Tumor Lidah
Tumor Lidah
TINJAUAN PUSTAKA
Tumor adalah suatu benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan sel. Ada
dua macam tumor yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak mempunyai ciri-
ciri yaitu bentuknya bundar dan lonjong, pertumbuhannya terbatas dan lambat,
mempunyai simpai atau kapsul, tidak menyebabkan kematian secara langsung,
tidak mempunyai anak sebar. Tumor ganas mempunyai ciri – ciri yaitu tidak
mempunyai bentuk, pertumbuhannya cepat dan tidak terbatas serta melewati batas
anatominya, tidak mempunyai simpai, mempunyai anak sebar (metastasis).1
Gambar 3. Terlihat ulser pada sisi lateral lidah dengan sel skuamus karsinoma
pada penderita laki-laki berumur 80 tahun yang merupakan perokok dan peminum
alkohol berat.12
2.5 Patofisiologi
Neoplasma atau tumor adalah transformasi sejumlah gen yang
menyebabkan gen tersebut mengalami mutasi pada sel DNA. Karsinogenesis akibat
mutasi materi genetik ini menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan
pembentukan tumor atau neoplasma. Gen yang mengalami mutasi disebut proto-
onkogen dan gen supresor tumor, yang dapat menimbulkan abnormalitas pada sel
somatik. Usia sel normal ada batasnya, sementara sel tumor tidak mengalami
kematian sehingga multiplikasi dan pertumbuhan sel berlangsung tanpa kendali. Sel
neoplasma mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan, yang
akhirnya menimbulkan disintegrasi dan hilangnya komunikasi antarsel. Tumor
diklasifikasikan sebagai benigna, yaitu kejadian neoplasma yang bersifat jinak dan
tidak menyebar ke jaringan sekitarnya. Sebaliknya, maligna disinonimkan sebagai
tumor yang melakukan metastatis, yaitu menyebar dan menyerang jaringan lain
sehingga dapat disebut tumor ganas.13
Untuk terjadinya karsinogenesis diperlukan lebih dari satu mutasi. Bahkan
kenyataannya, beberapa serial mutasi terhadap kelas gen tertentu diperlukan untuk
mengubah suatu sel normal menjadi sel – sel tumor. Hanya mutasi pada gen tertentu
yang berperan penting pada divisi sel, apoptosis sel dan DNA repair yang akan
mengakibatkan suatu sel kehilangan regulasi terhadap poliferasinya.13
Hampir semua sel neoplasma berasal dari satu sel yang mengalami mutasi
karsinogenik. Sel tersebut mengalami proses evolusi klonal yang akan menambah
resiko terjadinya mutasi ekstra pada sel desendens mutan. Sel – sel yang hanya
memerlukan sedikit mutasi untuk menjadi ganas diperkirakan bersumber dari tumor
jinak. Ketika mutasi berakumulasi, maka sel tumor jinak itu akan menjadi tumor
ganas.13
Proses karsinogenesis adalah proses bertahap suatu multisteps process.
Sedikitnya ada tiga tahapan, yaitu:6,14
1. Inisiasi, proses inisiasi ini:
1. Karsinogen yang merupakan inhibitor adalah mutagen
2. Cukup terkena sekali paparan karsinogen
3. Keadaan ini permanen dan irreversible
4. Proses ini tidak mengubah ekspresi gen
2. Promosi, sifat – sifat promoter adalah:
1. Mengikuti kerja inisiator
2. Perlu paparan berkali – kali
3. Keadaan dapat reversible
4. Dapat mengubah ekspresi gen seperti: hiperplasia, induksi enzim, induksi
diferensiasi
3. Progresi Pada progresi ini terjadi aktivasi, mutasi, atau hilangnya gen. pada
progresi ini timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna.
Gambar 4. Tahap perjalanan sel menjadi tumor yang tergambar dari tiga tahap
yaitu inisiasi, promosi, dan progresi.6
2.6 Penatalaksanaan
Tujuan utama dari perawatan tumor ganas lidah adalah kontrol dari tumor
primer. Menurut Epstein (1994), pilihan perawatan tergantung pada beberapa
yaitu:2,3,4,16
1.Tipe sel dan derajat diferensiasi
2. Bagian yang terlibat, ukuran serta lokasi dari tumor primer
3. Keterlibatan jaringan getah bening
4. Ada tidaknya keterlibatan tulang
5. Kemampuan tercapainya tepi tumor pada waktu operasi
6. Kemampuan mempertahankan fungsi komunikasi
7. Kemampuan mempertahankan fungsi menelan
8. Status fisik dan mental pasien
9. Komplikasi yang mungkin terjadi
10. Kerja sama (kooperatif ) pasien
2.7 Epilepsi
Epilepsi adalah gangguan otak yang ditandai dengan kejang berulang tanpa
rangsangan yang mungkin dapat terjadi sebagai gambaran suatu penyakit yang
sebabnya umum atau merupakan sindrom dengan pola khusus kejang dan gejala
fisik.17
Epilepsi secara garis besar dapat digolongkan menjadi epilepsi idiopatik dan
epilepsi simtomatik.17,18 Epilepsi simtomatik adalah epilepsi yang disertai gejala
neurologik lainnya dan terdapat kelainan struktur atau metabolik pada otak yang
dapat dideteksi.17 Ada beberapa penyebab yang mungkin mendahului terjadinya
epilepsi simtomatik ini, diantaranya gangguan perkembangan otak sebelum lahir,
kekurangan oksigen ketika atau setelah lahir, trauma kepala, tumor, kejang demam
prolong, dan infeksi otak yang berat seperti meningitis atau ensefalitis.18 Sebaliknya
epilepsi idiopatik adalah epilepsi yang tidak disertai tambahan gejala neurolohik
lainnya dan diketahui bahwa penyakit ini diwariskan (berlatar belakang genetik)
tetapi belum diketemukan penyebabnya. Epilepsi dengan latar belakang genetik ini
menempati 40% dari pasien-pasien epilepsi.17
Walaupun terjadi kekurangan data tentang epidemiologi epilepsi di
Indonesia, tapi rata-rata prevalensinya akan tidak berbeda jauh dari rata-rata
prevalensi di negara-negara tetangga Indonesia, yaitu sekitar 3,9/1000 sampai
5,6/1000 (meta analisis dari 20 studi). Dengan rata-rata prevalensi 0,5% dari
populasi penduduk yang berumlah 220 juta lebih, maka kira-kira 1,1 juta orang di
Indonesia menderita epilepsi.18
Di Indonesia, epilepsi sudah lama dikenal oleh masyarakat dengan berbagai
nama, diantaranya ayan, sawan celeng dan lain-lain. Namun masih sering
masyarakat menganggap epilepsi atau ayan, bukan sebagai penyakit, akan tetapi
sebagai akibat kekuatan gaib, kutukan atau kesurupan, sehingga banyak di antara
para penderita epilepsi tidak mendapat perhatian selayaknya. Epilepsi juga sering
dikaitkan dengan penyakit jiwa atau intelegensi rendah. Kurangnya pengertian
tentang epilepsi di kalangan masyarakat merupakan sebab utama mengapa masalah
epilepsi belum dapat ditanggulangi dengan baik. Kebanyakan penderita tidak atau
tidak teratur berobat pada dokter, anak-anak yang menderita epilepsi sering tidak
disekolahkan atau dikeluarkan dari sekolah karena mendapat serangan-serangan
kejang. Di kalangan dokter pun masih banyak yang belum memahami benar
masalah epilepsi. Hal ini sangat disayangkan, karena sebagian besar penderita
epilepsi akan dapat sekolah, bahkan hingga tingkat universitas dan dapat bekerja
serta hidup bahagia apabila serangan-serangan epilepsi dapat dicegah.18,19