFD RL 10 tetes per menit

Stabactam 2x1 gram. Narfoz prn 1 ampul Farfain 3 x 1 gram Sore aff cateter Tanggal 30 Jan 2013 Pukul 06.00 S O: TD Nadi RR : 120/70 mmHg : 80x/menit : 20x/menit : os mengeluh nyeri ringan di bekas operasi, mual (-), flatus (+), BAB (+), BU (+), gatal berkurang.

Suhu : 370C A : Post operasi hernia repair Hernia Scrotalis reponible dextra residif hari ke-2 P: Boleh Pulang Kontrol 5 hari. Cefixime 2 x 1 Asam mefenamat 3 x 1

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi Hernia Hernia adalah merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan.1 Gambaran penting dari hernia adalah orifisium hernia dan kantung hernia. Orifisium adalah defek dari lapisan aponeurosis paling dalam dari abdomen, dan sakus adalah kantung keluar dari peritoneum.2

Hernia inguinalis adalah suatu kondisi di mana bagian dari usus halus, menonjol melalui daerah yang lemah pada otot perut bagian bawah. Hernia inguinalis terjadi di daerah selangkangan-antara perut dan paha. Jenis hernia inguinalis disebut karena bagian dari usus meluncur melalui daerah

yang lemah pada cincin inguinalis, melawati kanalis inguinalis. Hernia inguinalis muncul sebagai tonjolan pada satu atau kedua sisi pangkal paha. 3

Klasifikasi Menurut terjadinya, hernia dibagi menjadi 2, yaitu : Hernia bawaan (congenital). Hernia didapat (akuisata).

Menurut sifatnya, hernia dibagi menjadi : Hernia Reponible Bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk ke rongga perut. Pada hernia reponible tidak ada gejala obstruksi usus dan nyeri. Hernia Irreponible Bila isi kabtung tidak dapat dikembalikan kedalam rongga perut dan terdapat gejala obstruksi dan nyeri.

Hernia Inkarserata dan Hernia Stragulata Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantung hernia terperangkap dan tidak dapat kembali kedalam rongga perut. Akibatnya, terjadinya pasase dan vaskularisasi. o Hernia Inkarserata Hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponible dengan gangguan pasase usus. o Hernia stragulata Hernia stragulata lebih dimaksudkan untuk hernia irponible dengan gangguan vascular, yang dimulai dari bendungan sampai terjadinya nekrosis. Hernia stragulata dapat menyebabkan terjadinya ileus obstruksi.1

Jenis Hernia Reponible

Reponible +

Nyeri -

Obstruksi -

Irreponible Inkarserata Stragulata

+ ++

+ +

II. Anatomi Hernia

Kanalis Inguinalis Batas kraniolateral : annulus inguinalis internus (bagian terbuka dari fasia transfersus dan aponeurosis m. transverses abdominalis). Medial bawah diatas tuberculum pubicum : annulus inguinalis eksternus (bagian terbuka dari aponeurosis m.obliqus eksternus). Di bagian dasar : ligamentum inguinale. Pada laki-laki, kanal berisi tali sperma dan pada perempuan berisi ligamentum rotundum.

Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas: Inferior: Ligamentum Inguinale. Lateral: Vasa epigastrika inferior. Medial: Tepi m. rectus abdominis.

Segitiga Hesselbach Nervus ilioinguinalis dan iliofemoralis mempersarfi otot diregio inguinalis, sekitar kanalis inguinalis, dan tali sperma, serta sensibilitas kulit diregio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimomedial
cincin internal yang terletak 2 cm atau sedikit lebih di atas dan 2 cm sebelah lateral titik pertengahan inguinalis. titik pada pertengahan ligamentum inguinalis antara spina iliaka anterior superior dan sympisis pubis. cincin eksternal adalah tepat di atas puncak kemaluan dan tubercele yang ligamentum inguinalis.4

Kantung hernia inguinalis lateralis adalah suatu prosesus vaginalis yang berdilatasi secara persisten. Hernia ini berjalan secara profunda dan mengikuti selubungnya ke skrotum. 2 Pada pria, kanalis inguinalis adalah jalan yang dilewati testis untuk mencapai scrotum. Funiculus

spermaticus yang melewati canalis ini berisi pembuluh darah spermatic dan vas deferens. Pada wanita, hanya berisi sebuah ligament yaitu ligamentum rotundum. 4

III. Epidemiologi 75% dari semua hernia terjadi pada daerah lipat paha (inguinal). Dua per tiganya merupakan hernia inguinalis lateralis, dan sisanya adalah hernia inguinalis medial. Di amerika serikat angka insidensi hernia sekitar 700.000 kasus ditemui setiap tahunnya. Hernia incarserata dan stragulata kemungkinan terjadi 1% hingga 3% dari hernia inguinalis lateralis. Pria 25 kali lebih memungkinkan untuk mengalami hernia inguinalis dari pada wanita. 60% hernia inguinalis lebih banyak terjadi di sebelah kanan, 20% terjadi pada sisi sebelah kiri dan 20% terjadi pada bilateral.4 hal ini disebabkan karena terlambatnya penutupan atau atrofi dari prosesus vaginalis karena saat janin turunnya testis menuju scrotum lebih lambat dari pada sisi sebelah kiri. Hernia dapat dijumpai pada semua kelompok usia.

IV. Etiologi Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang didapat. Berbagai faktor penyebab berperan dalam pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung hernia dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.

Pada orang sehat, ada 3 mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus abdominalis yang menutup annulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversa yang kuat menutupi trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot.

Faktor yang dianggap berperan adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan intraabdomen dan kelemahan otot dinding perut karena usia. 1

Penyebab terjadinya hernia

1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian dalam hidup. 2. Kongenital a. Hernia congenital sempurna Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat tertentu. b. Hernia congenital tidak sempurna Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai defek pada tempat tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0 1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis). 3. Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain : Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien yang sering mengejan yang baik saat BAB maupun BAK. Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia banyaknya kerja jaringan ikat. Adapun faktor faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap insidensi hernia inguinalis adalah sebagai berikut : 1. Jenis kelamin Hernia inguinalis jauh lebih banyak dijumpai pada laki laki dibanding pada wanita (9:1) .Hernia pada laki laki 95% adalah jenis inguinalis, sedangkan pada wanita 4550%. Perbedaan prevalensi ini di sebabkan karena ukuran ligamentum rotundum, dan prosentase obliterasi dari processus vaginalis testis lebih kecil dibanding obliterasi kanalis nuck. 2. Umur Banyak terjadi pada umur di bawah 1 tahun, oleh macready (disebutkan 17,5% anak laki laki dan 9,16% anak perempuan mempunyai hernia. Tendensi hernia meningkat sesuai dengan meningkatnya aktifitas, sekitar umur 26 50 tahun insidensi menurun karena jaaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban tempat

dan setelah umur diatas 50 tahun insidensi meningkat lagi oleh karena menurunnya kondisi fisik. 3. Konstitusi atau keadaan badan Banyaknya lemak preperitoneal akan mendesak dinding abdomen dan menimbulkan lokus minoris atau kelemahan kelemahan otot serta terjadi relaksasi dari anulus. Bila lemak menginfiltrasi ke omentum dan mesenterium akan mengurangi volume rongga abdomen sehingga terjadi peningkatan tekanan intra abdomen. Kelahiran prematur dan berat lahir yang kecil dianggap sebagai faktor yang memiliki resiko yang besar untuk menyebabkan hernia. Cacat bawaan, seperti kelainan pelvic atau ekstrosi pada kandung kemih, dapat menyebabkan kerusakan pada saaluran inguinal tak langsung. Hal yang jarang terjadi kelainanan bawaan atau cacat collagen dapat menyebabkan tumbuhnya hernia inguinal langsung.
V. Patofisiologi Peningkatan tekanan intraabdomen (batuk, bersin, mengejan, mengangkat benda berat) atau kelemahan otot dinding abdomen (trauma, obesitas, kehamilan) isi rongga abdomen (usus) melewati dinding inguinal masuk ke kanal inguinal keluar ke cincin kanal masuk ke scrotum terjadi penonjolan keluar bila usus terjepit cincin inguinal obstruksi saluran intestinal akan terjadi gangguan pasasse.1

VI. Diagnosis Anamnesis

Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan diagnosis. Uraian lebih lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana sifat keluhan, dimana lokasi dan kemana penjalarannya, bagaimana awal serangan dan urutan kejadiannya, adanya faktor yang memperberat dan memperingan keluhan, adanya keluhan lain yang berhubungan perlu ditanyakan dalam diagnosis. Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu- satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena obstruksi atau srangulasi karena nekrosis atau gangren ( Syamsuhidayat dan Wim de Jong, 1997 ). Pasien sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat dihilangkan dengan reposisi manual kedalam kavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan gerak badan, maka biasanya hernia muncul lagi.5

Omentum teraba relative bersifat plastis dan sedikit noduler. Usus bisa dicurigai apabila kantong teraba halus dan tegang seperti hydrocele, tetapi tidak tembus cahaya. Kadang kadang pemeriksa bisa merasakan gas bergerak didalam lengkung usus atau dengan auskultasi bisa menunjukkan peristaltik. Dalam keadaan penderita berdiri gaya berat akan rnenyebabkan hernia lebih mudah dilihat dan pemeriksaan pada penderita dalam keadaan berdiri dapat dilakukan dengan lebih menyeluruh. Dengan kedudukan penderita berbaring akan lebih mudah melakukan pemeriksaan raba. 1. Inspeksi Pembengkakan yang timbul mulai dari regio inguinalis dan mencapai labium majus atau sampai dasar skrotum, selalu merupakan hernia inguinalis lateralis. Kalau tidak ada pembengkakan yang dapat kila lihat, penderita disuruh batuk. Kalau pembengkakan yang kemudian terlihat kemudian berada di atas lipatan inguinal dan berjalan miring dan lateral atas menuju ke medial bawah, maka pembengkakan tersebut adalah hernia inguinalis lateralis.

2. Palpasi Dapat untuk menentukan macam hernianya. Untuk memeriksa pelipatan paha kiri digunakan tangan kiri, pelipatan paha kanan dipakai tangan kanan. Pada palpasi hernia ireponible, teraba adanya bagian usus pada skrotum. 3. Auskultasi Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi hernia berupa omentum maupun inkarserata. Auskultasi juga bisa untuk mengetahui derajat obstruksi usus.
Pemeriksaan untuk menyingkirkan Diagnosis Pemeriksaan transluminasi Merupakan langkah diagnostik yang paling penting sekiranya menemukan massa

skrotum..Dilakukan didalam suatu ruang gelap, sumber cahayadiletakkan pada sisi pembesaran skrotum . Struktur vaskuler, tumor, darah,hernia dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel.6

Transluminasi test

VII. Diagnosis Banding 1. Hidrocele Hidrokel dan hernia inguinalis bermanifestasi klinis sebagai benjolan pada daerahtestis dengan perbedaan utama berupa benjolan pada hernia bersifat hilang timbul, sedangkan pada hidrokel, benjolan dapat berkurang tapi lama. Dengan melakukan testransiluminasi, hidrokel memberikan hasil tes

yang positif sedangkan pada hernia inguinalis hasil tes negatif. Pentingnya membedakan kedua kasus tersebut sehubungandengan penanganan yang
6

dilakukan untuk kemudian mengurangi komplikasi yang dapat terjadi. VIII. Gejala Klinis

Pada umumnya, keluhan pada orang dewasa yang mengalami hernia inguinalis lateralis reponible berupa benjolan dilipat paha yang timbul waktu mengejan, batuk atau mengangkat beban berat dan emnghilang sewaktu istirahat dan berbaring. Pada hernia inkarserta, gejala klinis dapat berupa: Nyeri kolik pada usus (gangguan pasasse usus). Tanda-tanda obstruksi usus seperti : obstipasi, mual, muntah, tidak flatus, kembung dan dehidrasi. Terjadi keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. 1,2

IX. Tatalaksana Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia inguinalis. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri atas herniotomi, hernioraphe, dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantung hernia sampai kelehernya, kantung dibuka dan isi hernia dibebaskan bila ada perlekatan. Pada hernioraphe, adalah mereposisi bagian abdomen yang keluar dari annulus inguinalis. Pada hernioplastik, dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai metode hernioplastik, seperti memperkecil annulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. transverses internus abdominalis dan m.oblikus internus abdominalis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode bassini atau menjahitkan fasia transversa, m. abdominalis, m.oblikus internus ke ligamentum cooper pada metode Mc vay.

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.1 Indikasi diadakan operasi: 1. Hernia inguinalis yang mengalami inkarserata, meskipun keadaan umum jelek. 2. Hernia reponibel pada bayi dengan umur lebih dari 6 bulan atau berat badan lebih dari 6 kilogram. Operasi hernia ada 3 tahap 1. Herniotomy yaitu membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi ke cavum abdominalis. 2. Herniorafi yaitu mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint tendon. 3. Hernioplasty yaitu memberi kekuatan pada dinding perut dan menghilangkan locus minnoris resistentiae.

Hernia repair dengan menggunakan polypropylene

Tehnik Bassini
X. Komplikasi Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat tertahan dapat tertahan dalam kantung hernia pada hernia irreponible : hal ini dapat terjadi jika isi hernia terlalu besar misalnya terdiri atas omentum atau organ ekstraperitoneal. Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa. Bila sudah terjadi stragulata, akan timbul vaskularisasi.3

XI. Prognosis Baik, apabila ditangani dengan segera. Apabila tidak ditangani dengan segera maka hernia dapat menjadi hernia stragulata yaitu Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada pemulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa serosanguinus. Kalau isi hernis terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, jong W.D. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed : 4th. Jakarta : EGC. 2. Schwartz, Spencer. 2000. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah ed: 6. Jakarta : EGC. 3. Nn. 2008. Inguinal Hernia. US : Department of Health and Human service. 4. Kumar, Clark. 2005. Clinical Surgery Ed : 2th. US : Elsevier. 5. Townsend, beauchamp. 2004. Sabsiston Textbook of surgery. London : Elseviere. 6. Nn. 2008. Dasar-dasar Urologi. Malang : FK Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai