Anda di halaman 1dari 44

OLEH:

dr. Nurul Afiah

PEMBIMBING SUPERVISOR :
dr. Alfie Barkah Akhsan, Sp.B

PEMBIMBING INTERNSHIP :
dr. Surahmat

DIBAWAKAN DALAM RANGKA MENYELESAIKAN TUGAS PROGRAM


INTERNSHIP RSUD. LABUHA PERIODE JUNI 2017-2018
 IDENTITAS
 Nama : Tn. A
 Umur : 64 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Desa Mandaong, kec. Bacan, Kab. Halsel
 Pekerjaan : Swasta
 Masuk RS : 14 – 03 – 2018

 II. ANAMNESIS (dilakukan autoanamnesis pada tanggal 14 Maret 2018 )
 Keluhan utama : Tidak bisa buang air kecil
 Keluhan tambahan : Nyeri saat ingin buang air kecil
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien laki-laki umur 64 tahun datang ke poliklinik bedah RSUD Labuha dengan
keluhan buang air kecil tidak lancar, yang diikuti dengan rasa nyeri jika ingin kencing
sejak 2 minggu yang lalu. Sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh
buang air kecil tidak lancar, pancaran air kencing pendek dari biasanya, aliran kencing
terputus-putus dan pasien harus mengedan saat ingin buang air kecil. Pasien mengeluh
merasa tidak puas setelah buang air kecil karena masih merasa ada sisa urin sehabis
kencing. Bahkan pasien juga mengeluh sering bangun pada malam hari untuk buang air
kecil ± 5 kali setiap malam dalam 2 bulan terakhir, namun pasien tidak mengompol. Pada
saat buang air kecil alirannya tidak pernah berhenti tiba-tiba dan tidak disertai rasa sakit
yang hebat pada ujung penis, batang penis dan di daerah pinggang. Jika buang air kecil
tidak pernah bercabang dan tidak mengeluarkan batu saat kencing. Pasien tidak
merasakan badannya panas atau demam.
Pasien menyangkal pernah mengeluarkan darah pada saat buang air
kecil dan pasien menyangkal merasakan nyeri daerah punggung.
Sebelumnya pasien sempat berobat ke poli dan diberi harnal namun tidak
ada perubahan. Pasien sudah pasang selang kencing ±2x dan jika selang
dilepas pasien mengaku tidak bisa kencing.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya.
 Riwayat infeksi saluran kemih disangkal.
 Riwayat ganguan ginjal disangkal.
 Riwayat batu saluran kemih (+) yaitu 2 tahun yang lalu.
 Riwayat operasi daerah kelamin disangkal.
 Riwayat kencing manis disangkal.
 Riwayat darah tinggi (+) 1 bulan yang lalu berobat teratur, sebelumnya
os tidak pernah cek tekanan darah.
Riwayat Penyakit Keluarga
 Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.
IPSS (International prostat sympthom score)
 Merasa masih terdapat sisa urin setelah kencing (4)
 Harus kencing lagi padahal setengah jam yang lalu baru kencing (4)
 Harus berhenti pada saat kencing dan segera mulai lagi berkali-kali (4)
 Tidak dapat menahan keinginan untuk kencing (3)
 Merasakan pencaran urin lemah (4)
 Harus mengejan dalam memulai kencing (4)
 1 bulan terakhir berapa kali terbangun dari tidur malam untuk kencing (5)
 Dengan keluhan seperti in bagaimana Anda menikmati hidup (6)

PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : Sakit Sedang
 Kesadaran : Compos mentis
 Vital Sign :
Tekanan darah : 122 / 78 mmHg Respirasi : 20 x/menit
Nadi : 79 kali/menit Suhu : 36.2 °C (axilla)
STATUS UMUM
 Kulit : Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, tugor baik
 Kepala : Normochepal, rambut beruban, distribusi rambut merata
 Muka : Simetris, tidak ada jejas dan bekas luka.
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor θ 3 mm, reflek cahaya (+/+) normal
.
 Telinga : Simetris, serumen kanan kiri (-), tidak ada kelainan bentuk
 Hidung : Deviasi septum(-), discharge (-)
 Mulut : Bibir tidak kering, lidah tidak kotor, mukosa pucat (-)
 Gigi : Gigi tidak lengkap, caries (-)
Pemeriksaan Leher
 Inspeksi: Trachea di tengah
 Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
Pemeriksaan Thorax
Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Thrill tidak teraba
 Perkusi :
Batas kiri atas : ICS II LMC sinistra Batas kiri bawah : ICS V LMC sinistra
Batas kanan atas : ICS II LPS dextra Batas kanan bawah : ICS IV LPS dextra
 Auskultasi : S1 > S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru
 Inspeksi : Dinding dada simetris pada saat statis dan dinamis
Retraksi tidak ada, ketinggalan gerak tidak ada.
 Palpasi : Simetris, vokal fremitus kanan sama dengan kiri.
 Perkusi : Sonor kedua lapang paru
 Auskultasi : Bunyi napas vesikuler, suara tambahan : Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Pemeriksaan Abdomen
 Status Lokalis
Pemeriksaan Extremitas :
 Superior : kanan : udem (-), sianosis (-), tonus otot cukup
kiri : udem (-), sianosis (-), tonus otot cukup
 Inferior : kanan : udem (-), sianosis (-), tonus otot cukup
kiri : udem (-), sianosis (-), tonus otot cukup
 Reflek :
 Ektremitas superior : RF : +/+ normal, RP : -/-
 Ektremitas inferior : RF : +/+ normal, RP : -/-
STATUS LOKALIS
Regio Abdominal
 Inspeksi : Supel, datar, ikut gerak nafas, darm contour (-), darm steifung
tidak ada, venektasi tidak ada, sikatrik tidak ada.
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Palpasi : Nyeri tekan (+) regio suprapubik, hepar dan lien tidak teraba,
defans muskular tidak ada, tidak teraba massa, ballotement tidak ada.
 Perkusi : Timpani diseluruh lapangan abdomen
Regio Genitalia Eksterna
 Inspeksi : Tidak tampak massa, tidak tampak pembesaran skrotum,
tampak DC 16 f, produksi (+), warna urine jernih.
 Palpasi : Nyeri tekan (-), tidak teraba massa.
Regio Anal
 Inspeksi : Tidak ada luka dan tidak tampak adanya benjolan
 Palpasi : Nyeri tekan (-).
 Rectal toucher : Tonus sfingter ani mencekik, ampula rekti kosong, mukosa rectum licin,
teraba massa di arah jam 12, kenyal, permukaan licin, simetris, batas atas dapat diraba,
sulcus medianus tidak teraba, batas lateral teraba pembesaran  3-4 cm
 Hand Scoon : feces (-), darah (-), lendir (-)
laki-laki, usia 64 tahun

keluhan tidak bisa kencing sejak 2 bulan yang lalu

nyeri perut saat ingin BAK

dua bulan BAK tidak lancar, pancaran lemah, mengedan,


aliran terputus-putus, dan tidak puas setelah buang air kecil

sering bangun pada malam hari untuk BAK ± 5


kali setiap malam dalam 2 bulan terakhir
riwayat batu saluran kemih (+) yaitu 2 tahun yang
lalu
riwayat darah tinggi (+) 1 bulan yang lalu berobat
teratur, sebelumnya os tidak pernah cek tekanan darah
Pemeriksaan Fisis
• BP : 122/78 mmHg, RR : 20 kali/menit, HR : 79 kali/menit, T : 36,2o C (axilla)
• Regio abdomen : supel, datar, nyeri tekan (+), suprapubik, timpani (+),
bising usus (+) normal
• Regio genitalia eksterna : massa (-), pembesaran skrotum (-), tampak DC 16
f, produksi (+), warna urine jernih
• Regio anal : benjolan (-), nyeri tekan (-)
• RT : tonus sfingter ani mencekik, ampula rekti kosong, mukosa rectum licin,
teraba massa di jam 12, kenyal, permukaan licin, simetris, batas atas
dapat diraba, sulcus medianus tidak teraba, batas lateral teraba
pembesaran  3-4 cm
• Jumlah skore IPSS : 34
DIAGNOSIS
 Retensio Urine e.c Benign Prostat Hiperplasia.

DIAGNOSIS BANDING
 Karsinoma prostat
 Tumor buli-buli.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium
 USG
 EKG
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi

Hemoglobin 13,1 gr/dl 11,0 – 16,0

Hematokrit 38,3 % 37,0 – 54,0

Leukosit 7,05 ribu/ul 4,0 – 10,0

Trombosit 205 ribu/ul 150 – 400

Eritrosit 4,71 juta/ul 3,50 – 5,50

SGOT 17 U/L 8-33

SGPT 30 U/L 3-35

Ureum Darah 21,5 mg/dl 18-55

Creatinin Darah 1,14 mg/dl 0,7-1,5

GDS 156 mg/dl 70-105

CT 7’15 Detik -

BT 2’25 Detik -

Golongan Darah/ Rh O/ + - -

HBsAg Non Reaktif - Reaktiv/ Non Reaktif


Prostat : Ukuran membesar dengan volume +/- 215 cc, intensitas
echo parenchym normal, tak tampak massa/kalsifikasi
Kesimpulan :
 Hipertrofi prostat masif
 Saat ini ginjal kanan kiri/buli tak tampak kelainan
PENATALAKSANAAN
 Puasa 8 jam pre operasi
 RL 20 tpm
 Inj Ceftriaxone 2x1 gram/ intravena pre op
 Terpasang kateter
 Renc. Open Prostatectomy (kamis, 15/03/18) pukul 08.00
WIT
 Siapkan Inform Consent Tindakan Bedah dan Anestesi
 Lapor OK
 Konsul Anestesi

PROGNOSIS
 Dubia ad Bonam
Durante Op
 Prostat membesar, batas tegas, permukaan rata, ukuran 215 cc, konsistensi
kenyal
Teknik Op
 Pasien berbaring terlentang diatas meja operasi dalam pengaruh spinal
anestesi
 Asepsis/antisepsis area operasi dan sekitarnya
 Insisi sectio alta kutis sampai buli-buli
 Identifikasi durante operasi
 Frakturasi , Prostatectomy
 Perdarahan dijahit dengan chromic 2/0
 Dipasang kateter threeway no.24
 Traksi dengan balon 40 cc
 Buli-buli dijahit 2 lapis
 Otot dan fascia dijahit, setelah dipasang drain vacum
 Subcutis, cutis dijahit
 Operasi selesai
Follow Up
TANGGAL KETERANGAN TERAPI

- Pasien masih dipuasakan


15-03-2018 S : Keluhan (-)
- Inj. Ceftriaxone 1 gram/intravena
O : KU sedang, CM - Dorong ke OK untuk Openprostatectomy

Instruksi Post Op (Pukul 12.00 WIT) :


BP : 103/58 mmHg, HR : 78 kali/menit,
D/ Post open prostatectomy a/i retensio urine e.c
SpO2 : 98 % BPH

RR : 22 kali/menit - Diet biasa

- IVFD RL 20 tpm
A : BPH
- Ceftriaxone 2x1 gram/ intravena

- Tramadol 3x1 ampul/ intravena

- Ranitidin 2x1 ampul/ intravena

- Asam tranexamat 3x1 tablet/ oral

- Adona drips 1 ampul dalam 500 cc RL/ 8 jam

- Pertahankan traksi

- Spooling full

- Alirkan kateter ke ember

- Mobilisasi baring
16-03-2018 S : Keluhan (-) - Bed rest

- Diet biasa
O : KU Sedang, CM
- Tramadol stop, Paracetamol 3x1
BP : 140/80 mmHg, HR : 88 kali/menit, RR :
gram/ intravena
20 kali/menit, T : 36,7oC
- Ceftriaxone 2x1 gram/ intravena
Urine spooling : terlihat jernih
- Adona drips 1 amp dalam 500 cc
Luka Op : Tertutup kassa kering, Pus (-) RL/ 8 jam

A : Post open prostatectomy POD-I - Ranitidin 2x1 amp/ intravena

- Asam tranexamat 3x1 tab/ oral

- Mobilisasi baring

- Spooling lanjut

- Pertahankan traksi

- GV 1x, drain vacum ulang

- Transfusi PRC 1 bag


S : BAK terkadang nyeri - Diet biasa
17-03-2018
O : KU Sedang, CM - IVFD RL 20 tpm

BP : 157/85 mmHg, HR : 88 kali/menit, RR : 20 kali/menit, T : 36,0oC - Terapi Lanjut

Urine : jernih - Drain vacum ulang

Spooling lancar - GV 1x/ hari

Prod drain minimal - Spooling tetes cepat-sedang

A : Post open prostatectomy POD-II

S : BAK terkadang macet - Diet biasa


18-03-2018
O : KU Sedang, CM - IVFD RL 20 tpm

BP : 122/78 mmHg, HR : 82 kali/menit, RR : 22 kali/menit, T : 36,0oC - Terapi Lanjut

Urine jernih, stolsel (+) - Mobilisasi duduk

Spooling lancar - GV 1x/ hari

A : Post open prostatectomy POD-III - Spooling alirkan

S : Keluhan (-) - Diet biasa


19-03-2018
O : KU Sedang, CM - IVFD RL 20 tpm

- Terapi Lanjut
BP : 139/85 mmHg, HR : 74 kali/menit, RR : 22 kali/menit, T :
- Mobilisasi duduk
36,0oC
- GV 1x/ hari
Urine sedikit kemerahan, stolsel (+), bila spooling lancar urine
- Spooling sedang-cepat
jernih lagi
- Aff drain vacum
A : Post open prostatectomy POD-IV
- Kateter alirkan
S : Keluhan (-) - Diet biasa
20-03-2018
O : KU Sedang, CM - IVFD RL 20 tpm

BP : 128/78 mmHg, HR : 84 kali/menit, RR : 20 kali/menit, - Terapi Lanjut

T : 36,0oC - Mobilisasi duduk

Urine jernih, stolsel (-) - GV 1x/ hari

Luka Op tertutup kassa, kering - Spooling stop, bila macet dan berdarah,

A : Post open prostatectomy POD-V alirkan lagi

S : Keluhan (-) - Diet biasa


21-03-2018
- IVFD RL 20 tpm
O : KU Sedang, CM
- Terapi Lanjut
BP : 139/88 mmHg, HR : 76 kali/menit, RR : 20
- Mobilisasi jalan
kali/menit, T : 36,4oC
- Aff traksi
Urine jernih, stolsel (-) - Adona stop, asam tranexamat stop

Luka Op tertutup kassa, kering - GV 1x/ hari

A : Post open prostatectomy POD-VI - Kateter alirkan ke urine bag


S : Keluhan (-) - Diet biasa, banyak minum
22-03-2018
- IVFD RL 20 tpm
O : KU Sedang, CM
- Terapi Lanjut
BP : 136/83 mmHg, HR : 76 kali/menit, RR : 20
- Mobilisasi jalan
kali/menit, T : 36,5oC
- Irigasi three way diklem, kateter alirkan
Urine jernih, stolsel (-) ke urine bag, monitoring urine output

Luka Op tertutup kassa, kering - GV 1x/ hari

A : Post open prostatectomy POD-VII - Rencana pulang besok

S : Keluhan (-) - Diet biasa, banyak minum


23-03-2018
O : KU Sedang, CM - Aff hecting, GV 1x sebelum pulang
BP : 142/89 mmHg, HR : 89 kali/menit, RR : 20
- Aff infus, Ganti oral :
kali/menit, T : 36,0oC
Ciprofloxacin 2x500 mg
Urine jernih
As. Mefenamat 3x500 mg
Luka Op tertutup kassa, kering
A : Post open prostatectomy POD-VIII Ranitidine 2x150 mg

- BLPL, kontrol poli selasa, 27/03/2018


 Pembesaran prostat jinak atau Benign Prostate
Hyperplasia.
 Terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel
epitel kelenjar prostat.
 Berkontribusi terhadap timbulnya Lower Urinary
Tract Symptoms (LUTS) pada pria lanjut usia.
 Pada lelaki usia 50 tahun, angka kejadiannya
sekitar 50%, dan pada usia 80 tahun sekitar 80%.
 Sekitar 50% dari angka tersebut di atas akan
menyebabkan gejala dan tanda klinis
McVary, Kevin T. American Urological Association Guideline: Management of Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). American Urological Association
Education and Research, Inc. 2010.
Sjamsuhidajat R, De Jong W. Tumor Prostat. Dalam: Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997; 2008. 1058-64
• Kelenjar prostat mensekresi cairan prostat (asam sitrat, asam fosfatase,
kalsium dan koagulase serta fibrinolisis)
• Menetralkan keasaman setelah ejakulasi dan meningkatkan pergerakan dan
fertilitas sperma

• Volume cairan prostat kurang lebih 25% dari seluruh volume ejakulat
• Cairan ini dialirkan melalui duktus skretorius dan bermuara di uretra
posterior untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada
saat ejakulasi.

Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta : Sagung Seto. 2011.
Pembesaran prostat jinak
yang menghambat aliran
Benign Prostate urin dari kandung kemih menekan kelenjar normal
Hyperplasia atau BPH akibat adanya hiperplasia yang tersisa
stroma dan sel epitelial
mulai dari zona periuretra

Sjamsuhidajat R, De Jong W. Tumor Prostat. Dalam: Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997; 2008. 1058-64.
Ketidakseimbangan Antara
Teori Dihidrotestosteron Estrogen-testosteron
Testosteron  DHT  sintesis PGF Usia tua  testosteron ↓ 
 Picu Pertumbuhan Kelenjar estrogen ↑ (peka
Prostat androgen)reseptor androgen ↑ 
apoptosis sel prostat ↓

Interaksi Stroma-epitel
Diferensiasi dan pertumbuhan
sel-sel epitel prostat secara tidak Berkurangnya Kematian Sel
langsung dikontrol oleh sel-sel Prostat
stroma melalui suatu mediator
(growth factor)

Teori stem cell


sel yang mempunyai kemampuan
berproliferasi  bergantung pada
hormon androgen  kadarnya
menurun akan menyebabkan
terjadinya apoptosis
Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta : Sagung Seto. 2011.
Normal BPH

BLADDER

Hypertrophied
detrusor muscle
PROSTATE

URETHRA Obstructed
urinary flow
McVary, Kevin T. American Urological Association Guideline: Management of Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). American Urological
Association Education and Research, Inc. 2010.
Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta : Sagung Seto. 2011.
Sjamsuhidajat R, De Jong W. Tumor Prostat. Dalam: Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997; 2008. 1058-64.
Buli-buli
HYPERPLASIA -Hipertrofi otot
PROSTATE detrusor
-Trabekulasi
-Selula
-Divertikel buli-
buli
Penyempitan
lumen uretra
posterior Ginjal dan
ureter
-Refluks vesiko-
ureter
Peningkatan -Hidroureter
tekanan -Hidronefrosis
intravesikal -Pionefrosis
-Gagal ginjal
McVary, Kevin T. American Urological Association Guideline: Management of Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). American Urological
Association Education and Research, Inc. 2010.
Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta : Sagung Seto. 2011.
Sjamsuhidajat R, De Jong W. Tumor Prostat. Dalam: Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997; 2008. 1058-64.
Gejala obstruktif : hesitancy, pancaran kencing lemah (loss of force),
pancaran kencing terputus-putus (intermitency), tidak puas saat selesai
berkemih (sense of residual urine), rasa ingin kencing lagi sesudah kencing
(double voiding) dan keluarnya sisa kencing pada akhir berkemih (terminal
dribbling).

Gejala iritatif : frekuensi kencing yang tidak normal (polakisuria),


terbangun di tengah malam karena sering kencing (nocturia), sulit
menahan kencing (urgency), dan rasa sakit waktu kencing (disuria), kadang
juga terjadi kencing berdarah (hematuria).

McVary, Kevin T. American Urological Association Guideline: Management of Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). American Urological
Association Education and Research, Inc. 2010.
Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta : Sagung Seto. 2011.
Sjamsuhidajat R, De Jong W. Tumor Prostat. Dalam: Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997; 2008. 1058-64.
• Keluhan yang dirasakan dan seberapa lama
keluhan itu telah mengganggu
• Riwayat penyakit lain dan penyakit pada
Anamnesis saluran urogenitalia (pernah mengalami
cedera, infeksi atau pembedahan)
• Riwayat kesehatan
• Obat-obatan

• Colok dubur atau digital rectal examination


(DRE) :
Pemeriksaan • Bentuk, Ukuran, Permukaan, Sulcus Medianus,
Konsistensi,, Volume Prostat, Nyeri Tekan/tidak,
Fisik nodul
• Tonus sfingter ani, mukosa rectum

Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta : Sagung Seto. 2011.
Sjamsuhidajat R, De Jong W. Tumor Prostat. Dalam: Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997; 2008. 1058-64.
McVary, Kevin T. American Urological Association Guideline: Management of Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). American Urological
Association Education and Research, Inc. 2010.
Sjamsuhidajat R, De Jong W. Tumor Prostat. Dalam: Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997; 2008. 1058-64.
• Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi
atau inflamasi pada saluran kemih. Mengevaluasi
Urinalisis adanya eritrosit, leukosit, bakteri, protein atau
glukosa.

• Mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai


saluran kemih bagian atas. Elektrolit, kreatinin
Fungsi Ginjal berguna untuk insufisiensi ginjal kronis pada pasien
yang memiliki postvoid residu (PVR) yang tinggi.

PSA
(Prostate • Peningkatan kadar PSA bisa terjadi pada keadaan
Benign Prostate Hyperplasya (BPH), infeksi saluran
Spesific kemih dan kanker prostat (Normal <4 ng/mL)
Antigen)
Edwards, Jonathan L. Diagnostic and Management of Benign Prostatic Hyperplasia. Ohio: American Family Physician; 2008. 1403-1410
Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta : Sagung Seto. 2011.
Senagore, Anthony J. The Gale Encyclopedia of Surgery Vol. 2. USA: Gale; 2004. 1041-1045
Pemeriksaan Penunjang
• Menghitung jumlah urine dibagi dengan
Uroflometri lamanya miksi berlangsung (ml/detik)

• Jumlah sisa urin setelah miksi. Dapat dihitung


Residual
dengan kateterisasi atau ditentukan dengan
urin pemeriksaan USG setelah miksi.

• Foto polos abdomen


Pencitraan • USG (TAUS dan TRUS)
• IVU

Edwards, Jonathan L. Diagnostic and Management of Benign Prostatic Hyperplasia. Ohio: American Family Physician; 2008. 1403-1410
Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta : Sagung Seto. 2011.
Senagore, Anthony J. The Gale Encyclopedia of Surgery Vol. 2. USA: Gale; 2004. 1041-1045
TAUS : Tampak protrusi prostat ke dalam buli-
IVU : Tampak indentasi caudal/ buli atau intraprostatic protrusion (IPP) ke
elevasi pada vesika urinaria. 3 dalam buli-buli.

Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta : Sagung Seto. 2011.
1. Retensi urin akut
2. Infeksi saluran kemih
3. Involusi kontraksi kandung kemih
4. Refluk kandung kemih
5. Hidroureter dan hidronefrosis
6. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi
7. Hematuri
8. Hernia atau hemoroid

Sjamsuhidajat R, De Jong W. Tumor Prostat. Dalam: Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997; 2008. 1058-64.
Observasi Medikamentosa Operasi Invasive minimal
Watchful waiting Penghambat adrenergik α Prostatektomi terbuka  TUMT
 TUBD
Penghambat reduktese α Endourologi  Stent uretra
 TUNA
Fitoterapi 1. TURP
2. TUIP
3. TULP
4. Elektrovaporasi

Pilihan Terapi pada Hiperplasia Prostat Benigna

1.McVary, Kevin T. American Urological Association Guideline: Management of Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). American Urological
Association Education and Research, Inc. 2010.
2.Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta : Sagung Seto. 2011.
Observasi Medikamentosa
Penghambat reseptor
Watchful waiting Penghambat 5 α reduktase
adrenergik α

• Skor IPSS < 7 (ringan) tidak • Menghambat reseptor- • Menghambat pembentukan


mengganggu aktivitas sehari- reseptor yang banyak DHT sehingga prostat yang
hari. ditemukan pada otot polos di membesar akan mengecil.
• Tidak mendapat terapi trigonum, leher vesika, • contoh : finasteride (proscar)
prostat, dan kapsul prostat dengan dosis 5 mg/hari,
• Edukasi hal yang mungkin sehingga terjadi relakasi
dapat memperburuk dutasteride 0,5 mg/hari.
didaerah prostat.
keluhannya (menahan
kencing terlalu lama) • Contoh : prazosin,
doxazosin,terazosin,afluzosin
• Kontrol periodik atau yang lebih selektif alfa 1ª
• Pemeriksaan lab (Tamsulosin). Dosis dimulai
1mg/hari sedangkan dosis
tamsulosin adalah 0,2-0,4
mg/hari.

Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta : Sagung Seto. 2011.
Operasi
TURP (Transuretra Reseksi TUIP (Transuretra Insisi
Prostatektomi terbuka
Prostat) Prostat)
• Dapat dilakukan melalui • Menggunakan loop kawat • Melebarkan urethra
pendekatan suprapubik resectoscope untuk dengan membuat
transvesikal atau menghilangkan jaringan beberapa potongan kecil di
retropubikinfrafesikal. obstruksi leher kandung kemih, di
• Dianjurkan untuk prostat • Menggunakan cairan irigan mana terdapat kelenjar
yang sangat besar >100 (pembilas) agar daerah yg prostat.
gram direseksi tidak tertutup • Prosedur ini digunakan
oleh darah. pada hiperplasia prostat
• Cairan yg digunakan non yang tidak terlalu besar,
ionic agar tidak terjadi tanpa ada pembesaran
hantaran listrik (H2O lobus medius (<30 mL)
steril/aquades atau glisin).
• Aquades dapat
menyebabakan
hiponatremia atau gejala
intoksikasi air (sindroma
TURP).

Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta : Sagung Seto. 2011.
1. cara melakukan TURP, 2. uretra prostatika
pasca TURP
Laser Prostatektomi Elektrovaporasi Prostat

• Energi laser menghancurkan • Diperuntukkan pada prostat


jaringan prostat dan yang tidak terlalu besar (<50
menyebabkan penyusutan gram)
• Tidak menimbulkan • Tidak banyak menimbulkan
perdarahan. perdarahan pada saat operasi
• Lebih sedikit komplikasi,
penyembuhan lebih cepat.
• Tidak dapat diperoleh
jaringan untuk pemeriksaan
patologi.
• Sering menimbulkan disuria
pasca bedah.
• Tidak langsung dpt miksi
spontan pasca bedah
• Dianjurkan pada pasien
terapi antikoagulan lama.

Operasi Laser pada Prostat


Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta : Sagung Seto. 2011.
TERAPI
Invasive Minimal
TUMT (Transuretra Microwave TUNA (Transuretral Needle
Stent
Thermotherapy) Ablation of the Prostat)
• Pemanasan dengan • Memakai energi dari frekuensi • Stent prostat dipasang pada
gelombang mikro pada frek radio yang menimbulkan uretra prostatika untuk
915-1296 Mhz yang panas sampai mencapai 100 C mengatasi obstruksi karena
dipancarkan melalui antena sehingga menyebabkan pembesaran prostat.
dalam uretra. nekrosis jaringan. • Dipasang intraluminal
• Pemanasan >44 C • Kateter dimasukkan ke dalam diantara leher buli-buli dan
menyebabkan destruksi uretra melalui sistoskopi disebelah proximal
jaringan zona transisional dengan anastesi lokal verumontanum sehingga
karena nekrosis koagulasi xylocaine sehingga jarum urine leluasa melewati lumen.
• Tanpa anastesi terletak pada kelenjar • Dapat dipasang secara
• Direkomendasikan untuk prostat. permanen atau temporer.
prostat uk. Kecil. • Temporer (6-36 bulan) dan
permanen (jika suatu saat
ingin dilepas membutuhkan
anastesi umum)
• Untuk pasien yg tidak dpt
menjalani operasi karena
resiko pembedahan tinggi.
• Perdarahan uretra dan rasa
tidak nyaman pada penis.

Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta : Sagung Seto. 2011.
Penatalaksanaan
 McVary, Kevin T. American Urological Association Guideline: Management of
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). American Urological Association Education
and Research, Inc. 2010.
 Edwards, Jonathan L. Diagnostic and Management of Benign Prostatic
Hyperplasia. Ohio: American Family Physician; 2008. 1403-1410
 Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta : Sagung Seto.
2011.
 Kozar Rosemary A, Moore Frederick A. Schwartz’s Principles of Surgery 8th
Edition. Singapore: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2005
 Sjamsuhidajat R, De Jong W. Tumor Prostat. Dalam: Buku ajar Ilmu Bedah, EGC,
Jakarta, 1997; 2008. 1058-64.
 Sarma. Aruna V. Benign Prostatic Hyperplasia and Lower Urinary Tract
Symptoms. The Department of Urology, University of Michigan, Ann Arbor. 2012.
 Senagore, Anthony J. The Gale Encyclopedia of Surgery Vol. 2. USA: Gale; 2004.
1041-1045
 Rahardjo, J. Rahardjo, J. Prostat Hipertropi. Dalam : Kumpulan Ilmu Bedah.
Binarupa aksara, Jakarta ; 2005.160-169.
 Lepor, Herbert. Pathophysiology, Epidemiology, and Natural History of Benign
Prostatic Hyperplasia. US: PMC. 2004.

Anda mungkin juga menyukai