Anda di halaman 1dari 3

Lembar Tugas Mandiri Keperawatan Gerontik

Perubahan Fisiologis yang Terjadi Pada Sistem Gastrointestinal Lansia

Khamarudin, 1606825770, Kelas C, FIK UI 2016

Seiring bertambah tuanya manusia, tubuh manusia mengalami penurunan


fungsinya. Penurunan fungsi yang banyak terjadi pada manusia yaitu ketika
memasuki umur yang diaktegorikan sebagai lansia. Hal ini terjadi karena setiap
harinya manusia mengalami penuaan. Menua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya (Muhith & Siyoto, 2016). Penuaan yang
terjadi pada manusia dapat mudah dilihat pada aspek fisiologisnya. Penuaan ini
dapat terjadi pada berbagai sistem tubuh yang salah satunya adalah sistem
gastrointestinal. Pada lembar ini, penulis akan menjelaskan mengenai perubahan-
perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem pencernaan lansia meliputi
kehilangan gigi; melambatnya waktu pengosongan esofagus, lambung, dan usus;
serta meningkatnya ukuran abdomen. Penulisan ini bertujuan agar studi literatur
mengenai perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem gastrointestinal
lansia dapat menjadi bahan pembelajaran Mata Kuliah Keperawatan Gerontik.

Perubahan pertama yang dapat terjadi pada lansia adalah kehilangan gigi.
Seiring bertambahnya usia, email gigi menjadi keras dan lebih rapuh, sehingga
membuat gigi lebih rentan untuk patah. Kehilangan gigi pada lansia juga dapat
disebabkan oleh penyakit periodontal (Berman, Snyder, & Frandsen, 2016).
Penyakit periodontal yang sering ditemukan yaitu gingivitis dan periodontitis.
Gingivitis merupakan peradangan gingiva dimana belum terjadi kehilangan
perlekatan dan kerusakan tulang alveolar dan ditandai dengan kemerahan,
perbesaran, perdarahan pada gingiva (Sunarto, 2014). Sedangkan periodontitis
yaitu suatu infeksi campuran dari mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dan
peradangan jaringan pendukung gigi, biasanya menyebabkan kehilangan tulang dan
ligamen periodontal (Ramadhani, Putri, & Cholil, 2014). Selain itu, pada lansia juga
terjadi penurunan sekresi saliva. Sehingga mukosa mulut rentan terhadap infeksi
dan menyebabkan xerostomia (mulut kering) (Berman, Snyder, & Frandsen, 2016).

Perubahan berikutnya yang dapat terjadi pada lansia yaitu melambatnya


waktu pengosongan esofagus, dan lambung maupun usus. Pada lansia terjadi
dilatasi esofagus dan perubahan otot polos dengan penurunan gerak peristaltik
esofagus dan usus. Perubahan otot polos pada esofagus menyebabkan melemahnya
reflek menelan dan meningkatkan resiko aspirasi. Sedangkan pada usus, terjadi
peningkatan absorbsi air sehingga feses menjadi mengeras, karena lambatnya
waktu transit di kolon sehingga kecenderungan konstipasi pada lansia meningkat
(Berman, Snyder, & Frandsen, 2016; Dewi, 2014) Selain itu, pada lambung juga
terjadi penurunan motilitas lambung, hilangnya otot polos di lambung, penurunan
sekresi asam lambung, serta peningkatan pH lambung. Menurunnya peristaltik usus
disertai hilangnya tonus otot lambung menyebabkan lansia akan merasa “penuh”
setelah mengonsumsi makanan walau dalam jumlah yang sedikit. Penurunan
sekresi asam lambung yang terjadi juga menyebabkan absorbsi besi, vitamin B12
dan protein menjadi terganggu (Dewi, 2014). Kemudian pH lambung yang lebih
tinggi juga berkontribusi terhadap peningkatan insiden iritasi lambung pada orang
dewasa yang lebih tua (Berman, Snyder, & Frandsen, 2016).

Perubahan lain yang dapat terjadi pada lansia yaitu penambahan ukuran
abdomen. Ukuran abdomen meningkat pada lansia karena peningkatan jaringan
lemak di tubuh akibat penuaan. Abdomen pada lansia juga menjadi lebih menonjol.
Hal ini disebabkan oleh terjadinya penurunan tonus otot dan elasitisitas. Selain itu,
perubahan yang dapat terjadi pada sistem gastrointestinal lansia yaitu penurunan
enzim pankreas, prolaps rektum dan gangguan sensasi rektum, wasir, atrofi
lambung, fisura anus, hemoroid, dan terjadi penurunan produksi faktor intrinsik
(Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013). Faktor intrinsik ini dibutuhkan oleh tubuh
untuk membuat vitamin B12. Penurunan faktor intrinsik tersebut dapat
menyebabkan anemia pernisiosa (Berman, Snyder, & Frandsen, 2016).

Lansia mengalami banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada


tubuhnya. Salah satunya adalah perubahan pada sistem gastrointestinal. Pada sistem
gastrointestinal, lansia mengalami perubahan dari mulut hingga ususnya. Pada
bagian mulut, lansia mulai kehilangan giginya, dan mengalami penurunan sekresi
saliva sehingga lansia berisiko tinggi akan infeksi. Kemudian lansia juga
mengalami penurunan dalam motilitas lambung dan peristaltik ususnya. Sehingga
lansia mengalami penurunan porsi makan dan berisiko tinggi mengalami konstipasi
yang nantinya akan berefek pada meningkatnya risiko pada masalah kesehatan
rektum atau anus.

Daftar Pustaka
Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2016). Fundamental of nursing: Concept,
process, and practice (10 ed.). New Jersey: Pearson.

Dewi, S. R. (2014). Buku ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish.

Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pendidikan keperawatann gerontik. Yogyakarta:


2016.

Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. M. (2013). Fundamentals of
nursing (8 ed.). St. Louis: Mosby.

Ramadhani, Z. F., Putri, T. D., & Cholil. (2014). Prevalensi Penyakit Periodontal
Pada Perokok di Lingkungan Batalyon Infanteri 621/Manuntung Barabai
Hulu Sungai Tengah. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi, 115-119.

Sunarto, H. (2014). Plak sebagai penyebab utama keradangan jaringan


periodontal. Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai